Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang telah berlangsung sejak triwulan IV tahun 2008 hingga triwulan I tahun 2009 lalu. Meskipun demikian, akibat kelesuan ekonomi negara tujuan ekspor utama LNG Kalimantan Timur seperti Jepang, Korea dan Taiwan, maka perkembangan laju produksi LNG dari Bontang tersebut masih negatif pada triwulan II tahun 2009 ini. Subsektor yang memberikan andil positif terhadap laju perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan II ini, antara lain perkebunan, pertambangan tanpa migas (batubara), industri pengilangan minyak bumi, listrik dan air bersih, bangunan serta jasa-jasa. Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar positif 1,26 persen (q-t-q), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
yang
mengalami kontraksi negatif 2,27 persen. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur lebih dipengaruhi peningkatan sektor dominan, yakni sektor industri pengolahan (1,25 %) yang ditopang oleh peningkatan yang cukup signifikan pada industri Pengilangan Minyak Bumi (10,65 %). Adapun sektor dominan lainnya, yakni sektor pertambangan dan penggalian juga tumbuh 1,36 persen, yang bersumber dari subsektor pertambangan tanpa migas (batubara) sebesar 3,74 persen. Ditinjau dari sisi permintaan, kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 ini berasal dari komponen ekspor neto, dimana ekspor tumbuh 1,67
persen dan impor tumbuh sebesar 2,32 persen. Kondisi ini diikuti perkembangan investasi fisik (PMTB) pada triwulan II tahun 2009 tercatat tumbuh sebesar 2,29 persen. Di sisi harga, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 cenderung mengalami perlambatan dibanding triwulan I tahun 2009. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya beberapa harga komoditas akibat agak melemahnya permintaan masyarakat. Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mulai mengalami pertumbuhan positif (2,36 %) dalam hal penghimpunan simpanan masyarakat pada bank umum, demikian juga untuk penyaluran pinjaman. Usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan menekan angka kemiskinan semakin menunjukkan arah positif. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur untuk kondisi Maret 2009 tercatat 239.220 orang atau 7,73 persen dari jumlah penduduk, jadi lebih rendah dibanding kondisi Maret 2008 yang mencapai 286.440 orang (9,51 %). Data statistik diatas merupakan indikator-indikator ekonomi dan sosial Kalimantan Timur yang dapat dihimpun sampai dengan kondisi triwulan II tahun 2009. Diharapkan pemanfaatannya tidak hanya oleh Pemerintah sebagai bahan masukan untuk keperluan perencanaan dan perumusan kebijakan jangka pendek, namun juga digunakan oleh kalangan swasta ataupun masyarakat bagi pengembangan usaha dan beragam kebutuhan lainnya.
2.1 Gambaran Umum Perekonomian Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2009 Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan II tahun 2009 mengalami pertumbuhan positif, yaitu sebesar 1,26 persen (q-t-q), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi negatif 2,27 persen. Dari sisi penawaran, laju pertumbuhan PDRB pada triwulan II tahun 2009 masih ditopang oleh sektor dominan dalam perekonomian Kalimantan Timur yakni sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan. Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2009, lebih dipengaruhi oleh meningkatnya produksi Industri Pengilangan Minyak Bumi seiring meningkatnya permintaan, baik di Kalimantan Timur maupun wilayah domestik diluar Kalimantan Timur. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian ditopang oleh meningkatnya produksi pertambangan non migas, yaitu batubara. Dari sisi permintaan, kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2009 ini berasal komponen ekspor neto, yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan komponen ekspor dan impor yang yang tumbuh positif.
2.2 Besaran PDRB Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2009 2.2.1. Sisi Penawaran (PDRB Menurut Lapangan Usaha) Usaha pemerintah dalam menanggulangi krisis global yang berkepanjangan, hingga pertengahan tahun 2009 mulai menunjukkan arah positif. Kondisi ini ditunjukkan dengan perkembangan beberapa indikator ekonomi yang bergerak positif. Kondisi tersebut memberi keuntungan tersendiri bagi pergerakan ekonomi Kalimantan Timur, mengingat beberapa komoditi
strategis di Kalimantan Timur sangat tergantung pada pergerakan ekonomi nasional dan internasional. Pada triwulan II (April-Juni) tahun 2009 besaran PDRB Kalimantan Timur atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 69,9 triliun dan jika komponen migas dikeluarkan dalam penghitungan, maka PDRB tanpa migas tercatat Rp. 32,7 triliun. Sedangkan pada triwulan sebelumnya PDRB atas dasar harga berlaku tercatat Rp. 66,5 triliun dan PDRB tanpa migasnya sebesar Rp. 32,1 triliun. Bila dilihat dari harga konstan 2000, besaran PDRB dengan migas triwulan II tahun 2009 sebesar Rp. 25,5 triliun dan tanpa migas mencapai Rp. 14,1 triliun. Tabel 2.1. PDRB Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2009 (Juta Rp.) Berlaku
Lapangan Usaha (1)
1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 2.a. Minyak dan Gas Bumi 2.b. Pertambangan Tanpa Migas 3. Industri Pengolahan 3.a. Industri Migas a.1. Pengilangan Minyak Bumi a.2. Gas Alam Cair (LNG) 3.b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 9. Jasa-jasa
Konstan
Triw.1-09
Triw.2-09
Triw.1-09
(2)
(3)
(4)
Triw.2-09 (5)
3.742.948 28.016.492 15.959.328 11.717.107 21.633.308 18.503.377 3.951.832 14.551.545 3.129.931 188.384 1.848.806 5.267.358 2.570.635 1.487.050 1.773.692
3.667.670 30.027.741 17.620.935 12.055.653 22.732.686 19.560.721 4.909.232 14.651.489 3.171.965 193.648 1.924.517 5.373.088 2.665.119 1.536.202 1.800.486
1.702.388 9.817.482 5.029.787 4.629.484 7.712.681 6.406.957 1.209.988 5.196.970 1.305.723 81.790 927.589 2.243.805 1.433.886 779.905 525.423
1.656.063 9.950.891 4.985.022 4.802.627 7.808.725 6.491.647 1.338.851 5.152.796 1.317.078 83.749 962.559 2.279.905 1.468.384 798.755 533.117
PDRB
66.528.673
69.921.157
25.224.949
25.542.148
PDRB Tanpa Migas
32.065.968
32.739.501
13.788.204
14.065.479
PDRB (Tanpa Migas dan Batubara)
20.348.862
20.683.848
9.158.720
9.262.852
2.2.2 Sisi Permintaan (PDRB Menurut Penggunaan) Ditinjau dari sisi permintaan pada umumnya lebih banyak terserap (66,01 persen) pada komponen ekspor dan impor. Hal ini dipengaruhi oleh Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kalimantan Timur berbasis perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Jika dihitung net ekspor
Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mengalami surplus ekspor sebesar Rp. 46,2 triliun menurut harga berlaku dan Rp. 15,2 triliun rupiah menurut harga konstan. Perubahan yang terjadi pada kedua komponen tersebut akan mempengaruhi pergerakan ekonomi Kalimantan Timur, mengingat komponen ekspor dan impor memberikan andil yang sangat besar dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur dari sisi penggunaan. Tabel 2.2. PDRB Kalimantan Timur Menurut Penggunaan Triwulan II Tahun 2009 (Juta Rp.) Berlaku
Konstan
Jenis Penggunaan Triw.1-09 (1)
1.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
(2)
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga - Makanan - Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor - Ekspor Luar Negeri - Ekspor Antar Daerah Impor - Impor Luar Negeri - Impor Antar Daerah PDRB
9.207.014 4.589.140 4.671.748 161.450 3.833.736 9.509.022 561.425 64.691.580 45.883.420 18.808.160 21.435.554 10.891.484 10.544.070 66.528.673
Triw.2-09 (3)
