Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045 by. Gede Sangu Gemi | publish : Sadar Legislasi Essay Competition
Empat pilar merupakan suatu cetusan yang muncul karena latar belakang kemoralan dan rasa nasionalisme yang semakin memudar. Degradasi kemoralan yang dialami bangsa Indonesia sudah menyerang komponen terpenting dalam pembangunan bangsa yaitu pemuda. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk degradasi kemoralan yang dialami pemuda. Pemuda adalah hal krusial yang harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia mulia. Tidak menjadi manusia yang menyimpang dari garis kebenaran. Moralitas adalah hal pokok yang harus tertanam pada setiap individu.Penyimpanganpenyimpangan moral hanya akan memberikan dampak kerusakan yang berakibat pada leburnya norma-norma kebaikan yang ada selama ini. Dengan terpeliharanya norma-norma kehidupan maka keselarasan hidup dapat terjaga dan ketentraman serta kehormatan bangsa dapat terwujud. Dalam memperbaiki penurunan kemoralan perlu melakukan suatu pendidikan moral dan karakter. Degradasi moralitas pemuda indonesia sudah mencapai taraf yang buruk. Degradasi ini sudah dialami oleh pelajar Sekolah Dasar (SD). Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan hingga tingkat mahasiswa. Padahal sejatinya pemuda merupakan tiang pancang pembangunan yang akan megokohkan bangsa. Langkah strategis pencapaian bangsa akan dipegang oleh pemuda pada saatnya nanti. Maka dari itu, degradasi kemoralan itu harus segera diantisipasi dengan langkah-langkah dan strategi jitu yang dapat mengembalikan pemuda pada ranah yang mulia. Pudarnya Pilar Kebangsaan Banyak sekali problematika pemuda yang dihadapi saat ini. Selain dari segi moralitas yang terdegradasi. Rasa nasionalisme pun sudah mulai luntur, nasionalisme hanya menjadi sebuah simbol yang terbelakang dan tak terjamah oleh pemuda. Padahal pembekalanpembekalan mengenai nasionalisme sudah didapatkan dari mulai SD hingga Perguruan Tinggi. Pembekalan tersebut yang terangkum dalam Pendidikan Kewarganeraan atau PPKN sudah penuh dengan teori nasionalisme. Namun, laju memudarnya rasa kebangsaan itu semakin kencang menerpa.
Pilar-pilar bangsa ini yang berupa PANCASILA, UUD 45, BHINNEKA TUNGGAL IKA, NKRI hanya menjadi suatu doktrin lama yang ditinggalkan. Padahal esensi kebangsaan itu terintegrasi pada pilar-pilar tersebut. PANCASILA yang merupakan dasar negara yang seharusnya menjadi pedoman pelaksanaan negara tetapi pada pelaksanaannya hanya bertengger pada burung garuda dan menggantung pada dinding sekolah maupun kantor. Padahal pengaturan-pengaturan kehidupan berbangsa itu sudah tertuang pada lima sila pancasila. Ketuhanan Yang Mahas Esa (1), Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (2), Persatuan Indonesia (3), Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan (4), Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (5) ini merupakan lima sila dalam Pancasila yang merangkum segala aspek pelaksanaan kehidupan berbangsa baik itu dalam bergama, bermasyarakat maupun bernegara. Sebagai warga negara Indonesia seharusnya Pancasila itu melekat pada kehidupan. Dalam perumusan UUD 45 pun Pancasila merupakan sebuah landasan dalam membuat peraturan-peraturan. Melalui UUD 45 ini hal-hal dalam Pancasila dijabarkan lebih luas lagi sebagai bentuk peraturan-peraturan yang menjadi pedoman pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya UUD 45 ini maka pengaturan-pengaturan itu menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Sehingga dalam melaksanakan kehidupan berbanghsa dan bernegara tidak bertentangan dengan Pancasila. Negara Indonesia merupakan wilayah yang luas mencakup Sabang hingga Merauke. Beragam suku, budaya, bahasa ada di Indonesia. Semuanya bersatu menjadi satu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI merupakan suatu hal
yang tak akan
terpisahkan dengan BHINEKA TUNGGAL IKA. Dengan keberagamannya NKRI melebur menjadi satu. Dalam peleburan perbedaan-perbedaan tersebut perlu disikapi dengan bijak dan penuh toleransi. Pemuda dan Kontribusi Bangsa Sikap bijak dan toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dilakukan oleh seluruh kalangan masyarakat. Baik itu para orang tua dan pemuda. Para orang tua memberikan dukungan dan pembelajaran bagi para pemuda agar dapat menjadi bagian dari pengembangan bangsa. Pemuda yang kelak akan menajdi motor penggerak bangsa memiliki tanggung jawab yang cukup
