Memburu Kekuatan Cinta dan Doa Ibu UNAIR NEWS – Pengajian Universitas Airlangga menjadi agenda rutin yang dilaksanakan setiap sebulan sekali. Kali ini, Kamis (22/12), tema yang diangkat yakni “Membangun Kesuksesan Keluarga Islami dengan Peran Ibu sebagai Guru dan Panutan Keluarga”. Pengajian yang dilaksanakan di ruang kuliah 322 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR tersebut dihadiri oleh Dekan FST UNAIR Prof. Drs. Win Darmanto, M.Si., Ph.D, Direktur Sumber Daya Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum, dan Ustaz Drs. H. Ahmad Muzakky Al Hafidz, MA, selaku penceramah agama. Selaku tuan rumah, Prof. Win dalam sambutannya tidak lupa mengajak para hadirin untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Prof. Win juga mengungkapkan bahwa pengajian kali ini dirancang dengan bertepatan pada hari ibu. Oleh karena itu, tema yang diusung pun juga tentang peran ibu sebagai guru dan panutan dalam keluarga. Menambahkan pernyataan Prof. Win, Direktur Sumber Daya Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum, mengatakan bahwa ibu merupakan guru pertama di dunia. “Hari ibu bukan hari ini saja. Bagi saya setiap hari adalah hari ibu. Karena setiap hari kita harus ingat ibu. Karena dari beliaulah kita ada dan bisa sampai hari ini. Meski demikian jika hari ini diperingati sebagai hari ibu ini merupakan simbol,” paparnya. Memasuki sesi ceramah, Ust. Ahmad Muzakky yang juga imam besar Masjid Nasional Al Akbar Surabaya tersebut membuka ceramah dengan menjelaskan kekuatan doa dan cinta, utamanya doa dan cinta ibu terhadap anak-anaknya. “Doa yang dipanjatkan dengan cinta itu nilainya beda. Apalagi kekuatan cinta ibu pada anaknya, itu luar biasa. Itu yang
tidak bisa digantikan dengan apa pun dan kekuatan doa ibu inilah yang kita butuhkan,” paparnya. Ustaz yang juga konsultan keluarga sakinah tersebut memaparkan tentang keutamaan seorang ibu, misalnya seperti hadis tentang kedudukan surga yang ada di telapak kaki ibu. Namun, di tengah ceramah, Ustaz Ahmad juga menjelaskan mengenai ibu-ibu yang kehilangan surganya. Hal itu, menurut Ustaz Ahmad disebabkan perilaku ibu sendiri, semisal menitipkan anaknya di panti asuhan meski dia masih hidup. Selanjutnya disebabkan perceraian yang dilayangkan bukan karena talak, aborsi, ataupun sebab perselingkuhan. “Perilaku seperti itulah yang membuat ibu kehilangan martabat surga di kakinya,” jelasnya. Di akhir ceramah, Ustaz Ahmad juga mengajak para hadirin untuk terus memuliakan ibu dan juga istri, karena merekalah tiang negara dan bangsa. “Mau seperti apa pun ibu tetap mulia. Mudah-mudahan di hari ibu dan momentum maulid Nabi Muhammad ini kita bisa meraih surga-Nya,” pungkasnya.(*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Asesor AUN Apresiasi Kinerja Tiga Prodi UNAIR UNAIR NEWS – Setelah selama dua hari melakukan penilaian di tiga program studi di Universitas Airlangga, tim asesor ASEAN University Networking-Quality Assessment (AUN-QA), mempresentasikan hasil temuannya. Presentasi dilakukan di Aula Kahuripan 301, Kantor Manajemen, Kamis (22/12).