9.273.560 4.641.778 4.631.782 167.343 3.956.698 9.789.098 578.465 67.868.706 47.714.930 20.153.776 21.712.713 10.390.012 11.322.701 69.921.157
Triw.1-09 (4)
Triw.2-09 (5)
4.120.489 2.043.451 2.077.038 99.278 1.350.419 4.350.657 272.722 27.571.077 19.075.007 8.694.070 12.539.693 6.060.076 6.479.617
4.123.670 2.048.927 2.074.743 102.135 1.385.716 4.450.399 279.262 28.031.299 19.417.317 8.613.982 12.830.333 6.065.328 6.765.005
25.668.766
25.542.148
2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2009 2.3.1. Sisi Penawaran (PDRB Menurut Lapangan Usaha) Gejolak ekonomi global yang sempat mewarnai tatanan ekonomi nasional masih menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam
menanggulangi dampak kemerosotan
disetiap sektor
ekonomi. Berbagai usaha telah disusun pemerintah untuk menggairahkan dan menggerakkan kembali roda perekonomian yang lebih baik. Dari sisi internal, perkembangan sektor unggulan Kalimantan Timur seperti industri pengilangan minyak bumi, tren laju produksinya mengalami
peningkatan yang cukup sifnifikan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan. Kondisi yang sama terjadi pada subsektor pertambangan nonmigas (batubara) pada triwulan sebelumnya mengalami koreksi sebagai dampak fluktuasi harga yang tidak menentu, namun pada triwulan II tahun 2009 produktivitas pertambangan batubara berhasil digenjot, seiring dengan situasi ekonomi global yang semakin membaik. Perkembangan komoditas unggulan daerah Kalimantan Timur tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan ekonomi regional Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009, mengingat peranannya yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur. Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 terhadap triwulan I tahun 2009 (q-to-q) tumbuh sebesar positif 1,26 persen, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami koreksi negatif 2,27 persen. Dan jika komoditi migas dikeluarkan (tanpa migas), pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur tercatat positif 2,01 persen lebih tinggi dibanding triwulan I tahun 2009 sebesar negatif 0,86 persen. Ditinjau dari sektor ekonomi, sektor industri pengolahan di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 ini secara umum mengalami peningkatan sebesar positif 1,25 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar negatif 3,72 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan pada subsektor industri migas sebesar positif 1,32 persen, yang ditopang oleh industri pengilangan minyak bumi yang tumbuh signifikan sebesar 10,65 persen. Sedangkan industri Gas Alam Cair (LNG) meski laju pertumbuhannya negatif 0,85 persen, namun jika dibandingkan triwulan sebelumnya menunjukkan indikasi yang lebih baik. Khusus subsektor industri non migas mengalami pertumbuhan positif 0,87 persen lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya, dipengaruhi oleh penurunan produktivitas industri kertas dan barang cetakan dan industri pupuk. Situasi pasar internasional yang tidak menentu sebagai faktor fundamental yang menentukan tren permintaan dan ketersediaan produksi pertambangan, secara tidak langsung memberi pengaruh pada perkembangan pertambangan di Kalimantan Timur. Perkembangan
produksi pertambangan minyak dan gas bumi di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 masih mengalami koreksi sebesar negatif 0,89 persen, namun sedikit lebih baik jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar negatif 2,93 persen. Disisi lain, perkembangan produksi pertambangan nonmigas (batubara) pada triwulan II tahun 2009 ini mengalami pertumbuhan positif 3,74 persen lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Secara umum, sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar positif 1,36 persen lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkoreksi sebesar negatif 5,87 persen. Grafik 2.1 Pertumbuhan PDRB Triwulanan Kalimantan Timur, Tahun 2007-2009 (q-t-q)
Hingga pertengahan tahun 2009 ini, roda perdagangan di Kalimantan Timur secara umum bergerak dengan baik. Pada triwulan II tahun 2009 meskipun sedikit melambat masih tumbuh sebesar 1,61 persen atau lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,42 persen. Hal ini dipengaruhi perkembangan pada subsektor perdagangan besar dan kecil (1,47 persen); hotel (2,94 persen) dan restoran (2,62 persen). Perubahan iklim yang terjadi pada triwulan II tahun 2009 yang diikuti dengan berakhirnya musim panen raya di beberapa daerah di Kalimantan Timur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan subsektor tanamanan bahan makanan hingga mencapai negatif 11,78
persen. Kondisi ini secara umum berimbas pada perkembangan sektor pertanian pada triwulan II tahun 2009 yang mengalami koreksi sebesar negatif 2,72 persen. Untuk perkembangan komoditi pertanian lainnya masih tumbuh positif, yakni subsektor perkebunan (2,33 %), peternakan (1,34 %), perikanan (2,80 %). Usaha pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur di Kalimantan Timur dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat baik infrastruktur jalan, bangunan dan jembatan masih terus dikembangkan. Secara umum, sektor bangunan (kontruksi) pada triwulan II tahun 2009 tumbuh 3,77 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,49 persen dan merupakan pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya pada triwulan II tahun 2009. Pasca kegiatan kampanye Pileg 2009 aktivitas angkutan di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 sedikit melambat namun tumbuh positif 2,12 persen, hal ini lebih didorong mobilisasi liburan sekolah.
Meningkatnya permintaan masyarakat akan telekomunikasi seiring dengan
persaingan dunia bisnis operator seluler dengan menjadikan biaya percakapan semakin terjangkau, menjadi salah satu faktor meningkatnya laju pertumbuhan subsektor komunikasi sebesar 4,01 persen. Secara umum, kondisi diatas menyebabkan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar 2,41 persen. Usaha pemerintah dan dunia perbankan dalam menjaga likuiditas perbankan dari ancaman krisis keuangan global mulai menunjukkan arah positif. Hal ini dapat ditunjukkan peningkatan subsektor bank pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar 3,14 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini secara umum berimbas pada pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II tahun 2009 sebesar 2,42 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Untuk sektor lainnya, sektor jasa-jasa dan sektor listrik dan air bersih pada triwulan II tahun 2009 juga menunjukkan perkembangan positif dan lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing tumbuh sebesar 1,46 persen dan 2,40 persen.
Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2009 (Persen) q-to-q Lapangan Usaha
1. 2.
3.
(1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan Pertambangan dan Penggalian 2.a. Minyak dan Gas Bumi 2.b. Pertambangan Tanpa Migas Industri Pengolahan 3.a. Industri Migas a.1. Pengilangan Minyak Bumi a.2. Gas Alam Cair (LNG) 3.b. Industri Tanpa Migas
Triwulan I Tahun 2009 (2)
y-on-y
Triwulan II Tahun 2009 (3)
Triwulan II Tahun 2008 (4)
Triwulan II Tahun 2009 (5)
12,65
(2,72)
8,97
(10,97)
(5,87) (2,93) (9,12) (3,72) (4,69) (5,59) (4,48) 1,34
1,36 (0,89) 3,74 1,25 1,32 10,65 (0,85) 0,87
5,79 2,34 9,38 6,18 7,50 27,26 2,93 (0,23)
(0,90) 2,55 (4,55) (5,15) (6,16) (12,95) (4,22) 0,15
4,73
5,61
4.
Listrik dan Air Bersih
1,79
2,40
5.
Bangunan
1,49
3,77
8,04
7,85
6. 7.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi
2,42 3,75
1,61 2,41
10,37 7,91
7,67 8,99
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Per.
1,55
2,42
9,73
7,19
9.