besar. Baik itu menjaga keutuhan NKRI, kelestarian Bhineka Tunggal Ika, kesakralan Pancasila, dan kebenaran UUD 45. Peran-peran sinergis pemuda dalam pembangunan sangatlah dibutuhkan. Tidak hanya untuk masa yang akan datang tetapi juga masa sekarang ini. Pemuda juga harsu ikut aktif berpartisipasi dalam penyelenggaraan Negara. Baik itu dengan cara memberikan sumbangsih ide kepada pemerintah, membangun masyarakat, maupun dalam pengawasan kepemerintahan. Hal ini dilakukan agar para pemuda siap jika telah tiba saatnya memimpin bangsa. Pemuda janganlah hanya dijadikan pribadi yang intelektual tetapi tidak memiliki rasa kebangsaan dan bangga dengan negerinya sendiri. Pemuda seharusnya menimba ilmu sedalamdalamnya lalu mengabdi pada Negara sesui dengan bidang keilmuan yang telah mereka geluti. Apapun posisi mereka dan pekerjaan yang kelak dijalani mereka harus tetap mengabdi pada bangsa. Walaupun menjadi pengusaha, pendidik, pegawai maupun pejabat pemuda harus tetap memegang teguh rasa cinta akan tanah airnya. Pemimpin Pembangunan Bangsa Rasa cinta tanah air yang ada dalam benak setiap individu dapat mendorong diri agar melakukan pengabdian-pengabdian kepada Negara dengan ikhlas. Jika pembangunan Negara tidak didasarkan oleh rasa ihklas maka yang timbul adalah suatu sikap egoisme yang hanya akan mementingkan diri sendiri. Pemuda masa depan janganlah pemuda yang penuh egoisme tetapi pemuda yang penuh rasa peduli untuk mengabdi pada bangsa. Tanpa adanya rasa pamrih dan keinginan pribadi. Penanaman-penanaman rasa kebangsaan itu haruslah dimulai dari lingkup keluarga berlanjut kepada pendidikan kemudian lingkungan masyarakat. Untuk menciptakan pemuda yang akan memimpin bangsa maka dibutuhkan peran segala macam lingkup. Diawali dari keluarga, pembelajaran-pembelajaran mengenai nasionalisme dan karakter dibentuk pertama kali. Program-program pendidikan dini memang sepantasnya dimulai dari keluarga. Titik awal karakter pemuda yang mulia itu dimulai dari keluarga. Komponen utama keluarga adalah orang tua. Untuk memperoleh pendidikan keluarga yang maksimal maka pendidikan bagi orang tua perlu untuk dilaksanakan. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam
pendidikan formal baik itu dalam SMA maupun Perguruan Tinggi dan ditambah dengan penyuluhan pendidikan anak. Peran lingkungan masyarakat dalam membentuk pemuda yang dapat memimpin bangsa juga dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidkan yang paling mengenai adalah model keteladanan. Jika ada suatu teladan yang baik dari seluruh elemen masyarakat maka atmosfer kebaikan itu akan mempengaruhi karakter pemuda. Pemimpin yang Meneladani Dengan adanya keteladanan yang baik, maka perjuangan dalam membentuk karakter pemuda yang cinta akan tanah airnya akan semakin mudah. Keteladanan ini perlu dicontohkan oleh orang tua, pejabat pemerintahan, dan orang-orang yang berada pada jabatan strategis sebagai pemimpin. Hal ini dimaksudkan agar pemimpin menjadi acuan dalam memberikan contoh-contoh kebaikan kepada masyarakat khususnya pemuda. Dengan adanya pemimpin yang dapat memberikan keteladanan baik. Seperti sikap cinta akan produk tanah air, kepribadian mulia.beragama dan tetap berpegang teguh pada peraturan dan Pancasila. Maka dari itu, sikap-sikap yang dapat menjadi suatu keteladanan harus ada pada diri pemimpin Indonesia. Wujud Indonesia Emas 2045 Jika seluruh pemimpin negeri ini sudah memiliki kepribadian mulia dan rasa cinta akan bangsanya sendiri. Maka pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dapat mencapai masa keemasannya. Sikap awal menyongsong masa keemasan Indonesia adalah dengan cara mulai menjadi teladan yang baik bagi generasi-generasi yang lebih muda. Para pejabat memberikan teladan kepada masyarakat luas, para orang tua memberikan teladan bagi anak-anaknya, para pendidik menjadi teladan bagi para anak didiknya, para pemimpin-pemimpin menjadi teladan pada orang yang dipimpinnya. Ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Namun, semua harus dimulai dengan sikap positif dan rasa optimis bahwa Indonesia Emas 2045 akan terwujud.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks