arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Menarikan Jejak Ruang Klara Puspa Indrawati
merupakan seni melukis dengan cahaya di medium udara. Hasil dari lukisan yang dibuat di medium udara tadi hanya dapat ditangkap dengan menggunakan kamera, tidak dapat dilihat secara langsung karena gerakan sumber cahaya untuk melukis berlangsung dengan cepat, namun masih dapat tertangkap kamera. Gerakan cepat sumber cahaya akan menghasilkan sebuah surface cahaya yang pada tangkapan kamera berperan sebagai pemberi outline bentuk yang ingin dihasilkan dalam lukisan. Pada seni ini, surface yang dibentuk sepanjang gerakan sumber cahaya sebenarnya menjadi batas ruang void yang tercipta dari gerakan . Dengan demikian, dalam ruang tidak akan terbentuk tanpa gerakan sumber cahaya yang menghasilkan surface yang kontinu.
Selain pada , ide tentang gerakan tubuh manusia untuk memainkan surface dapat terlihat pada breakdance, yakni sebuah karya seni tari yang dimainkan di atas sebuah bidang datar atau suatu permukaan, breakdance justru berusaha mengeksplorasi surface yang kontinu melalui gerakan seluruh anggota tubuh, mulai dari kaki, tangan, bahkan kepala. Surface yang biasanya dipijak oleh kaki saat menari menjadi blur ketika sepanjang tarian sebab kaki tidak selalu berpijak pada surface datar. Kaki dapat berada di atas atau di samping, tangan terkadang dijadikan tumpuan yang menapak di atas surface datar, bahkan kepala juga dapat dijadikan penahan tubuh yang justru menyentuh surface datar. Dari kompleksitas gerakan yang mengeksplorasi kemampuan berbagai anggota tubuh ini, permukaan yang digunakan untuk melakukan gerak tidak hanya berupa bidang datar. Para penari breakdance bergerak dan menandai surface mereka yang dinamis sebagai batasan ruang gerak mereka. Breakdance memiliki tujuh jenis gerakan dasar, yaitu toprock, footwork, drops, , powermoves, freeze dan suicide. 9
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Gambar 2. Gerakan toprock
Gerakan toprock adalah gerakan untuk memulai tarian, di mana penari berada dalam posisi berdiri untuk pemanasan menuju gerakan lain yang lebih menantang. Saat melakukan toprock, penari masih memanfaatkan permukaan datar.
Gambar 3. Gerakan footwork dan surface hasil peralihan dari gerakan toprock ke footwork
dihasilkan
Gambar 5. Gerakan power moves dan surface yang dihasilkan.
Gambar 6. Gerakan freeze dan surface yang terjadi dari gerakan power moves, freeze dan diakhiri suicide.
