ISSN 0852-0151
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 18(2): 81 - 90, 2012
MEMBANGUN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL (CTL) DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SD DI KOTA MEDAN. Sorta Simanjuntak Jurusan PGSD FIP Universitas Negeri Medan Jln. Willem Iskandar Pasar V, Medan 20221 Diterima 16 April 2012, disetujui untuk publikasi 26 Juni 2012
Abstract The research objective is to build: 1) the model of studing the basic of CTL the character education for primary students; 2) to know about the competence of teacher to build and implementation of CTL in learning; 3) to know about the constribution of CTL in learning the character build for primary students; 4) to know about the process learning with CTL learning in education of primary students in Medan. This study uses the "Research and Development R & D Cycle. The population research of primary teacher in Medan. And the sample who the teacher in the village of Medan city. The data are collection techniques used are anquet with Likert’s scale, observation, and documentation. The analysis of data are description of statistic and the interpretation of normative scale. The result of the analysis data are : 1) building of the teacher’s competence of model CTL in the lesson plan is better in the value 3,01; 2) the value of anquet about the concepsional of teacher 2,82 with category good; and 3) the observation about how the teacher to teach is value 2,49 in category not bad. The conclution of the design learn of CTL model’s with description is good determinat. Mean while the implementation showed that all are not good yet.
Pendahuluan Pembangunan karakter siswa merupakan upaya mewujudkan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 45 yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 – 2015, dan UUSPN tahun 2003 melalui tujuan pendidikan nasional. Juga didorong pendapat Muslich (2011) yang berbunyi : disana sini semakin banyak perlakuan yang mengkhawatirkan seperti meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata yang buruk, pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, perilaku merusak diri, semakin kaburnya pedoman moral, tawuran antar kelompok, korban narkoba, korban pergaulan bebas, bahkan tidak jarang anak kandung maupun peserta didik berlaku tidak wajar kepada orang tua maupun gurunya sendiri, dan membudayanya ketidakjujuran. Sehingga nilai yang terkandung di dalam Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
Keywords: Model, CTL, Learning. Building,character
Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar idiologi RI kurang disikapi melalui perbuatan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Willian Kilpatrick dalam kutipan Muslic (2011) salah satu penyebab ketidak mampuan seseorang berperilaku baik secara kognitif adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau moral action. Akibatnya menurut Muslic (2011) anak-anak mempunyai masalah dalam kecerdasan emosi dan akan mengalami kesulitan belajar. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjamin keterlibatan siswa dalam pembelejaran secara optimal sekaligus menerapkannya dalam kehidupan nyata adalah model pembelajaran kontekstual. Sanjaya (2006) berkata: pembelajaran kontektual adalah salah satu pembelajaran 81
Sorta Simanjuntak
yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa terdorong untuk menerapkannya dalam kehidupannya. Nilai krakter yang dimaksud dintegrasikan dalam semua mata pelajaran melalui pengembangan bahan ajar, strategi dan metode sesuai kompetensi yang digariskan kelak diterapkan dalam kehidupannya secara nyata. Lambat atau cepat pribadi siswa berkembang menjadi pribadi yang bermoral, beretika, berbudi pekeri, dan berahklak baik sesuai harapan. Pada artikel ini dibahas tentang bagaimana kemampuan guru membangun model pembelajaran yang berbasis kontekstual dalam pendidikan karakter di SD Negeri kota Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan konsepsional guru membangun model pembelajaran berbasis kontekstual sesuai perkembangan psikologis dalam pendidikan karakter siswa SD di Medan. Untuk mengetahui kemampuan profesional guru mendesain dan mengimplementasikan model CTL dalam strategi pembelajaran integral dengan nilai krakter siswa SD. Untuk mengetahui nilai krakter siswa dalam aktivitas belajar bagi pencapaian tujuan pembelajaran di SD kota Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau masukan sekaligus dapat digunakan bagi guru SD untuk meningkatkan kemampuan profesional guru mengevaluasi rencana dan pelaksanaan pembelajaran, kelak digunakan masukan untuk memperbaiki rencana dan mengimplementasikan sesuai dengan model pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan karakter siswa. Untuk mengembangkan model-model pembelajaran dan dapat diimplementasikan bagi pendidikan krakter siswa SD kota Medan. Manfaat bagi Kepala sekolah dan Pengawas untuk menilai proses pembelajaran para guru bawahannya dan sebagai masukan untuk mengarahkan guru menentukan dan melakukan pendekatan pembelajaran yang 82
