At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
58
MEMAHAMI KETERAMPILAAN DASAR MENGAJAR SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA STUDENT ACTIVE LEARNING
Rizkan A. Rahman Abstract: Education for human life is an absolute necessity that must be metthroughout life. With no education at all impossible a growing group of people can live in line with the aspirations (ideals) for advanced, prosperous and happy under the concept of a worldview. Educational process occurs through a process ofinteraction between individuals with the educational learning environment. Environment will take effect on individuals who from the beginning has had a number of potential that is poised to grow and develop. An effective education process requires comprehensive planning of all elements of education. Requires planning, methods, strategies, principles and patterns of interaction that right so that it will obtain maximum results and measurable. Educational interaction patterns requires the involvement of all elements, especially teachers and students in order to really jointly oriented to the achievement of goals. The involvement of student teachers together in activelearning will greatly influencethe students' scientific establishment. Kata Kunci
: Keterampilan, mengajar, active learning.
A. Pendahuluan Pendidikan adalah suatu proses pendewasaan bagi siswa, dalam bentuk pendewasaan pola pikir, emosional, tingkah laku dan sebagainnya. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer. Pada Undang-undang No 20 th. 2003 tentang tujuan pendidikan nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang kreatif, serta bertanggungjawab. Menurut Ihsan (2008:2) pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
58
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
59
Sanjaya (2009:2) menjelaskan pendidikan berperan penting meningkatkan derajat martabat seorang manusia. Seperti yang di tuangkan dalam Pembukaan UndangUndang dasar 1945 pada salah satu butir yang tercantum disana di jelaskan bahwa adanya pencerdasan kehidupan bangsa, jadi bagaimana sekarang sikap pemerintah dan masyarakat harus dapat menyikapi hal tersebut, karena secara tidak langsung orang yang tidak berpendidikan formal akan dekat dengan kebodohan dan kemiskinan. B. Keterampilan Dasar Mengajar bagi Seorang Guru Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
perannya
dalam
pengelolaan
proses
pembelajaran
agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, sekali gus sebagai syarat agar guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran di kelas. Ahmadi dan Ubiyanti (2003:245) menulis bahwa syarat mutlak yang menjamin berhasil baik bagi semua cabang pekerjaan adalah kecakapan atau keahlian pada para pelaksana pembelajaran itu. Proses pendidikan pun akan berhasil dengan baik jika para pendidik mempunyai keahlian, mempunyai skill dan mempunyai kecakapan yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugastugasnya. Sardiman (2011:163) menjelaskan bahwa ada beberapa kompetensi guru yang harus dimiliki guru yaitu pertama adalah menguasai bahan. Sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Kedua yaitu mengelola program belajar-mengajar. Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus di tempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah : merumuskan tujuan instruksional/ pembelajaran, mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik, merencanakan dan melaksanakan program remidial, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, dan mengelola interaksi belajar-mengajar.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
60
Lima kompetensi sebagaimana telah di uraikan di atas, adalah dasar dan sarana pendukung dari guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponenkomponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapai tujuan belajar bagi anak didik. Ketiga adalah, keterampilan guru dalam menilai prestasi siswa untuk kepentingan mengajar. Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Pebedaan-perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreatifitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru, sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai. Keempat, keterampilan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Tugas dan peranannya guru di sekolah juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif. Kelima yaitu keterampilan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai
administator.
Dengan
demikian,
guru
harus
mengenal
dan
menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para sisiwa. Kegiatan administrasi sekolah tidak sekedar mengurus soal surat-menyurat, tetapi menyangkut pula berbagai kegiatan misalnya pendataan
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
61
personal, penyusunan jadwal, presensi siswa; pengisian rapor dan lain-lain. Keberhasilan dalam kegiatan-kegiatan ini jelas akan memberi kepuasan kepada para siswa. Kalau sudah demikian maka interaksi belajar-mengajar itu akan lancar. Keenam yaitu, keterampilan memahami prinsif-prinsif dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis. Sanjaya (2009:33) menulis, beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut : pertama, keterampilan dasar bertanya. Akan menjadi sangat membosankan manakala selama proses belajar mengajar yang berjam-jam guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan atau atau pertanyaan mengajak siswa berpikir. Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa, diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu pada hakikatnya bertanya, dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban, serta memusatkan siswa pada masalah yang sedang di bahas. Kedua adalah
keterampilan
dasar
memberikan
penguatan.
