J Kedokter Trisakti
Mei-Agustus 2003, Vol.22 No.2
Membangun kota sehat melalui perilaku sehat dan beradab menyongsong Indonesia Sehat 2010 Adi Hidayat*, Nugroho Abikusno**, Rina K. Kusumaratna* Julius E. Surjawidjaja*** *Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti **Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti *** Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRACT The World Health Organization has stated that urban development is a primary threat to health in the 21st Century. Population living in cities has increased in proportion from 5% to 50% in the past two decades. Determinants needed for health are peace, shelter, education, social security, food, income, empowerment of women, a stable eco-system, social justice, and respect for human rights. Above all these determinants, poverty is a major threat to health. The health determinants are closely related to the health status of people in the cities. Healthy city provide an effective strategi to overcome the problems in urban areas. Community adopting healthy lifestyle behavior greatly supports healthy cities. Various initiatives are directed to create a healthy community. Health promotion is primarily directed to avoid unhealthy lifestyle behavior such as smoking, alcohol, substance abuse, promiscuity, all are avoidable by increasing mental, moral and spiritual health. Public urban health problem alleviation are directed to (i) increase family nutritional status specifically underfive year children, (ii) control of communicable disease of various vulnerable groups, (iii) decreasing maternal mortality rate through good, routine and accessible antenatal health care, and (iv) development of high quality essential health practice and services. It is necessary to diversify health insurance based on community cooperatives to fulfill the health service needs of urban groups or community. Key words: Health, urban, behavior, Indonesia
ABSTRAK Organisasi Kesehatan Sedunia menyatakan bahwa pertumbuhan perkotaan menjadi ancaman kesehatan yang paling utama pada abad ke-21. Penduduk yang tinggal di kota proporsi telah meningkat dari 5% menjadi 50% selama dua abad terakhir. Persyaratan yang dibutuhkan untuk sehat adalah ketentraman, tempat berlindung, pendidikan, jaminan sosial, makanan, pendapatan, peran serta perempuan, eko-sistem stabil, keadilan sosial, dan hak-hak azasi manusia. Namun, kemiskinan merupakan ancaman utama bagi kesehatan. Determinan sehat sangat erat berkaitan dengan status kesehatan masyarakat perkotaan. Kota sehat sangat efektif untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul di kota. Masyarakat berperilaku sehat sangat mendukung terciptanya kota sehat. Berbagai upaya harus dilakukan untuk menciptakan masyarakat berperilaku sehat. Promosi kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku hidup tidak sehat seperti merokok, minum minuman miras, ketergantungan obat, perilaku hidup seksual yang permisif, yang diatasi melalui upaya peningkatan kesehatan mental, moral dan spiritual. Upaya kesehatan masyarakat perkotaan untuk kelompok masyarakat miskin ditujukan untuk: (i) meningkatkan status gizi keluarga miskin terutama anak balita, (ii) memberantas penyakit menular pada berbagai kelompok rentan, (iii) menurunkan angka kematian ibu (AKI) melalui pelayanan antenatal yang baik, teratur, dan aksesibel, dan (iv) pemberian pelayanan kesehatan esensial yang terbaik. Perlu dicari berbagai kiat-kiat jaminan kesehatan yang berdasarkan koperasi berbagai kelompok masyarakat yang dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang baik dan profesional untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi kelompok maupun seluruh masyarakat perkotaan. Kata kunci: Kesehatan, perkotaan, perilaku, Indonesia
61
Hidayat, Abikusno, Kusumaratna, Surjawidjaja