relevan bagi pembangunan karakter SD kota Medan. Bagi peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku secara optimal, membangun sikapnya sebagai bibit unggul generasi penerus membangun karakter, sehingga dapat berbuat sesuai dengan nilai etika yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut John Dewey dalam kutipan Muclis (2011) pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Tujuannya adalah agar generasi muda dapat mengamalkan dan menghayati, memahami nilai nilai norma dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang melatar belakangi nilai-niai dan norma hidup dan kehidupan. Untuk itu pendidikan karakter sangat diperlukan dalam proses pendidikan. Dalam Aksi Pendidikan Karakter (2010) dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Lebih tegas Mendiknas (2011) berkata: pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana benar dan mana salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (psikomotor). Tujuannya menurut Kemendiknas (2011) adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, gotong royong, berjiwa patriot, berkembang dinamis, berorientasi iptek, yang semuanya di jiwai oleh iman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan fungsinya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar berhati baik, dan berperilaku baik; memperkuat dan membangun perilaku
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
September 2012
Membangun Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) Dalam Pendidikan Karakter Siswa SD di Kota Medan.
bangsa yang multikultur; meningkatkan perilaku kompetitif dalam pergaulannya. Nilai-nilai budi pekerti ( karakter) dan diintegrasikan dalam program kegiatan yang direncanakan oleh sekolah berdasarkan KBK kelas I s/d VI menurut Puskur Depdiknas dalam tulisan Zuriah (2010) adalah sebagai berikut: 1). Cinta Tuhan dan ciptaanNya; 2) Kejujuran; 3) Loyalitas dan dapat diandalkan; 4) Hormat; 5) Cinta; 6) Ketidak egoisan dan sensitifikasi; 7) Baik hati dan pertemanan; 8) Keberanian; 9) Mandiri dan potensial; 10) Kedamaian; 11) Disiplin diri; 12) Kesetiaan dan kemurnian;13) keadilan dan kasih sayang. Proses pembelajaran dalam pendidikan karakter hendaknya didasarkan pada prinsip psikologis yang mencakup seluruh potensi individu peserta didik yakni unsur kognitif (pikiran, pengetahuan,dan kesadaran) ; unsur afektif (perasaan), dan unsur psikomotorik (perilaku) dan totalitas sosiokultural dalam konteks interaksinya dengan lingkungan. Sehingga peserta didik berusaha menyikapi dan mewujudkannya dalam lingkungan kehidupannya. Seperti yang telah dijelaskan model pembelajaran yang memungkinkan pendidikan karakter adalah : model pembelajaran kontekstual (CTL). Secara defenitif oleh Sanjaya (2005) disebut pembelajaran kontektual “Contextual Teaching and Learning” (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka Dari pengertian pembelajaran CTL tersebut, dijelaskan bahwa pembelajaran CTL memiliki ciri, sebagai berikut : (1) pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan siswa yang telah ada; (2) siswa belajar adalah untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru; (3) memahami pengetahuan bukan hanya pada tingkat menghafal, tetapi dipahami dan diyakini menjadi suatu nilai yang harus disikapi; (4) mempraktekkan Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki; (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan, guna memperbaiki dan menyempurnakan strategi pengembangan pengetahuan berikutnya. Implementasi pembelajaran modelmodel CTL tersebut, menurut Nurhadi (2003) yang dikutip Sagala (2003) melibatkan 7 komponen, yakni : 1) Konstruktivisme, 2) Bertanya, 3) Inquiry (menemukan), 4) Masyarakat belajar, 5) Pemodelan, 6) Refleksi, dan 7) Penilaian sebenarnya. Orientasi penilaiannya menurut Mulyasa ( 2006) mengacu pada 4 pilar pendidikan yakni : belajar learning to know; learning to do; learning to be; dan learning to live together. Senada dengan pilar pendidikan tersebut , pembelajaran kontekstual di sekolah dasar menurut Puskur dan Kemendiknas (2011) mencakup beberapa strategi atau model yakni: (1) pembelajaran berbasis masalah; (2) pembelajaran kooperatif; (3) pembelajaran berbasis proyek; (4) pembelajaran