BAB I. PENDAHU LUAN
BAB I. PENDAHULUAN
Hal pokok yang disajikan dalam bagian ini yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan peneltian, dan (4) manfaat penelitian. Latar belakang memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah
memuat
permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian merupakan manfaat
dari hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan dan pengelolaan Cagar
Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
1.1.
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia menunjukkan perhatian yang serius dalam menghadapi dampak perubahan iklim . Perhatian ini diwujudkan dalam bentuk komitmen untuk melakukan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan sampai dengan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Salah satu program yang dapat membantu perwujudan komitmen tersebut adalah program Reduction Emission from Deforestation and Forest Degradation /REDD (Bappenas, 2011). Untuk memenuhi komitmen tersebut, pemerintah Indonesia melakukan upaya-upaya yang berkenaan dengan penurunan deforestasi dan degradasi hutan (Bappenas, 2011). Beberapa keadaan yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan adalah perambahan (Gunawan et al., 2012) dan kebakaran hutan (Ginson, 2003; Lubis dan Suryadiputra, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut
1
2
maka pencegahan perambahan kawasan dan kebakaran hutan perlu dilakukan terhadap wilayah yang memiliki cadangan karbon yang cukup besar (Bappenas, 2011). Salah satu wilayah yang memiliki cadangan karbon yang cukup besar adalah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (Hooijer et al., 2006; ProgramMan-and-Biosphere, 2008). Menurut Program-Man-and-Biosphere (2008) Cagar Biosfer Giam Siak Kecil- Bukit Batu (GSK-BB) merupakan kawasan konservasi yang dikelola berdasarkan zonasi yang terdiri atas core area (area inti), buffer zone (zona penyangga) dan transition area (area transisi) Area inti memiliki perlindungan hukum jangka panjang untuk melestarikan keanekaragaman hayati, memantau ekosistem yang tidak mengganggu dan melakukan penelitian yang tidak merusak. Zona penyangga adalah wilayah yang mengelilingi atau bersebelahan dengan areal inti dan jelas melindungi areal inti dari dampak kegiatan manusia. Area transisi merupakan areal terluar yang flexible dan berdampingan dengan zona penyangga. Zona Penyangga dan Area Transisi di Cagar Biosfer GSK-BB terletak pada bagian luar dari Area Inti yang diharapkan memiliki peran melindungi area inti dari berbagai aktivitas manusia. Ekosistem rawa gambut merupakan ekosistem utama dan penting yang ada di dalam Cagar Biosfer GSK-BB , namun keberadaannya terancam oleh bahaya kebakaran. Ekosistem rawa gambut tersebut terancam akibat adanya aktivitas pengolahan lahan yang menggunakan api (Jarvie et al., 2003). Kebakaran hutan di dalam hutan rawa gambut memiliki kontribusi penting dalam emisi karbon di udara karena kandungan karbonnya yang tinggi (Lubis dan Suryadiputra, 2003).
3
Ancaman terhadap keberadaan kawasan konservasi tidak hanya datang dari faktor kebakaran hutan saja. Faktor perambahan juga menjadi ancaman yang serius (Awang, 2006). Dari tahun 1999 hingga 2009 sisa hutan gambut di wilayah Cagar Biosfer GSK-BB menjadi tempat bagi aktivitas illegal logging dengan kayu berkualitas seperti Shorea spp., Tetramerista glabra, Gonystylus bancanus, Palaquium sumatranum, Palaquium burckii, Durio acutifolius dan Koompassia malaccensis. Aktivitas illegal logging tersebut berkurang mulai tahun 2005 dan berhenti sekitar tahun 2010 (Gunawan et al., 2012). Seluas kurang lebih 47.200 ha Zona Penyangga Cagar Biosfer mendapat akibat dari illegal loging dan kebakaran hutan yang diikuti dengan adanya pemukiman penduduk semenjak awal tahun 2000 (Gunawan et al., 2012) . Penyangga diartikan sebagai areal yang sangat penting perannya dalam melindungi pengaruh dari luar yang dapat merusak kawasan area inti kawasan lindung seperti perambahan dan kebakaran hutan (Bennett dan Mulongoy, 2006). Disamping dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh perambahan dan kebakaran, dalam memilih penggunaan penyangga harus memperhatikan bahwa areal tersebut juga dapat berperan dalam mendukung fungsi kawasan (DeFries et al., 2005) dan fungsi ekonomi masyarakat. Di dalam tulisan ini dibedakan antara istilah
zona penyangga dengan
fungsi penyangga. Zona penyangga yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan Zona Penyangga yang ditetapkan dalam Zonasi Cagar Biosfer Giam Siak KecilBukit Batu dimana keseluruhannya merupakan hutan konsesi milik Grup Sinar Mas Forestry (Program-Man-and-Biosphere, 2008) sedangkan istilah fungsi
4
penyangga yang dimaksudkan dalam tulisan ini merupakan areal yang berbatasan langsung dengan Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, termasuk sebagian Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (Gambar 1). Sebagian Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu berbatasan langsung dengan Area inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu akan memberikan pengaruh terhadap zona inti. Pengaruh tersebut dapat berupa hal-hal yang menguntungkan maupun merugikan Area Inti Cagar Biosfer. Untuk keberlanjutan Area inti yang aman dan bebas dari kegiatan yang dapat merusak maka perlu sebuah usaha agar wilayah tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap Area Inti Cagar Biosfer serta mengurangi dampak negatifnya. Pertimbangan yang dipakai dalam mengelola fungsi penyangga harus didasarkan pada tiga aspek yang saling terkait, yaitu aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat dan oleh karena itu pembangunan kawasan konservasi, daerah penyangga, dan ekonomi masyarakat mempunyai hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan
(Bismark dan Sawitri, 2007). Dari sudut aspek
ekologi keanekaragaman jenis tumbuhan memiliki pengaruh terhadap erosi (Young, 1990), dan keberlangsungan hidup satwa (Imron et al., 2011). Oleh karena itu, keberagaman tumbuhan di kawasan fungsi penyangga perlu diketahui. Peran fungsi penyangga sebagai pendukung fungsi kawasan konservasi dapat berupa peran dalam melindungi habitat satwa yang tidak memiliki batas administratif, perlindungan keanekaragaman hayati, pengaturan tata air (DeFries et al., 2010) Kebakaran hutan (Groot et al., 2007) dan perambahan (Awang, 2006). Peran dalam mendukung fungsi sebagai perlindungan habitat satwa pernah
5
diterangkan melalui studi pemodelan di Taman Nasional Tesso Nilo yang menunjukkan bahwa berbagai jenis tipe penutupan lahan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap kelestarian Harimau Sumatera (Imron et al., 2011). Studi lainnya juga berkesimpulan bahwa kondisi landsekap sekitar kawasan konservasi juga memiliki peran yang penting bagi dinamika air, nutrient dan energy (DeFries et al., 2010).