PENDAHULUAN Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) (1) menyatakan bahwa pertumbuhan di kota akan menjadi ancaman kesehatan yang paling utama pada abad ke-21 ini. Penduduk yang tinggal di kota proporsinya meningkat dari 5% menjadi 50% selama dua abad. Pada tahun 2030 diperkirakan dua pertiga penduduk akan tinggal di kota. (2) Pada masa mendatang urbanisasi yang terjadi lebih banyak proporsi lanjut usia dibandingkan saat kini.(3) Proses urbanisasi mencerminkan banyak hal: pembangunan industrialisasi, ketidak pastian akan tersedianya makanan yang cukup di perdesaan, kepengungsian akibat konflik, kerusakan lingkungan hidup, keterbatasan lapangan kerja, dan keinginan untuk menikmati hidup yang lebih baik. Pertumbuhan penduduk yang cepat di perkotaan merefleksikan sebuah kombinasi dari kemiskinan di perdesaan dan tingginya jumlah penduduk di perkotaan. Perspektif sejarah Sejarah kesehatan masyarakat menunjukkan kaitan yang erat dengan sejarah timbulnya kota. Polusi lingkungan, dan masalah sosial seperti ketergantungan obat dan kekerasan, kebutuhan akan sumber air bersih, dan sanitasi lingkungan merupakan masalah kesehatan masyarakat di perkotaan. Sampai pada kuartal kedua abad ke-20 penyebab terbesar dari kematian penduduk di perkotaan adalah penyakit infeksi. Di negara industri kematian akibat penyakit infeksi sudah mengalami penurunan. Penyebab terbesar dari penurunan kematian akibat penyakit infeksi adalah faktor perbaikan kondisi sosial dan lingkungan.(4) Di samping itu intervensi dalam bidang kesehatan masyarakat semakin lebih baik, termasuk perbaikan sanitasi lingkungan, pembuangan sampah dan vaksinasi penyakit menular. Semakin intensif proses industrialisasi di negara maju mengakibatkan timbulnya masalah baru yaitu meningkatnya kadar polusi di berbagai kota di negara industri. Kota mulai tercemar, misalnya kabut tebal yang menyelimuti kota London di musim dingin pada tahun 1952,(5) dan akhir-akhir ini kabut di berbagai kota di Kalimantan yang berasal dari kebakaran hutan baik secara alamiah maupun buatan manusia. 62
Kota sehat dan beradab
Kota megapolitan di negara berkembang, seperti Mexico City, Sao Paulo, dan Delhi, (2) penduduknya seringkali menghadapi dua tipe budaya: tradisional dan modern. Mereka menghadapi berbagai jenis polusi mulai dari kurang tersedianya sanitasi yang baik (yang mudah terpapar oleh kotoran manusia dan air minum yang tercemar), sampai pada bahan kimia organik yang berbahaya baik di udara, air, dan makanan. Di Delhi India misalnya, jumlah coliform di sungai Yamuna yang membelah kota tersebut meningkat sebanyak 3.000 kali dibandingkan pada saat air sungai memasuki kota.(6) Sungai ini menerima buangan dari berbagai jenis pabrik industri sebanyak 20 juta liter. Dan udara di Delhi terutama pada musim hujan merupakan yang terburuk di dunia.(7) Menurut Chaplin, terdapat tiga penyebab kegagalan program sanitasi di perkotaan India.(8) Pertama, pemerintah daerah di kota kurang tanggap untuk mengatasi berbagai masalah di perkotaan seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Kedua, tidak ada kemauan politik pemerintah untuk mengatasi penduduk yang masih buta huruf dan penduduk miskin. Ketiga, ketersediaan vaksinansi, antibiotika, dan ketersediaan perpipaan untuk air bersih menyebabkan kelompok kelas menengah semakin melupakan bahaya lingkungan yang mengancam penduduk yang miskin. Kedokteran modern dan teknologi sanitasi lingkungan semakin mengisolasi kelompok kelas menengah dari ancaman penyakit infeksi dan membuat kalayak ini semakin terpapar oleh penyakit degeneratif akibat pola hidup yang sedenter (sedentary life style). INDONESIA SEHAT 2010 Di Indonesia pada tahun 1998 mulai dilakukan gerakan kota sehat di berbagai kota, dan pada tahun 1999 Departemen Kesehatan menyusun rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang memperkenalkan Paradigma Sehat. Di tiap kabupaten dan kota dapat dijumpai berbagai masalah kesehatan yang dapat digolongkan dalam enam masalah kesehatan, yaitu:(9) (i) masalah penyakit menular, (ii) masalah penyakit tidak menular, (iii) masalah kesehatan lingkungan, (iv) masalah kesehatan mental, (v) masalah yang
J Kedokter Trisakti
berkaitan dengan bencana, dan (vi) masalah yang berkaitan dengan kelompok tertentu (ibu, anak, remaja, lanjut usia, dan pekerja perempuan). Berdasarkan keenam masalah kesehatan tersebut dapat disusun berbagai indikator untuk menggambarkan derajat kesehatan kota tersebut, misalnya angka kematian, distribusi penyebab kematian, prevalensi penyakit, bayi berat lahir rendah, dan lain-lain. Indonesia Sehat 2010 merupakan visi pembangunan kesehatan yang bertujuan memberikan gambaran yang ingin dicapai masyarakat Indonesia pada masa mendatang yaitu masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh kehidupan dalam lingkungan sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata, dan memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya di seluruh wilayah Indonesia. (10) Lingkungan yang diharapkan dalam visi tersebut adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, dan perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Secara kongkret perilaku sehat tersebut berupa budaya atau kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari serta berperan aktif dalam berbagai gerakan sehat di masyarakat. Untuk dapat mencapai visi Indonesia Sehat 2010 pemerintah bersama masyarakat harus mempromosikan hidup sehat dan mencegah penyakit terutama di daerah perkotaan. Hal ini terutama disebabkan meningkatnya kematian dan kesakitan pada masyarakat miskin yang terkonsentrasi di perkotaan terutama daerah kampung kumuh dan penduduk bantaran kali. Pendekatan kota sehat Pada saat ini sekitar 80% penduduk di Indonesia hidup di daerah perkotaan.(10) Percepatan pertumbuhan urbanisasi yang terjadi saat ini merupakan masalah paling penting pada kehidupan kota, seperti meningkatnya kebutuhan akan
Vol.22 No.2
makanan dan ketersediaan air bersih, rumah yang aman, pembuangan limbah yang baik, dan pelayanan kesehatan yang memadai. Dan hal ini juga menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas, kekerasan terutama terhadap perempuan dan anak, penggunaan obat-obat terlarang dan anak jalanan menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Semua masalah ini berpengaruh terhadap kesehatan, dan menyebabkan meningkatnya penyakit menular, kekurangan gizi, gangguan mental dan penyakit saluran napas yang kronik.(11) Kota sehat adalah kota yang memperbaiki lingkungan dan mengembangkan sumber-sumber yang ada, supaya penduduk dapat saling mendukung satu sama lain untuk mencapai potensi yang maksimal. Sebuah kota yang sehat sangat sadar akan kesehatan sebagai isu perkotaan dan selalu berjuang untuk memperbaikinya. Kota sehat harus aman dan penduduk harus dapat hidup secara nyaman dengan lingkungannya dan bukan saja merupakan sebuah lokasi geografis, gedunggedung, toko-toko serta jalan-jalan. Kota seharusnya merupakan suatu kesatuan yang kokoh antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya. Dengan demikian penduduk harus merasakan kota sebagai kebanggaannya. Ikatan ini merupakan sumber utama yang dapat menggerakkan masyarakat secara bersama-sama untuk menanggulangi masalah-masalah perkotaan. Seperti telah disebut terdahulu, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat memicu terjadinya arus urbanisasi, yang mempunyai kontribusi besar terhadap kesehatan dan keadaan lingkungan dari berbagai kota di Indonesia. Kesehatan penduduk perkotaan memerlukan perhatian yang penting. Kita tidak boleh membiarkan terjadinya pertumbuhan kota yang tidak terencana secara tepat, pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengatasi hal tersebut, dan harus menyediakan kebutuhan dasar bagi kota sehat seperti perumahan (housing), pekerjaan (employment), dan lingkungan yang aman (safe environment). Bila terjadi peledakan pertumbuhan urbanisasi, kesehatan penduduk perkotaan merupakan tantangan bagi pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat di perkotaan menyebabkan semakin bertambahnya jumlah kota-kota besar di dunia yang dikenal 63
Hidayat, Abikusno, Kusumaratna, Surjawidjaja
Kota sehat dan beradab