Gerakan lain yang mulai semakin sulit adalah footwork. Dalam gerakan ini, penari sudah menunjukkan adanya pergerakan kaki yang mulai terangkat dengan tangan menumpu di permukaan datar. Anggota tubuh yang aktif bergerak adalah kaki, sementara tangan lebih berfungsi sebagai penopang tubuh. Karena adanya gerakan kaki yang terangkat tadi, maka sudah ada perubahan surface dalam gerakan breakdance. Gerakan powermoves adalah serangkaian gerakan yang paling menantang untuk dipraktekkan oleh para breaker. Gerakan ini mengandalkan kemampuan gerak dan ketahanan dari tubuh bagian atas, mulai dari tangan hingga kepala. Contohnya adalah gerakan handstand dengan satu atau dua tangan dan gerakan headstand. Gerakan freeze biasanya dilakukan untuk bertahan dalam posisi tertentu yang dianggap menarik. Gerakan ini banyak menggunakan bagian tubuh atas untuk bergerak dan menahan beban tubuh. Permukaan yang dihasilkan dari gerakan pun hampir sama dengan sebelumnya, di mana kaki akan terangkat ke udara ditahan oleh kepala atau tangan. Rangkaian seluruh gerakan lalu ditutup dengan gerakan suicide, di mana breaker sengaja terlihat kehilangan kendali dan seakan terjatuh dalam posisi tertentu di atas punggung atau perut. 10
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Dari serangkaian surface yang telah saya telusuri pada gerakan breakdance, tampak adanya permainan surface yang terbentuk dari eksplorasi gerakan seluruh anggota tubuh sepanjang tarian. Terlihat bahwa surface yang terbentuk bersifat kontinu dan dinamis serta bukan merupakan bidang datar. Seni light dan breakdance membentuk ruang yang batasannya kasat mata dan terbentuk dari pergerakan yang menghasilkan manipulasi surface. Pada breakdance terdapat order dari teknik gerakan dan kombinasi dari gerakan – gerakan dasar permainan surface yang merupakan alat untuk memproduksi ruang intimate breaker. Sedangkan pada , ruang yang tercipta berupa intimate space dari sumber cahaya yang berupa bagian void dengan batas surface cahaya. Batasan ruang yang dihasilkan kedua seni ini sulit ditangkap oleh mata dalam penglihatan langsung, hal ini dikarenakan kedua seni ini dibentuk oleh gerakan – gerakan yang sangat cepat. Seringkali untuk dapat menangkap batasan ruang dengan lebih jelas, dibutuhkan alat untuk menangkap sequence gerakan seperti kamera yang membuat kita tidak langsung menyadari pembentukan ruang yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kedua seni ini gerakan tidak terjadi pada sebuah surface datar yang sudah tersedia, tetapi justru dipicu oleh breaker dan pelukis dengan cara melakukan eksplorasi terhadap kemungkinan permukaan yang kontinu dan tak terbatas. Gerakan yang terjadi secara aktif menandai dan mengkolonisasi ruang dalam penjelajahan surface secara keseluruhan.
Setelah mencoba membahas mengenai metode dalam pembentukan ruang dari permainan surface dalam breakdance dan , saya mencoba menyimpulkan bahwa pergerakan. dapat menjadi instrumen pembentuk surface dinamis yang kemudian berkembang menjadi boundary ruang. Sequence gerakan perlu didokumentasikan dengan alat bantu dokumentasi, kemudian ditracing kembali agar terlihat ada boundary tertentu yang terbentuk. Alat bantu dokumentasi menjadi penting karena gerakan yang menjelajahi surface di seluruh ruang 3 dimensi yang tak terbatas itu berlangsung dengan cepat, salah satunya karena harus melawan gravitasi (seperti pada gerakan breakdance). Gerakan dapat dilakukan dengan tidak terbatas karena medium geraknya berupa medium yang tak terbatas seperti udara, air). Gerakan – gerakan tersebut lalu menandai surface yang menjadi boundary ruang, dan sebaliknya surface yang terbentuk menjadi jejak dari gerak. Jejak tersebutlah yang memungkinkan penelusuran kembali terhadap gerak. Dan, bentukan ruang dari boundary surface tertentu akan menjadi identitas gerakan tertentu. Bila melihat kembali pada breakdance dan , inti performance terletak pada proses selama pergerakan terjadi. Lalu, bagaimana bila kini jejak yang ditinggalkan itulah yang menjadi bahan pengamatan? Berikut adalah peta metode yang terjadi pada proses gerak breakdance dan light dalam menghasilkan permainan surface sebagai berikut: 1. Breakdance
