Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SD ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
RENITA PRANAWATI 1102226
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DALAM MENINGKA TKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SD Renita Pranawati Husen Windayanal Entang Kartikal JurusanS-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia e-mail :
[email protected] /
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mampu berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan mampu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika. Salah satu standar proses pembelajaran matematika menurut NCTM adalah koneksi matematika yaitu kemampuan siswa dalam mengaitkan hubungan antar konsep matematika, dan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat, salah satunya dengan model pembelajaran SAVI berbasis masalah kontekstual. Model SAVI memiliki empat karakteriktik yaitu somatik, auditori, visual dan intelektual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa, maka peneliti menetapkan kelas IV-A SDN Permata Hijau sebagai kelompok eksperimen yang akan mendapat pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual, dan kelas IV-C SDN Permata Hijau sebagai kelompok kontrol yang akan mendapat pembelajaran secara konvensional. Kedua kelompok sampel masing-masing terdiri dari 30 siswa. Instrumen dalam penelitian ini tes kemampuan koneksi matematis. Berdasarkan hasil perhitungan uji gain, diperoleh gain ternormalisasi kelompok eksperimen sebesar 0,65 dengan interpretasi sedang. Gain ternormalisasi kelompok kontrol diperoleh sebesar 0,33 dengan interpretasi sedang. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol dengan selisih rata-rata uji gainsebesar 0,32. model SAVI berbasis masalah kontekstual dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Kata kunci: koneksi matematis, masalah kontekstual, SAVI
l
= penulis penanggung jawab
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
SAVI LEARNING MODEL BASED ON CONTEXTUAL PROBLEMIN IMPROVING MATHEMATICS CONNECTION ABILITY OF ELEMENTARY STUDENTS ABSTRACT This research was background by the developing demand of science and technology to be able to think critically, systematically, logically, creatively and able to interact well with environment. This way of thinking can be developed through mathematics learning process. One standards of mathematics learning process according to NCTM is mathematics connection as student’s ability in relating correlation inter mathematics concepts and mathematics with daily life. Therefore, teacher should able to choose the right learning model, one of them with SAVI learning model based on contextual problem. SAVI MODEL has four characteristics those are somatic, auditory, visual and intellectual. The aims of this research are to know the improvement of student’s mathematics connection who follow SAVI learning model based on contextual problem and conventional learning. This research is in form of quasy experiment with design nonequivalent control group design. Based on students learning outcome, thus the researcher decided Class IV-A SDN Permata Hijau as experimental group that will gain SAVI learning model based on contextual problem and Class IV-C SDN Permata Hijau as control group that will gain learning conventionally. Both of groups sample consist of 30 students. Instrument in this research was mathematic connection. Based on the calculation result of Gain Test, normalization gain of experimental group as many as 0,65 with mild interpretation. Normalization gain of control group gained as many as 0,33 with mild interpretation. The improvement of students’ mathematic connection of experimental group was higher than control group with average interval of gain test as many as 0,32. Savi model based on contextual problem can be used as one alternative learning model that can be used in the effort to increase students’ mathematics connection. Keywords: mathematics connection, contextual problems, SAVI
Pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (1989) menggariskan bahwa “siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumya. Ada lima standar proses dalam pembelajaran matematika, yaitu : belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); belajar untuk bernalar dan bukti (mathematical reasoning and proof); belajar untuk berkomunikasi (mathematical communications); belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection) dan belajar untuk mempresentasikan (mathematics
representation). Kelima hal tersebut dikenal dengan istilah proses daya matematis (mathematical power process standards), dimana kemampuan-kemampuan tersebut juga termasuk kedalam kemampuan berpikir tingkat tinggi (high-order mathematical thinking).” Menurut House dan Coxford (dalam Arsinah, 2011) ‘koneksi matematis merupakan salah satu komponen berpikir matematis tingkat tinggi (high-order mathematical thinking), dimana koneksi matematis merupakan pengaitan antar topik matematika, matematika dengan pelajaran lain atau topik lain serta pengaitan matematika dengan kehidupan.’ Koneksi matematis
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