sebagai megacities (kota berpenduduk >5 juta jiwa).(12) Kota Jakarta pada tahun 1950 belum termasuk sepuluh besar yang jumlah penduduknya terbesar di dunia, dan pada tahun 2015 diperkirakan akan menempati nomor sembilan dengan jumlah penduduk sebanyak 17,3 juta jiwa (lihat Tabel 1).(13) Dengan melonjaknya pertumbuhan penduduk perkotaan termasuk kota Jakarta yang kita cintai ini akan mengakibatkan meningkatnya masalahmasalah perkotaan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Pendekatan kota sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter For Health Promotion yang dikeluarkan pada tahun 1986.(14) Penekanan dari pendekatan ini adalah kesehatan untuk semua dapat dicapai dan langgeng jika semua aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu, konsep kota sehat tidak hanya terfokus kepada pelayanan kesehatan tetapi kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani, rohani dan sosial. Untuk itulah WHO sudah menetapkan sepuluh kriteria sebuah kota sehat :(15) 1. Harus bersih dan aman. 2. Mampu menyediakan dan mempertahankan ketersediaan makanan, air, energi, dan pembuangan sampah yang efisien. 3. Melalui diversifikasi, mengembangkan ekonomi inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan dasar penduduk untuk memperoleh makanan, air, tempat tinggal, pendapatan, keamanan dan pekerjaan.
4.
Mempunyai dukungan kuat masyarakat, di mana berbagai organisasi saling bekerja sama untuk memperbaiki kesehatan. 5. Mendorong setiap warga negara untuk bekerja sama dalam penyusunan kebijakan yang berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan penduduk. 6. Menyediakan kegiatan hiburan dan rekreasi yang dapat memfasilitasi interaksi dan komunikasi antar warga negara. 7. Menghargai budaya masa lalu dan warisan leluhur serta kekhususan dari berbagai adat penduduk, tanpa membedakan agama maupun suku bangsa. 8. Menghormati kesehatan sebagai komponen integral dari pembuatan kebijakan publik dan memberikan hak kepada setiap penduduk untuk mengadopsi perilaku hidup yang lebih sehat. 9. Secara terus menerus berupaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. 10. Tempat di mana setiap penduduk dapat hidup lebih lama dengan kesehatan yang baik dan penderitaan sakit yang minimal. Sehat bukan saja berarti tidak sakit, sehat merupakan keadaan sehat fisik, mental dan sosial. Kita harus merasa sehat untuk diri sendiri, lingkungan hidup kita dan kota kita secara keseluruhan. Kesehatan merupakan hak azasi manusia (16) yang sangat mendasar dan sangat esensial untuk pertumbuhan ekonomi perkotaan. Promosi kesehatan merupakan elemen utama untuk perkembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengendalikan dan memperbaiki
Tabel 1. Sepuluh besar penduduk kota dalam juta jiwa pada tahun 1950, 2000 dan 2015(13) Rank 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
64
Tahun 1950 New York, USA 12,3 London, England 8,7 Tokyo, Japan 6,9 Paris, France 5,4 Moscow, Russia 5,4 Shanghai, China 5,3 Essen, Germany 5,3 Buenos Aires, Argentina 5,0 Chicago, USA 4,9 Calcutta, India 4,4
Tahun 2000 Tokyo, Japan 26,4 Mexico City, Mexico 18,4 Bombay, India 18,0 Sao Paulo, Brazil 17,8 New York, USA 16,6 Lagos, Nigeria 13,4 Los Angeles, USA 13,1 Calcutta, India 12,9 Shanghai, China 12,9 Buenos Aires Argentina 12,6
Tahun 2015 Tokyo, Japan 26,4 Bombay, India 26,1 Lagos, Nigeria 23,2 Dhaka, Bangladesh 21,1 Sao Paulo, Brazil 20,4 Karachi, Paklistan 19,2 Mexico City, Mexico 19,2 New York, USA 17,4 Jakarta, Indonesia 17,3 Calcutta, India 17,3
J Kedokter Trisakti