Presentasi hasil penilaian dihadiri oleh jajaran pimpinan dan pengajar di lingkungan Universitas, fakultas, dan departemen yang bersangkutan. Sebelumnya, pada tanggal 19 dan 20 Desember, enam asesor melakukan visitasi di Departemen Sastra Inggris-Fakultas Ilmu Budaya, S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Para asesor secara bergantian mempresentasikan mengenai sebelas poin tentang hasil peninjauannya di setiap prodi dan departemen. Poin-poin itu adalah hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes), spesifikasi program (programme specification), struktur dan isi program (programme structure and content), pendekatan pendidikan (teaching and learning approach), penilaian mahasiswa (student assessment), kualitas staf akademik (academic staff quality), kualitas staf kependidikan (supporting staff quality), pendukung kualitas mahasiswa (student quality and support), fasilitas dan infrastruktur (facility and infrastructure), peningkatan kualitas (quality enhancement) dan luaran (Output). Assoc. Prof. Dr Kunyada Anuwong, asesor S-1 prodi Manajemen menjelaskan, sertifikat AUN-QA baru bisa diperoleh apabila hasil penilaian memperoleh skor minimal 4 dari skala 7. Skor 4 menunjukkan bahwa prodi atau departemen bersangkutan memperoleh hasil cukup dalam menjalankan proses akademik. Setiap prodi mendapatkan saran demi peningkatan kualitas di sebelas bidang itu. Dr. Patricia Empeleo yang juga asesor S-1 prodi Manajemen mengatakan, bahwa prodi yang bersangkutan memiliki fasilitas akademik dan penunjang yang cukup baik, ditambah dengan aplikasi UNAIR Cybercampus yang terintegrasi dengan sistem pembelajaran elektronik (e-learning). Di sisi lain, ada kualitas yang mesti ditingkatkan. “Diperlukan adanya rencana jangka menengah tentang pembangunan yang komprehensif. Selain itu, perpustakaan sebaiknya dibuka pada Sabtu dan Minggu selama pekan ujian semester
berlangsung,” tutur Patricia, pengajar asal Universitas Santo Thomas. Sementara itu, prodi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat mendapatkan masukan dari asesor Prof. Dr. Alvin B. Culaba dan Assoc. Prof. Dinh Thanh Viet. Mereka menyarankan agar kegiatan perkuliahan mengacu pada hasil pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, dalam setiap silabus mata kuliah, hendaknya dicantumkan bukubuku kuliah yang wajib dibaca. Sedangkan, pada Departemen Sastra Inggris, para asesor yang menilai adalah Prof. Dato’ Ir. Dr. Riza Atiq dan Dr. Veerades Panvisavas. Prof. Riza merasa terkesima dengan banyaknya lulusan Sastra Inggris yang kini cukup menyebar di berbagai bidang pekerjaan. Mereka banyak menjadi manajer, bankir, dan wirausahawan. Sebagai asesor penutup, ia memberikan apresiasi kepada para akademisi UNAIR yang hadir dalam sesi presentasi AUN-QA. Ia mengatakan, bila seluruh prodi di UNAIR memiliki kualitas sebaik tiga prodi yang tengah divisitasi asesor, maka target UNAIR bukan lagi menembus peringkat 500 besar perguruan tinggi top dunia. Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, Ph.D., dr., Sp.PD-KGH, ditemui usai acara mengatakan, asesor nampak begitu memperhatikan setiap detail proses akademik yang berjalan di UNAIR. Meskipun ada banyak perbaikan yang diterima, Prof. Djoko menganggap, perbaikan itu disampaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. “Mereka tampak concern sekali dengan kualitas akademik yang dicetak oleh UNAIR, mulai dari seleksi mahasiswa, mencetak mahasiswa, saat lulusan itu diwawancara. Dan, posisi job-nya yang ada di masing-masing sangat begitu baik, meskipun ada perbaikan yang disarankan. Tapi perbaikan itu disampaikan dalam rangka pelayanan kualitas pendidikan,” tutur Wakil Rektor I.
