Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
MENG-AKSELARASI PERTUMBUHAN KOPERASI MELALUI PELIBATAN TEKNOLOGI INFORMATIKA Oleh : MUHAMMAD ARSAD DALIMUNTE Praktisi Perkoperasian di Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK Koperasi adalah kumpulan orang yang mengedepankan kolektivitas yang terus tumbuh, baik secara kuantitas maupun kualitas. Langkah-langkah pencerdasan anggota yang diikuti dengan pertumbuhan kuantitas yang terus meningkat akan memungkinkan perusahaan koperasi lebih cepat mencapai titik ekonomisnya. Pada logika semacam inilah koperasi bisa menghasilkan efisiensi kolektif dimana semakin banyak jumlah anggota yang bergabung linier dengan semakin efisiensi operasional perusahaannya. Manakala hal ini sudah bisa mewujud, maka peluang koperasi untuk mendiversifikasi agenda ekonomi, sosial dan budayanya semakin terbuka lebar. Pada akhirnya, tumbuhkembangnya koperasi sangat tergantung pada keyakinan, kemauan dan kesadaran tentang luasnya makna kebersamaan dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Ketika hal ini belum mewujud, maka koperasi sulit untuk bisa tumbuh dan berkembang. Untuk itu, pencerahan masyarakat tentang nilai-nilai kebaikan dan kebermaknaan berkoperasi, pencerdasan anggota tentang bagaimana kebermanfaatan akan hadir bila komitmen partisipasi ditumbuhkembangkan, pengelolaan ragam unit layanan berbasis kebutuhan mayoritas anggota yang dikelola dengan profesionalisme berbasis nilai dan prinsip, merupakan serangkaian upaya yang harus dilakukan sehingga koerasi secara agregat akan berperan sebagaimana cita-cita idealnya sebagai sokoguru perekonomian bangsa. Kata Kunci : Teknologi, Koperasi, Informatika bangsa. Kalaupun ada segelintir koperasi yang sukses, namun belum mampu menjadi “inspirasi”, khususnya dalam menggairahkan semangat berkoperasi di kalangan masyarakat. Adanya seremoni tahunan di setiap 12 juli tampaknya belum mampu menjadi momentum dan lebih banyak menegaskan kebelumberdayaan dibanding fakta-fakta kemajuan yang bisa me-refresh semangat untuk terus menumbuhkembangkan kehidupan berkoperasi. Ragam fasilitasi, asistensi dan kebijakan yang berpihak pada gerakan koperasi tak kunjung menemukan titik efektivitasnya sebagai akselerator bagi tumbuhkembangnya koperasi, baik secara organisasi dan kelembagaan maupun secara perusahaan. Salah satu indikator obyektif adalah tidak masuknya
A. Pendahuluan Moch Hatta yang didaulat sebagai Bapak Koperasi Indonesia mencita-citakan koperasi akan menjadi sokoguru perekonomian bangsa. Cita-cita ini sangat logis bila ditinjau dari corak budaya asli rakyat Indonesia yang kental dengan kebersamaan dan kegotongroyongan. Namun demikian, ketika koperasi secara agregat belum menunjukkan greget nya, hal pertama yang perlu ditegaskan adalah kesalah bukan pada konsepsi koperasinya, tetapi secara umum keadaan semacam itu dikarenakan kurangnya keyakinan dan in-efektivitas dalam men-drive karya-karya berbasis kolektivitas yang menjadi ciri khas koperasi.Akibatnya, masih jarang koperasi eksis dan memiliki pegaruh siginifikan terhadap perekonomian 30
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
satupun koperasi di Indonesia ke dalam daftar 300 koperasi terbaik dunia yang di realease pada tahun 2012 oleh ICA (International Cooperative Alliance) selaku induk koperasi dunia. Dalam tinjauan nilai urgensi , koperasi dibaca sebagai refresentasi dari pasal 33, UUD 45. Artinya, koperasi diyakini sebagai model perusahaan yang menjamin lahirnya perekonomian yang berkeadilan bangsa ini sebab didalamnya terdapat aspek pemberdayaan masyarakat dan juga mobilisasi sumberdaya alam secara bijaksana. Aspek peberdayaan yang ada dalam koperasi juga merupakan satu jaminan kesempatan bagi setiap orang untuk mengembangkan potensi diri dalam rangka membentuk, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Hal ini juga menandaskan bagaimana koperasi adalah organisasi dan perusahan yang bernilai strategis dalam urusan pemerataan pembangunan dan juga kesempatan atas pengelolaan sumber daya alam yang melimpah. Sementara itu, dalam lingkar yang lebih luas, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pun menetapkan tahun 2012 lalu sebagai tahun koperasi dunia.Tentu penetapan ini sebagai bentuk apresiasi atas praktek koperasi diberbagai belahan dunia yang terbukti melahirkan nilai-nilai kebaikan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Hebatnya lagi,tema yang ditetapkan