Keterampilan
dasar
memberikan penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan ini terdiri dari penguatan verbal berupa penguatan yang di ungkapkan dengan katakata, baik kata-kata pujian ataupun kata-kata koreksi dan penguatan non verbal
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
62
yang berupa penguatan yang di ungkapkan melalui bahasa isyarat. Ketiga yaitu keterampilan dasar memberikan variasi stimulus. Keterampilan ini adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Keempat adalah, keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan rekondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang di sajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Membuka pelajaran memiliki tujuan : menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Sedangkaan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di pelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kelima, keterampilan mengelola kelas. Keterampilan ini adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam mengelola kelas, yaitu : menciptakan
kondisi belajar yang optimal,
menunjukkan sikap tanggap, memusatkan perhatian, memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, dan memberikan teguran dan penguatan. Pendapat lain yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suryosubroto (2002:39) mengenai keterampilan dasar mengajar yang harus di miliki oleh seorang guru yaitu, keterampilan membuka pelajaran, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan menggunakan metode mengajar, kemampuan menggunakan alat peraga, kemampuan dalam mengelola kelas pelajaran.
serta kemampuan menutup
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
63
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Peran Guru dalam Pembelajaran Sanjaya (2009:13) proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian, berarti bahwa proses pembelajaran adalah sebuah proses yang terjadi dalam bentuk keterkaitan beberapa komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruh dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Faktor faktor yang dapat memberi pengaruh dimaksud yang pertama adalah faktor guru. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagusnya dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak bisa diaplikasikan.Yang kedua adalah faktor siswa. Siswa merupakan unsur yang sifatnya unik, perkembangan yang dinamis dan terus menerus mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran itu sendiri. Yang ketiga adalah faktor sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu
yang
mendukung
secara
langsung
terhadap
kelancaran
proses
pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Yang terakhir adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang dapat dipengaruhi kegiatan pembelajaran berupa faktor organisasi kelas dan faktor sosio psikologis. Nasih dan Kholidah (2009:40) menjelaskan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi kegiatan pembelajaran terdiri dari : tujuan yang hendak di pakai, keadaan peserta didik, bahan pengajaran, situasi belajar mengajar, fasilitas, dan guru. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa guru tidak dapat dilepaskan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Ahmadi dan Supriyono (2004 : 104) menulis bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid murid untuk mencapai tujuan. Hamalik (2007:9) tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam menyelenggarakan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknik dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga pendidik atau tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
64
mengajar. Munandir (2009:9) menjelaskan bahwa di sekolah guru selaku pelaksana kurikulum, menunaikan tugas yang lazim dan di kenal masyarakat umum, yaitu mengajar. Menurut Uhbiyanti (2005:65) pendidikan adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya. Ada dua macam
tugas utama seorang pendidik atau guru, pertama yaitu :
membimbing si terdidik, yakni mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan lain sebagainya. Yang kedua yaitu menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakantindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Ahmadi dan Supriyono (2004:104) menjelaskan dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Dalam kegiatan pembelajaran beberapa peranan guru diantaranya sebagai direktur belajar, perencana pengajaran dan sebagai pembimbing belajar. Sebagian dari para ahli menyimpulkan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik (Ahmadi dan Prasetya, 2005:39). Dalam hal ini guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif, sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik. Sementara Suryosubroto (2009:3) mengemukakan tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedadogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. Menurut Dimyati dan mudjiono (2007:37) guru memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di antara peranan guru tersebut yaitu membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh, meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian yang utuh, bertindak sebagai guru yang mendidik, meningkatkan profesionalisme keguruan, melakukan pembelajaran sesuai dengan
