PERSPEKTIF
Jusuf Sutanto
Jusuf Sutanto
Faculty of Psychology, Universitas Pancasila, Jakarta Peneliti Senior Pusat Studi Pancasila – Universitas Pancasila THE jusuf sutanto CENTER Anggota Masyarakat Neurosains Indonesia MNI E-mail:
[email protected] Web: www.jusufsutanto.com
Mendapat Kesehatan dengan
Membagi Kesehatan
Damai/T’ai terjadi bilamana langit/ Creator berada di bawah dan bumi/ penerima berada di atas.
Buku ‘Tai Chi’, ‘The Great Harmony’ dan ‘Tai Chi untuk Perawat’ karangan Jusuf Sutanto, telah menjadi dasar pelatihan untuk perawat, guru, caregiver bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Jusuf Sutanto mengajak kita bergotongroyong memberdayakan lapisan masyarakat yang paling membutuhkan ketika usianya lanjut.
Moto “Sepuluh tahun untuk kayu yang bagus – Seratus tahun untuk manusia yang bagus” telah menarik perhatian banyak orang sebagai jalan menemukan, memahami dan membuat hidup lebih bermakna di tengah hiruk pikuk kebingungan masyarakat diombang-ambing kompetisi atau intervensi berbagai cara pandang yang akhirnya membuat kita hanya wira-wiri tanpa juntrungan.
18
November 2014
Manusia yang lahir bukan atas kemauannya sendiri, diminta dan dipersiapkan dulu melalui pelatihan bagaimana harus menjalaninya, akhirnya melakukan hal yang sia-sia seperti berikut ini sehingga memang orangnya sendiri yang harus bisa menemukan dalam kehidupannya “learning by doing”:
Dilema mengejar harta vs. kesehatan Ketika muda mencari harta dengan mengorbankan kesehatan Setelah tua, giliran membuang harta untuk mendapatkan kesehatan Akhirnya yang didapat hanya sepetak tanah tempat alamatnya yang terakhir. Hartanya ternyata hanya hak pakai dan tidak bisa dibawa sesudah mati. Padahal menurut House of Wisdom, tidak semua bisa dibeli dengan uang:
A bed but not sleep Computer but not brains Food but not appetite Finery but not beauty A house but not a home Medicine but not health Luxuries but not culture Amusement but not happiness Sex but not love. Dilema meningkatkan usia harapan hidup Indikator suksesnya pembangunan adalah keberhasilan meningkatkan usia harapan hidup. Setelah itu kaget ketika menghadapi kenyataan sebagai berikut: 1980 usia harapan hidup 52,2 tahun - 7.998.543 (5,45% dari jumlah penduduk); 2006 naik 66,2 tahun - 19 juta (98,9%); 2010 menjadi 67,4 tahun - 23,9 juta (9,77%); 2020 diperkirakan 71,1 tahun - 28,8 juta (11,34%). Itu berarti dalam waktu 6 tahun lagi akan ada 1 lansia di antara 9 orang Indonesia.
Jumlah lansia terus bertambah menimbulkan masalah kalau sakit, lantas siapa yang menanggungnya? Negara yang sudah maju, terbukti sudah kewalahan dan tidak sanggup apalagi keluarganya bisa bangkrut. APBN utamanya memang harus digunakan mengatasi persoalan masa depan bagi kepentingan yang lebih luas mencakup seluruh bangsa termasuk warga lanjut usia. Yang bisa dilakukan adalah sebatas membuat fasilitas masyarakat yang ramah untuk lanjut usia. Yang paling murah dan efektif adalah mempromosikan cara hidup sehat dan pencegahan melalui memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
Osteoartritis/radang sendi 62,40%; Hipertensi - 41,70%; Gigi dan Mulut - 24,5% Gangguan mental - 23,55%; Kardiovaskular - 20,30%; Hiperuricemia - 15,70% Insomnia - 12,60%; Hiperlipidemia - 10,70%; Gangguan pendengaran dan keseimbangan - 9,90%; Diabetes Melitus - 3,4% Lansia paling sedikit mempunyai 2 penyakit, sehingga menyulitkan diagnosa dan mengkoordinasikan minum berbagai macam obat supaya tetap aman.