bertujuan untuk membantu persepsi siswa dengan cara melihat matematika sebagai bagian yang terintegrasi dengan kehidupan. Tujuan pembelajaran koneksi matematis di sekolah dapat dirumuskan kedalam tiga bagian yaitu memperluas wawasan pengetahuan siswa, memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang terpadu bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta mengenal relevansi matematika dalam konteks dunia nyata. Karena pembelajaran matematika saat ini dilakukan secara konvensional, akibatnya kemampuan koneksi matematis siswa rendah sehingga siswa kurang mampu melihat matematika sebagai bagian yang terintegrasi dengan kehidupan. Penggunaan model pembelajaran yang monoton (konvensional), dimungkinkan siswa akan mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan. Model pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep. Model pembelajaran yang tepat membuat matematika lebih berarti, masuk akal, menantang, menyenangkan dan cocok untuk siswa. Berdasarkan haltersebut, kemudian muncul pertanyaan, metode, pendekatan atau strategi seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, melibatkan aktivitas siswa secara optimal, mengasah otak siswa agar dapat melihat kterhubungan didalam dan diluar matematika serta membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif,salah satunya yaitu melalui Model Pembelajaran SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual). Model ini merupakan model pembelajaran dalam pendekatan konstruktivis dan pendekatan kontekstual yang melibatkan seluruh indra tubuh dengan memodovikasi pembelajaran dalam bentuk kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah yang kontekstual. Pembelajaran model SAVI tidak hanya menjadikan siswa mampu menguasai materi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, tetapi siswa juga mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari setelah siswa dapat melihat keterhubungan matematika. Kegiatan pembelajaran ini menuntut adanya kerjasama yang baik diantara siswa dan guru. Siswa harus mampu menyampaikan setiap gagasan yang dimilikinya melalui kegiatan komunikasi, baik secara lisan atau tulisan. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masakah ini adalah “Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model SAVI berbasis masalah kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol ?” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. METODE Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV sekolah
Renita Pranawati, Husen Windayana, Entang Kartika, Peningkatan Kemampuan Koneksi dasar pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 SDNegeri Permata Hijau kecamatan Rancaekek.Peneliti menetapkan SDNegeri Permata Hijau sebagai sampel penelitian.Pemilihan sampel dilakukan tidak secara random.Sampel dipilih berdasarkan teknik sampling insidental. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh informasi yang menyatakan bahwa kedua kelas yang akan dijadikan sampel memiliki kemampuan matematis yang sama, sehingga penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilakukan terhadap kelas IV-A dan IVC. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV C sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Ruseffendi (2010 hlm.35) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah “penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab akibat”.Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain yang memiliki rancangan pretest dan posttest yang tidak ekuivalen atau nonequivalent kontrol group design. Pretest diberikan diawal sebelum pembelajaran, sedangkan posttest diberikan diakhir setelah semua pembelajaran selesai diberikan. Pada penelitian ini kelas eksperimen memperoleh pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstual dan kelas kedua memperoleh pembelajaran secara konvensional.Berikut adalah gambaran desain penelitian kuasi eksperimen nonequivalent kontrol group design. O X O O O Keterangan:
O
: Pretest = Posttest (tes kemampuan koneksi maetmatis) X : Perlakuan pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstual ----- : subjek tidak dikelompokkan secara acak Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen untuk selanjutnya dilakukan uji coba.Instrumen yang diujicobakan merupakan instrumen yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini dianalisis menggunakan program software SPSS (Statistic Product and Servive Solution) versi 17.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah perolehan rata-rata skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 1 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Kelompok Pretest Posttest 76,57 Eksperimen 32,67 33,90 57,73 Kontrol Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda jauh. Skor Pretest Dilihat dari perolehan rata-rata skor pretest kelompok eksperimen sebesar 33,90 dan rata-rata skor pretest kelompok kontrol 32,67. Selisih rata-
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
rata skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,23. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa rata-rata skor pretest kelompok kontrol sedikit lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor pretest kelompok eksperimen. Namun, secara keseluruhan kedua kelompok penelitian memiliki kemampuan koneksi matematis yang sama.Untuk melihat persamaan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dapat dilihat dari analisis explore berupa boxplot nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut adalah diagram output boxplot yang diperoleh.
Gambar 1Boxplot Pretest Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat kita lihat bahwa area kotak untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki median yang relatif sama, atau titik tengah kelompok eksperimen relatif sama dengan kelompok kontrol. Hal ini menyatakan bahwa kemampuan koneksi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat pretest adalah setara. Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, serta tidak terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis. Skor Posttest Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan yang berbeda, maka diperoleh rata-rata skor posttest kelompok eksperimen sebesar
76,57dan rata-rata skor posttest kelompok kontrol sebesar 57,73. Dengan demikian terlihat bahwa ratarata skor posttest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan ratarata skor posttest kelompok kontrol. Perbedaan nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat lebih jelas dari hasil analisis explore berupa boxplot nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut adalah diagram output boxplot yang diperoleh.