kesehatannya. (17) Promosi kesehatan melalui investasi dan kegiatan mempunyai dampak yang nyata terhadap determinan kesehatan, dan berkontribusi secara bermakna terhadap penurunan ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan dan membangun modal sosial perkotaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan umur harapan hidup dan memperkecil kesenjangan dalam umur harapan hidup sehat antara negara dan kelompok masayarakat. The Jakarta Declaration on Health Promotion menawarkan sebuah visi dan fokus dari promosi kesehatan pada abad ke-21 ini.(18) Strategi promosi kesehatan dapat membangun dan mengubah kehidupan masyarakat, serta berdampak terhadap kesehatan masyarakat perkotaan secara menyeluruh. Determinan sehat Persyaratan yang dibutuhkan untuk sehat adalah ketenteraman (peace), tempat berlindung (shelter), pendidikan (education), keamanan/ jaminan sosial (social security), makanan (food), pendapatan (income), peningkatan peran serta perempuan (the empowerment of women), ekosistem yang stabil (stable eco-system), keadilan sosial (social justice), dan perhatian terhadap hakhak azasi manusia (respect for human rights). Di atas semua itu, kemiskinan merupakan ancaman bagi kesehatan. Seperti sudah diuraikan sebelumnya, kecenderungan urbanisasi adalah meningkatnya penduduk lanjut usia dan tingginya prevalensi penyakit kronik. Di samping itu, perubahan sosial, perilaku dan biologik seperti meningkatnya resistensi terhadap antibiotika dan obat-obat lainnya, meningkatnya penggunaan obatobat terlarang, dan kekerasan terutama di lingkungan keluarga, mengancam kesehatan dan kesejahteraan ratusan juta penduduk. Sedangkan infeksi baru (emerging/re-emerging diseases) dan masalah kesehatan jiwa memerlukan tindakan yang segera. Untuk itulah promosi kesehatan menjadi sangat vital untuk mengatasi berbagai determinan sehat tersebut. Kota harus menyediakan kondisi kehidupan bagi penduduknya melalui berbagai macam cara. Derajat kesehatan sebagian besar tergantung dari kondisi kehidupan dan gaya hidup penduduknya. Dengan demikian, haruslah diperhatikan deteminan
Vol.22 No.2
sehat dan interaksi antar determinan tersebut. WHO menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan sangat multipel dan berinteraksi dapat satu sama lain. (17) Untuk mengimplementasikan kebijakan kesehatan yang mampu meningkatkan status kesehatan penduduk, sangatlah diperlukan kerjasama antara berbagai sektor di masyarakat, yang merupakan elemen kunci dari manajemen kota sehat. Data dasar dan informasi yang tersedia harus dimanfaatkan berbagai sektor pemerintah sebagai landasan untuk pengambilan keputusan. Perlu diuraikan hubungan antara berbagai determinan sehat dan status kota sehat untuk menerangkan timbulnya berbagai masalah kesehatan di populasi perkotaan. Sembilan indikator determinan sehat (health determinant) yang digunakan adalah pelayanan kesehatan (health care), pencegahan kesehatan (preventive health), lingkungan (environment), perumahan (housing), pemukiman padat (urban clutter), ekonomi setempat (local economy), pekerjaan (employment), pendapatan (income), dan pendidikan (education). Status kesehatan kota sangat dipengaruhi oleh ke sembilan determinan sehat tersebut (lihat Gambar 1).(19) Penelitian menunjukkan bahwa ke sembilan deteminan sehat tersebut mampu menjelaskan lebih dari setengah varians yang mempengaruhi status kota sehat.(19) Di samping itu, tidak boleh dilupakan bahwa determinan sehat tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Perilaku sehat dan beradab Perilaku sehat seseorang berhubungan dengan tindakannya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatannya, antara lain tindakan-tindakan pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi, higiene pribadi, dan sanitasi lingkungan. Menurut Sadli,(20) perilaku sehat individu sangat erat kaitannya dengan lingkungan secara menyeluruh yakni; (i) lingkungan keluarga dengan berbagai kebiasaan sehat setiap anggota keluarga, (ii) lingkungan terbatas keluarga yang berkaitan dengan tradisi, adat istiadat serta kepercayaan masyarakat setempat, dan (iii) lingkungan umum yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, program-program kesehatan, undang-undang kesehatan, dan lain-lain. 65
Hidayat, Abikusno, Kusumaratna, Surjawidjaja
Kota sehat dan beradab