PBB atas tahun koperasi dunia itu adalah “ cooperative’s entreprise build the better world”.Tema ini terinspirasi oleh ragam fakta bahwa praktek perusahan-perusahaan koperasi dunia yang terbukti melahirkan nilai-nilai yang tidak sebatas ekonomi sematas, tetapi juga menyentuh pembentukan karakter sosial dan budaya yang pada akhirnya mempengaruhi kebijaksanaan orang-orang yang tergabung didalamnya. Tinjauan UUD 45 dan Sikap PBB terhadap koperasi, merupakan 2 (dua) faktor yang cukup untuk berkesimpulan bahwa koperasi layak untuk diperjuangkan. Kebelumberdayaan koperasi dalam percaturan ekonomi secara nasional layak dijadikan inspirasi dan sumber energi untuk memperjuangkan efektivitas koperasi. Semangat kegotong royongan dan saling membantu yang merupakan ciri khas
budaya asli masyarakat Indonesia, merupakan modal penting untuk mendorong tumbuhkembangkan kehidupan berkoperasi di negeri ini. B. Mapping Realitas Kekinian Koperasi Sebagai Guidance Awal Menumbuhkembangkan Popularitas kata “Koperasi” di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia tidak sebanding dengan popularitas capaiannya. Kata koperasi diperoleh sejak proses pemelajaran di bangku sekolah dasar yang kemudian ditambah dengan papan nama koperasi yang sering terpampang di pinggiran jalan. Kalau kemudian proses pemelajaran tidak membangun keinginan anggota masyarakat untuk berkoperasi, hal ini dikarenakan banyaknya fakta kurang menggembirakan tentang koperasi yang menggerus apresiasi dan mematahkan semangat untuk menjadi bagian dari barisan koperasi. Adakah ini mencerminkan masyarakat lebih meyakini dan menyukai aksi individual dan kemudian memandang sebelahmata aksi kebersmaan sebagaimana dalam koperasi?. Ataukah suburnya pertumbuhan dan perkembangan sifat dan sikap individulisme merupakan imbas dari strategi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan sehingga pergesekan dan persaingan antar individu semakin tajam?. Yang jelas, musuh terbesar koperasi adalah “sikap egosentris” sebab koperasi mengusung kerjasama dan menggerus persaingan antar individu. Koperasi mencoba menyatukan kebutuhan dan kemudian memobilisasi sumber daya kolektif guna keterpenuhan ragam kebutuhan itu. Hal ini bertolak belakang dengan semangat individualitas yang sepenuhnya mengandalkan kekuatan sendiri untuk menggapai cita-cita dan tujuan hidupnya. Namun demikian, fakta lemahnya atau masih buramnya potret koperasi akibat bermukimnya orang-orang yang sesungguhnya berkarakter individualis?. Apapun jawabnya, yang jelas dunia koperasi harus berbenah untuk membangun keberdayaan dan kebermaknaan keberadaanya. Sebagai inspirasi awal, berikut disajikan 4 (empat) peta global koperasi ditanah air bila
31
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
ditinjau dari keter-aplikasikan konsepsinya, yaitu : 1. Mengakar dan besar. Inilah kondisi ideal dari sebuah koperasi dimana kebesaran koperasi merupakan imbas dari kemengakaran anggotanya. Mengakar yang dimaksud adalah adanya pengetahuan anggota tentang apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi dan kemudian mengambil inisiatif untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi melalaui pengembangan partisipasi. Hal ini dilakukan anggota karena keyakinan kuat membesarkan perusahaan koperasi berarti membesarkan diri sendiri dalam arti terjawabnya maksud, tujuan dan motif awal bergabung ke dalam koperasi. 2. Tidak mengakar dan besar. Pada koperasi golongan ini bisa dipastikan bahwa demokrasi berjalan lemah dan kendali perusahaan koperasi terletak pada segelintir elite organisasi. Koperasi golongan ini memiliki pertahanan yang rapuh dan sangat mungkin terjadi eksploiitasi terhadap anggota melalu transaksi-transaksi ekonomi anggota. Dengan kata lain, hubungan anggota dan perusahaan koperasi cenderung sebatas hubungan transaksional semata tanpa adanya ikatan emosional menyertai. 3. Mengakar dan tidak besar. Pada koperasi golongan ini anggotanya memiliki kesadaran tinggi untuk mengembangkan partisipasi demi tumbuhkembangnya perusahaan koperasi. Koperasi ini memiliki masa depan yang cerah dan sangat memungkinkan untuk tumbuh dan besar bersama dengan tumbuhkembangnya loyalitas anggotanya. 4. Tidak mengakar dan tidak besar. Koperasi ini lebih tepat disebut koperasi papan nama yang kelahirannya berdasarkan pilosofi yang lemah. Koperasi ini tidak memiliki masa depan sebab tidak memiliki gairah dan modal cukup untuk bisa tumbuh dan berkembang.