pelayanan; dan (5) pembelajaran berbasis kerja. Model Pembelajaran Berbasis Masalah potensial mendidik nilai krakter : disiplin diri; etos kerja dan belajar; berpikir positif; mengendali diri; kebersamaan dan gotong royong; potensi diri dan lain-lain. Orientasi pembelajaran ini adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi kenyataan. Untuk itu masalah merupakan faktor utama dan harus dipersiapkan terlebih dulu. Karakteristik permasalahan bersifat terbuka yaitu masalah yang memungkinkan jawaban lebih dari satu pernyataan. Model Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan untuk membangun nilai krakter siswa : bekerja sama dan bertanggung jawab atas kemajuan belajar sesama teman; rasa keterbukaan; kebersamaan dan gotong royong; saling menghormati; kejujuran; mengendalikan diri, dan lain-lain. Dalam pembelajaran ini anggota menunjukkan
Volume 18 Nomor 2
September 2012
83
Sorta Simanjuntak
ketergantungan yang positip satu sama lain, saling membantu, dan saling memotivasi sehingga ada interaksi yang promotif di dalam kelompoknya. Untuk itu, guru selalu berada di sekeliling siswa untuk memperhatikan proses yang terjadi di dalam kelompok belajar yang bersangkutan serta membantu dan mengarahkan mereka dimana perlu. Model Pembelajaran Berbasis Kerja digunakan untuk membangun karakter siswa: etos kerja dan belajar; rasa tanggung jawab; mengendalikan diri ; kebersamaan dan gotong royong; mengembangkan sikap toleransi; dan lainlain. Pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral sesuai kemampuannya baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Tujuan utama pendidikan karakter dalam pembelajaran ini adalah: (1) memberi kesempatan kepada siswa melakukan perbuatan moral; (2) mendorong siswa melihat dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang tidak memiliki kebebasan penuh dalam kehidupan dengan mengambil bagian dalam proses demokrasi Implementasi model –model tersebut dalam proses pembelajaran dikembangkan guru kedalam:(1) rencana pembelajaran secara sistematis dan konsisten; (2) pengembangan bahan ajar sepadan dengan strategi , metode yang dapat menstimulasi anak berkrakter belajar diruang kelas; ,(3)penyediaan sumber belajar/media belajar yang dapat memudahkan siswa menguasai dan menginternalisir pengalaman belajarnya dalam kehisupan nyata, dan (4) alat penilaian yang dapat digunakan sebagai bahan perbaikan untuk kegiatan selanjutnya. Masing-masing dikembangkan secara sistematis dan konsisten. Sehingga nilai-nilai krakter yang diharapkan benar-benar terintegrasi dalam bahan ajar sekaligus dapat membentuk kepribadian siswa baik secara individual maupun secara bersamaan sebagai wujud nyata hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Namun nilai karakter tersebut di atas bukanlah sesuatu yang harus disikapi dan 84
ditampikan siswa sekaligus melalui satu model pembelajaran tententu pada satu pertemuan yang sedang berlangsung. Melainkan integrasinya tergantung pada materi yang mengacu pada pencapaian suatu kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena pendidikan krakter seperti yang dikemukakan oleh Zuriah (2010) bukan hanya melalui kegiatan terprogram melainkan dapat juga dilakukan secara spontan melalui kebiasaan, teguran, sapaan maupun sikap penampilan lainnya yang mungkin diteladani atau ditiru oleh orang lain. Salah satu faktor untuk melihat keberhasilan suatu pembelajaran adalah kemampuan guru menyusun dan mengembangkan program pengajaran serta melakukan seluruh komponen pembelajaran Dimyati berkata dalam kutipan Sagala (2003) : pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan penyediaan sumber belajar yang relevan dan memudahkan siswa menguasai materi yang diajarkan. Sejalan dengan rumusan tersebut di atas berarti : rencana pembelajaran, pengembangan bahan ajar, penggunaan media dan sumber belajar; pengembangan alat dan pelaksanaan penilaian. Perlu dikelola secara sengaja dan diuapayakan sedemikian rupa agar dapat menyebabkan pembelajaran lebih dinamis guna memungkinkan siswa lebih mudah menguasai materi ajar secara maksimal. Sanjaya (2006) berkata: pembelajaran kontektual adalah salah satu pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam model CTL pendidikan karakter oleh Muslich (2011) harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan pengetahuan, sikap, dan keinginan untuk berbuat . Prosedur pembelajarannya bervariasi dan menarik, mengkondisikan situasi belajar
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
September 2012
Membangun Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) Dalam Pendidikan Karakter Siswa SD di Kota Medan.