Jasa-jasa
0,14
1,46
6,64
6,97
(2,27) (0,86) 3,92
1,26 2,01 1,14
PDRB PDRB (Tanpa Migas) PDRB (Tanpa Migas dan Batubara)
6,82 8,11 7,42
(1,06) 0,21 2,87
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 terhadap triwulan II tahun 2008 (y-on-y) mengalami koreksi sebesar negatif 1,06 persen dengan migas dan positif 0,21 persen tanpa migas. Ditinjau dari sisi lapangan usaha (sektor), pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2009 mengalami koreksi dipengaruhi terjadinya penurunan pada beberapa sektor strategis dan dominan dalam pergerakan ekonomi Kalimantan Timur, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan yang memberikan andil cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mengalami koreksi dengan pertumbuhan negatif 5,15 persen. Faktor penyebab yang mempengaruhi laju pertumbuhan sektor industri pengolahan adalah subsektor industri migas dengan pertumbuhan negatif 6,16 persen yang bersumber dari penurunan industri pengilangan minyak bumi (-12,95 %) dan industri LNG (-4,22 %).
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II tahun 2009 dibanding triwulan II tahun 2008 juga mengalami penurunan sebesar negatif 0,90 persen lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 5,79 persen. Kondisi ini dipengaruhi perkembangan subsektor pertambangan nonmigas (batubara) yang turun sebesar negatif 4,55 persen lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar positif 9,38 persen. Pada triwulan II tahun 2009, sektor pertanian mengalami penurunan sebesar negatif 10,97 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar positif 8,97 persen. Bila ditinjau lebih jauh produksi pertanian khususnya tanaman perkebunan, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan II tahun 2008, masing-masing terkoreksi sebesar negatif 5,65 persen; negatif 19,13 persen dan negatif 27,83 persen. Khusus untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II tahun 2009 yang tumbuh sebesar positif 7,67 persen lebih lambat dibanding periode sebelumnya, lebih dipengaruhi oleh laju pertumbuhan perdagangan besar dan eceran sebesar 7,14 persen lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 10,97 persen. Untuk sektor bangunan dan sektor keuangan pada triwulan II tahun 2009 mengalami pertumbuhan positif, namun lebih lambat jika dibandingkan triwulan II tahun 2008 masing-masing tumbuh sebesar 7,85 persen dan 7,19 persen. Sedangkan untuk sektor-sektor lainnya, seperti sektor listrik dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor jasa mengalami peningkatan dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, masing-masing tumbuh sebesar 5,61 persen; 8,99 persen dan 6,97 persen.
2.3.2. Sisi Permintaan (PDRB Menurut Penggunaan) Ditinjau dari segi permintaan (penggunaan), pada triwulan II tahun 2009 semua komponen penggunaan mengalami pertumbuhan positif, khususnya ekpsor dan impor. Kondisi tersebut berimbas pada pergerakan ekonomi Kalimantan Timur dari sisi permintaan, mengingat peranan
kedua komponen tersebut sangat dominan dalam merefleksikan angka pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 terhadap triwulan I tahun 2009 (q-to-q) tumbuh sebesar 1,26 persen. Situasi ekonomi global yang sempat mengalami gonjangan sebagai dampak krisis finansial di Amerika Serikat, hingga pertengahan tahun 2009 ini mulai mengalami pemulihan seiring dengan usaha pemerintah dalam memperbaiki tatanan ekonomi nasional dan regional. Kalimantan Timur sebagai salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) mempunyai beberapa komoditi unggulan yang diperdagangkan di pasar internasional (ekspor), seperti industri pengilangan minyak bumi dan komoditi nonmigas (batubara dan CPO), dimana komoditas tersebut merupakan penyumbang terbesar dalam ekspor Kalimantan Timur. Perkembangan komoditi yang berbasis ekspor tersebut, pada triwulan II tahun 2009 cenderung bergerak positif. Komponen ekspor Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 tumbuh positif 1,67 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar negatif 4,93 persen. Kondisi ini ditopang oleh perkembangan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah masing-masing tumbuh 1,79 persen dan 1,39 persen. Seiring dengan meningkatnya kegiatan ekspor di Kalimantan Timur, arus masuk (impor) barang dan jasa juga cenderung meningkat, khususnya untuk memenuhi kegiatan industri kilang minyak bumi. Pada triwulan II tahun 2009 impor Kalimantan Timur tumbuh sebesar positif 2,32 persen. Kondisi ini disebabkan peningkatan baik pada impor luar negeri (0,09%) maupun impor antar daerah (4,40 %). Komponen konsumsi rumahtangga pada triwulan II tahun 2009 mengalami pertumbuhan 0,08 persen lebih lambat dibandingkan triwulan I tahun 2009 sebesar 0,20 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh perkembangan konsumsi non makanan yang mengalami koreksi hingga negatif 0,11 persen lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar positif 0,17 persen. Proses pemanfaatan dana APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota hingga pertengahan tahun anggaran 2009 cenderung meningkat, hal ini mempengaruhi pertumbuhan
konsumsi pemerintah pada triwulan II tahun 2009 tumbuh positif 2,61 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar negatif 0,12 persen. Hal yang sama juga terjadi pada komponen investasi fisik di Kalimantan Timur hingga semester I tahun 2009 mulai menunjukkan hasil yang positif, dimana laju pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar positif 2,29 persen. Untuk komponen penggunaan lainnya, seperti pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba dan perubahan inventori pada triwulan II tahun 2009 masih tumbuh positif namun tidak secepat triwulan sebelumnya, masing-masing tumbuh sebesar 2,88 persen dan 2,40 persen. Tabel 2.4. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Triwulan II Tahun 2009. (Persen) No (1)
1.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
Jenis Penggunaan (2)
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga - Makanan - Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor - Ekspor Luar Negeri - Ekspor Antar Daerah Impor - Impor Luar Negeri - Impor Antar Daerah PDRB
q-to-q Triwulan I Triwulan II Tahun 2009 Tahun 2009
y-on-y Triwulan II Triwulan II Tahun 2008 Tahun 2009
(3)
(4)
(5)
(6)
0,20 0,24 0,17
0,08 0,27 (0,11)
6,31 7,48 5,22
2,48 4,54 0,52
7,93 (0,12) (0,28) 3,12 (4,93) (5,77) (3,01) (6,24) (6,80) (5,71)
2,88 2,61 2,29 2,40 1,67 1,79 1,39 2,32 0,09 4,40
8,51 11,14 11,16 5,82 8,26 8,00 8,89 11,18 21,95 (0,15)
13,00 4,81 4,09 11,10 (11,64) (12,55) (9,50) (19,16) (32,02) (2,65)
(2,27)
1,26
6,82
(1,06)
Pada triwulan II tahun 2009 perekonomian Kalimantan Timur terkoreksi sebesar negatif 1,06 persen (y-on-y), dibandingkan triwulan II tahun 2008 yang tumbuh sebesar positif 6,82 persen. Perkembangan perekonomian Kalimantan Timur menurut penggunaan selama triwulan II tahun 2009 dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, mengalami penurunan yang cukup signifikan terjadi pada komponen ekspor dan impor.