Ketua Badan Penjaminan Mutu UNAIR Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA., drh., mengatakan, pihaknya akan mengawal perbaikan mutu prodi seperti yang disampaikan para asesor. “Setiap program studi kan sudah mendapat banyak masukan itu, mereka mestinya harus membuat planning (perencanaan) untuk menindaklanjuti itu. Kami di BPM akan mengawal,” ujar Ketua BPM. Sebelumnya, ada enam prodi di UNAIR yang sudah pernah divisitasi oleh asesor AUN tersebut yakni S-1 Pendidikan Dokter, S-1 Ilmu Hukum, S-1 Pendidikan Dokter Hewan, S-1 Pendidikan Apoteker, S-1 Biologi, dan S-1 Kimia. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah Hari
Tingkatkan Pelayanan Melalui Lokakarya Excellent Services UNAIR NEWS – Demi peningkatan kualitas pelayanan yang lebih baik dalam melayani masyarakat, Bidang Kerjasama dan Bisnis Universitas Airlangga mengadakan Lokakarya Excellent Services dan Handling Customer Complain, pada Rabu (21/12). Bertempat di Ruang Sidang Pleno Kantor Manajemen UNAIR, lokakarya tersebut diikuti oleh staf Bidang Kerjasama dan Bisnis, Pusat Informasi dan Humas, serta staf dari anak perusahaan dibawah bidang kerjasama seperti PT. Airlangga Global Travelling dan Griya Tamu UNAIR. Wakil Rektor IV Junaidi Khatib Ph.D., selaku pihak yang bertanggung jawab dalam urusan kerja sama bisnis, turut hadir untuk membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, Junaidi
menyampaikan bahwa pentingnya memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan. Ia juga menambahkan bahwa sesulit apapun tugas di kantor, tidak lantas memengaruhi kinerja dalam melayani masyarakat. “Urusan di kantor jangan sampai memengaruhi pelayanan kita, karena setiap perilaku kita dalam melayani itu mencerminkan citra UNAIR,” jelasnya. Dalam lokakarya tersebut hadir pemateri pertama, Dr. Dewi Retno Suminar yang membahas tentang Excellent Services. Dewi yang juga dosen Fakultas Psikologi UNAIR ini mengatakan bahwa untuk berhadapan dengan publik, sebaiknya kenali diri sendiri dan lihat kelebihan dari diri masing masing. Setelah itu, langkah selanjutnya yakni menentukan sikap yang tepat untuk menghadapi publik dengan keadaan tenang dan tidak canggung. Ia juga memaparkan tentang etika seorang pemberi jasa pelayanan dalam memenuhi kepuasan customer. “Ketika kita berbicara dengan orang, tataplah matanya dan beri senyuman yang ramah. Karena itu kesan pertama anda yang akan dinilai orang,” papar Dewi. Dewi juga menyampaikan pentingnya penampilan, gestur dan ekspresi wajah ketika berhadapan dengan orang lain. Tidak hanya itu, bagi Dewi pilihan kata berbicara pun juga harus dipilih dengan baik. “Makanya dalam komunikasi dengan pelanggan kita harus menggunakan kata-kata yang sopan dan lugas,” imbuhnya. Selanjutnya, pemateri kedua disampaikan oleh Drs. Suko Widodo selaku Ketua PIH UNAIR. Pakar komunikasi politik tersebut berbagi mengenai cara menghadapi beberapa keluhan yang sering dihadapi dijasa pelayanan. Menurut Suko, kunci untuk menghadapi keluhan pelanggan ialah mendengarkan keluhan tersebut dengan baik dan tidak disarankan untuk menyela pelanggan ketika selama berbicara keluhan. “Complain is a Gift. Customer is a King. Ketika menghadapi
keluhan pelanggan, yang penting jangan gugup dan tergesa-gesa, dan tawarkan solusi yang baik untuk masalah yang dihadapi pelanggan” pungkas Suko. (*) Penulis: Farida Hariani Editor: Nuri Hermawan
Teliti Stem Cell untuk Gangguan Rahang, Ni Putu Mira Lulus Terbaik S-3 FK UNAIR UNAIR NEWS – Terapi pengobatan penyakit dengan stem cell sudah banyak dikembangkan. Salah satu penelitian lagi dikembangkan oleh Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM, untuk tesisnya. Dalam menggali potensi pengobatan stem cell sebagai pengobatan Temporomandibular Disorder (TMD) itu, Mira memanfaatkan jaringan tali pusat. Tesis itu pula yang menunjang Mira sebagai wisudawan terbaik S-3 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas AIrlangga. TMD atau gangguan sendi rahang, merupakan keluhan yang banyak ditemukan di masyarakat. Suatu penelitian memperkirakan 20 sampai 30 persen populasi orang dewasa akan mengalami TMD. Salah satu penyebabnya adalah defek pada kartilago sendi temporomandibula. Penyakit ini dapat menimbulkan keluhan nyeri dan radang kronis. Berbagai metode yang telah dikembangkan belum memberikan hasil jangka panjang yang maksimal. Mira berharap, perkembangan terapi stem cell memberi harapan dalam regenerasi kartilago sendi temporomandibula. Secara spesifik, penyebab TMD hingga kini belum ditemukan. Berdasarkan penelitian dari berbagai kasus, TMD disebabkan
banyak factor; mulai dari usia, genetik, jenis kelamin, oklusi, hyperlaxity, kebiasaan parafungsional, trauma akut, bruxism, perawatan ortodonti, trauma, infeksi, kelainan imunologis, metabolik, neoplasia, kongenital atau developmental. “Pada literatur dilaporkan bahwa 30 sampai 50 persen populasi sekarang mengalami TMD, terutama pada kelompok umur 20-40 tahun,” kata Mira. TMD adalah sekelompok kelainan pada sendi rahang dan otot pengunyahan. Dalam kasusnya, TMD dibagi menjadi kategori muskular dan kartilago, dengan beberapa tanda dan gejala seperti nyeri, gangguan fungsi rahang, deviasi dan defleksi, keterbatasan rentang gerak sendi, bunyi pada sendi, rahang terkunci, sakit kepala, tinitus, hingga perubahan visual. Perempuan kelahiran Gianyar, 29 Maret 1978 ini fokus meneliti defek kartilago mandibula yang timbul karena trauma dengan implantasi HUCMSC (Human Umbilical Cord Stem Cell) pada scaffold Platelet Rich Fibrin. Keduanya diperoleh dari proses sentrifugasi darah vena autologous. Implantasi ini dilakukan pada defek kartilago mandibula tikus, dan ternyata terjadi regenerasi pada defek kartilago tersebut. Dalam disertasinya, Mira memanfaatkan stem cell yang dibiakkan dari tali pusat atau disebut HUCMSC itu. Dibandingkan dengan menggunakan sumsum tulang, menurut Mira, penggunaan HUCMSC terbukti menunjukkan diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan potensi diferensiasi kondogenik HUCMSC lebih baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang. ”Terjadinya regenerasi kartilago sendi temporomandibula dengan menggunakan implantasi stem cell dari tali pusat (HUSMC) lebih baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang,” katanya. (*) Penulis : Sefya Hayu Istighfaricha
Editor: Deferina Sukma S.