Diatas sudah dijabarkan tentang jati diri koperasi yang meliputi defenisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Sebagai catatan, ketika koperasi berkomitmen untuk menjadikan jati diri sebagai sesuatu yang melekat pada keseharian koperasi, maka bisa dipastikan koperasi akan tumbuh da berkembang serta memberikan makna nyata tentang dahsyatnya sebuah kebersamaan kepada segenap anggotanya. Mungkin saja realitas dan keseharian koperasi saat ini tampak baik-baik saja, namun perlu dipastikan agar tidak tertemukan “ruang kosong” yang pada akhirnya “kegotong royongan dan kesetiakawan” dalam keseharian koperasi berada dalam tanya besar. Pengungkapan beberapa fakta dan tanya berikut ini diharapkan bisa memantik aradigma koperasi dalam berbenah, yaitu : 1. Apa bangganya akumulasi piutang yang besar bila ternyata pinjaman yang diberikan kepada anggota membuat hidup anggota tidak menjadi lebih baik?. 2. Apa hebatnya omzet toko atau swalayan yang banyak bila ternyata hal itu menjadikan anggota terjebak dalam konsumerisme? 3. Apa baiknya perolehan SHU yang besar bila ternyata merupakan akumulasi pendapatan jasa yang berasal dari peminjaman anggota dikarenakan keadaan darurat seperti sakit mendadak, kecelakaan dan atau lainnya yang sesungguhnya sama sekali tidak diinginkannya?. 4. Apa hebatnya SHU Koperasi yang besar kalau kemudian aggota di jadikan sebagai obyek yang di eksploitasi secara terus menerus? 5. Sebesar-besar perolehan SHU Koperasi, adakah mungkin jumlahnya bisa menyerupai total pendapatan anggotanya per bulan apalagi per tahun?. Kalau ternyata itu tidak mungkin di capai, apa hakekat berkoperasi sesungguhnya?. 6. Apa hebatnya sebuah koperasi bila kemudian perusahaan koperasi berjarak dengan keseharian anggotanya?.
C. Memantik Paradigma Baru Lewat Mempertanyakan Ragam Kenyataan
Ragam tanya diatas layak dijadikan bahan perenungan atau semacam kontemplasi untuk 32
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
mendapatkan hakekat berkoperasi. Pertanyaanpertanyaan diatas bisa memantik pemilihan sikap apakah berkoperasi akan fokus pada pertumbuhan uang/modal ataukah tentang pembangunan kualitas insan-insan yang terlibat di dalamnya.