Penurunan yang terjadi pada komponen ekspor sebagai komponen yang memberikan andil paling besar dalam pembentukan PDRB dari sisi penggunaan, menjadi salah satu pemicu penurunan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan. Pada triwulan II tahun 2009 ekspor Kalimantan Timur mengalami penurunan hingga negatif 11,64 persen lebih rendah dibandingkan triwulan II tahun 2008 yang tumbuh sebesar positif 8,26 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan ekspor luar negeri (-12,55 %) dan juga ekspor antar daerah (-9,50 %). Krisis global sebagai dampak krisis finansial di Amerika Serikat telah menyebabkan siklus perdagangan internasional ikut terganggu. Kondisi tersebut juga menyebabkan arus masuk (impor) baik berupa barang konsumsi dan bahan baku cenderung menurun. Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekspor-Impor Triwulanan Kalimantan Timur, Tahun 2007-2009 (y-on-y)
Kondisi tersebut di atas secara tidak langsung juga berimbas pada menurunnya permintaan barang dan jasa di Kalimantan Timur, baik dari luar negeri maupun domestik. Akibatnya pertumbuhan impor Kalimantan Timur triwulan II tahun 2009 terkoreksi sebesar negatif 19,16 persen, yang dipengaruhi oleh penurunan impor luar negeri yang cukup signifikan sebesar negatif 32,02 persen.
Kondisi investasi di Kalimantan Timur selama tahun 2008 menunjukkan arah positif, namun hingga pertengahan tahun 2009 ini perkembangannya masih tidak secepat periode sebelumnya, yakni pada triwulan II tahun 2009 komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh positif 4,09 persen. Konsumsi pengeluaran pemerintah juga mengalami pertumbuhan positif namun lebih lambat bila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dimana laju pertumbuhan komponen pengeluaran pemerintah pada triwulan II tahun 2009 sebesar 4,81 persen. Meskipun terjadi peningkatan anggaran pemerintah, namun hingga semester pertama tahun 2009 ini tingkat penyerapan alokasi anggaran baik APBN, APBD I maupun APBD II belum seutuhnya berjalan dengan baik dibanding tahun sebelumnya. Kondisi daya beli masyarakat hingga periode triwulan II tahun 2009 ini masih belum terlalu baik, terutama yang menyangkut konsumsi barang non makanan, sehingga perkembangan konsumsi rumahtangga pada triwulan II tahun 2009 hanya tumbuh 2,48 persen. Untuk komponen pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba pada triwulan II tahun 2009 tumbuh 13,00 persen. Pertumbuhan yang tinggi banyak dipicu oleh adanya kegiatan Pilpres 2009. Akan halnya komponen perubahan inventori juga mengalami pertumbuhan 11,10 persen lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.
3.1 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Laju Inflasi Kalimantan Timur Hingga pertengahan tahun 2009 perkembangan komoditi yang tercakup dalam IHK Kalimantan Timur mengalami pergerakan fluktuatif pada tiap bulan berjalan. Pada bulan Juni 2009 IHK Kalimantan Timur secara umum tercatat 118,13 persen. IHK tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan indeks 131,15 persen lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 130,65 persen. Hal ini menunjukkan tingkat kebutuhan masyarakat akan bahan makanan masih cukup tinggi, dimana sebagian besar bahan makanan di Kalimantan Timur dipasok dari luar daerah. Tabel 3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalimantan Timur, Semester I Tahun 2009 Kelompok Pengeluaran
Bulan Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Bahan Makanan
130,44
131,84
131,78
131,42
130,65
131,15
Makanan Jadi
115,63
117,09
118,09
119,21
119,74
120,50
Perumahan
116,95
119,12
119,49
120,20
120,42
120,62
Sandang
110,26
113,56
114,71
113,39
112,65
113,10
Kesehatan
110,18
110,48
111,07
111,34
111,27
111,75
Pendidikan, rekreasi
115,95
115,99
115,94
116,25
116,47
116,95
Transportasi & Komunikasi
100,75
98,89
98,93
99,00
99,16
99,22
Umum
116,18
117,2
117,54
117,76
117,72
118,13
Ditinjau dari segi peningkatan indeks (inflasi/deflasi), laju inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mencapai 4,90 persen (y-o-y), lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan pada triwulan I tahun 2009, yang tercatat sebesar 9,39 persen. Namun laju inflasi di
Kalimantan Timur ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar 3,65 persen. Berdasarkan komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 10,79 persen (y-o-y); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (9,98 %), dan kelompok komoditas bahan makanan (6,41 %). Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan satu-satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi, yaitu sebesar negatif 6,60 persen. Faktor yang mempengaruhi pembentukan inflasi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009, dari sisi permintaan bersumber dari adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa liburan sekolah. Sedangkan dari sisi penawaran, kondisi pasokan barang yang cukup memadai dan tanpa adanya kendala transportasi. Tabel. 3.2 Perkembangan Laju Inflasi Kalimantan Timur Semester I Tahun 2009 Kelompok Pengeluaran
q-to-q
y-on-y
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Triw.1
Triw.2
Bahan Makanan
0,04
1,07
-0,04
-0,28
-0,59
0,38
12,25
6,41
Makanan Jadi
0,41
1,26
0,86
0,94
0,45
0,63
12,23
10,79
Perumahan
-0,09
1,86
0,31
0,59
0,19
0,16
13,74
6,13
Sandang
-1,38
2,99
1,01
-1,15
-0,65
0,40
5,45
3,71
Kesehatan
0,42
0,28
0,53
0,24
-0,06
0,43
6,60
5,79
Pendidikan, rekreasi, olahraga
-0,18
0,03
-0,04
0,27
0,19
0,41
9,56
9,98
Transportasi & Komunikasi
-2,28
-1,85
0,04
0,08
0,16
0,06
-0,10
-6,60
-0,39
0,88
0,30
0,18
-0,03
0,35
9,67
4,90
Umum
Secara spasial perkembangan laju inflasi Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 ditopang oleh perkembangan laju inflasi Kota Tarakan yang cukup tinggi hingga mencapai 8,40 persen (y-o-y), diikuti oleh Samarinda dan Balikpapan masing-masing sebesar 4,87 persen dan 3,77 persen.
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi menurut wilayah, Kalimantan Timur 2009 (y-on-y)
3.1.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa di Kota Samarinda pada triwulan II tahun 2009 mencapai 0,42 persen, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (q-t-q) yang tercatat sebesar 1,49 persen. Pada triwulan II tahun 2009 laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 1,07 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyrakat dalam persiapan anak-anak masuk sekolah menjelang tahun ajaran baru pendidikan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga mencatat laju inflasi yang tinggi pada triwulan II tahun 2009 yakni sebesar 1,03 persen. Disisi lain, komoditas sandang pada triwulan II tahun 2009 ini mengalami deflasi sebesar -2,03 persen. Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Kota Samarinda Triwulan II Tahun 2009 Kelompok Pengeluaran
q-to-q Triw.1-09 Triw.2-09
y-o-y Triw.1-09 Triw.2-09
Bahan Makanan
2,44
0,43
11,28
6,55
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
2,94
1,03
14,88
10,87
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
3,36
0,73
18,07
7,25
Sandang
2,59
-2,03
5,44
2,82
Kesehatan
1,86
0,08
8,43
6,80
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
-0,36
1,07
7,77
8,40
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
-3,82
0,32
-0,52
-6,19
Umum
1,49
0,42
10,52
4,87
Secara tahunan laju inflasi Kota Samarinda pada triwulan II tahun 2009 tercatat sebesar 4,87 persen (y-o-y), atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 10,52 persen. Kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi di Kota Samarinda pada triwulan II tahun 2009 adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu sebesar 10,87 persen, diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (8,40 %) dan kelompok komoditas perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar (7,25 %). Sementara itu, deflasi terjadi pada kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -6,19 persen. Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Samarinda, Tahun 2009
3.1.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan Ditinjau secara triwulanan laju inflasi Kota Balikpapan pada triwulan II tahun 2009 tercatat sebesar 0,31 persen (q-to-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009 yang sebesar 0,03 persen. Kelompok komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi terjadi kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 1,81 persen, diikuti oleh kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,19 %) dan kelompok komoditas kesehatan (0,56 %). Sedangkan laju deflasi selama triwulan II tahun 2008 terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan (-1,40 %) dan kelompok komoditas sandang (-0,71 %)
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Kota Balikpapan Triwulan II Tahun 2009
Kelompok Pengeluaran
q-to-q
y-o-y
Triw.1-09
Triw.2-09
Triw.1-09
Triw.2-09
Bahan Makanan
-0,84
-1,40
9,21
3,22
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
2,82
1,81
8,12
9,33
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
1,13
1,19
10,57
4,84
Sandang
1,82
-0,71
3,59
3,75
Kesehatan
0,84
0,56
4,68
4,02
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
-0,07
0,31
13,69
13,63
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
-4,30
0,02
-2,27
-6,37
0,03
0,31
7,29
3,77
Umum
Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada triwulan II tahun 2009 mencapai 3,77 persen (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I tahun 2009 yang mencapai 7,29 persen. Laju inflasi tertinggi di Kota Balikpapan pada triwulan II tahun 2009 tercatat terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 13,63 persen (y-o-y), yang dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu masa liburan anak sekolah. Kelompok komoditas lainnya yang juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan II tahun 2009 adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,33 %) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,84 %). Sementara satu-satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar negatif 6,37 persen.
3.1.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan Laju inflasi triwulanan Kota Tarakan pada triwulan II tahun 2009 mencapai 0,53 persen (qto-q), merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur. Laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 6,52 persen (q-to-q), diikuti oleh kelompok komoditas kesehatan (2,74 %) dan kelompok
komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (2,22 %). Sementara deflasi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan (-1,00 %) dan kelompok sandang (-0,99 %). Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Kota Tarakan, Triwulan II Tahun 2009
Kelompok Pengeluaran
q-to-q
y-o-y
Triw.1-09
Triw.2-09
Triw.1-09
Triw.2-09
Bahan Makanan
1,92
-1,00
21,31
15,42
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
0,33
6,52
13,46
14,86
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
0,30
0,97
7,53
5,92
Sandang
4,89
-0,99
8,89
7,16
Kesehatan
0,07
2,74
7,46
7,31
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
0,00
2,22
1,68
3,49
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
-4,11
0,97
1,56
-8,63
0,53
1,34
11,69
8,40
Umum
Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan II tahu 2009 mencapai 8,40 persen (y-oy), merupakan yang tertinggi diantara kota-kota pembentuk inflasi di Kalimantan Timur. Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 15,42 persen, diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (14,86 %), dan kelompok komoditas kesehatan (7,31 %). Sementara deflasi terjadi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, yaitu sebesar -8,63 persen.
3.2 Ekspor - Impor Perkembangan aktifitas ekspor maupun impor Kalimantan Timur, selama periode triwulan II tahun 2009 ini memperlihatkan tren yang semakin membaik, kecuali volume ekspor LNG yang tidak sebesar triwulan sebelumnya. Terjadinya kenaikan harga pada beberapa komoditas penting Kalimantan Timur, membuat nilai total ekspor Kamimantan Timur lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya, demikian juga untuk perkembangan nilai total impor Kalimantan Timur.
3.2.1
Ekspor Komponen ekspor merupakan salah satu komponen yang sangat strategis karena amat
menentukan pergerakan keseluruhan ekonomi Kalimantan Timur. Kinerja ekspor Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan perkembangan positif yakni mencapai US$ 4,61 miliar lebih tinggi dibanding triwulan I tahun 2009 sebesar US$ 3,73 miliar, atau telah terjadi peningkatan sebesar 23,60 persen (q-to-q). Dengan demikian total ekspor Kalimantan Timur hingga akhir Juni 2009 (semester I 2009) sudah mencapai US$ 8,34 miliar atau sekitar 33,78 persen dibandingkani total ekspor Kalimantan Timur tahun 2008 yang tercatat US$ 24,7 miliar.
Tabel 3.6 Perkembangan Ekspor Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2009 Triwulan I 2009
Triwulan II 2009
Jumlah (Semester I 2009)
Volume (kg)
6.477.241.332
5.980.638.259
12.457.879.591
Nilai (US $)
2.037.734.615
2.067.100.365
4.104.834.980
Volume (kg)
24.268.193.600
35.589.691.606
59.857.885.206
Nilai (US $)
1.694.338.589
2.545.667.042
4.240.005.631
Volume (kg)
30.745.434.932
41.570.329.865
72.315.764.797
Nilai (US $)
3.732.073.204
4.612.767.407
8.344.840.611
Komoditi Migas
Non Migas
Total
Dilihat dari komposisinya, ekspor Kalimantan Timur triwulan II tahun 2009 sedikit mengalami pergeseran dimana ekspor migas sebesar US$ 2,07 miliar yang ditopang oleh ekspor minyak mentah dan LNG, bergeser ke ekspor non migas sebesar US$ 2,55 miliar (55,19 %) yang bersumber dari ekspor batubara. Pergeseran komposisi ekspor Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di pasar global yang meskipun ada indikasi meningkat tapi tidak setinggi pada saat tahun 2008 lalu. Ditinjau dari jenis komoditi yang diekspor selama triwulan II tahun 2009, komoditi yang mendominasi perdagangan luar negeri di Kalimantan Timur adalah komoditi bahan mineral (HS 27) yang mencapai 91,50 persen terhadap total ekspor Kalimantan Timur, disusul oleh komoditas kapal,
perahu dan struktur terapung (HS 89) yang mencapai 3,40 persen. Pada triwulan II tahun 2009, sektor migas yang diwakili olah bahan bakar mineral masih sangat besar dalam kegiatan perdagangan luar negeri di Kalimantan Timur. Tabel 3.7 Ekspor Kalimantan Tiimur Triw. II Tahun 2009 Menurut Beberapa Golongan Barang ( 2 Digit HS ) Golongan Barang (HS)
Nilai FOB (US$) Tahun 2009
% Peran Terhadap Total 91,50
April
Mei
Juni
Total
1.606.632.274
1.234.038.853
1.379.839.536
4.220.510.663
2 Kapal, Perahu, Struktur terapung (89)
16.445.035
16.453.840
124.070.448
156.969.323
3,40
3 Bahan kimia anorganik (28)
11.071.887
38.106.591
26.128.008
75.306.486
1,63
4 Kayu, Barang dari Kayu (44)
33.092.437
16.835.658
18.826.550
68.754.645
1,49
5 Lemak dan minyak hewani/ nabati (15)
8.390.051
16.716.927
2.414.821
27.521.799
0,60
6 Bahan kimia organik (29)
2.783.576
8.061.891
8.470.065
19.315.532
0,42
7 Ikan dan krustasea, serta invertebrata air lainnya (3) 8 Mesin-mesin/pesawat mekanik (84)
3.201.016 3.343.441
4.223.136 1.279.880
4.074.743 10.457.471
11.498.895 15.080.792
0,25 0,33
406.377
3.659.952
1.868.982
5.935.311
0,13
3.995.985
2.133.744
-
6.129.729
0,13
1.689.362.079
1.341.510.472
1.576.150.624
4.607.023.175
99,88
1.552.609
1.694.900
2.496.723
5.744.232
0,12
1.690.914.688
1.343.205.372
1.578.647.347
4.612.767.407
1 Bahan Bakar Mineral (27)
9 Instrumen dan aparatus optis (90) 10 Tembakau (24) Total 10 Golongan Barang Lainnya Total Ekspor
100,00
Apabila dilihat dari negara tujuan ekspor, maka sebagai pasar terbesar bagi komoditi Kalimantan Timur masih tetap negara-negara yang berada di Asia seperti Jepang, Korea, Cina dan negara-negara tetangga Indonesia lainnya. Hingga pertengahan tahun 2009 ini, ekspor Kalimantan Timur yang berhasil diserap oleh negara-negara Asia menunjukkan peningkatan. Nilai ekspor Kalimantan Timur ke negara-negara Asia pada triwulan II tahun 2009 mencapai US$ 4,24 miliar atau 91,95 persen dari total ekspor Kalimantan Timur. Diikuti negara Australia sebesar US$ 0,24 miliar (5,32 %).