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
65
berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar dan kondisi sekolah setempat. Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas belajar, pembimbing belajar dan pemberian balikan belajar. D. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Sukmadinata (2003:165) ada beberapa prinsip-prinsip umum belajar, yaitu : pertama, belajar merupakan bagian dari perkembangan. Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat. Kedua, belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar di lakukan individu baik secara sadar ataupun tidak sadar, di sengaja ataupun tidak di sengaja, direncanakan ataupun tidak direncanakan. Ketiga bahwa keberhasihan belajar di pengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. Keempat bahwa, belajar mencakup semua aspek kehidupan. Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, keterampilan dan lain-lain. Kelima yaitu kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaran. Keenam bahwa, belajar yang berencana dan di sengaja menuntun motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu hal bernilai tinggi, yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi pula. Ketujuh, perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. Kedelapan, dalam belajar selalu dapat terjadi hambatanhambatan. Proses kegiatan belajar mengajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
66
Slameto (2003:27) juga menyusun mengenai prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar itu adalah, berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisifasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan. Belajar harus sesuai dengan hakekat belajar. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery dan belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan. E. Pembelajaran yang Berorientasi pada Active Teaching Learning Dewasa ini tumbuh kesadaran yang makin kuat di kalangan dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran itu akan lebih efektif apabila siswa aktif berpartisipasi dalam proses tersebut. Dengan berpartisipasi, siswa akan mengalami, mmenghayati dan menarik pelajaran
dari pengalamannya itu,
sehingga hasil belajar akan merupakan bagian dari dirinya, baik perasaannya, pemikirannya, pengaalaman dan lainnya. Hasil belajar yang sedemikian ini akan lebih lestari, di samping tentu saja kreativitas siswa dibina dan dikembangkan. Suryadi
(1983:ix)
menulis
bahwa
dalam
proses
pembelajaran
konvensional, umumnya pembelajaran terbangun dalam bentuk satu arah, dan guru seolah olah berfungsi sebagai transfer of knowledge belaka terhadap murid muridnya. Kondisi ini nampaknya telah menjadi sorotan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini dan juga bagi negara negara luar terutama dalam efektivitas pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran lebih banyak dalam kondisi monoton, guru dipandang sebagai orang paling dan serba tahu, orintasi proses adalah kepada mengajar (guru), murid dipandang sebagai objek proses, sehingga murid cukup dengan menerima apa adanya dari guru.
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
67
Hakikatnya kita telah memahami bahwa anak adalah manusia individu yang telah memiliki sejumlah fotensi yang siap untuk berkembang dan dikembangkan oleh lingkungannya. Namun dalam implementasinya di lapangan, kita tetap saja memperlakukan siswa seolah olah sebagai sebuah benda mati yang harus menerima apa adanya dan harus manut dengan instruksi dari sang guru, tanpa diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam proses. Kondisi ini akan menciptakan manusia yang tahu tapi tidak paham, bisa namun tak berkembang, serta mematikan daya kreativitas siswa itu sendiri. Falsafah yang sedemikian ini, kini sudah mulai akan ditinggalkan dan cenderung akan menganut falsafah yang lebih manusiawi, dengan tetap memandang anak sebagai makhluk individu yang memiliki fotensi, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin
tahu,
memiliki
daya
kecerdasan
masing
masing,
serta
mampu
mengeksplorasi dirinya menjadi lebih baik. Atas dasar inilah maka
proses