yang memungkinkan siswa bekerja secara menyeluruh baik fisik maupun psikologinya dengan kemampuan yang dimilikinya. Serta melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan belajar secara kontinu. Sehingga tujuan pendidikan krakter dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan dasar SD di kota Medan Sumatera Utara pada tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (reseach and development atau R & D) yaitu metode atau pendekatan dengan “terlebih dahulu” menemukan masalah lapangan, kemudian mencoba mengembangkan model sesuai masalah yang ditemukan. Menurut Borg dan Gall dalam kutipan Melfayety (2006) langkah –langkah model pendekatan penelitian dan pengembangan ini adalah : survey pendahuluan, perencanaan model, uji model, validasi model dan sosialisasi. Tahapannya dikelompokkan ke dalam tiga tahapan yakni (1) tahapan identifikasi dan pendataan berkaitan dengan masalah, (2) tahapan analisis, dan (3) tahapan pengidentifikasian dan pengembangan model pembelajaran yang siap digunakan di SD. Datanya dikumpulkan melalui angket, observasi dan dokumentasi. Operasional penelitian untuk setiap tahapan dilakukan sebagai berikut : 1).Tahap identifikasi dan pendataan dengan melakukan survey pendahuluan kepada 28 orang guru guna mendapatkan data mengenai penyusunan RPP dan pelaksanaanya maupun masalah-masalah lain yang ada di lapangan. 2) Tahap analisis dan identifikasi masalah. Data survey pendahuluan diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif normative. Guna memetakan masalah/kebutuhan sebagai dasar pengembangan model pembelajaran yang tepat untuk pembentukan budi pekerti siswa. 3) Tahapan pengidentifikasian dan pengembangan model yaitu tahap pengembangan model CTL dalam bentuk peta konsep, kelak disosialisaikan melalui seminar atau lokakarya. Kemudian guru diarahkan Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
menyusun RPP dan disimulasikan di KKG. Akhir tahap 3 ini, peneliti melakukan observasi tentang simulasi model pembelajaran CTL integral dengan pembentukan karakter. Guna mengetahui kemampuan guru mengintegrasikan nilai karakter dalam rencana pembelajaran model CTL dan implementasikannya dalam aktivitas belajar bagi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada RPP. Hasilnya dapat memprediksi nilai krakter siswa itu sendiri. Populasi penelitian ini adalah semua SD di kota Medan. Unit populasi adalah SD yang berada di penggiran kota Medan. Berdasarkan peta kota Medan ada 13 Kecamatan yang berada di pinggiran kota Medan. Melalui teknik sample sampling random ditetapkan unit sampel primer 2 kecamatan yakni Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Deli. Mengingat desakan kebutuhan akan pendidikan karakter, kedua Ka UPT bersama peneliti sepakat, menetapkan jumlah responden 50 orang dari setiap kecamatan. Oleh karena itu, kelompok responden dibagi dua rombongan seminar yakni rombongan Kec. Medan Deli dan Medan Labuhan. Setelah dilakukan seminar yang aktif hanya 80 orang. Adapun dokumentasi dalam hal ini adalah (1) RPP berdasarkan pengembangan modelmodel pembelajaran berbasis CTL integral dengan pendidikan karakter : (2) observasi tentang penampilan guru penampilan guru melakukan pembelajaran; dan (3) angket mengenai kemampuan konsepsional guru mendesain RPP dan mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis CTL integral dengan pendidikan krakter. Prosedur penelitian dilakukan dengan berbagai tahap, sebagai berikut : tahap persiapan, yang meliputi proses perijinan pada pihak terkait seperti Ka UPT, MKKS dan atau Pengawas. Tahap pelaksanaan meliputi penelitian pendahuluan guna memetakan masalah di lapangan. Sosialisasi hasil penelitian pendahuluan dan rancangan pengembangan model pembelajaran guna memecahkan masalah pendidikan karakter.