Gambar 1. Hubungan antara determinan sehat dan status kota sehat(19) Setiap orang sejak lahir telah berada dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga, di mana keterikatannya pada kelompok akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga. Pada setiap kelompok akan berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial tertentu, sehingga perilaku setiap anggota kelompoknya berada di dalam suatu jaringan normatif, termasuk masalah kesehatannya. Lingkungan keluarga adalah lingkaran pertama yang sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dan tindakan seseorang. Semuanya diawali sejak usia dini, di mana orang tua mulai mengenalkan dan menerapkan konsep-konsep sehat berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, keyakinan ataupun pengalaman yang diperolehnya. Pada tahap ini pula diperkenalkan berbagai kebiasaan dan sifat yang berhubungan dengan sopan santun, etika pergaulan dan perikemanusiaan. Dalam proses menuju manusia yang beradab sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara global, seorang anak masuk dalam suatu proses pembelajaran untuk mengenal orang lain, saling menghargai, berlaku sopan terhadap sesamanya ataupun orang tua, disiplin terhadap peraturan yang ada, menghargai waktu dan pendapat orang lain serta bersikap sportif. Proses pembelajaran yang diawali sejak dini dan terus menerus, akan mendukung dasar pembangunan kesehatan “Indonesia Sehat 2010”, 66
di mana salah satunya adalah “perikemanusiaan” sesuai dengan sila kedua Pancasila. Bahwa setiap upaya kesehatan harus berlandaskan perikemanusian, di mana setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya tanpa memandang perbedaan suku, golongan, agama dan status ekonomi. Masyarakat yang berperilaku sehat tentu sangat mendukung terciptanya kota yang sehat. Berbagai upaya harus dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang berperilaku sehat. Promosi tentang menghilangkan perilaku hidup tidak sehat seperti merokok, minuman keras (miras), ketergantungan obat, perilaku hidup seksual yang permisif yang dapat membahayakan diri maupun orang lain, dapat diatasi melalui upaya peningkatan kesehatan mental, moral dan spiritual. Upaya ini diharapkan dapat mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan mental serta upaya promotif untuk meningkatkan ketahanan mental. Di samping itu perlu diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan konsultasi psikologi dengan tersedianya klinik masalah keluarga perkotaan yang dapat terjangkau oleh masyarakat miskin yang memberikan pelayanan konseling meliputi gangguan mental/kepribadian, narkotika, remaja putus sekolah, dan anak-anak jalanan, serta hubungan antara orang tua dengan remaja dan
J Kedokter Trisakti
lanjut usia dengan keluarga/pengasuhnya (informal caregiver). Masyarakat yang berperilaku sehat akan menurunkan terjadinya kekerasan dan kriminalitas sehingga produktivitas kerja, kehidupan yang aman dan nyaman dapat dinikmati oleh seluruh penduduk perkotaan. PEMBAHASAN Meningkatkan status kesehatan masyarakat perkotaan akan merupakan usaha yang sia-sia saja apabila tidak didukung oleh peran serta masyarakat secara aktif. Perencanaan kesehatan masyarakat akan lebih efektif lagi apabila perencanaan tersebut mengikutsertakan partisipasi aktif masyarakat setempat. Perencanaan kesehatan tersebut pada dasarnya ditujukan kepada masyarakat miskin perkotaan yang pada umumnya tinggal di perkampungan kumuh (shanty town) dan sepanjang bantaran kali yang tersebar di seluruh wilayah perkotaan. Permasalahan kesehatan masyarakat perkotaan untuk kelompok masyarakat ini sebagian besar ditujukan untuk: (i) memperbaiki status gizi keluarga miskin terutama anak balita, (ii) memberantas penyakit menular yang menyerang berbagai kelompok rentan seperti diare pada balita dan tuberkulosis pada kalangan dewasa muda yang produktif, (iii) menurunkan angka kematian ibu melalui pelayanan antenatal yang baik dan teratur, di samping akses ibu pada pertolongan persalinan yang segera yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang profesional, dan (iv) penetapan prosedur dan pemberian pelayanan kesehatan esensial yang terbaik di Puskesmas dan Rumah Sakit (best essential procedure and practice).