Gambar 1. Area Transisi yang berbatasan dengan Area Inti
Kawasan fungsi penyangga haruslah dapat menjadi sebuah kawasan yang juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ancaman kawasan dari gerakan perlawanan masyarakat sebagai akibat dari kesenjangan sosial (Awang, 2006). Dengan perekonomian yang memadai setidaknya ancaman keberadaan kawasan konservasi oleh struktur masyarakat sekitarnya dapat dihindari (Rahayu et al., 2005).
6
Pada kawasan yang berdekatan dengan Area inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu dapat ditemukan berbagai jenis penggunaan lahan seperti halnya perkebunan milik masyarakat dengan tanaman pokok berupa karet (ProgramMan-and-Biosphere, 2008) yang mana tanaman tersebut baik secara ekologi dan ekonomi serta dapat berfungsi sebagai penyimpanan karbon (Petsri et al., 2013; Schroth et al., 2003; Wauters et al., 2008; Young, 1990). Tanaman karet merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Riau. Perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) sudah terlebih dahulu dikenal masyarakat Riau, bahkan jauh sebelum diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda (Sadikin dan Irawan, 2006). Menurut Dirjen Perkebunan pada tahun 2004 luas perkebunan karet rakyat di Riau seluas 12,97% dari luas perkebunan rakyat di Indonesia (Sadikin dan Irawan, 2006). Kebun karet yang diteliti pada tulisan ini menarik untuk diteliti karena merupakan kebun karet yang berada pada desa di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, akan tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan Area inti Cagar Biosfer (Gambar 1). Hal ini merupakan sesuatu yang unik karena sebagian besar Area inti Cagar Biosfer berbatasan langsung dengan konsesi milik Group Sinar Mas Forestry yang dijadikan sebagai Zona Penyangga Cagar Biosfer (Program-Man-and-Biosphere, 2008). Letak sebagian Area Transisi yang berbatasan langsung dengan Area Inti diharapkan tetap memiliki fungsi sebagai penyangga walaupun secara pengelolaan tidak berada pada zona penyangga.
7
1.2.
Rumusan Masalah
Karet merupakan jenis tanaman yang menguntungkan secara ekonomi dan ekologi (Schroth et al., 2003; Young, 1990) dan telah lama dikenal oleh masyarakat Riau (Sadikin dan Irawan, 2006). Keberadaan kebun karet khususnya yang berada di Area Transisi Cagar Biosfer yang berdekatan langsung dengan Area intinya memiliki potensi sebagai fungsi penyangga. Akan tetapi hal tersebut belum terkelola dengan baik dikarenakan data keberadaannya khususnya terhadap aspek pengelolaan seperti proses pengelolaan, ekonomi dan biodiversitas belum banyak tersedia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peran kebun karet rakyat di Area Transisi yang berdekatan dengan Area inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu dalam kaitannya dengan fungsi dan perannya dalam mencegah atau memicu degradasi dan deforestasi, terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal yang menyangkut unsur pengelolaannya yang terdiri dari proses pengelolaan, manfaat ekonomi, dan keadaan biodiversitasnya. Pengetahuan tersebut diperlukan dalam upaya melakukan tindakan penyelamatan terhadap Area Inti Cagar Biosfer. Rumusan penelitian ini diajukan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pengelolaan kebun karet rakyat di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu? 2. Bagaimana manfaat ekonomi kebun karet rakyat di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil–Bukit Batu. 3. Bagaimana biodiversitas tumbuhan di kebun karet rakyat di area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu?
8
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan proses pengelolaan kebun karet rakyat di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
2. Mendeskripsikan manfaat ekonomi kebun karet rakyat di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu.
3. Membandingkan Biodiversitas tumbuhan di beberapa lokasi kebun karet rakyat di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Ilmu pengetahuan, penelitian ini memberikan tambahan informasi dan referensi terkait pengelolaan Kebun Rakyat di Area Transisi Cagar Biofer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebagai fungsi penyangga Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
2.
Bagi pemegang kebijakan, penelitian ini memberikan gambaran terhadap penggunaan lahan kebun karet sebagai fungsi penyangga di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecik- Bukit Batu yang dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan kawasan fungsi penyangga Area Inti Cagar Biofer GSK-BB.
9
3.
Bagi Intansi pengelola Cagar Biofer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, penelitian
ini
berguna
untuk
menentukan
langkah
pencegahan
perambahan Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam program Model Desa Konservasi .