pembelajaran diusahakan agar anak terlibat langsung secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan secara maksimal (participatory learning ; student active learning). Kita memahami bahwa kunci keberhasilan belajar adalah sejauh mana keterlibatan peserta didik/warga belajar dalam proses belajar mengajar ( ego involvement is the key to successful education ). Dengan pemikiran inilah maka guru harus semaksimal mungkin senantiasa melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Konsep inilah yang mengantarkan kita bahwa fungsi guru bukan hanya mengajar (teaching) saja, namun lebih dari itu guru juga sekali gus berfungsi sebagai pengelola belajar (manager of learning), pengarah belajar (director of learning), fasilitator, nara sumber ( resource person), pembimbing belajar (guidance of learning), dan lain lainnya. Memahami beberapa konsef keterampilan dasar mengajar, sebagai upaya terciptanya pembelajaran siswa aktif ( student active learning ) adalah dengan memaknai bahwa beberapa konsef keterampilan dasar mengajar yang merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh guru, harus diimplementasikan dalam wujud kerjasama antara guru dan murid dalam merancang materi pembelajaran, bersama sama memanfaatkan sumber belajar secara aktif, bekerjasama dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran, serta kegiatan kegiatan
pembelajaran
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
68
lainnya dengan senantiasa menjadikan siswa juga sebagai subjek pelaku dalam proses. Dalam proses pembelajaran sedemikian ini, guru bukanlah satu satunya sumber belajar bagi siswa siswanya. Guru harus menjadikan siswa sebagai subjek pelaku dalam proses, bukan sebagai objek proses. Kerjasama antara guru dan murid sangat ditekankan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa betul betul terlibat dengan segala pengalaman belajar yang dialaminya bersama guru. Guru harus melibatkan siswa dalam menemukan sebuah simpulan dan kebenaran serta memahami mata rantai simpulan kebenaran itu diperoleh. Konsep pembelajaran yang berorientasi kepada Active Teaching Learning ini, akan dapat diimplementasikan dengan efektif di lapangan, jika guru merubah paradigma konsep memahami tentang hakikat anak didik, hakikat pendidikan, serta hakikat proses transformasi nilai, ilmu, dan norma yang berlaku dalam kehidupan dunia pendidikan. Dimana guru
harus memandang bahwa proses
pembelajaran adalah melibatkan beberapa sistem yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Guru adalah salahsatu bagian dari sistem dimaksud, di samping sub sub sistem lainnya yang juga menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Murid adalah salah satu sub sistem yang mereka adalah makhluk individu yang telah memiliki fotensi, bakat, minat, motivasi serta dengan lingkungannya masing masing. F. Kesimpulan Kemajuan sains dan teknologi dewasa ini menuntut adanya percepatan tingkat daya serap siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan dapat diimplementasikan jika proses pembelajaran berlangsung secara dinamis, aktif, dan penuh dengan upaya keterlibatan siswa secara maksimal. Guru sebagai subjek utama dalam melakukan transfer of knowledge, sudah saatnya merubah paradigma pembelajaran dengan memandang dirinya sebagai mediator, fasilitator, nara sumber, pengelola belajar, motivator, dan guidance of learning. Hasil belajar yang efektif akan ditemui jika siswa senantiasa terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran bersama sama dengan gurunya baik dalam kelas maupun di luar kelas. Pengalaman belajar yang dialami siswa, akan memiliki daya kesan lebih permanen, jika pengalaman itu juga melibatkan diri mereka dalam prosesnya.
Rizkan A. Rahman, Memahami Keterampilaan Dasar Mengajar
69
Kesimpulan kebenaran pengetahuan yang ditemuinya akan selalu menjadi awal baginya untuk melakukan eksplorasi selanjutnya. Penulis : Drs. H. Rizkan A. Rahman, M.Pd adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Ahmadi dan Supriyono 2004. Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzmedi Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inofatif (Teori Dan Praktek Dalam Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru). Jakarta: AV Publisher. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Roesdakarya. Prayetno. 2009. Dasar Teori Dan Praktik Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Sagala, Syaiful. 2009. Konsef Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabetha. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryadi.1983. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung : Bina Cipta. Sutiko, M Sobri. 2009. Belajar Dan Pembelajaran (Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan Pembelajaran Yang Berhasil). Bandung: Prospect.