Grafik 3.3 Distribusi Ekspor Kalimantan Timur Menurut Negara Tujuan, Triwulan II Tahun 2009
3.2.2 Impor Dari kegiatan impor dapat diperoleh bahan baku/penolong dan barang modal yang diperlukan dalam perekonomian. Kebijaksanaan pemerintah di bidang impor diarahkan agar impor bahan baku/penolong dan barang modal selalu sejalan dengan kebutuhan produksi barang yang berorientasi ekspor. Sedangkan impor barang konsumsi, diarahkan agar pertumbuhannya tetap terkendali. Perkembangan impor Kalimantan Timur dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan investasi dan kegiatan industri di Kalimantan Timur, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Tabel 3.8 Perkembangan Impor Kalimantan Timur Menurut Golongan Barang, Triwulan II Tahun 2009 Komoditi
Triwulan I 2009
Triwulan II 2009
Jumlah (Semester I 2009)
Migas
Volume (kg) Nilai (US $)
1.374.583.530 499.929.669
1.964.491.470 849.177.501
3.339.075.000 1.349.107.170
Non Migas
Volume (kg) Nilai (US $)
88.850.353 376.002.539
112.866.883 429.420.166
201.717.236 805.422.705
Total
Volume (kg) Nilai (US $)
1.463.433.883 875.932.208
2.077.358.353 1.278.597.667
3.540.792.236 2.154.529.875
Pada triwulan II tahun 2009 impor Kalimantan Timur tercatat US$ 1,28 miliar, yang terdiri dari impor migas sebesar US$ 849,2 juta dan sisanya impor non migas. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009, impor Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 45,97 persen. Ditinjau menurut golongan barang (HS), impor Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 yang punya peranan terbesar adalah komoditi bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 849,2 juta atau 66,42 persen dari total impor. Hal ini sebagian besar untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku pada industri Kilang Minyak di Balikpapan. Pangsa Kilang BBM Balikpapan ini sangat besar yaitu untuk memenuhi kebutuhan BBM wilayah Indonesia Timur, juga Kalimantan kecuali Kalimantan Barat. Selanjutnya komoditi lain yang memberi kontribusi besar dalam impor Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2099 adalah mesin-mesin/pesawat mekanik (HS 84) sebesar US$ 149,1 juta. Tabel 3.9. Impor Kalimantan Tiimur Triwulan II Tahun 2009 Menurut Beberapa Golongan Barang ( 2 Digit HS ) Golongan Barang (HS)
Nilai FOB (US$) Tahun 2009 April
Mei
Juni
274.891.839
266.272.516
308.017.212
849.181.567
66,42
48.105.869
42.648.379
58.313.885
149.068.133
11,66
8.075.168
32.735.992
38.875.160
79.686.320
6,23
3.687.373
13.476.574
42.811.741
59.975.688
4,69
4.611.604
6.592.094
3.072.259
14.275.957
1,12
9.279.992
9.523.205
9.670.600
28.473.797
2,23
9.866.848
7.439.857
7.066.070
24.372.775
1,91
8 Karet dan barang daripadanya (40)
18.646.429
9.425.006
7.645.287
35.716.722
2,79
9 Instrumen dan aparatus optis (90)
3.025.074
3.510.550
4.209.208
10.744.832
0,84
10 Aneka produk kimia (38)
3.254.978
4.283.560
2.347.551
9.886.089
0,77
383.445.174
395.907.733
482.028.973
1.261.381.880
98,65
5.594.072
4.537.613
7.084.102
17.215.787
1,35
389.039.246
400.445.346
489.113.075
1.278.597.667
100,00
1 Bahan Bakar Mineral (27) 2 Mesin-mesin/pesawat mekanik (84) 3 Kendaraan selain yang bergerak diatas rel kereta api atau trem, dan bagian serta aksesorinya (87) 4 Kapal, Perahu, Struktur terapung (89) 4 Mesin dan perlengkapan elektris serta bagiannya (85) 6 Pupuk (31) 7 Barang dari besi atau baja (73)
Total 10 Golongan Barang Lainnya Total Impor
Total
% Peran Terhadap Total
Berdasarkan negara asal, pada triwulan II tahun 2009 impor Kalimantan Timur lebih banyak (38,98 %) berasal dari negara-negara Asia dengan nilai sebesar US$ 498,38 juta dan mengalami
peningkatan dibanding triwulan I tahun 2009 sebesar 26,85 persen. Kemudian disusul dari benua Afrika sebesar 24,97 persen dengan nilai sebesar US$ 319,31 juta. Untuk barang-barang yang berasal dari benua Eropa dan Amerika masing-masing sebesar 23,67 persen dan 10,50 persen dari total nilai impor Kalimantan Timur triwulan II tahun 2009, sedangkan dari Australia hanya sebesar 1,88 persen dengan nilai US$ 24,02 juta. Tabel 3.10 Impor Kalimantan Timur Menurut Negara Tujuan, Triwulan II Tahun 2009 Negara
Triwulan I 2009
Triwulan II 2009
Jumlah (Semester I 2009)
Asia
392.890.195
498.379.813
891.270.008
Afrika
216.430.234
319.313.081
535.743.315
Australia
24.659.652
24.024.482
48.684.134
Amerika
107.972.517
134.294.161
242.266.678
Eropa
133.979.610
302.586.130
436.565.740
Jumlah
875.932.208
1.278.597.667
2.154.529.875
3.2.3 Neraca Perdagangan Luar Negeri Perdagangan luar negeri merupakan kegiatan ekonomi yang sangat berperan dalam menunjang pembangunan dimana dari kegiatan ekspor akan diperoleh devisa yang merupakan salah satu sumber dana untuk membiayai pembangunan, sedangkan dari kegiatan impor diperoleh bahan baku/penolong dan barang modal yang diperlukan dalam pembangunan. Pada triwulan II tahun 2009 ini neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Timur masih mengalami surplus sebesar US$ 3,33 miliar, atau meningkat sebesar 16,74 persen dibanding triwulan I tahun 2009. Tabel 3.11. Neraca Perdagangan Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2009 (US$) Triwulan I 2009
Triwulan II 2009
Jumlah (Semester I 2009)
Migas
1.537.804.946
1.217.922.864
2.755.727.810
Non Migas
1.318.336.050
2.116.246.876
3.434.582.926
Total
2.856.140.996
3.334.169.740
6.190.310.736
Komoditi
3.3 Perbankan Daerah 3.3.1 Gambaran Umum Kondisi moneter hingga semester I tahun 2009 menunjukkan kecendrungan yang makin kondusif. Di Kalimantan Timur hal ini ditandai dengan tumbuhnya beberapa indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Pada triwulan II tahun 2009, perkembangan Bank Umum di Kalimantan Timur dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami peningkatan aset, DPK dan kredit masing-masing sebesar 2,4 persen; 2,4 persen dan 5,9 persen. Kondisi triwulan ini jauh lebih baik dibanding kondisi triwulan sebelumnya dimana perkembangan aset tercatat negatif 1,8 persen sedangkan kredit tumbuh rendah 2,6 persen. Apabila dibandingkan lebih lanjut terhadap triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y), maka penghimpunan DPK dan penyaluran kredit pada triwulan II tahun 2009 oleh Bank Umum di Kalimantan Timur ternyata mengalami peningkatan masing-masing sebesar 20,6 persen dan 22,2 persen. Sedangkan dari sisi aset, jumlah aset bank umum di Kalimantan Timur hanya naik 4,9 persen. Perkembangan kinerja BPR di Kalimantan Timur juga menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR mencapai 18,95 persen (y-o-y). Demikian juga halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 24,29 persen (y-o-y), disisi lain kredit mampu tumbuh sebesar 21,87 persen (y-o-y).