11
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Dari kedua metode di atas, saya mencoba mempertanyakan apabila tahapan yang berlangsung dalam breakdance dan dalam menghailkan ruang dibalik. Bagaimana jika jejak di akhir sequence gerak yang merupakan hasil dari gerakan dicoba untuk dibekukan dan menjadi objek pengamatan? Apa yang dapat digali dari jejak tersebut? Untuk melakukan semacam percobaan yang berdasarkan pada beberapa dengan cara membalik tahapan yang telah dipelajari sebelumnya:
Percobaan ini diberi nama Crazy Mixer karena akan dilakukan eksplorasi gerak pada medium dan surface tanpa batas dengan menggunakan material berupa sebuah pengaduk dalam medium krim kue yang berisi selai strawberi. Eksplorasi ini akan didasari oleh panduan gerak yang di-tracing dari ketujuh gerakan breakdance yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses Percobaan: Kombinasi Gerakan Breakdance dari Ruang Gerak Crazy Mixer Percobaan Crazy Mixer ini terdiri dari serangkaian tahapan: 1. Siapkan 3 mangkuk transparan dan sebuah pengaduk yang menjadi Crazy Mixer. Mangkuk kemudian akan diisi oleh krim dan selai strawberi. 2. Kemudian siapkan panduan pengadukan berupa jejak dari gerakan dasar breakdance yang sudah di-tracing terlebih dahulu. Jumlah gambar panduan adalah 3 buah sesuai dengan jumlah mangkuk. 3. Aduk krim dan selai dengan menggunakan Crazy Mixer. Pengadukan harus diakukan dengan cepat, dengan waktu kurang dari 10 detik untuk setia mangkuknya. 4. Setelah pengadukan dilakukan untuk setiap mangkuk dengan Crazy Mixer, letakkan kembali Crazy Mixer di luar mangkuk dan tandai mangkuk sesuai gambar panduan gerakan yang ditentukan. 5. Dinginkan krim dalam mangkuk hingga menjadi beku. 6. Potong adonan krim beku dalam setiap mangkuk dengan pisau secara sejajar menjadi 5 bagian. 7. Amati potongan–potongan massa krim tadi dan lakukan tracing terhadap surface yang terbentuk. Tahapan–tahapan percobaan ini dilakukan untuk mengamati surface yang terbentuk dalam medium krim, yaitu surface selai. Kontinuitas surface selai dalam sebuah mangkuk diamati lalu dilihat keterhubungannya dengan surface yang dihasilkan pada mangkuk–mangkuk lainnya. Setelah mendapatkan kontinuitasnya, surface gerakan dalam breakdance, di mana diharapkan akan terjadi kombinasi gerakan dasar baru dari kontinuitas surface dalam satu mangkuk dan antar mangkuk lainnya. Untuk percobaan ini, akan dibutuhkan tiga buah mangkuk transparan untuk melihat bagaimana surface dari selai dihasilkan dalam medium krim, serta sebuah lemari pendingin untuk membekukan krim tersebut. Krim yang membeku akan lebih mudah dipotong dan diamati. Krim kue yang digunakan berwarna putih, sementara selai berwarna merah agar surface yang digerakkan dalam medium kemudian dapat diamati perbedaannya. Krim akan mengunci selai dalam adonannya, sehingga jejak surface yang dihasilkan dapat diamati oleh mata. 12
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Selai dipilih karena tidak mudah larut dalam krim ketika dilakukan pengadukan, selai yang digunakan bukanlah selai yang kental seperti jelly, melainkan selai yang lebih cair seperti topping untuk mempermudah pengadukan dan pergerakan selai dalam krim. Setelah semua bahan dan alat siap, saya pun memulai percobaan.