Volume 18 Nomor 2
September 2012
85
Sorta Simanjuntak
Seminar lokakarya tentang pengembangan model pembelajaran berbasis CTL di KKG. Peneliti melakukan observasi selama kegiatan berlangsung. Peneliti menvalidasi RPP dan member masukan dimana perlu,
hingga rencana pembelajaran tersusun sesuai model pembelajaran CTL. Prosedur penelitian mengikuti desain yang dikemukakan Kemmis dalam kutipan Dewi (2009) sebagai berikut :
Survey pendahuluan ttg: kemampuan guru, melakukan pembelajaran integral dengan pendidikan karakter siswa SD
Peta masalah adalah pembelajaran CTL
Membgn model Pemb (CTL), sesuai pemetaan masalah
Observasi/ refleksi Tim peneliti
RPP yg revisi/ divalidasi dan disesuaikan dengan silabus untuk ditampilkan di sekolah
Keseluruhan data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus: nilai rata = ∑ Sc / N . Interpretasi dilakukan dengan mempedomani standar normative yang ditetapkan oleh Unimed sebagai berikut : 4 ,00 - 3,26 kategori sangat baik; 3,25 - 2,2,51 kategori baik; 2,50 1,76 kategori sedang; 1,75 - 1,00 kategori kurang baik.
86
Guru bersama tim latihan menyusun RPP hingga,tervalidasi
Guru simulasi di KKG dan didampingi tim
Guru mengajar di kelas
Seminar konsep CTL dlm KKG
Observasi dan refleksi guru mengajar di kelas
Teridentifikasi model pembelajaran Pendikan Karakter dan dapat diimplementasikan untuk membangun karakter siswa
Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan alat pengumpulan data tahap survey pendahuluan yang dilakukan kepada 28 orang guru SD, hasilnya seperti tabel 1.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
September 2012
Membangun Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) Dalam Pendidikan Karakter Siswa SD di Kota Medan.
Tabel 1: Hasil Penelitian Pendahuluan/Survey Tentang Desain RPP No. 1 2 3
Alat Pengumpul Data Dokumentasi RPP Angket Kemampuan konsepsional guru Observasi Penampilan guru mengajar di kelas
N 28 28 28
Dari data di atas disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih cenderung bersifat konvensional yaitu cara yang berpusat kepada guru dengan kurang memberdayakan potensi yang dimiliki siswa serta nilai karakter yang disebut hanya ungkapan semata tanpa rasional dan teknik yang
Rerata Nilai 2,14 1,72 1,95
Kategori sedang kurang sedang
konsisten. Berdasarkan hasil analisis data survey yang ditemukan, peneliti memetakan masalah sebagai berikut: pembelajaran model kontekstual kontekstual (CTL) integral dengan pendidikan karakter. Data yang dikumpulkan dan dianalisis dari sampel sebanyak 40 orang dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 2: Hasil observasi dalam Proses Pembelajaran CTL dengan Pendidikan Karakter No 1 2 3
Alat Pengumpul Data Dokumentasi RPP Angket Kemampuan konsesional guru Observasi penampilan guru mengajar di kelas
Dari data pada tabel di atas disimpulkan bahwa kemampuan guru mendesain rencana pembelajaran berbasis CTL dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran integral dengan pendidikan karakter siswa
N 40 40 40
Rerata Nilai 2,90 2,71 2,11
Kategori Baik Sedang sedang
tampaknya semakin baik dibandingkan dengan kemampuan guru sebelum tindakan penelitian. Sesuai kesepakatan KaUPT dan MKKS dengan tim peneliti, penelitian ini diakhiri dengan observasi guru mengajar di depan kelas. Hasil penelitian ini sesuai pada tabel 3 berikut.