3.3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum a. Total Aset dan Aktiva Produktif Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan II tahun 2009 tercatat Rp 45.756 miliar, mengalami peningkatan 2,42 persen % jika dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya (q-to-q). Menurut kelompok bank, peningkatan jumlah aset bersih dialami oleh bank pemerintah, yakni sebesar 3,84 persen sedangkan bank swasta mencatat penurunan aset bersih
sebesar 0,87 persen. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II tahun 2008 (y-o-y), total aset perbankan mencatat pertumbuhan sebesar 20,74 persen.. Tabel 3.12 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum Kalimantan Timur Keterangan
Nilai (Miliar Rp.)
Pertumbuhan (%)
Triw.2-08
Triw.4-08
Jumlah Aset Bersih
38.724
46.466
45.652
46.756
2,24
20,74
Bank Pemerintah
27.349
32.634
31.850
33.074
2,83
20,93
Bank Swasta
11.375
13.832
13.802
13.682
(0,87)
20,28
Aktiva Produktif
30.487
30.487
30.572
31.368
2,60
2,89
7.891
7.891
7.549
7.505
(0,57)
(4,89)
790
790
702
248
(64,67)
(68,61)
1.308
1.308
1.296
1.355
4,61
3,61
20.474
20.474
21.012
22.249
5,89
8,67
24
24
13
10
(23,98)
(59,32)
Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain Surat Berharga Kredit yang diberikan Lainnya
Triw.1-09
Triw.2-09
q-t-q
y-o-y
Sumber : BI Samarinda
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kalimantan Timur masih didominasi oleh pemberian kredit dengan kontribusi sebesar 70,93 persen% dan penempatan pada Bank Indonesia sebesar 23,93 persen. Adanya kebijakan penurunan suku bunga pada triwulan II tahun 2009, diperkirakan ikut mempengaruhi penurunan penempatan pada Bank Indonesia sebesar 0,57 persen, dari Rp 7.549 miliar pada triwulan I tahun 2009 menjadi Rp 7.505 miliar pada triwulan II tahun 2009.
b. Penghimpunan Dana Masyarakat Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Bank Umum di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mencapai Rp 42,3 triliun, atau meningkat 2,36 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dan jika dibandingkan dengan posisi triwulan II tahun 2008, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan sebesar 20,6 persen (y-o-y).
Peningkatan dana pada triwulan II tahun 2009 berasal dari semua jenis simpanan. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), giro mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 4,2 persen, diikuti tabungan dan simpanan berjangka yang masing-masing tumbuh sebesar 2,66 persen dan 0,38 persen. Tabel 3.13 Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kalimantan Timur Keterangan
Nilai (Miliar Rp.)
Pertumbuhan (%)
Trw.2-08
Triw.4-08
Triw.1-09
Triw.2-09
q-t-q
y-o-y
35.113
41.517
41.368
42.346
2,63
20,60
Giro
11.013
12.917
12.597
13.126
4,20
19,19
Tabungan
14.031
15.525
14.920
15.316
2,66
9,16
Deposito
10.069
13.075
13.851
13.903
0,38
38,08
25.797
29.940
29.853
30.902
3,52
19,79
Giro
9.099
10.859
10.586
10.907
3,03
19,87
Tabungan
10.168
10.962
10.326
10.717
3,79
5,40
Deposito
6.530
8.119
8.941
9.278
3,78
42,08
Bank Swasta
Total DPK
Bank Pemerintah
9.315
11.579
11.515
11.443
(0,62)
22,84
Giro
1.914
2.059
2.011
2.219
10,34
15,92
Tabungan
3.863
4.563
4.594
4.599
0,12
19,06
Deposito
3.538
4.957
4.910
4.625
(5,81)
30,71
Sumber : BI Samarinda
Ditinjau menurut kelompok bank, peningkatan simpanan terjadi pada bank milik pemerintah, yakni sebesar 3,52 persen sedangkan bank swasta mengalami penurunan jumlah simpanan sebesar nehatif 0,62 persen. Penurunan simpanan bank swasta berasal dari penurunan deposito sebesar 5,81 persen (q-to-q).
c. Penyaluran Kredit Bank Umum Jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum yang berkantor di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mencapai Rp 22,2 triliun. Pertumbuhan kredit pada triwulan II tahun 2009 dibanding triwulan I tahun 2009 (q-to-q) tercatat 5,89 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,63 persen. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II
tahun 2008, penyaluran kredit pada triwulan II tahun 2009 tumbuh sebesar 22,18 persen atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,85 persen. Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp 14,4 triliun atau mengalami peningkatan 9,38 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit oleh bank umum swasta pada triwulan laporan hanya meningkat sebesar 0,03%, menjadi Rp 7.847 miliar pada triwulan II tahun 2009. Tabel 3.14. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum berkantor di Kalimantan Timur Nilai Kredit (Miliar Rp.)
Keterangan
Pertumbuhan (%) q-t-q y-o-y
Triw.2-08
Triw.3-08
Triw.4-08
Triw.1-09
Triw.2-09
Kredit
18.209,6
19.846,9
20.473,8
21.012,5
22.249,1
5,89
22,18
Menurut Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta
11.144,0 7.065,6
11.938,4 7.908,5
12.028,3 8.445,5
13.167,6 7.844,9
14.402,1 7.847,0
9,38 0.03
29,24 11,06
Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi
8.202,2 4.219,6 5.787,8
8.713,7 4.804,4 6.328,8
8.958,5 5.030,6 6.484,7
9.024,0 5.324,5 6.664,0
9.769,5 5.502,3 6.977,2
8,26 3,34 4,70
19,11 30,40 20,55
Menurut Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain
665,9 583,1 710,5 14,9 2.384,7 4.319,5 703,8 2.803,6 222,4 5.801,2
846,0 478,7 767,5 27,4 2.719,9 4.524,9 813,8 3.090,1 238,8 6.339,8
887,4 555,5 864,7 27,2 2.476,4 4.765,4 889,9 3.254,6 254,7 6.498,0
915,8 680,7 785,9 34,6 2.627,5 4.771,3 950,3 3.311,0 260,7 6.674,7
1.016,7 768,4 737,2 40,5 3.041,2 5.039,5 1.008,5 267,8 6.987,2 6.987,2
11,01 12,89 (6,19) 17,18 15,75 5,62 6,12 0,94 2,71 4,68
52,68 31,79 3,76 172,22 27,53 16,67 43,29 19,20 20,39 20,44
Sumber : BI Samarinda
Berdasarkan jenis penggunaannya, semua jenis kredit mengalami pertumbuhan yang positif bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,26 persen menjadi Rp 9,8 triliun pada triwulan II tahun 2009. Selanjutnya kredit konsumsi meningkat sebesar 4,70 persen menjadi Rp 67,0 triliun, diikuti kredit investasi yang
meningkat 3,34 persen menjadi Rp 5,5 triliun. Sedangkan menurut sektor ekonomi, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (17,18 %), diikuti sektor konstruksi (15,75 %), sektor pertambangan (12,89 %) dan sektor pertanian (11,01 %)
3.3.3 Perkembangan Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh Bank Umum di Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 mencapai Rp 14,6 triliun atau sekitar 65,6 perser terhadap total kredit yang disalurkan di Kalimantan Timur. Jika dibandingkan dengan triwulanan sebelumnya (q-to-q), kredit MKM Kalimantan Timur pada triwulan II tahun 2009 tumbuh 6,04 persen atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan total kredit yang sebesar 5,89 persen. Grafik 3.1 Distribusi Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit, Triwulan II Tahun 2009 (persen)
Menurut skalan kredit jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q) tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit berskala kecil sebesar 8,40 persen, diikuti kredit berskala menengah yang tumbuh sebesar 5,99 persen dan kredit mikro yang tumbuh sebesar 3,36 persen. Apabila dibandingkan dengan posisi triwulan II tahun 2008 (y-o-y), kredit MKM mencatat pertumbuhan sebesar 22,18 persen.