memenuhi kebutuhan dan aspirasi segenap anggotanya. Oleh karena itu, apapun wujud aktivitas perusahaan koperasi merupakan simbol gairah kebersamaan dari orangorang yang terhimpun didalamnya secara solid. Pada titik ini sering terjadi kekeliruan cara pandang yang kemudian mendorong pemaknaan perusahaan koperasi tidak memiliki nilai beda dengan perusahaan jenis lainnya. Hal ini pula ditegarai sebagai muasal kekeliruan jalannya keseharian perusahaan koperasi sebab abai dengan filosopi dasarnya sebagai kumpulan orang dan terobsesi untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Defenisi dan intrepretasi terhadap defenisi koperasi sebagaimana dijelaskan dalam alinea diatas merupakan pemahaman awal yang sangat penting dalam membangun koperasi, baik organisasinya maupun perusahaannya. Memaknai koperasi sebagai kumpulan orang dan menempatkan orang sebagai subyek dan obyek pembangunan, akan menggiring koperasi pada peng- arus utamaan gerakan pencerdasan orang-orang di dalamnya melalui penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan. Lewat pendidikan, koperasi membuka mindset anggotanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana membentuk kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya melalui cara-cara kolektif (baca: bersama-sama). Juga diajarkan tentang bagaimana pola individualis cenderung melanggengkan ragam hambatan dan memperpanjang jarak dengan ketercapaian cita-cita. Pada akhirnya, pengetahuan dan pemahaman anggota selanjutnya akan membentuk perubahan perilaku berpihak pada tumbuhkembangnya pola-pola kebersamaan produktif yang menjadi muasal lahirnya aktivitas-aktivitas yang berorientasi pada peningkatan kesejehateraan anggota dalam arti luas. Dengan demikian, setiap kelahiran aktivitas perusahaan koperasi merupakan refresentasi aspirasi cerdas dan pemenuhan kebutuhan dari mayoritas anggotanya. Pada titik ini, koperasi akan efektif menjadi organisasi pemberdayaan yang berdampak luas bagi kehidupan seluruh anggota dan lingkungannya.
Setidaknya, pemahaman terhadap jati diri koperasi bisa menjadi referensi yang sangat baik untuk me re-formula persepsi dan ekspektasi setiap unsur organisasi koperasi dalam menjalankan keseharian koperasi. D. Koperasi Sebagai Agen Pembangunan Manusia Indonesia Secara defenisi koperasi adalah kumpulan orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang mereka miliki nersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Merujuk pada defenisi tersebut, ada beberapa pemaknaan penting berupa penegasan tentang koperasi, yaitu : 1. Koperasi adalah kumpulan orang. Sebagai kumpulan orang, koperasi menempatkan orang sebagai subyek dan obyek pembangunannya. Oleh karena itu aksi koperasi sesungguhnya merupakan aksi pencerdasan manusia-manusia di dalamnya. Sebab, lewat pencerdasan anggota akan berdampak semakin berbobotnya aspirasi-aspirasi yang berkembang di kalangan anggota dan selanjutnya berpengaruh signifikan terhadap lahir dan jalannya unit-unit layanan yang diselenggarakan koperasi. 2. Memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya sebagai tujuan. Hal ini menegaskan dimensi perjuangan koperasi yang sesungguhnya tidak terbatas pada persoalan ekonomi semata, tetapi juga tentang pembangunan sosial dan budaya dari anggotanya. Nilainilai ekonomi,sosial dan budaya terintegrasi dalam keseharian perusahaan koperasi dan bahkan menjadi sumber keunggulan dibanding jenis perusahaan lainnya seperti CV, PT dan lain sebagainya. 3. Perusahaan sebagai media. Perusahaan adalah media bagi koperasi untuk 33
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
tanggungjawab sosial, serta peduli terhadap orang lain. 2. Prinsip-prinsip. Prinsip-Prinsip Koperasi terdiri dari 7 (tujuh), yaitu : a. .Keanggotaan sukarela dan terbuka b. .Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokrasi c. .Partisipasi ekonomi anggota d. .Otonomi dan kebebasan e. .Pendidikan, pelatihan dan informasi f. .Kerjasama antar koperasi g. .Kepedulian terhadap komunitas
E. Profesionalisme Pengelolaan Organisasi dan Perusahaan Koperasi. Kebersamaan dalam koperasi adalah kumpulan orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda-beda yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Berbagai karakter pun muncul sebagai bagian dari dinamika keseharian koperasi. Dalam iklim plural semacam ini, bagaimana keberagaman dan perbedaan dimobilisasi menjadi kekuatan kunci penting koperasi bisa berjalan. Pendidikan sebagai media pembentukan pengetahuan dan pemahaman tentang apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi, harus diikuti dengan pengelolaan sistematis sehingga semangat kebersamaan yang lahir bisa terkelola dengan efektif dan mendatangkan kemanfaatankemanfaatan yang tidak mungkin bisa diperoleh saat anggota melakukannya seorang diri. Semakin banyak kemanfaatan yang bisa dirasakan oleh anggota, maka akan menjadi stimulus efektif bagi pertumbuhan keyakinan, kemauan dan kecintaan anggota terhadap kebersamaan dalam koperasi. Untuk itu, profesionalisme pengelolaan menjadi mutlak diperlukan dimana didalamnya terdapat kombinasi antara ketersediaan orang-orang yang tepat kualitas dan kapasitas dengan sistem kerja yang menjamin kepuasan konsumen atau pelanggan. Sistem kerja yang dibentuk juga tidak boleh abai dengan nilai-nilai dan prinsipprinsip yang terangkum dalam konsep jati diri koperasi. Disinilah koperasi memiliki konsep profesionalisme berbasis nilai dan prinsip. Konsep ini tidak hanya bicara tentang efisiensi dan efektivitas ekonomis, tetapi juga menyangkut produktivitas dalam arti luas yang meliputi ekonomi, sosial dan budaya.