(21) Dalam kaitan ini, seluruh potensi masyarakat dapat diajak untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat perkotaan dengan membentuk berbagai kelompok yang peduli pada berbagai permasalahan kesehatan perkotaan (community-based health conscious coalitions). Tantangan yang dihadapi berbagai koalisi kesehatan di dalam masyarakat adalah transformasi pengetahuan tentang determinan sehat menjadi suatu program kerja yang nyata, efektif dan bermakna di tingkat akar rumput. (22) Berbagai faktor yang mempersulit tercapainya hal tersebut antara lain: (i) kolaborasi berbagai pihak yang berkepentingan amatlah sulit,
Vol.22 No.2
(ii) pendanaan yang bersifat sektoral mempersulit kegiatan yang berbasis komunitas, (iii) insentif kepada petugas kesehatan yang diberikan terbatas pada sistem pelayanan di rumah sakit, dan (iv) para dokter yang berorientasi pada komunitas haruslah memahami betapa luasnya tantangan dari pendekatan muti sektoral yang harus dilakukan. Namun demikian, forum komunikasi atau koalisi kesehatan tersebut dapat secara rutin diberikan informasi tentang permasalahan kesehatan perkotaan yang dihadapi dan selanjutnya diupayakan secara bersama-sama mengatasi permasalahan kesehatan tersebut. Salah satu usaha promosi dan pencegahan penyakit masyarakat perkotaan yang dapat dilakukan adalah masyakarat sadar akan kesehatan dan sanitasi lingkungannya, misalnya masyarakat secara rutin mengawasi kebersihan/kelancaran aliran sampah dan kualitas sumber air pada waktu bencana banjir atau musim penyakit demam berdarah Dengue. Memang masih banyak yang harus dikerjakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan agar mereka dapat hidup sehat dan beradab. Berbagai program twining atau sister cities yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat dapat digunakan untuk mempelajari berbagai upaya, strategi dan program penanggulangan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah lain terutama negara maju dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Sementara ini berbagai upaya kesehatan masyarakat perkotaan masih ditujukan pada kelompok masyarakat miskin dengan berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapinya. Namun perhatian harus pula ditujukan pada kelompok masyarakat perkotaan dari kalangan menengah atas dengan berbagai permasalahan kesehatan yang pada umumnya lebih bersifat berbagai penyakit degeneratif yang memerlukan advokasi dalam berperilaku hidup sehat seperti: (i) makan secara teratur yang adekuat dan seimbang, (ii) cukup waktu untuk beristirahat dan mengurangi stres, (iii) secara rutin melakukan gerak badan, (iv) menghindari kebiasaan merokok, minum alkohol, dan narkoba serta (v) menghindari perilaku seksual yang menyimpang dan berlebihan. Dalam hal ini program komunikasi kesehatan akan sangat berperan yang 67
Hidayat, Abikusno, Kusumaratna, Surjawidjaja
sebaiknya dilakukan secara terencana dan profesional melalui mass campaign dan social marketing (23,24) dan bukan hanya merupakan kegiatan sekunder yang melengkapi pengobatan seorang penderita. Akhirnya, permasalahan yang utama adalah bagaimana seluruh masyarakat perkotaan dapat menikmati pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas. Dalam rangka perencanaan kesehatan masyarakat perkotaan di masa mendatang perlu dipikirkan berbagai program jaminan kesehatan yang dapat juga dinikmati oleh keluarga miskin perkotaan. Dalam hal ini perlu dipikirkan selain sistem asuransi kesehatan yang berlaku saat ini yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat perkotaan, perlu dicari berbagai kiatkiat jaminan kesehatan yang berdasarkan koperasi berbagai kelompok masyarakat yang dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang baik dan profesional untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi kelompok maupun seluruh masyarakat perkotaan.
Kota sehat dan beradab
3.
4. 5.
6. 7.
8.
9.
10.