Tabel 3.15. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit Pertumbuhan (%)
Nilai Kredit (Miliar Rp.) Skala Kredit
Triw.2 2008
Triw.3 2008
Triw.4 2008
Triw.1 2009
Trwi.2 2009
q-t-q
y-o-y
Mikro (s.d Rp 50 juta)
3.245
3.499
3.523
3.694
3.818
3,36
17,64
Kecil (Rp 50 juta s.d 500 juta)
3.848
4.212
4.248
4.342
4,706
8,40
22,32
Menengah (Rp 500 juta s.d 5 miliar)
5.368
5.705
5.804
5.728
6.072
5,99
13,12
Besar (> Rp 5 miliar)
5.749
6.431
6.899
7.249
7.654
5,58
33,12
18.210
19.847
20.474
21.013
22.249
5,89
22,28
Total Sumber : BI Samarinda
Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah pada triwulan II tahun 2009 tercatat Rp 8,7 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 10,4 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta tercatat Rp 5,8 triliun atau hanya naik sebesar 0,14 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan juga didukung oleh penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di Kalimantan Timur yang pada triwulan II tahun 2009 mencapai Rp 309 miliar. Menurut jenis penggunaan, lebih dari separoh kredit MKM disalurkan untuk usaha produktif dengan kontribusi mencapai 53,2 persen, terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi masingmasing berjumlah Rp 5,8 triliun dan Rp 1,9 triliun. Sementara sisanya sebesar Rp 6,8 triliun merupakan kredit konsumsi. Dilihat dari pertumbuhannya secara triwulanan (q-to-q), kredit modal kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 8,62 persen, diikuti kredit konsumsi yang meningkat 5,09 persen dan kredit investasi yang tumbuh sebesar 1,99 persen. Ditinjau menurut sektor ekonomi, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (konstribusi 25,5 %), sektor jasa dunia usaha (11,6 %) dan sektor konstruksi (pangsa 7,8 %). Dilihat perkembangannya jika dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q), hampir semua sektor mencatat pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas & air sebesar 31,96 persen. Disisi lain, sektor
angkutan merupakan satu-satunya sektor yang mengalami penurunan kredit sebesar negatif 4,79 persen. Tabel 3.16. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi Triw.2-08
Nilai Kredit (Miliar Rp.) Triw.3-08 Triw.4-08 Triw.1-09
Triw.2-09
12.460,2
13.415,7
13.574,6
13.763,7
14.595,5
6,04
17,14
Bank Pemerintah
6.967,1
7.504,4
7.228,8
7.918,3
8.742,0
10,40
25,47
Bank Swasta
5.493,1
5.911,3
6.345,8
5.845,4
5.853,6
0,14
6,56
Modal Kerja
5.127,8
5.426,3
5.459,4
5.381,4
5.845,1
8,62
13,99
Investasi
1.622,6
1.749,6
1.793,9
1.889,1
1.926,7
1,99
18,74
Konsumsi
5.709,8
6.239,8
6.321,2
6.493,2
6.823,7
5,09
19,51
Pertanian
340,7
321,7
351,5
352,9
413,3
17,12
21,31
Pertambangan
143,0
138,7
139,5
133,0
143,4
7,84
0,24
Industri
177,9
189,6
184,4
177,8
185,3
4,17
4,10
7,9
21,1
20,8
21,4
28,2
31,96
258,00
949,7
1.063,8
969,2
956,9
1.132,2
18,31
19,22
3.192,9
3.356,7
3.462,9
3.497,4
3.717,1
6,28
16,42
299,4
333,7
372,3
357,0
340,0
(4,29)
13,54
1.534,3
1.640,7
1.641,8
1.661,4
1.698,9
2,26
10,73
91,3
98,9
97,7
102,0
103,5
1,43
13,35
5.723,1
6.250,8
6.334,5
6.503,9
6.833,7
5,07
19,41
Keterangan Kredit UMKM
Pertumbuhan (%) q-t-q y-o-y
Menurut Kelompok Bank
Menurut Jenis Penggunaan
Menurut Sektor Ekonomi
Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain Sumber : BI Samarinda
3.4 Tingkat Kemiskinan Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah. Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat
sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kesejahteraan penduduk Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kalimantan Timur selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan menurun. Pada bulan Maret 2009 jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur tercatat 239.220 orang atau 7,73 persen dari jumlah penduduk, sedangkan kondisi Maret 2008 mencapai 286.440 orang (9,51 %). Kondisi ini menjelaskan bahwa dalam rentang waktu 2008-2009 telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur sebanyak 47.220 orang, yang berarti tingkat kesejahteraan penduduk dalam periode tersebut sudah lebih baik dan sejahtera. Ditinjau menurut karakteristik wilayah, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan Maret 2009 sebesar 162.160 orang (13,86 %) dan daerah perkotaan sebesar 176.080 orang (15,47 %). Tabel 3.17 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Timur, Tahun 2008-2009 Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Maret 2008
110.360
5,89
176.080
15,47
286.440
9,51
Maret 2009
77.060
4,00
162.160
13,86
239.220
7,73
Sumber: BPS, Susenas Panel
3.4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Besar kecilnya jumlah penduduk miskin ditetapkan berdasarkan Garis Kemiskinan. Yang dikategorikan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Analisis tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2008 dan Maret 2009 dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun terakhir. Garis kemiskinan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 mengalami peningkatan sebesar 9,75 persen, yaitu dari Rp.237.979,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp. 261.185,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2008 kontribusi GKM terhadap Garis Kemiskinan sebesar 71,22 persen, namun pada bulan Maret 2009 mengalami pergeseran menjadi 71,42 persen. Tabel 3.18 Garis Kemiskinan Menurut Daerah dan Komponennya, Maret 2008 – Maret 2009, (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/Tahun
Makanan (GKM)
Non Makanan (GKNM)
Jumlah
Perkotaan Maret 2008 Maret 2009
180.032 198.260
77.829 85.211
257.862 283.472
Perdesaan Maret 2008 Maret 2009
152.107 167.227
53.149 57.279
205.256 224.506
Kota+ Desa Maret 2008 Maret 2009
169.478 186.531
68.501 74.654
237.979 261.185
Jika ditelaah lebih lanjut, garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibanding perdesaan. Pada bulan Maret 2009 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp. 283.472,sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp. 224.506,-. Hal ini menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibanding daerah perdesaan.
3.4.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2008 - Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2 ) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 1,61 pada keadaan Maret 2008 menjadi 1,51 pada keadaaan Maret 2009. Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 0,39 menjadi 0,43 pada periode yang sama, hal ini menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 3.19 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kalimantan Timur Menurut Daerah, Maret 2008 – Maret 2009 Tahun
Kota
Desa
Kota+Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2008
1,01
2,6
1,61
Maret 2009
0,63
2,96
1,51
Maret 2008
0,24
0,65
0,39
Maret 2009
0,13
0,92
0,43
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2009, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,63 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,96. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,13 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,92. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada perkotaan.