Pada awalnya di Amerika Serikat dianjurkan mengikuti pola 4 Sehat 5 Sempurna dan protein sebagai yang paling penting. Protein diperlukan di masa anak-anak karena setelah usia tertentu sel otak anak tidak bisa tumbuh lagi.
Menurut department store, ratio ukuran extra large semakin meningkat padahal harga jual tetap sama untuk semua ukuran S-M-LXL Perusahaan asuransi merugi lantaran semakin banyak orang muda menderita penyakit yang selama ini umumnya hanya terjadi pada lanjut usia. Lalu konsep pola makan dikoreksi menjadi gizi berimbang dan olahraga. Merumuskan kebijakan nasional mensejahterakan masyarakat tanpa mengikutsertakan bidang kesehatan, alih-alih membuat sejahtera, malah menciptakan masalah. Begitu pendapatan masyarakat mulai naik, dia akan makan meski perutnya penuh dan minum di saat tidak haus. Jenisnya semakin jauh dari konsep gizi berimbang dan berat sebelah pada yang lezat rasanya meski akan berdampak negatif pada kesehatan.
Dilema penyakit bagi lanjut usia
Dilema pola makan
Kurus dianggap simbol kemiskinan akibat kekurangan gizi dan gemuk dianggap kesejahteraan. Kini berubah: kegemukan menjadi simbol penyakit akibat kelebihan gizi.
Dilema memilih jenis olahraga Akibat cara pandang tersebut di atas, maka olahraga yang dikembangkan utamanya untuk membakar kalori dengan pendekatan kecepatan, kekuatan dan otot. Barang yang selama ini dibutuhkan supaya bisa bekerja untuk mendapat nafkah, kini berubah menjadi untuk menikmati kelezatan rasa. Kemudian muncul bisnis pusat kebugaran dan peralatan untuk meningkatkan kekuatan, membesarkan otot dan melatih kelincahan.
November 2014
19
Asuransi Kesehatan Merubah Paradigma Selama ini menggunakan bendera promosi “jangan takut sakit, karena biaya akan ditanggung asuransi”, menyadari berakibat merugikan. Sekarang mulai ada yang menerapkan aturan tidak akan mengganti penyakit yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri seperti obesitas, merokok, cedera lutut karena olahraga meloncat-loncat, lengan ngilu karena tennis dan sebagainya. Saat ini asuransi sudah menjadi lembaga investasi keuangan (menyaingi deposito) untuk menjamin income di hari tua. Mereka yang masih hidup sampai akhir masa jaminan akan menerima pengembalian uang lebih besar. Hal yang sama juga terjadi pada asuransi kendaraan, akan diberi bonus kalau sampai tidak ada klaim.
Warisan paling berharga bukan harta, tapi tidak mengganggu kehidupan anaknya. Meski diberi warisan harta melimpah dibandingkan dengan penghasilan anaknya bila bekerja, mereka juga tidak bisa dipaksa dan mau memutuskan karier dan kehidupan sosialnya untuk merawat orang tuanya yang sakit sampai meninggal. Yang terjadi adalah warisannya diterima lalu akan mencari perawat paling top untuk mendampingi selama 3 shift. Padahal Sang Pencipta Maha Adil memberi bekal sifat lembut dan lunak tanpa diskriminasi kepada semua mahluk hidup saat dilahirkan. Kalau itu disadari dan dirawat, kehidupannya bisa berjalan lebih baik.
20
“Pada waktu dilahirkan, manusia lembut dan lunak; Setelah tua menjadi kering dan getas. Semua mahluk hidup ketika masih tumbuh bersifat lentur dan supel. Setelah mati menjadi keras dan kaku. Karena itu apa yang lembut dan lentur adalah sahabat kehidupan, Yang keras dan kaku, sahabat kematian” (Tao Te Ching)
Hanya karena ketidaktahuan maka setelah bertambahnya usia, manusia menjadi kering dan getas dan akhirnya setelah mati menjadi keras dan kaku. Diperlukan pencerahan dan pelatihan how to untuk mendapatkan kembali dan mempertahankannya sampai akhir hidupnya.