Tabel 3: Hasil Data Observasi Guru Mengajar di depan Kelas pada Kec.Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Deli No. 1 2 3
Alat Pengumpul Data Dokumentasi RPP Angket kemampuan konsesional guru Observasi penampilan guru mengajar di kelas
Bertolak dari hasil analisis data selama dan setelah penelitian, kaitannya dengan rumusan masalah yang berbunyi: bagaimana kemampuan guru mendesain /menuyusun RPP; implementasinya serta perwujudan nilai karakter siswa dalam aktivitas belajar secara kontekstual bagi pencapaian kompetensi yang telah digariskan adalah semakin baik. Karena sebagian besar aspek pembelajaran secara deskriptif statistik tergolong baik. Desain model Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
N 20 20 20
Rerata Nilai 3,01 2,82 2,49
Kategori Baik Baik sedang
pembelajaran dan implementasinya dalam pendidikan karakter adalah semakin baik. Meskipun dalam impelementasi masih ada kejanggalan dalam aspek kemampuan membuka pembelajaran dalam apersepsi dan motivasi; Sikap guru dalam proses pembelajaran dalam kehangatan dan interaksi; Pengelolaan kelas yang belum optimal; Kegiatan proses pembelajaran dalam eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi; dan September 2012
87
Sorta Simanjuntak
kemampuan menutup masing-masing aspek
dan tindak lanjut; tersebut tergolong
sedang. Untuk lebih jelasnya temuan penelitian di atas, dipaparkan pada tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4: Hasil Analisis Data Sebelum, Selama, dan Setelah Penelitian Tentang Pengembangan Model Pembelajaran CTL dalam Pendidikan Karakter Siswa SD Kota Medan No. Teknik Pengumpulan Data 1 2 3
Dokumentasi Angket Observasi
Sebelum seminar 2,14 (kurang)) 1,72 (kurang) 1,92 (sedang)
Hasil analisis penelitian selama dan setelah tindakan dilakukan, yang mengacu pada pengembangan model pembelajaran CTL dalam pendidikan karakter siswa SD di kota Medan tampaknya sebagian besar aspek yang terkandung dalam pembelajaran CTL dapat mencapai target. Dengan dasar keterampilan guru membuka pelajaran melalui motivasi dan apersepsi guna memusatkan perhatian siswa; menetapkan pendekatan/ yang sepadan strategi pembelajaran CTL integral dengan nilai karakter. Pengadaan sumber belajar dan penggunaan media belajar, metode belajar yang memudahkan siswa menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan, pengelolaan kelas yang ditandai dengan kenyamanan, kekompakan antar anggota kelas dapat menyebabkan kohesivitas kelas, ketentraman, kenyamanan dan kehangatan kelas guna meningkatkan proses pembelajaran; pengembangan dan pelaksanaan alat penilaian hasil belajar; keterampilan menutup pelajaran dengan merumuskan simpulan dan pesan akan pembelajaran; dan konsistensi strategi pembelajaran dengan nilai krakter sesuai RPP yang digariskan, masing-masing pelaksanaannya tergolong baik. Secara statistik deskriptif disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis CTL dalam pendidikan karakter siswa SD pinggiran kota Medan pada umumnya telah dibangun dengan kategori baik. Dalam aspek desain RPP berkarakter tersusun rapi, sistematis dan konsisten; secara administratif semua tergolong baik. Sehingga rencana pembelajaran yang hendak dilakukan guru pada tingkat satuan 88
Nilai Rata-rata Selama seminar 2,90 (baik) 2,71 (baik) 2,11 (sedang)
Temuan di kelas 3.01 (aik) 2,82 (baik) 2,49 (sedang)
Ada peningkatan Ada peningkatan Ada peningkatan
pendidikan SD dalam membangun karakter siswa secara holistik dipastikan baik untuk dilakukan walaupun masih ada kejanggalan kejanggalan tertentu. Konsekuensi nilai-nilai karakter seperti yang dikemukakan oleh Zuriah (2010) pada uraian terdahulu mulai dapat disikapi dan ditampilkan siswa walaupun belum secara optimal dalam pembelajarannya. Meskipun masih ada aspek pembelajaran yang belum diimplementasikan secara baik seperti yang dikemukakan pada topik hasil penelitian terdahulu. Temuan penelitian di atas, dikonfirmasikan pada konsep teori, tampaknya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mulai mendekati pembelajaran yang sepadan dengan pendidikan karakter. Sebagaimana rumusan Mendiknas (2011) yang berbunyi: pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana benar dan mana salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (psikomotor). Sanjaya (2006) berkata: pembelajaran kontektual adalah salah satu pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Akibatnya mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang bermoral, beretika, berbudi pekerti, dan berahklak baik sesuai harapan.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
September 2012
Membangun Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) Dalam Pendidikan Karakter Siswa SD di Kota Medan.