Gambar 7. Tahapan memasukkan krim ke tiga buah mangkuk transparan. Pertama–tama, saya memasukkan krim ke setiap mangkuk dengan takaran separuh dari volume setiap mangkuk. Setelahnya, permukaan krim di setiap mangkuk diratakan agar selai yang dituangkan di atasnya dapat bertahan di bagian tengah. Setelahnya, saya menuangkan selai ke atas permukaan krim di setiap mangkuk dan menutupnya kembali dengan krim yang setara dengan volume setengah mangkuk. Krim penutup ini harus dipadatkan agar tidak ada ruang gerak untuk selai. Kini, ketiga mangkuk berisi krim siap untuk diaduk dengan Crazy Mixer. Pada awalnya saya menggunakan pengaduk yang pada tersangkut di antara pegas dan terangkat dari mangkuk, sehingga akhirnya digunakan pengaduk yang lebih kecil dan halus berupa dua buah sumpit. Proses pengadukan ini dipandu oleh tracing gerakan yang sudah lebih dulu dibuat. Proses pengadukan jejak 1: mangkuk krim 1
Gambar 8. Jejak selai 1 dan proses pengadukan. Panduan tracing gerak yang pertama ini mengambil gerakan dasar breakdance toprock dan footwork. Crazy mixer akan bergerak vertikal mengarah ke bagian dalam adonan, kemudian melakukan gerakan aktif yang membentuk gelombanggelombang kecil yang kontinu. Selanjutnya, Crazy Mixer akan bergerak menuju ke bagian bawah adonan, membentuk sebuah gelombang panjang secara horisontal yang kemudian diteruskan ke gerakan aktif berupa gelombang gelombang kecil secara horisontal yang letaknya semakin ke bagian bawah adonan. Proses pengadukan jejak 2: mangkuk krim 2 13
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Gambar 9. Jejak selai 2 dan proses pengadukan. Panduan tracing gerak yang kedua mengambil gerakan dasar breakdance drops dan . Crazy Mixer akan bergerak horisontal secara spin atau memutar pada bagian tengah dan bawah adonan. Gerakan spin ini dilakukan dengan cepat. Proses pengadukan jejak 3: mangkuk krim 3
Gambar 10. Jejak selai 3 dan proses pengadukan. Panduan tracing gerak yang ketiga mengambil gerakan dasar breakdance powermoves, freeze, dan suicide. Crazy Mixer akan bergerak vertikal dari bagian bawah adonan menuju ke atas, sesampainya di bagian atas adonan Crazy Mixer melakukan gerakan memutar atau spin secara cepat. Gerakan lalu dilanjutkan dengan tarikan ke bagian atas adonan secara perlahan, lalu sejenak berhenti di bagian paling atas adonan dan bergerak vertikal secara tiba – tiba menuju ke bawah. Crazy Mixer yang sudah ada di bagian bawah adonan lalu digerakkan membentuk sebuah gelombang panjang secara horisontal. Setelah proses pengadukan berdasarkan panduan tracing gerakan dasar breakdance dilakukan, terdapat hasil surface selai dalam krim yang berbeda –beda di setiap mangkuk. Gambar 11. Hasil pengadukan ketiga mangkuk. Tahap berikutnya adalah pembekuan ketiga mangkuk yang berisi adonan krim dan selai ini dalam lemari pendingin. untuk kemudian dipotong menjadi 5 bagian setiap mangkuknya. Lama pendinginan sekitar 2 jam agar krim cukup keras dan dapat dengan mudah dipotong tanpa berubah bentuk. Setelah 2 jam didinginkan, adonan krim yang sudah membeku di setiap mangkuk diangkat dari mangkuk untuk dipotong. Sebelum krim mencair kembali, saya segera memotong adonan krim di setiap mangkuk menjadi 5 bagian secara sejajar, hingga berbentuk seperti pada gambar di samping: Adonan krim dari mangkuk 1 yang telah dipotong menjadi 5 bagian kemudian dinamakan dengan urutan potongan 1A, 1B, 1C, 1D, 1E seperti pada gambar di atas, begitu juga dengan potongan pada adonan krim pada mangkuk yang lainnya. Dengan demikian terdapat 5 layer potongan secara keseluruhan yang terdiri dari layer A yang berisi potongan: 1A, 2A, Gambar 11. Hasil pengadukan ketiga mangkuk. 14