KESIMPULAN 11.
Kesembilan indikator determinan sehat yang berpengaruh terhadap status kesehatan kota sangat erat berkaitan dengan status kesehatan masyarakat. Potensi masyarakat perlu ditingkatkan untuk menunjang pembangunan kesehatan menyonsong Indonesia Sehat 2010. Masyarakat yang berperilaku hidup sehat dan beradab secara proaktif berperan dalam berbagai gerakan sehat berupaya mewujudkan terciptanya kota yang sehat. Selanjutnya gerakan-gerakan sehat tersebut merupakan sarana untuk pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
12.
13.
14.
Daftar Pustaka 15. 1.
2.
68
WHO actions now to avert megacity health threat. Available from URL: http://www.who.int/ archieves/inf-pr-1996/pr96-29.html. Accessed November 1 2002. Michael AJ. The urban environment and health in a world of increasing globalization: issues for developing countries. Bull World Health Org 2000; 78: 1117-26.
16. 17.
Abikusno N. National plan of action for elderly welfare. English version ed. Jakarta: Ministry of Transmigration & Population in cooperation with United Nations Populations Population Fund/ UNFPA; 2000. McKeown T. The modern rise of population. New York: Academic press; 1976. World development report 1992. Development and the environment. Oxford: Oxford University Press for the World Bank; 1992. World resources report: 1989-99. Washington DC: World Resource Institute; 1998. Hardoy IE, Mitlin D, Satterhwaite DE. Environmental problems in the third world cities. London: Earthscan; 1998. Chaplin SE. Cities, sewers and poverty : India’s politics of sanitation. Environment and urbanization 1999; 11: 145-58. Surjadi C. Upaya menjelaskan masalah kesehatan kota dan meningkatkan kesehatan kota. Orasi Ilmiah Dies Natalis Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya; 1999. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman umum kota dan kabupaten sehat di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan & Departemen Dalam Negeri R.I.;1999. Paradigma sehat. Available from URL: http:// depkes.go.id/Ind/ProfilDep/IS2010/stategi.html. Accessed October 13, 2002. WHO’s healthy cities programme: A crisis in urban health. Available form URL: http:www.who. int/archieves/whday/documents1996/who1int.pdf. Accessed October 16, 2002. Human population: fundamentals of growth patterns of world urbanization. Available from URL: http://www.orb.org/content/navigation/ menu/PRB/Educators/Human_Population/ Urbanization2. Accessed October 16, 2002. World Health Organization. Ottawa charter for health promotion. Available from URL: http:// www.who.int/hpr/archieve/docs/attave.httml. Accessed November 2, 2002. Healthy cities. Ten signs of a healthy city. Available from URL: http:www.who.int/archieves/ whday/lm/documents1996/whd3it.pdf. Accessed October 15, 2002. Undang-undang nomor 12 tentang kesehatan tahun 1992. World Health Organization. Health promotion glossary. Geneva: World Health Organization; 1998.
J Kedokter Trisakti
18. World Health Organization. The Jakarta declaration on leading health promotion into the 21st century. Fourth International Conference on Health Promotion, Jakarta 21-25 July 1997. Available from URL: http:www.who.int/hpr/ archieve/docs/jakarta/english.html. Accessed October 17, 2002. 19. Takano T, Nakamura K. An analysis of health levels and various indicators of urban environments for healthy cities projects. J Epidemiol Community Health 2001; 55: 263-70. 20. Soekidjo N. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Cetakan pertama. Jogyakarta: Andi Offset; 1993.
Vol.22 No.2
21. Community Initiatives. Healthy communities. Healthy People. Available from URL: http: www.community initiatives.com/articll25.html. Accessed October 24, 2002. 22. Devine T, Ho Seuk J, Wilson A. Cultivating heart and character: Educating for life’s most essential goals. Chapel Hill (NC): Character Development Group; 2000. 23. Kotler P, Roberto N, Lee N. Social marketing: Improving the quality of life. 2nd ed. London (UK): SAGE Publications; 2002. 24. Scarlett Epstein T. A manual for culturally adapted social marketing. London (UK): SAGE Publications; 1999.
69