November 2014
Belajar dari jalan hidup sekuntum bunga Merespons hidup yang fana dengan cara yang kreatif dan positif.
“Setiap hari usianya berkurang satu hari. Meski tahu akan gugur, bunga tidak kehilangan gairah untuk tumbuh. Karena itu wajib diimbangi setiap hari harus lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini”.
Dimulai dengan setiap kali bangun tidur selalu tersenyum karena ada 24 jam yang penuh sampai bangun pagi di hari berikutnya yang sama sekali baru, masih gress. Lalu berjanji akan mengisi setiap momen dengan sepenuh hati dan melihat sesama mahluk hidup dengan mata welas asih. Setelah mencapai usia 100 tahun, manusia perlahan-lahan layu dan diam-diam gugur tanpa heboh. Kalau ini bisa menjadi etos bagi setiap orang karena dibentuk semenjak dini, maka peranan negara dalam pembangunan kesehatan sudah 50% terlaksana.
Selanjutnya tinggal memfasilitasi dengan berbagai kemudahan supaya masyarakat bisa mengaktualisasikannya. Mengubah mind-set, jalan paling murah dan efektif.
Hidup mindful setiap detik “present moment – wonderful moment” “Hidup terdiri dari momenmomen. Momen-momen adalah milik kita. Dapatkah Anda benar-benar hidup dan mengisi setiap momen masing-masing secara mendalam? Dapatkan Anda meninggalkan setiap momen yang telah berlalu, dan lahir kembali pada setiap momen yang baru? Dapatkah Anda mengisi momen yang baru dengan penuh keyakinan, kegembiraan, dan semangat? Dengan memandang setiap momen adalah baru, maka kita akan mampu menceburkan diri ke dalamnya dan menjalaninya dengan sepenuhnya: apakah saat mencuci piring, minum teh, memeluk bocah kecil, menatap ke dalam mata orang yang kita kasihi, menahan rasa sakit, atau bahkan ketika menghadapi kematian” (Visuddhacara)
Menjadi bagian dari alam semesta Menengadah ke atas, mempelajari langit; Menunduk ke bawah, mempelajari bumi. Di antaranya kita mempelajari semua mahluk hidup dan segala isinya.
Langit menurunkan embun dan hujan supaya kehidupan di muka bumi tumbuh; Ketika kekeringan, giliran bumi mengirim uap air; Setelah menjadi awan dan bertemu gunung, turun kembali menjadi hujan. Manusia bukan pusat, hanya bagian kecil dalam siklus maha besar ini sehingga harus terus belajar dan melatih diri supaya bisa ikut menari bersamanya yang sudah terjadi dari masa lalu tanpa awal sambung menyambung tanpa putus menuju masa depan tanpa akhir. Seperti belajar berenang tidak bisa hanya di dalam kelas tapi harus terjun ke dalam air.
Menunggu berlatih setelah lansia, bukan jalan keluar Terlalu banyak kendala yang harus diatasi untuk bisa menjadi gaya hidup ‘tiada hari tanpa Tai Chi’, meski sadar bahwa itu diperlukan bagi kesejahteraan hidupnya. Nasihat Lao Tzu memang banyak dikutip “perjalanan ribuan kilometer dimulai dengan mengayunkan langkah pertama”, tapi jarang sekali yang bisa melakukannya, apalagi bagi yang kaya. Bisa beli cash and carry, mengapa susahsusah harus menggali sendiri. Karena itu ada nasihat bijak “bagi orang kaya akan sangat sulit seperti onta masuk ke lubang jarum”. Mengapa mesti takut pada gula darah dan kolesterol karena ada pil yang bisa menetralisir setelah banyak makan makanan lezat dan berlemak. Memang ini harus dilatih semenjak muda.