Sedangkan kejanggalan-kejanggalan yang masih tampak dalam pembelajaran adalah sesuatu yang wajar mengingat pendidikan karakter masih relatif baru sehingga belum dipahami guru secara utuh. Kalaupun telah disosialisasikan secara konsepsional, tentu masih membutuhkan waktu atau proses lanjutan agar dapat diimplementasikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sebagaimana mestinya. Selain itu beban kerja guru SD relatif banyak dan berat sepadan dengan sistem guru kelas serta kualifikasi pendidikan guru SD yang bertugas dipinggir kota tergolong rendah yaitu tingkat SPG dan program diploma. Penyebab lain, bagi guru untuk memahami dan mengadopsi suatu pembaharuan atau kebijakan maupun terobosan baru tidak semudah yang diharapkan. Kebiasaan seperti rumusan Sanjaya (2005) berikut : (1) guru tidak berusaha mengetahui kemampuan awal siswa, 2) guru kurang mengajak siswa untuk berpikir, 3) guru tidak berusaha memperoleh umpan balik, 4) guru menganggap bahwa dialah orang yang paling mampu. Ada fenomena yang berlangsung dari zaman ke zaman yaitu kecenderungan bagi guru untuk membangun pembelajaran dengan karakteristik masih berorientasi pada guru, siswa dipandang sebagai objek, kegiatan belajar hanya berlangsung pada tempat dan waktu tertentu, dan tujuan utamanya hanya penguasaan materi yang disampaikan.
Simpulan dan Saran Bertitik tolak dari pembahasan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pengembangan model pembelajaran berbasis CTL dalam pendidikan karakter dalam rencana pembelajaran sudah mulai baik sebagaimana yang diharapkan. 2) Kemampuan guru mendesain dan atau menyusun RPP berkarakter yang meliputi komponen eksploitasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi secara konfrehensif tergolong baik. 3) Implementasi pembelajaran CTL dalam pendidikan karakter melalui pengembangan Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
bahan ajar dalam strategi dan penggunaan metode yang kondusif masih kurang optimal. 4) Perwujudan nilai karakter dalam aktivitas belajar bagi pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dalam perlakuan sehari hari mulai disikapi secara motorik meskipun masih terbatas. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut di atas, maka disarankan : 1) Integritas nilai krakter dalam pendidikan masih perlu disosialisasikan lagi lebih mendalam dalam skala besar agar para tenaga pendidik, khususnya guru-guru SD agar semakin profesional mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran sesuai kebutuhan. 2) Hendaknya kelompok KKG semakin diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru secara konsepsional terutama merencanakan dan melakukan pembelajaran secara konsisten dengan pendidikan karakter siswa. 3) Hendaknya kemampuan guru mengintegrasikan nilai karakter dalam berbagai model pembelajaran ditindak lajuti lagi melalui penelitian supervisi klinis sehingga para guru SD semakin profesional mengembangkan dan melakukan pembelajaran di SD.
Daftar Pustaka Dimyati, Dkk ( 2002), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta Hamalik, O.,( 2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Jakarta. Kemendiknas, (2011), Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter : Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan, Kemendiknas Merfayety, S., dkk. (2011), Model Networking Berbasis Kompetensi Siswa Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Manajemen Konseling di SMA Kota Medan, PPs Unimed. Medan Mulyasa, (2006), Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep Karakteristik dan Implementasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
September 2012
89
Sorta Simanjuntak
Sanjaya,W.,(2006), Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta -----------,(2005), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
90
Sagala,S.,(2003), Konsep dan Makna pembelajaran,; Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung Zuriah, N., (2010), Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Bumi Aksara, Jakarta.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 2
September 2012