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
3A; layer B yang berisi potongan: 1B, 2B, 3B; layer C yang berisi potongan: 1C, 2C, 3C; layer D yang berisi potongan: 1D, 2D, 3D; serta layer E yang berisi potongan: 1E, 2E, 3E. Berikutnya saya akan melakukan pengamatan terhadap kelima layer berkaitan dengan kontinuitas surface selai yang dihasilkan dan menganalisa identitas gerakan breakdance yang ditandai oleh bentukan boundary surface dari gerakan Crazy Mixer. Hasil pengamatan dari setiap layer akan menghasilkan serangkaian gerak kombinasi dari gerakan – gerakan breakdance. Berikut adalah hasil analisis untuk setiap layer beserta tracing gerakan tertentu pada setiap layer-nya. Analisis Layer A
Gambar 14. Layer A dari kiri ke kanan: potongan 1A, 2A, 3A serta tracing layer A dari kiri ke kanan: surface pada potongan 1A, 2A, 3A
Setelah dilakukan tracing terhadap bentukan surface selai pada potongan 1A, 2A, dan 3A, ternyata tidak terdapat kontinuitas surface dari potongan 1A ke potongan 2A, begitu juga dengan potongan 2A dan 3A. Dengan demikian, yang surface-nya hanyalah kontinuitas surface dalam potongan 2A saja. Surface selai di dalam krim yang ada di potongan 2A memberi identitas gerak dasar breakdance yang berupa gerakan footwork. Pada ketiga potongan ini tidak dapat ditemukan kontinuitas karena ketiga potongan ini terletak di lapisan terluar adonan. Selai terletak di inti adonan sehingga jangkauan gerak Crazy Mixer tidak sempat mencapai bagian lapisan terluar adonan. Analisis Layer B
Gambar 15. Layer B dari kiri ke kanan: potongan 1B, 2B, 3B serta tracing layer B dari kiri ke kanan: surface pada potongan 1B, 2B, 3B
Pengamatan pada layer B menghasilkan hal yang berbeda dengan layer A. Dari potongan 1B, 2B, dan 3B terlihat adanya kontinuitas yang jelas. Potongan 1B menunjukkan bentukan surface selai yang menjadi identitas gerakan drops dan dilanjutkan dengan gerakan dan kemudian freeze ke arah atas. Setelah gerakan freeze yang dilanjutkan gerakan suicide sebagai gerakan transisi, surface berlanjut ke potongan 2B membentuk identitas gerakan powermoves lalu kembali ke gerakan suicide. Potongan 3B memiliki transisi surface yang drops yang berlanjut secara kontinu ke gerakan rock pada potongan 3B. 15
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Analisis Layer C
Gambar 16. Layer C dari kiri ke kanan: potongan 1C, 2C, 3C serta tracing layer C dari kiri ke kanan: surface pada potongan 1C, 2C, 3C
Layer C juga menunjukkan kontinuitas yang jelas antara surface selai yang terbentuk pada potongan 1C, 2C, dan 3C. Pada potongan 1C, surface selai footwork yang berlanjut ke gerakan powermoves, freeze, dan suicide pada potongan 2C. Setelah gerakan suicide, rangkaian gerakan tidak berhenti, melainkan berlanjut ke gerakan toprock di potongan 3C. Analisis Layer D
Gambar 17. Layer D dari kiri ke kanan: potongan 1D, 2D, 3D serta tracing layer D dari kiri ke kanan: surface pada potongan 1D, 2D, 3D
Kontinuitas pada layer D diawali oleh surface selai sebagai identitas gerakan footwork pada potongan 1D yang terus berlanjut ke gerakan pada potongan 2D di mana terjadi gerakan memutar atau spin dengan transisi gerakan drops. Gerakan spin tadi kemudian dilanjutkan dengan gerakan powermoves pada potongan 3D yang lebih menantang dan dilanjutkan lagi dengan gerakan freeze. Analisis Layer E