November 2014
21
Mengapa dimulai dari mendidik perawat, guru, dan caregiver? Usia akan bertambah dan harus mengikuti rute yang sama: menjadi tua-sakit dan akhirnya harus bisa mati secara bermartabat. Padahal uang pensiun (kalau masih ada) dan perlindungan dari negara tidak memadai untuk mengatasi semua masalah setelah usia lanjut. Lantas siapa yang harus melindungi mereka? Kalau bukan dirinya sendiri, siapa yang akan melakukannya? Kalau bukan sekarang, kapan akan mulai? Sifat pekerjaan perawat yang penuh risiko dan menuntut mindfulness sehingga tidak bisa seperti Serikat Pekerja yang boleh melakukan aksi mogok kapan saja untuk menuntut kenaikan pendapatan dan dilindungi Undang-Undang. Di saat usia produktif ditempatkan pada dinas malam. Setelah pulang ke rumah masih harus mengurus keluarga. Karena itu banyak yang sakit sehingga harus diganti pendatang baru yang memerlukan persiapan mulai dari awal lagi. Ini mengakibatkan profesionalismenya tidak pernah bisa mengkristal karena sudah putus di tengah jalan. Kenaikan gaji meski dibutuhkan, tidak menyelesaikan masalah ini. Berolahraga untuk menjaga kebugaran dengan cara yang menguras tenaga malah memberi dampak sebaliknya. Tai Chi diperlukan perawat selain untuk melindungi dirinya sendiri, juga bisa diajarkan kepada yang dirawat untuk mempercepat pemulihan kesehatan dan dilanjutkan setelah di rumah. Bisa
22
menjadi pendamping senam untuk lansia supaya tetap bisa mandiri dalam kegiatannya sehari-hari. Dari kegiatan setelah jam dinas ini, bisa mendapat pendapatan tambahan. Karena gerakannya lembut dan lentur, bisa dilakukan beberapa kali dalam sehari tanpa memerlukan proses pemulihan. Alih-alih tenaga terkuras, malah kesehatan semakin meningkat. Apalagi guru yang sudah membawa kita dari gelap (gu), menuju terang (ru), sehingga mengangkat status kita, terutama perlu kail (Tai Chi) untuk merawat kesehatan saat lanjut usia, bukan hanya perlu ikan saja.
Mengatasi ADHD Fenomena anak berkebutuhan khusus seperti ADHD (Attention Deficit & Hyperactivity Disorder) semakin banyak muncul akhirakhir ini. Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan minum obat, kecuali diberi stimulus multisensorik yang dampaknya bisa diukur dan dimonitor melalui rekaman otak. Sebelum 1960 ilmuwan berpendapat bahwa setelah umur 60 tahun, otak manusia berhenti dan tidak bisa tumbuh lagi karena semakin kisut. Seterusnya hanya menunggu demensia/pikun lalu Parkinsons. Tapi setelah 1960 ilmuwan neurosains menemukan neuron dan transmitter yang bersifat plastis bisa terus tumbuh asal diberi berbagai stimulus melalui pancaindera. Ada yang mengisi teka-teki silang atau tetap menyetir mobil untuk melatih refleks. Yang lebih komprehensif adalah berlatih Tai Chi secara teratur seperti ditulis pakar multi-disipliner dalam bukubuku yang diterbitkan selama ini.
November 2014
Ternyata ada hubungan keterkaitan antara neurosis-psikosissociosis dan kesehatan fisik. Mata bisa ditutup sementara, bilamana tidak mau melihat sesuatu yang tidak berkenan, tapi tidak bisa selamanya. Bagi yang matanya buta, perannya diganti secara alamiah dengan meningkatkan peran organ perasaan yang lain. Hidung dan telinga tidak bisa ditutup karena jendela komunikasi dengan dunia di luar dirinya. Peran pancaindera ini seperti halnya orang menggenggam gadget, bisa menghubungi dan dihubungi oleh siapa saja. Ini bisa berdampak positif dan negatif tergantung dari bagaimana kita mengolah diri kita sendiri. Di zaman kebebasan mengekspresikan diri telah berkembang demikian luas berkat kemajuan teknologi komunikasi dibarengi dengan sikap narsistis, membuat phemomena ADHD akan semakin bertambah dan sulit dikelola. Karena itu cara mengatasinya perlu dibarengi dengan pelajaran dan melatih budi pekerti seperti diajarkan di zaman dahulu dan kini malah semakin relevan yaitu “jangan melakukan sesuatu pada orang lain apa yang kamu tidak mau orang lain melakukan hal itu kepadamu” “Ketika anak kecil atau orang biasa melihat anak yang akan jatuh ke sumur, ia tidak bisa acuh saja, tapi merasa cemas dan kasihan. Kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan anak itu. Ketika ia melihat tangis kasihan dan raut ketakutan burung atau binatang yang akan disembelih, ia tidak tahan merasakan “ketidakberdayaan mereka menanggung” derita. Ini menunjukkan kemanusiaannya
membentuk satu tubuh dengan burung dan binatang. Ketika ia melihat tanaman yang dipatahkan dan dihancurkan, ia tidak tahan merasa kasihan. Ini menunjukkan, kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan tanaman. Bahkan ketika ia melihat ubin dan batu diremukkan dan dihancurkan, ia tak tahan merasa menyesal. Menunjukkan kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan batu dan ubin.
“Di gunung Semeru, tumbuh biji mustard (terkecil di dunia); Di dalamnya bersembunyi seluruh alam semesta. Kalau dunia menderita, saya ikut menderita; Kalau manusia sakit, saya ikut merasa sakit” (Vimalakirti, 500 SM).
Langit/pemerintah/dunia usaha/cendekiawan blusukan melayani Bumi/rakyat sehingga terjadi Damai/Tai. Itu berarti bahkan pikiran orang kecil sekalipun pasti memiliki kemanusiaan yang menyatu dengan semua mahluk” (Wang Yangming 1472-1529).
yang menjaga, agar pencuri takut masuk rumah. Anak terpaksa menyesuaikan diri bukan self centered, dalam kebersamaan yang sinergis tanpa kehilangan kepribadian.
Kearifan semacam ini bahkan sumbernya sudah ada jauh di masa lalu seperti dalam syair di sebelah kiri. Atas dasar itu, diperlukan terapis yang tidak hanya memahami secara akademis, tapi dan terutama sudah melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari “walk your talk – talk your walk”. Namun demikian dia hanya bisa menunjukkan jalannya saja, dan ujung tombak penyembuhan tetap berada pada orang tuanya. Peran guru dan terapis adalah sebagai gagangnya. Latihan seperti Tai Chi, main angklung, menari Saman, bisa menjadi jalan membebaskan dari ADHD. Orang yang haus diberi apel, bukan diajak mendengarkan ceramah tentang buah apel. Latihan ini memerlukan mindfulness sehingga attention deficit dan hyperactive disorder akan hilang dengan sendirinya seperti ketika dipasang lampu atau ada anjing
Selama ini ADHD dianggap seperti keseleo dan pergi ke tukang urut, atau mengirim anak untuk les berenang, main piano dan sebagainya. Ini nampak jelas di ruang tunggu tempat terapi, yang umumnya dipenuhi oleh pengasuh atau sopir. Kalau ada 1-2 orang tua, biasanya hanya sibuk main gadget. Karena itu jangan heran kalau ada yang sudah menjual rumahnya untuk menterapi anaknya tapi hasilnya tidak ada. Memang ada yang bisa main piano sampai mahir, tapi kalau merasa diganggu, pianonya bisa digebrak sampai rusak. Bisa diam berjam-jam main game sehingga orang tuanya tidak terganggu sejenak tapi setelah itu hiperaktifnya kumat lagi. Ternyata jalan untuk mendapat kesehatan adalah dengan memberi pada orang lain ‘in giving you will receive'. Kalau orang tuanya sudah begitu bagaimana anaknya bisa ADHD bahkan autis?
November 2014
23