Untuk mewujudkan sebuah koperasi yang benar, pengelolaan organisasi dan perusahaan koperasi idealnya menjadikan nilai dan prinsip sebagai guidence dan sekaligus sumber inspirasi dalam mengembangkan berbagai formula baik dalam konteks menumbuhkembangkan kualitas dan kuantitas anggotanya maupun dalam konteks menumbuhkembangkan unit-unit layanan yang diselenggarakan perusahaan koperasi. Semangat Member oriented (orientasi anggota) harus dijadikan sebagai sumber semangat guna menjamin arah dan tujuan pembangunan yang dilakukan oleh koperasi. Sejalan dengan tujuan itu, maka profesionalisme dalam pengelolaan koperasi harus bisa menjamin efisiensi, efektivitas, produktivitas dalam arti luas dan sekalgus menjaga eksistensi nilai-nilai dan prinsip koperasi. Jika tidak, maka koperasi akan sulit diharapkan menjadi organisasi dan perusahaan pemberdayaan yang berkemampuan memproduksi makna dan manfaat yang mensejahterakan anggotanya. Bahkan, jika abai dengan nilai-nilai dan prinsip, koperasi berpotensi mewujud menjadi perusahaan yang tidak beda dengan perusahaan jenis lainnya yang berorientasi pada pertumbuhan laba semata.
Berikut disajikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi : 1. Nlilai-nilai. Nilai-nlai koperasi terdiri dari : a. Koperasi berdasarkan nilai-nilai ; menolong diri sendiri, tanggungjawab sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan. b. Anggota koperasi percaya pada nilainilai etis kejujuran, keterbukaan,
F. TI (Teknologi Informatika) Sebagai Media Mempetinggi Profesionalisme Pengelolaan Mengelola organisasi dan perusahaan berbasis kumpulan orang tidak semudah mengelola 34
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
organisasi dan perusahaan yang dimiliki perorangan atau beberapa orang saja. Apalagi posisi orang-orang di koperasi setara dan banyaknya simpanan modal tidak memiliki nilai pengaruh dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana berlaku dalam perusahaan jenis lainnya. Oleh karena itu, nilainilai keterbukaan, transparansi dan kejujuran menjadi kunci penting yang akan melahirkan kepercayaan antara satu anggota dengan anggota lainnya dan kepercayaan antara anggota dengan koperasinya. Dominannya “kepercayaan” dalam menentukan tumbuhkembangnya koperasi menjadikan “persoalan keterbukaan” menjadi kebutuhan mutlak. Pola pengelolaan yang dilakukan harus mendatangkan kenyamanan segenap anggota. Untuk itu, dalam pola pengelolaannya koperasi harus membuka pintu informasi selebarlebarnya. Anggota harus bisa mengaskes informasi yang diperlukannya sehingga merasa nyaman dengan segenap aktivitas dan pola pelayanan yang diselenggarakan perusahaan koperasi. Pada titik ini koperasi harus bisa membentuk formula yang sinergis antara penyediaan informasi dan juga efektivitas strategi yang memantik pertumbuhan partisipasi anggota. Artinya, pola-pola penyebaran informasi harus memiliki makna edukasi, sosialisasi dan juga promosi yang kemudian berujung dengan tumbuhkembangnya kesadaran anggota menjadikan perusahaan koperasi sebagai tempat terbaik menyalurkan aspirasi dan juga memenuhi kebutuhannya. Nilai-nilai ekonomi, sosial dan budaya harus terintegrasi kedalam tata cara melayani yang khas dan unik sehingga anggota merasa senantiasa dipedulikan dan difikirkan oleh koperasinya. Dengan demikian, keseharian koperasi akan sangat dekat dengan keseharian anggotanya dan terbentuk ikatan emosional yang kuat dan hal ini sangat efektif bagi penguatan pertahanan perusahaan koperasi itu sendiri. Disisi lain, capaian-capaian perusahaan koperasi juga harus linier dengan capaian-capaian anggota. Dengan demikian, anggota akan merasa menjadi bagian penting dari perjalanan perusahaan koperasi dan juga senantiasa bangga dengan eksistensi
koperasinya. Pada akhirnya, di koperasi akan lahir, tumbuh dan berkembang apa yang disebut dengan transaksi subyektif, yaitu transaksi yang diinspirasi oleh rasa kepemilikan anggota yang tinggi terhadap koperasi. Oleh karena itu, sebagai sebuah perusahaan, koperasi harus terus berbenah guna meningkatkan “nilai lebihnya” dibanding lainnya. Koperasi pun tidak boleh berlindung pada konsep transaksi subyektif tanpa diikuti dengan rasionalitas operasional perusahaan yang memiliki nilai keunggulan lebih. Demikian pula halnya dalam urusan performance, perusahaan koperasi harus mensimbolkan semangat inovasi yang kuat, peka zaman dan responsif terhadap setiap perubahan lingkungan usaha maupun lingkar hidup anggota. Intinya, profesionalisme berbasis nilai dan prinsip dalam pengelolaan koperasi harus mewujud ke dalam keikinian zaman seiring dengan modernisasi dan perubahan yang terus terjadi pada keseharian hidup anggotanya. Modernisasi yang dimaksud bukan berarti mendorong anggota menjadi konsumtif, tetapi mengarahkan anggota untuk bisa beradaptasi secara bijak dengan lingkungan yang terus berubah. Modernitas yang terfilter semacam ini pun harus menjadi semangat pengelolaan koperasi sehingga berkemampuan sejajar dengan perusahaan jenis lainnya tanpa kehilangan ciri khasnya sebagai koperasi. Untuk mendukung hal itu, perusahaan Koperasi harus terus melakukan inovasi dalam segala aspe. Apalagi zaman sekarang ini teknologi telah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari setiap perubahan. Kalau dulu orang mengabarkan berita melalui surat pos yang harus melalui beberapa tahaterlebih dahulu baru sampai ke tujuan, saat ini sudah tersedia teknologi Handphone yang memungkinkan berkirim pesan SMS yang langsung sampai kepada obyek yang dituju dalam waktu singkat. Teknologi ini pun berkembang lagi ke tingkat pengiriman gambar melalui teknologi MMS. Kemudian muncul lagi kembangan-kembangan berikutnya seperti BBM, What App, Video Call, Yahoo Messenger, Skype dan lain sebagainya yang membuat informasi kian mudah untuk diakses. 35
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
Kalau zaman kabel penelepon tidak bisa melihat lawan bicaranya, perkembangan teknologi membuat keduanya seolah sedang bertemu muka walau sebenarnya dipisahkan oleh jarak yang jauh. Era digital telah merubah paradigma dan pola hidup masyarakat. Kehadiran internet dan perkembangan aplikasi Handphone telah menembus apa-apa yang sama sekali tidak difikirkan siapapun sebelumnya. Atas hal ini, Informasi menjadi demikian cepat dan ikut mempengaruhi pola dan gaya hidup manusia. Bagaimana reaksi koperasi terhadap hal ini?. Apakah koperasi tetap memilih konservatif dan menolak kemajuan teknologi masuk ke ranah pengelolaan organisasi dan perusahaan?. Ataukah koperasi melakukan penyesuaian dengan melakukan kombinasi untuk menciptakan teknologi tepat guna yang berkontribusi pada eningkatan efisisensi dan efektivitas operasional organisasi dan perusahaan koperasi?.
Demikian juga halnya dengan pinjaman anggota yang bisa diakses dalam hitungan mulai dari akumulasi hutang sampai sisa angsuran dengan menekan tombol tertentu pada papan keybord komputer yang sudah di format sedemikian rupa. Demikian juga dalam urusan surat menyurat atau penyampaian informasi dimana begitu banyak media yang bisa digunakan dan pasti sampai ketujuan dalam hitungan detik. Di era informasi dan teknologi canggih seperti sekarang ini, bukan saatmya lagi koperasi menggunakan cara-cara konvensional dalam mengelola unit layanannya. Pelibatan teknologi harus menjadi bagian dari konsep perubahan pelayanan sehingga lebih menjamin kecepatan dan akurasi serta lebih menjamin kepuasan pelanggan (baca: anggota). Demikian juga kaitannya dengan penyebaran informasi, koperasi harus peka terhadap teknologi sehingga lebih efisien tanpa mengurangi efektivitasnya. Bahkan dalam penyerapan informasi, pemikiran dan gagasan anggota, koperasi tidak perlu lagi selalu menggunakan metode tatap muka yang berbiaya tinggi sebab kekinian teknologi handphone sudah memungkinkan setiap ide dan gagasan tersampaikan secara langsung dalam waktu singkat. Singkat kata, koperasi harus melek teknologi dan informasi tepat guna sehingga berkemampuan mengembangkan layanannnya dengan pola-pola kekinian zaman.