Gambar 2 Boxplot Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan letak garis median pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Median tertinggi terdapat pada area kelompok eksperimen dan median terendah terdapat pada area kelompok kontrol.Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen lebih baik dari siswa pada kelompok kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Model SAVI Berbasis Masalah Kontekstual Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstualterhadap kelompok eksperimen mampu meningkatkan kemampuan koneksi
Renita Pranawati, Husen Windayana, Entang Kartika, Peningkatan Kemampuan Koneksi matemtis siswa secara signifikan. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapat perlakuan melalui pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, ratarata skor pretest kelompok eksperimen diperoleh sebesar 32,67.Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual, kemampuan koneksi matematis siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perolehan rata-rata skor posttest siswayaitu sebesar 76,57. Gain ternormalisasi kemampuan koneksi matemtis siswa kelompokeksperimen diperoleh sebesar 0,65 yang berkisar pada 3 < x ≤ 0,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstualmampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada kategori sedang secara signifikan. Pembelajaran Model SAVI mampu memaksimalkan kegiatan belajar siswa karena menggunakan segenap indra dan intelektual dalam mengkoneksikan setiap materi pembelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran secara berkelompok mampu menciptakan interaksi sosial yang baik diantara siswa dan menjadikan setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk memahami setiap pembelajaran yang dilakukan oleh kelompoknya. Dengan masalah berbasis kontekstual, akan memudahkan siswa dalam mengkoneksikan setiap materi yang sedang dipelajarinya.Hal ini sejalan dengan pendapat Sapti, M (2011) yang mengemukakan bahwa SAVI memiliki kesesuaian karakter dengan pembelajaran yang ingin mengangkat
kemampuan koneksi matematis siswa, dengan SAVI kegiatan belajar dapat lebih optimal karena menggunakan segenap indra siswa. Dengan itu, siswa akan semakin terasah kemampuannya sehingga mampu melihat hubungan antara topik yang dipelajari serta dengan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa pembelajaran secara konvensional terhadap kelompok kontrol belum mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.Terdapat delapan siswa belum mengalami peningkatan kemampuan koneksi matematis karena berada pada kategori rendah.Peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok kontrol ini dapat dilihat dari perolehan hasil gain ternormalisasi. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui ratarata skor kemampuan koneksi matematis kelompok kontrol sebesar 33,90. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran secara konvensional, kemampuan koneksi matematis siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil posttest yang menunjukkan bahwa ratarata skor kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapat perlakuan diperoleh sebesar 57,73. Gain ternormalisasi kemampuan koneksi matematis kelompok kontrol diperoleh sebesar 0,33 yang berkisar pada 3 < x ≤ 0,7. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran konvensional
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
terhadap kelompok kontrol mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada kategori sedang secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget yang mengemukakan bahwa “Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa” (Siregar dan Nara, 2010 hlm.33). Penyampaian pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan optimal.Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran konvensional yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.Sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar merupakan materi geometri yang menuntut kemampuan siswa dalam menggolongkan dan mengkoneksikan antar materi bangun geometri berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki.Van Hiele (Van de Walle, 2008 hlm.152) mengemukakan bahwa “kemampuan siswa dalam menggolongkan bangun geometri berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki merupakan kemampuan geometris pada level 1 yaitu analisis”.Lebih lanjut, van de Walle (2008 hlm.152) menjelaskan bahwa “hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk”.Penyesuaian penyampaian materi ajar geometri dengan kemampuan berpikir geometris pada siswa adalah penting agar siswa dapat mengkoneksikan setiap materi yang mereka pelajari.Dengan demikian, selain kesesuaian antara materi pembelajaran dengan perkembangan kognitif, kesesuaian antara kemampuan berpikir geometris dengan materi yang diajarkan juga sangat penting.Kedua faktor perkembangan kognitif ini memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Antara Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Melalui Model SAVI Berbasis Masalah Kontekstualdengan Konvensional Perbedaan kemampuan koneksi matematis antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dari perolehan rata-rata skor posttest masing-masing kelompok. Rata-rata skor posttest siswa pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 76,57 dan rata-rata skor posttest siswa pada kelompok kontrol diperoleh sebesar 57,73. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Sebagaimana yang telah dikemukan sebelumnya bahwa terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji perbedaan rerata terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Syarat yang harus dipenuhi tersebut diantaranya adalah kedua data harus berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen. Setelah semua syarat terpenuhi, maka dilakukan uji perbedaan rerata memalui uji t. Jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogeny, maka akan dilakukan uji nonparametrik melalui uji MannWhitney. Uji perbedaan rerata dalam penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan programSPSS versi 17.0 for Windows.Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh t hitung untuk posttest yang dilakukan terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimensebesar 7.707 dengan probabilitas 0,000. Dengan demikian, karena nilai