Gambar 18. Layer E dari kiri ke kanan: potongan 1E, 2E, 3E serta tracing layer E dari kiri ke kanan: surface pada potongan 1E, 2E, 3E
Pada layer kelima, yaitu layer E, juga terlihat ada kontinuitas gerakan yang menghasilkan serangkaian gerakan dari identitas yang dinyatakan bentukan surface selai. Dimulai dengan surface selai dalam krim yang memberi identitas gerak footwork pada potongan 1E, lalu dilanjutkan sampai potongan 2E dengan gerakan yang masih sama. Gerakan footwork berlangsung lebih lama, selanjutnya gerakan dilanjutkan oleh transisi gerakan drops pada potongan 3E yang disambung oleh gerakan yang menerus ke gerakan powermoves yang menantang. 16
arsitektur.net
2011 vol. 5 no. 2
Setelah melakukan serangkaian percobaan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai topik ruang dengan surface yang terjadi melalui tarian breakdance dan seni serta percobaan Crazy Mixer sebagai eksperimen lebih lanjut. Hal pertama yang dapat saya pelajari adalah permainan surface yang kontinu mampu membentuk boundary ruang yang sangat dinamis dan tak terbatas. Pengalaman ruang yang dapat dialami di dalam ruang semacam ini sangat menarik, sebab surface tempat berpijak bukan lagi sebuah bidang lantai, bahkan dapat berupa bidang langit–langit dan melawan gravitasi. Surface yang kontinu sangat bergantung pada gerakan yang mengeksplorasinya. Tanpa gerakan yang mencoba mengeksplorasi surface dalam bidang 3 dimensi yang tak terbatas, tidak akan terjadi surface yang dinamis. Karenanya, gerakan menghasilkan surface sebagai jejak, sementara surface menjadi identitas gerakan pembentuknya. Boundary surface itulah yang menandai suatu ruang gerak. Berdasarkan percobaan yang saya lakukan, ketika jejak yang ditinggalkan dari serangkaian gerakan menjadi point of interest secara kasat mata, ternyata kontinuitas antar potongan dalam satu layer dapat ditemukan. Gerakan dasar breakdance yang dipraktekkan oleh Crazy Mixer pada medium krim dengan selai sebagai penanda surface yang digerakkan telah menghasilkan kombinasi rangkaian gerakan breakdance yang beragam. Dari analisis layer A, B, C, D, dan E terdapat 4 buah kombinasi rangkaian gerakan yang berhasil ditemukan kontinuitasnya. Kombinasi gerakan pada layer B yang berupa rangkaian gerakan drops, , freeze, suicide, powermoves, suicide, drops, dan . Kedua, gerakan pada layer C yang merangkai gerakan footwork, powermoves, freeze, suicide, dan toprock. Ketiga, gerakan pada layer D yaitu rangkaian gerakan footwork, drops, rock, powermoves, dan freeze adalah rangkaian gerakan pada layer E sebagai kontinuitas gerakan footwork, drops, , dan powermoves. surface sebagai ruang gerak Crazy Mixer dikarenakan medium gerak yang berupa krim adalah medium yang tak terbatas, seperti halnya air dan udara. Medium yang merupakan ruang 3 dimensi yang tak terbatas memberi kesempatan terciptanya surface yang sangat dinamis sebagai boundary ruang yang terbentuk dari pergerakan. Referensi [1] Calter, P. (1998). Geometry in Art & Architecture. http://www.math.dartmouth. edu/ %7Ematc/math5.geometry/unit13/unit13.html [2] Elam, Kimberly. (2001). Geometry Of Design Press. [3] Evans, Robin. (1995). The Projective Cast : Architecture and its Three Geometries. London : The MIT Press. [4] The World Book Encyclopedia.(1993). United States of America. [5] Vitruvius. (1960). The Ten Books on Architecture. [6] Zellner, Peter. (1999). Hybrid Space: New Forms in Digital Architecture. London: Thames and Hudson.
17