Hikmah “Bongkar” Skripsi, Jessica Lulus Terbaik S-1 FST UNAIR UNAIR NEWS – Keterbatasan pakar dan data saat penelitian membuat Jessica, S.Kom harus mengubah judul skripsinya, meskipun kala itu proposal yang dibuat sudah selesai ditulis dan siap diseminarkan. Membongkar judul skripsi itu, diakui, sempat membuatnya patah semangat di tengah melakukan penelitian. Apalagi, begitu banyak perubahan yang terjadi pada skripsinya itu. Tetapi termotivasi dengan waktu yang harus cepat selesai, akhirnya Jessica dapat menyelesaikannya, dan bahkan memperoleh predikat sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,97. Jessica pun lulus terbaik untuk jenjang S-1 Fakuktas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR, pada wisuda periode Desember 2016. “Awal bulan Februari 2016 sebenarnya proposal skripsi saya sudah selesai, walaupun belum maju sidang proposal. Namun ternyata saya memiliki kendala kesediaan pakar, yakni psikiater/psikolog dan data (training dan testing) untuk membangun sistem tersebut,” ujarnya. Jadi, selama hampir setengah tahun Jesssica harus berusaha menyelesaikan berbagai kendalanya tersebut. “Saya bahkan sampai menjadi ‘buronan’ dosen pembimbing,” ungkapnya. Namun akhirnya Jessica dapat menyelesaikan kendalanya tersebut dan dapat mengikuti sidang skripsi hingga mengikuti yudisium
untuk mengikuti wisuda periode Desember 2016 ini. Ia mengaku, tidak ada kiat-kiat secara khusus dari pencapaiannya hingga memperoleh predikat yang sangat membanggakan ini. Ia hanya belajar dan berusaha untuk mengasah kreativitasnya dalam pengembangan diri semaksimal mungkin untuk memberikan hasil terbaik. Menurutnya, di program studi Sistem Informasi ada mata kuliah yang dinilai “paling horor”, yaitu matkul yang berhubungan dengan programming, selain dari Kalkulus mata kuliah Matematika. “Prinsip saya, berusaha jangan pernah menyontek proyek, atau numpang nama saja di proyek kelompok,” katanya. Cewek
yang
semasa
mahasiswa
aktif
dalam
Unit
Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Kerohanian Kristen ini berangan-angan setelah lulus ini, nanti banyak start-up non-komersil yang dapat berguna bagi masyarakat, dan tentunya masyarakat menjadi lebih melek teknologi. Dengan pencapaiannya ini (wisudawan terbaik), Jessica merasa sangat bangga, namun juga merasa takut. “Saya tentunya bangga dengan pencapaian ini. Tetapi ada kalimat ‘From great power, comes great responsibility’. Ketika saya diberikan kesempatan untuk memperoleh prestasi ini, maka saya akan mempunyai beban lebih pula untuk mempertanggungjawabkannya,” ujar Jessica. (*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
Jadi Komisioner KPID Jatim, Amalia Bertekad Ciptakan Atmosfer Penyiaran Edukatif UNAIR NEWS – Amalia Rosyadi Putri adalah alumnus Magister Media dan Komunikasi angkatan 2013. Ibu dari satu anak ini lulus pada 2015, dan tergolong studi cepat, satu setengah tahun. Setelah tamat, dia menjadi dosen di Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Kemudian, melanjutkan kuliah kembali di Universitas Airlangga, pada Prodi S3 Ilmu Sosial FISIP. Mantan
penyiar
Radio
Andika
FM
ini
mengikuti
seleksi
komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur tahun ini. Setelah melewati sejumlah tahapan, dia terpilih menjadi satu di antara tujuh komisioner. Tepatnya, sebagai Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran. Gubernur Soekarwo mengukuhkan dia dan rekan-rekan kerjanya pada 6 Desember 2016 lalu. Ditanya tentang targetnya ke depan, perempuan asal Ngadiluwih, Kediri, ini menuturkan, dia dan kawan-kawannya bertekad mewujudkan atmosfer penyiaran yang sehat dan edukatif di Jawa Timur. “Televisi dan radio harus mencerdaskan warga. Tidak boleh manipulatif apalagi malah jadi corong fitnah,” ungkap penggemar kesenian wayang tersebut. Amalia mengatakan, aktivitas penyiaran mesti berpedoman pada aturan yang berlaku. Misalnya, yang termaktub dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Bila ada yang melalukan pelanggaran, KPID setempat berwenang memberi teguran atau sanksi. Bila berjalan sesuai rencana, dalam pekan ini, KPID akan memanggil enam lembaga penyiaran yang terindikasi melakukan pelanggaran. Tujuannya, meminta klarifikasi terkait poin-poin yang dianggap melanggar itu. Bila terbukti, KPID akan