Satu hal menjadi catatan penting, semangat “transparansi dan keterbukaan” yang merupakan nilai-nilai yang dianut koperasi harus terkemas dalam pola yang up to date dan familiar dengan perkembangan kehidupan anggotanya. Saat dunia memasuki era digital, maka koperasi tidak boleh bertahan dalam pola konvensional yang membuat perusahaan koperasi tertinggal jauh dengan perubahan budaya anggotanya yang sudah sangat familiar dengan teknologi kekinian. Kalau dulu seorang penjaga toko harus menghafalkan harga-harga ratusan produk, saat ini sudah tersedia teknologi barcode yang terhubungan dengan aplikasi software yang memungkinkan ribuan bahkan jutaan item barang ter-registrasi mulai harga beli sampai dengan harga jualnya. Bahkan, kombinasi smartphone, internet dan aplikasi software telah memungkinkan seseorang meng-order kebutuhannya dari tempat tidur sekalipun tanpa bertata muka dengan penjual atau harus berkunjung ke toko. Kalau zaman manual simpanan anggota di backup dengan kartu control manual dalam bentuk kertas, saat ini sudah tersedia software yang mempermudah untuk mengakses saldo simpanan anggota kapanpun diperlukan.
Sebagai pertegasan, berikut ini disampaikan secara singkat beberapa manfaat yang bisa dirasakan bila koperasi beradaptasi dan familiar dengan perkembangan TI, yaitu: 1. Membantu perwujudan Transparansi Informasi. Dengan TI, seluruh informasi perkembangan koperasi bisa disajikan dan mudah diakses anggota sehingga memiliki informasi yang menyeluruh seputar perkembangan perusahaan koperasi dapat dipantau anggota setiap saat. 2. Mempercepat pelayanan dengan akurasi tinggi. TI bisa menyajikan informasi dengan akurasi tinggi dalam waktu cepat sehingga bisa diandalkan 36
Muhammad Arsad Dalimunte
3.
4.
5.
6.
7.
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
untuk mendukung pelayanan yang diselenggarakan unit-unit perusahaan koperasi. Mendukung Performance dan Modernisasi. Diera kekinian, TI dengan segenap perangkatnya juga sering dijadikan simbol modernisasi dan sekaligus performance sebuah perusahaan. Kecanggihan TI identik sering dipersepsikan sebagai bagian dari kualitas manajemen dalap pola pengelolaan usaha. Mendukung peningkatan demokrasi berbasi data. Demokrasi sebagai ruh koperasi harus berjalan diatas gagasangagasan yang tidak hanya menyuarakan keinginan semata, tetapi juga harus berbasis data yang valid sehingga terbentuk rasionalitas ekspektasi terhadap koperasinya. Mendukung Kualitas Pengendalian. Pengendalian merupakan bagian dari cara menjaga keutuhan dan sekaligus mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan koperasi. Penyajian data yang memiliki akurasi akan membantu anggota melakukan pengendalian terhadap jalannya perusahaan. Demikian juga pengurus dan manajemen yang setiap harinya harus mengendalikan jalannya perusahaan koperasi sangat terbantu dengan adanya TI. Mempermudah pengambilan keputusan. Keputusan berbasis insting sesungguhnya tidak lebih baik ketimbang keputusan berbasis data. Dengan adanya laporan yang real time dari seluruh aspek perusahaan koperasi akan sangat mempermudah dalam pengambilan keputusan berdasarkan data-data yang komprehensif. Media efektif edukasi dan sosialisasi. Sebagai penyaji data yang akurat dan cepat yang tersaji dalam ragam media, TI bisa dijadikan sebagai media edukasi dan sosialisasi yang efektif. Edukasi dan sosialisasi yang merupakan media pencerdasan dan sekaligus pembentukan persepsi sama terhadap
arah perjuangan koperasi yang pada akhirnya mendorong aksi keberpihakan anggota terhadap program-program yang dijalankan. 8. Media promosi yang efisien dan efektif. Promosi merupakan aksi yang penginformasian apa-apa yang ada dalam lingkar pelayanan yang diselenggarakan perusahaan koperasi. Hal ini diperlukan agar anggota mengerti apa-apa yang disediakan koperasi untuk memenuhi kebutuhannya Sederetan manfaat positif pelibatan TI dalam mendukung pelayanan merupakan pembenar yang mengharuskan koperasi untuk melek teknologi tanpa kehilangan jati dirinya sebagai pembeda dan juga sumber keunggulan koperasi. Perubahan zaman menuntut profesionalisme berbasis nilai dan prinsip koperasi harus terkemas dalam pola kekinian sehingga matching dengan perubahan pola hidup di lingkaran anggota. Jika hal ini tidak dilakukan, maka koperasi akan ketinggalan dalam segala aspek dan hal ini juga akan menjauhkan koperasi dengan keseharian anggotanya. Tentu, pelibatan TI ini tetap mengacu pada rasionalitas ekonomis unit layanan yang diselenggarakan koperasi. Sebab, pembangunan dan maintenance TI tidaklah murah sehingga bila aplikasi tanpa diikuti skala ekonomis layanan akan jatuh pada in-efisiensi yang pada akhirnya menggerus pendapatan koperasi. G. Penutup Koperasi adalah kumpulan orang yang mengedepankan kolektivitas yang terus tumbuh, baik secara kuantitas maupun kualitas. Langkah-langkah pencerdasan anggota yang diikuti dengan pertumbuhan kuantitas yang terus meningkat akan memungkinkan perusahaan koperasi lebih cepat mencapai titik ekonomisnya. Pada logika semacam inilah koperasi bisa menghasilkan efisiensi kolektif dimana semakin banyak jumlah anggota yang bergabung linier dengan semakin efisiensi operasional perusahaannya. Manakala hal ini sudah bisa mewujud, maka peluang koperasi 37
Muhammad Arsad Dalimunte
J. Informatika AMIK-LB Vol.3 No.3/September/2015
untuk mendiversifikasi agenda ekonomi, sosial dan budayanya semakin terbuka lebar. 5. Pada akhirnya, tumbuhkembangnya koperasi sangat tergantung pada keyakinan, kemauan dan kesadaran tentang luasnya makna kebersamaan dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Ketika hal ini belum mewujud, maka koperasi sulit untuk bisa tumbuh dan berkembang. Untuk itu, pencerahan masyarakat tentang nilai-nilai kebaikan dan kebermaknaan berkoperasi, pencerdasan anggota tentang bagaimana kebermanfaatan akan hadir bila komitmen partisipasi ditumbuhkembangkan, pengelolaan ragam unit layanan berbasis kebutuhan mayoritas anggota yang dikelola dengan profesionalisme berbasis nilai dan prinsip, merupakan serangkaian upaya yang harus dilakukan sehingga koerasi secara agregat akan berperan sebagaimana cita-cita idealnya sebagai sokoguru perekonomian bangsa. DAFTAR PUSTAKA 1. ICA Co-operatives Identity Statement (ICIS), Jati Diri Koperasi, Terjemahan, diterbitkan oleh LSP2I (Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia), 2001 2. Mengembangkan Keunggulan Koperasi, di terjemahkan oleh Djabaruddin Djohan dari Buku Dr.Peter Davis berjudul Managing the Co-porative Difference, diterbitkan oleh LSP2I (Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia), 2010 3. Jurnal Maksipreneur, volume I, nomor 1, Desember 2011, Fakultas Ekonomi, UP 45 The Uniersity of Petrolium, Yogyakarta, ISSN 2089-550X, tulisan Muhammad Arsad Dalimunte berjudul; “Tujuh Masalah Dalam Praktek Koperasi : Mencari Fakta Yang Memberi Harapan”, 4. Jurnal Maksipreneur, volume I, nomor 2, Juni 2012, Fakultas Ekonomi, UP 45 The Uniersity of Petrolium, Yogyakarta, ISSN 2089-550X, Tulisan Muhammad Arsa Dalimunte
38
dengan Judul: “Membangun Koperasi Lewat Berjejaring” Beberapa resume pemikiran di www.arsadcorner.com