Renita Pranawati, Husen Windayana, Entang Kartika, Peningkatan Kemampuan Koneksi probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,025 (0,000 < 0,025), maka pengambilan keputusan terhadap hipotesisnya adalah H0 ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara yang mengikuti pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstualdengan konvensional adalah berbeda. Berdasarkan rata-rata skor posttest yang diperoleh kelompok eksperimen sebesar 76,57 dan kelompok kontrol sebesar 57,73, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstuallebih tinggi dari kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstualmerupakan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif, menciptakan interaksi sosial yang baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, serta melatih siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki. Selain kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, faktor lain yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis adalah desain kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan gaya belajarsiswa. Dalam penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstualdisesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa yang berada pada tahap operasional konkret, serta penyesuaian terhadap gaya belajar siswa dimana model ini menggunakan tiga gaya belajar yaitu somatik,
auditori, dan visual serta menggunakan intelektual dalam setiap pemecahan masalah kontekstual. Pemberian perlakuan yang berbeda terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa pada kedua kelompok tersebut.Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstualmemiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstualmerupakan desain pembelajaran yang mengkondisikan siswa kedalam lingkungan belajar kelompok. Kegiatan menggunakan gaya belajar dalam model SAVI terdapat dalam setiap tahapannya. Dalam setiap tahapan model SAVI, siswa harus mampu mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui kegiatan yang dilakukan langsung menggunakan segenap indra nya dan didiskusikan bersama kelompoknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan menggunakan segenap indranya dalam mengkonstruk pengetahuannya serta menempatkan siswa dalam situasi belajar kelompok dengan masalah kontekstual mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa secara signifikan. Sejalan dengan hal tersebut Indriyani, Leny (2013) yang melakukan penelitian terhadap siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan judul “Pembelajaran Quantum Berbasis Gaya SAVI pada Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
Matematis”Menyatakan bahwa “terdapat peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran Quantum Berbasis Gaya SAVI dan pembelajaran biasa.”Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis dan pemahaman matematissiswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SAVI secara signifikan lebih baik dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV mengenai perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa antara pembelajaran menggunakan model SAVI berbasis masalah kontekstual dengan pembelajaran konvensionalmaka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 43,9. Peningkatan kemampuan koneksi matematis tersebut diperoleh berdasarkan selisih antara rata-rata skor pretest sebesar 32,67 dengan rata-rata skor posttest sebesar 76,57. Selain itu berdasarkan uji gain yang telah dilakukan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,65 berada pada kisaran 0,3 < x < 0,7 berada pada kategori sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwapembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa secara signifikan pada kategori baik.
2. Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 23,83. Peningkatan kemampuan koneksi matematis tersebut diperoleh berdasarkan selisih antara rata-rata skor pretest sebesar 33,90 dengan rata-rata skor posttest sebesar 57,73. Selain itu, berdasarkan uji gain yang telah dilakukan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa di kelas kontrol sebesar 0,33 berada pada kisaran 0,3 < x < 0,7 yaitu berada pada kategori sedang. Terdapat delapan siswa berada pada kategori rendah, dengan demikiandapat disimpulkan bahwapembelajaran konvensionalmampu belum mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis seluruh siswa. 3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 23,83 dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 43,9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran model SAVI berbasis masalah kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA Arsinah (2011). Penerapan Model CORE dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Renita Pranawati, Husen Windayana, Entang Kartika, Peningkatan Kemampuan Koneksi Indriyani, Leni (2013). Pembelajaran quantum berbasis gaya belajar SAVI pada peningkatan kemampuan pemahaman matematis. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Cibiru : Tidak Diterbitkan NCTM
eksakta lainnya. Bandung : Tarsito Sapti, M. (2011). Kemampuan koneksi matematis (tinjauan terhadap pendekatan pembelajaran SAVI). [online] Tersedia : http://ejournal.umpwr.ac.id/inde x/php/limit/article/view/26
(1989). Curriculum and evaluation standards for school mathematics. Reston, VA: Authur
Siregar, E. dan Nara, H. (2010) Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Ruseffendi, ET. (2010). Dasar-dasar penelitian dan bidang non-
Van de Walle, J.A. (2008). Matematika sekolah dasar dan menengah jilid 2. Jakarta : Erlangga
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015