melakukan tindakan tegas. “Penyiaran yang baik memiliki peran penting dalam mencetak generasi penerus yang sanggup menjawab tantangan zaman, tidak manja, dan mandiri,” papar Amalia. Ditanya soal studi doktoralnya, Amalia memasang target lulus setidaknya tiga tahun. Dia juga berharap, akan aktif melakukan riset tentang media, baik saat kuliah maupun setelah lulus kelak. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Mengukuhkan Pusat Kesehatan Tropis Se-Asia Tenggara DIES Natalis merupakan salah satu momentum untuk mengingatkan kembali memori terlahirnya sebuah lembaga. Dalam hal ini pada Universitas Airlangga yang sedang merayakan peringatan dies natalisnya yang ke-62. Universitas terbesar di kawasan Indonesia Timur ini memiliki puluhan ribu mahasiswa dan alumni yang berasal dan tersebar di seluruh Indonesia bahkan di beberapa negara manca. Tidak lepas juga dari berbagai macam prestasi yang begitu banyak dicapai, mulai dari prestasi mahasiswa, dosen maupun para Guru Besar. Tak lupa juga berbagai macam fasilitas pendidikan dan penunjangnya yang begitu lengkap nan canggih, baik yang terletak di lingkungan kampus A, kampus B, maupun kampus C. Sebutlah mulai dari bus kampus (flash) sampai dengan fasilitas laboratorium terbesar dan tercanggih se-Asia Tenggara.
Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan mega-biodiversitas, baik flora maupun faunanya. Selain itu, di negeri khatulistiwa ini juga banyak ditemukan berbagai macam penyakit yang tidak didapatkan di negara-negara nontropis. Penyakit tersebut Antara lain malaria, demam berdarah dengue (DBD), flu burung (avian influenza), filariasis, penyakit yang berhubungan dengan cacing, malnutrisi/gizi buruk, non infeksius seperti penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup (diabetes, stroke, dll). Penyakit-penyakit tersebut merupakan gangguan kesehatan yang selalu ada tiap tahun dan belum terselesaikan sampai dengan saat ini. Contoh nyata adalah ketika musim hujan yang telah mengguyur kota-kota di Indonesia, musim ini memicu timbulnya bangsal-bangsal atau lorong-lorong di rumah sakit dipenuhi oleh banyak pasien yang terinfeksi diantara penyakit diatas, misalnya demam berdarah. Belum lagi, penyakit yang muncul akibat dari banjir (genangan air) di musim penghujan. Ancaman penyakit seperti leptospirosis, kolera, juga mengancam kehidupan masyarakat, yang terbaru adalah kemunculan virus zika yang ditularkan melalui nyamuk. Universitas Airlangga yang merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia dan di Asia Tenggara memiliki peluang sebagai Pusat Kesehatan Tropis di Asia Tenggara. Hal ini didorong karena Universitas Airlangga memiliki Fakultas Kedokteran termasuk yang tertua di Indonesia, usia historisnya sudah 103 tahun dihitung sejak era NIAS (Nederlands Indische Artsen School) atau Sekolah Dokter Hindia Belanda yang berdiri tahun 1913. Kemudian FK UNAIR juga memiliki program Magister Kedokteran Tropis. Selain itu Universitas Airlangga memiliki pusat penelitian yang mengkhususkan terhadap penyakit tropis, dan ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Tentu saja, juga memiliki para pakar yang kemampuan kompetensinya untuk
mengembangkan vaksin maupun herbal medicine, terutama untuk penyakit-penyakit yang sedang berkembang di Indonesia. Asset yang besar ini merupakan sebuah kekuatan dan modal dalam menggapai Universitas Airlangga sebagai pusat kesehatan tropis di Asia Tenggara maupun sebagai World Class University yang terkemuka, baik di Indonesia maupun manca negara. Oleh sebab itu, seiring dengan peringatan dies natalis ke-62 tahun 2016 ini, diharapkan civitas akademika Universitas Airlangga membuka kembali dan merenungkan kembali sumber daya dan kekuatan yang dimiliki, sehingga mampu mengembalikan kejayaan universitas ini menjadi universitas terbaik di Indonesia maupun di kawasan internasional, sesuai dengan Hyme Airlangga yang selalu dinyanyikan pada setiap kesempatan acara akademik, misalnya upacara wisuda, pengukuhan Besar/dokter/professi, seminar nasional, dsb. “Di timur Jawa Dwipa, Megah engkau bertakhta, Airlangga, Kusuma Negara, Dari engkau kudapat,
Guru
Satria Budaya
Pusaka, Airlangga dikau permata, Indonesia Raya”. Selamat Ulang Tahun Universitas Airlangga tercinta. Jayalah selalu. (*)
Baru Dilantik, 84 Dokter Spesialis Siap Mengabdi UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali meluluskan putra putri terbaiknya yang siap mengabdikan diri kepada masyarakat. Bertempat di Aula Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR, sebanyak 81 mahasiswa Spesialis-I dan 3 mahasiswa Spesialis-II angkatan ke-119, dilantik menjadi dokter spesialis baru pada Rabu (21/12).
Pelantikan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor II UNAIR Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin., Direktur Rumah Sakit UNAIR Prof. Dr. dr. Nasronudin, Sp.PD-KPTI., Dekan FK Prof. Dr. dr. Soetojo, Sp.U., beserta jajaran pimpinan fakultas serta departemen, dan Wakil Direktur Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Dr. dr. Hendriyan Dwikoloso, SpM. Dari 16 Program Studi (Prodi) Spesialis-I, prodi Radiologi merupakan prodi penyumbang mahasiswa terbanyak yang dilantik, tercatat ada 17 mahasiswa dari prodi tersebut. Disusul dengan prodi Patologi Klinik dan Anestesiologi dan Reanimasi, masingmasing 8 mahasiswa. Dalam prosesi pelantikan dokter spesialis, para lulusan baru mendapatkan berbagai wejangan yang disampaikan oleh jajaran pejabat yang hadir. Mewakili Direktur RSUD Soetomo, dr. Hendriyan berpesan agar lulusan dokter spesialis dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki, karena tenaga dan pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. “Saya ucapkan selamat atas keberhasilan anda. Ini bukan akhir, ini adalah momentum perubahan, momentum awal bagi perjuangan besar sebagai insan kesehatan,” ujarnya. Sedangkan, Prof. Soetojo dalam sambutannya mengatakan, bahwa dokter spesialis yang baru saja dilantik, diharapkan siap membantu di daerah-daerah yang masih membutuhkan dokter spesialis dengan ikhlas. “Karena anda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni, maka, bangsa kita akan mampu mengatasi masalah kesehatan secara tuntas,” serunya. Selain itu, ia juga menghimbau pada dokter spesialis agar mempunyai Surat Izin Praktek dan Surat Tanda Registrasi. Pasalnya, hal tersebut sebagai salah satu tolak ukur standar kompetensi setiap lulusan kesehatan, dan sekaligus sebagai salah satu syarat untuk memasuki dunia kerja, penerimaan
pegawai, hingga peningkatan karir. Sebagai penutup, Wakil Rektor II UNAIR juga memberikan wejangan. Seraya mengucapkan selamat kepada para lulusan baru dokter spesialis, Madyan juga berharap agar para dokter spesialis yang baru dilantik mampu mengabdi di tengah-tengah masyarakat. “Mengabdilah dengan rasa mantap, karena saudara tumbuh berkembang dari sebuah almamater yang bereputasi tinggi dan secara teguh memegang tradisi Excellence with Morality,” pungkasnya.(*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan