Melangkah di Jalan Allah – Dorongan Alkitabah untuk Berjalan dengan Kristus (Walking God’s Way – Biblical Encouragement for Walking with Christ) PA: OLAH STRESS JADI BERMANFAAT Bagaimana mengolah stres menjadi berguna bagi kemuliaan Allah & kebaikan kita? (Bible Study: MAKING STRESS WORKING FOR YOU How can we channel stress to work for God’s glory and our good?) November 28, 2010 Bagian 1: MENGENALI ISSUE)
PERSOALAN STRESS (Part 1: IDENTIFY THE CURRENT
Januari 23, 2011 Bagian 2: MENEMUKAN PRINSIP-PRINSIP ABADI (Part 2: DISCOVER THE ETERNAL PRINCIPLES) Inti Pengajaran I: Merenungkan Firman Allah mengingatkan kita akan Allah yang senantiasa beserta kita dan memberi kita keberanian (ketabahan) dan kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya dalam berbagai situasi (keadaan). - Yosua 1:1-18 (Teaching point One: Meditating on God’s Word reminds us that God is always with us and that he gives us the courage and strength to accomplish his will in circumstances. - Joshua 1:1-18) February 27, 2011 Inti Pengajaran II: Menerima kehendak Allah yang Mahakuasa dalam keadaan bagaimanapun memberi kita rasa damai dan keberanian (ketabahan) untuk menghadapi apapun yang datang menimpa kita – Ester 4:6-17 dan Roma 8:28) (Teaching pointTwo: Acceptance of God’s sovereign will, no matter what the circumstances, gives us peace and courage to face whatever comes - Esther 4:6-17 and Romans 8:28) March 27, 2011 Inti Pengajaran III: Memiliki saat teduh pribadi bersama Allah sangatlah penting untuk kesehatan rohani kita dan menyegarkan kembali pikiran kita pada waktu menghadapi stress – Matius 14: 3-23) (Teaching point three: Finding time to be alone with God is essential to our spiritual health and is rejuvenating to our mind in times of stress. - Matthew 14:3-23) April 24, 2011 Inti pengajaran IV: Dengan memiliki sikap yang senantiasa mengucap syukur dan percaya kepada Allah, kita juga akan memiliki sukacita, sekalipun kita berada di situasi tersulit sekalipun, dan kita akan memuliakan Allah – II Korintus 11:22-12:10 dan Filipi 4: 4-9) (Teaching point four: When we have an attitude of thankfulness and trust in God, we will have joy, even in the most difficult situations, and we will bring glory to God - 2 Corinthians 11:22-12:10 and Philippians 4:4-9) BAGIAN III: PENERAPAN (PART 3: APPLY YOUR FINDINGS)
Bagian 1: MENGENALI ISSUE)
PERSOALAN STRESS (Part 1: IDENTIFY THE CURRENT
Stress dapat menyebabkan sejumlah besar permasalahan emosi, spiritual dan jasmani kita. Tidak seorangpun, bagaimanapun dapat menghindari stress sepenuhnya. Pemecahannya bukan dengan menghilangkan stress tetapi bagaimana menganganinya sehingga stress menjadi produktif dan membuat kita lebih taat kepada Tuhan. Holly G. Miller, dalam artikelnya untuk Today’s Christian Woman (July/August 1998, Vol. 20, No. 4, page 74) berjudul “Positively Stressed ” berkata jika stress dimanfaatkan dengan hati-hati (carefully harnessed), stress dapat menghasilkan hal-hal yang positif dalam hidup kita, diantaranya seperti meningkatkan produktifitas (increased productivity), membuat makin efektif (greater effectiveness) dan membangkitkan energi baru (renewed energy). • Bagaimana kita dapat memanfaatkan atau mengolah stress sehingga membuat kita menjadi lebih produktif? • Apakah bedanya antara stress dan kuatir (worry)? • Bagaimana kita dapat mengalami stress tanpa membuat kesehatan fisik, emosi dan spiritual menjadi negatif? • Mungkinkah stress bermanfaat bagi kita? • Bagaimana kita dapat memuliakan Allah ketika kita dalam keadaan yang penuh dengan stress (stressful circumstances)? Setiap orang dalam kadarnya tertentu mengalami stress. Mustahil orang dapat membebaskan diri sama sekali dari stress. Bagi sebagian orang, stress bahkan dapat menjadi pendorong motivasi. Sekarang ini kita hidup dalam sebuah masyarakat yang penuh dengan tekanan atau ketegangan hidup (a stress-filled society). Multitasking (beraneka tanggungjawab) adalah gaya hidup masa kini. Kita harus selalu membuat keseimbangan antara tanggungjawab dalam pekerjaan kita dengan tanggungjawab membesarkan anak-anak (raising kids), menghadiri extracurricular activities, carpooling, community service, volunteering, dan melayani di gereja. Ketika kita tambah lagi jadwal kesibukan kita dengan tanggungjawab menjaga kesehatan, merawat/memperhatikan orang lain (carings for others), dan berbagai godaan/pencobaan hidup (trials of life), kita dapat merasa berlimpah-limpah (overwhelmed) dengan tekanan atau ketegangan hidup. • Apakah yang umumnya menyebabkan stress? Bagaimana orang mengatasinya? (what are some common causes of stress? How do most people cope with stress?) • Apa yang menyebabkan stress dalam hidup Anda? Bagaimana Anda menanganinya? Bagaimana stress mempengaruhi spiritual, emosi, fisik Anda? Mengapa stress mengakibatkan Anda menjadi seperti itu? (What causes stress in your life? How do you handle it? Why does stress affect you this way? How does stress affect you spiritually, emotionally, and physically?) • Bagaimana stress berbeda dengan kekuatiran/kecemasan? Mungkinkah memiliki stress tanpa kekuatiran/ kecemasan? Mengapa? (How is stress different from worry? Do you think it is possible to have stress without worry? Why or why not?) • Mungkinkah stress berguna bagi Anda? Jelaskan jawaban Anda! Bagaimana stress menjadi berbahaya? Bagaimana Anda membedakan stress yang bermanfaat dan stress yang membahayakan? Reaksi atau tingkah laku bagaimanakah ketika stress menjadi berbahaya, atau ketika stress menjadi bermanfaat? (Do you think it is possible for stress to be beneficial? Explain your answer. How can stress be harmful? How do we differentiate between harmful and beneficial stress? What behaviors do we exhibit
when stress is harmful? When it is beneficial?) Kata stress memang tidak ada dalam Alkitab, tetapi kata distress, distressed, distresses, dan distressing muncul 111 kali dalam NIV. Hal ini membuktikan bahwa Alkitab banyak berbicara mengenai fenomena manusiawi (human phenomenon) ini. Stress sebagaimana didefiniskan dalam Webster’s Dictionary sebagai sebuah “tekanan yang membuat tegang/lelah dan kacau; ketegangan mental atau fisik; desakan; tekanan. ” Dari the Journal of the American Medical Association: “stress secara psikologi terjadi ketika seseorang merasakan tuntutan/kebutuhan yang melingkupinya menekan (membebani) atau melebihi kapastitas kemampuannya untuk beradaptasi. ” Dalam bukunya Adrenalin and Stress, Arch Hart mendefinisikan stress sebagai apapun yang mengganggu (menjengkelkan/melukai), mengancam, membangkitkan gairah, menakutkan, mencemaskan/mengkuatirkan, tergesagesa, membuat marah, frustasi, tantangan atau mengurangi harga diri. Menurut Charles R. Gerber dan JoHannah Reardon, beda antara stress dengan kekuatiran/kecemasan (worry) adalah sbb.: Stress adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari (inevitable). Stress seringkali disebabkan karena berbagai keadaan yang tidak dapat kita hindari atau kontrol. Sedangkan kekuatiran/kecemasan adalah respon/tanggapan spriritual dan emosional terhadap stress yang menguras energi dan menciptakan beragam masalah. Ketika kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan, Ia memberi kekuatan kepada kita untuk bertahan melewati waktu-waktu yang sulit. Dengan demikian Alllah dimuliakan dan kita dapat memenuhi kehendak Allah dalam hidup kita yang menghadapi tekanan. Dengan anugerah Allah, kita dapat mengolah stress bermanfaat bagi kita dan bukan sebaliknya merusak kita. (Q) Renungan petikan/cuplikan mengenai stress di bawah ini. Menurut Anda apakah yang dimaksud dalam kutipan tersebut: • Bukan stress yang menghancurkan kita; tetapi reaksi kita terhadap stress (It’s not stress that kill us; it is our reaction to it) - Hans Selye • Memilih sikap/cara berpikir tertentu dapat merubah stress yang negatif menjadi sesuatu yang positif (Adopting the right attitude can convert a negative stress into a positive one) - Han Selye • Senjata terampuh melawan stress adalah kemampuan kita untuk memilih cara berpikir tertentu di atas yang lain (The grates weapon against stress is our ability to choose one thought over another) – William James Majalah Prevention menulis, “hampir 9 dari 10 orang dewasa mengalami stress serius. Lebih dari empat dari 10 orang dewasa menderita kesehatan yang buruk akibat dari stress, dan 75% - 90% pasien dokter umum mengeluhkan hal-hal yang berkaitan dengan stress. ” PETE = People, Events, Thoughts, Emotion / OPPE = Orang, Peristiwa, Pikiran, Emosi. • Orang dapat menyebabkan stress (People can cause stress) • Peristiwa (kejadian) dapat menyebabkan stress (Events can cause stress) • Pikiran dapat menyebabkan stress (Thoughts can cause stress) • Emosi dapat menyababkan stress (Emotions can cause stress) Sadarilah apa yang paling menyebabkan Anda stress sekarang ini. Apakah itu stress karena orang, kejadian atau emosi? Dirumah bacalah Ibr 4:14-16; 7:25; Maz 18:6; 34:8; 62:8; Yes 53:3,12; Yer 20:11; Yoh 16:33. Tulislah apa yang dikatakan ayat-ayat tersebut tentang Allah, dan bagaimana hal ini dapat menolong Anda menangani stress.
Bagian 2: MENEMUKAN PRINSIP-PRINSIP ABADI (DISCOVER THE ETERNAL PRINCIPLES) Inti Pengajaran I: Merenungkan (menghayati) Firman Allah mengingatkan kita akan Allah yang senantiasa beserta kita dan memberi kita kekuatan dan keteguhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam berbagai situasi (keadaan). - Yosua 1:1-18 (Teaching One: Meditating on God’s Word reminds us that God is always with us and that he gives us the courage and strength to accomplish his will in circumstances. - Joshua 1:1-18) Yosua sedang menghadapi sebuah tugas yang sangat monumental. Ia melanjutkan peran yang selama 40 tahun dipegang oleh Musa. Ia harus memimpin seluruh bangsa Israel untuk memasuki Tanah Perjanjian. Yosua harus berhadapan dengan umat yang memiliki catatan sejarah senantiasa bersungut-sungut (menggerutu), tidak taat, dan suka memberontak. Di bawah kepemimpinan Musa, bangsa ini menolak untuk memasuki tanah perjanjian dan sebagai konsekwensinya mereka harus menggembara di padang gurun selama 40 tahun. Dengan menerima tugas yang sangat berat ini, Yosua dinasehati untuk kuat dan teguh. Yosua diingatkan untuk merenungkan (menghayati) hukum-hukum Allah siang dan malam, dengan demikian Yosua akan mentaatinya dengan tekun. Allah berjanji senantiaa beserta dengan Yosua dimanapun ia berada (pergi), dan tidak pernah sekejappun meninggalkannya atau membiarkannya sendiri. Allah juga memerintahkan kita untuk kuat dan teguh. Ia tidak menghendaki kita menjadi orang yang gentar dan takut, juga tidak patah semangat oleh berbagai situasi dan keadaan. Allah mengingatkan kita bahwa Ia selalu berserta dengan kita, dan memberikan firman-Nya untuk membimbing dan menghibur kita di sepanjang perjalanan hidup kita. Ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan atau membiarkan kita sendiri. Seringkali kita berdiri di aliran berbagai tawaran janji Allah. Kita takut untuk berjalan melangkah dan mengambil resiko untuk mengikuti-Nya memasuki Tanah Perjanjian; sebagai gantinya, kita memilih untuk menggembara di padang gurun keraguan dan ketidak-percayaan kita. Allah akan memberi kita kemampuan untuk menaklukkan apapun yang Ia kehendaki kita untuk kita lakukan. (Joshua was faced with a monumental task. He had stepped into the role previously held by Moses for forty years. He was expected to lead the entire Israelite nation into the Promised Land. Joshua was dealing with a group of people who had a history of grumbling, disobedience, and rebellion. The Israelites had refused to enter this land under Mosesʼ leadership and had consequently wandered in the desert for forty years. Given this potentially overwhelming task, Joshua was told to be strong and courageous. He reminded Joshua to meditate on Godʼs law day and night, so Joshua would be diligent to obey it. God promised to be with Joshua wherever he went, and he promised to never leave nor forsake him. God also commands us to be strong and courageous. He does not want us to be trembling, terrified people, nor does he want us to be discouraged by circumstances. He reminds us that he is always with us, and he gives us his Word to guide and comfort us along the way. He promises to never leave or forsake us. Often we stand at the river of promise God offers. We are afraid to step out and take the risk to follow him into the Promised Land; instead, we choose to wander in the desert of our doubts and disbelief. God calls us to be conquerors. When we meditate on his Word, rely on his strength, and have the will to obey, God will give us the courage to conquer whatever he calls us to do.) • Apakah bedanya antara merenungkan Firman Allah dan sekedar membacanya? Bagaimana merenungkan menolong kita untuk menerapkan Firman Allah dalam hidup kita? (What is the difference between meditating on Godʼs Word and simply reading it? How does meditation help us apply Godʼs Word to our lives?)
• Mengapa penting bagi Yosua untuk diingatkan menjadi taat/patuh dan memiliki keteguhan? Bagaimana kira-kira perasaan dari Yosua? Apa yang menyebabkannya memiliki perasaan demikian? (Why was it important for Joshua to be reminded to be obedient and to have courage? How might Joshua have been feeling? What contributed to that?) • Bagimana Yosua memanggil bangsa israel untuk menunjukkan keteguhan dan kepatuhan? Bagaimana tanggapan mereka? Mengapa penting bagi Yosua memerintahkan umat untuk patuh dan teguh sebagaimana (How did Joshua call the Israelites to demonstrate courage and obedience? What was their response? Why was it important for Joshua to call the people to obedience and courage, as God had called him? How might their unity of purpose have helped them conquer the Promised Land?) • Yosua memanfaatkan stress-nya dan memulai tugas agungnya menduduki Kanaan dengan menyusun langkah-langkah yang dapat dikelola atau dikendalikannya. Bagaimana memerinci sebuah tugas dan mulai memfokuskan diri pada satu langkah pada setiap waktu menolong kita mengurangi stress? Bagaimana kita melakukannya tanpa harus kehilangan kerangka besarnya? (Joshua harnessed his stress and began his great task of conquering Canaan by breaking it down into manageable steps. How does breaking down a task and focusing on one step at a time help us reduce stress? How do we do this without losing the big picture?) • Yosua mendelegasikan tanggungjawabnya kepada mereka bawahannya. Menurut Anda bagaimana hal ini telah menolongnya? Bagaimana hal ini telah meolong Israel? Bagaimana kita memutuskan apa dan kapan untuk dideligasikan? (Joshua delegated responsibility to those under him. How do you think this might have helped him? How might it have helped the Israelites? How do we decide what and when to delegate?) • Allah berjanji kepada umat yang percaya bahwa Ia beserta kita kemanapun kita pergi dan Ia tidak akan pernah meninggalkan atau membiarkan kita sendiri. Apakah artinya itu bagi Anda? Bagaimana janji ini menolong kita memiliki keteguhan di waktu stress? (God promises believers that he is with us wherever we go and that he will never leave or forsake us. What does that mean to you? How does this promise help you to have courage in times of stress?) • Pernahkah Anda memikili pengalaman ketika ketakutan menahan Anda untuk meraih sesuatu yang Allah perintahkan untuk Anda lakukan? Kesempatan untuk memperoleh berkatberkat apakah yang kemudian hilang oleh karenanya? Bagaimana seharusnya kita dapat bertindak secara berbeda? (Have you ever had a time when fear kept you from conquering something God called you to do? Be specific. What blessings may you have missed? What could you have done differently?)
Inti Pengajaran II: Menerima kehendak Allah yang Mahakuasa dalam keadaan bagaimanapun memberi kita rasa damai dan keberanian (ketabahan) untuk menghadapi apapun yang datang menimpa kita (Teaching point two: Acceptance of God’s sovereign will, no matter what the circumstances, gives us peace and courage to face whatever comes.) Baca Ester 4: 6-17 dan Roma 8:28. Ester berada dalam kondisi stress yang luar biasa. Hidup atau mati bangsanya berada di tangannya. Untuk dapat menyelamatkan mereka, ia harus mempertaruhkan nyawanya. Mordekhai bin Yair bin SImei bin Kish, seorang Benyamin (Esther 1: 5 dst.), saudara sepupu Esther, berusaha untuk meneguhkan Esther agar bertanggungjawab dan tidak melarikan diri dari panggilannya. Mordekhai berkata kepada Esther bahwa Allah akan menyelamatkan umat-Nya melaluinya, tetapi juga dapat melalui pihak lain, namun apabila Esther tidak taat kepada kehendak Allah untuk melakukan bagiannya dari yang dikehendaki Allah, dia dan keluarganya akan binasa. Esther berada dalam resiko bahaya terhadap apapun yang dia pilih untuk dilakukannya. Ia menemukan keberanian (ketabahan) dan kekuatan melalui doa. Didalam ungkapannya, “kalau terpaksa aku mati, biarlahg aku mati,” kita menyaksikan kepercayaan Esther akan kemahakuasaan Allah. (Read Esther 4:6–17 and Romans 8:28. Esther was under tremendous stress. The lives of her people, the Israelites, were in her hands. To help them, she had to risk her own life. Mordecai, Esther’s cousin, kept her accountable so she would not back away from her calling. Mordecai told Esther God would save his people one way or another, but if Esther did not obey God’s will by carrying out her part of his plan, she and her family would perish. Esther’s life was at risk no matter which choice she made. She found courage and strength through prayer. In her phrase “If I perish, I perish,” we witness her trust in God’s sovereignty.) Allah menghendaki kita untuk sepenuhnya mempercayainya. Untuk dapat sampai pada tahap ini kita harus banyak berdoa. Esther sepenuhnya menyadari hal ini. Ia memohon dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang ada di sekitarnya. Allah menghendaki kita untuk bersedia menghadapi resiko apapun, termasuk nyawa kita sekalipun, demi untuk kerajaan-Nya. Ketika kita telah sampai pada penyerahan yang total kepada kehendak Allah, damai akan mengalir dalam diri kita, dan kita memiliki keberanian untuk menghadapi apapun yang menimpa kita. (God wants us to trust him completely. Getting to this point requires much prayer. Esther recognized this. She solicited the prayers of those around her who shared her faith. God wants us to be willing to risk everything, including our lives, for his kingdom. When we get to the point of complete surrender to God’s will, peace floods in, and we have the courage to face whatever comes.) • Apa pertama-tama reaksi Esther terhadap pesan Mordekhai supaya ia pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda raja? Bagaimana kemudian Mordekhai meneguhkan tanggungjawabnya? (What was Estherʼs first reaction to Mordecaiʼs request that she go into the kingʼs presence and beg for mercy for her people? How did Mordecai hold her accountable?) • Holly Miller memberikan nasehat ketika kita tertekan stress, kita harus menemukan seseorang yang sanggup memampukan kita untuk berani bertanggungjawab. Bagaimana Anda dapat memperoleh seseorang yang melaluinya Anda memiliki tanggung-jawab yang menolong Anda sanggup menuntaskan sebuah beban tugas pekerjaan. Bagaimana hal itu secara rohani menolong Anda ketika berada dalam kesulitan? (Holly Miller suggests that when we are under stress, we should find someone who will be strong enough to hold us accountable. How can having someone to whom you are accountable help you complete a task? How can it spiritually help you in difficult times?) • Bagaimana doa menolong kita untuk menerima kemahakuasaan kehendak Allah dalam hidup kita? Mengapa memohon orang lain untuk ikut mendukung kita dalam doa sangat penting? Bagaimana doa telah menolong Anda ketika berada dalam kondisi yang sangat tertekan (stress)? (How does prayer help us accept God’s sovereign will in our lives? Why is it
important to ask others to pray for us? How has prayer helped you during stressful times?) • Bagaimana Esther menunjukkan kepercayaannya kepada kemahakuasaan Allah? Apa yang pasti disadarinya tentang Allah? Roma 8:28 berkata bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Bagaimana hal ini menolong kita untuk mempercayai Allah? Bagaimana hal ini menolong kita dapat bertahan di waktu-waktu yang sangat sulit? (How did Esther exhibit her trust in Godʼs sovereignty? What must she have known about God? Romans 8:28 says that God promises to work all things for the good of those who love him. How does this help us trust God? How does it help us endure difficult times?)
Inti Pengajaran III: Memiliki saat teduh pribadi bersama Allah sangatlah penting untuk kesehatan rohani kita dan menyegarkan kembali pikiran kita pada waktu menghadapi stress – Matius 14: 3-23) (Teaching point three: Finding time to be alone with God is essential to our spiritual health and is rejuvenating to our mind in times of stress. - Matthew 14:3-23) Baca Matius 14:3-23. Yohanes Pembatis telah dibunuh. Setelah Yesus mendengar berita itu, “menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.” (Matius 14:13). Ketika Yesus mendarat, orang banyak yang besar jumlahnya telah berada di sana menyambut kedatangan-Nya. Dengan hati yang tergerak oleh belas kasihan yang besar kepada mereka, Yesus mengesampingkan dukacita atau kesedihannya dan menyembuhkan mereka yang sakit dan memberi makan orang banyak. Di penghujung hari, bagaimanapun, Yesus menyuruh orang banyak pulang dan memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sehingga Ia dapat naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. (Read Matthew 14:3–23. John the Baptist had been beheaded. When Jesus heard the news, he “withdrew by boat privately to a solitary place” (Matt. 14:13). When his boat arrived at the shore, the crowds were already there ahead of him. With great compassion for the people, Jesus set aside his own grief and proceeded to heal the sick and feed the multitude. At the end of the day, however, Jesus sent away the crowd and the disciples so he could go up to the mountainside by himself to pray.) Waktu teduh pribadi bersama dengan Allah secara rohani pemperbaharui kekuatan kita. Kesunyian yang teduh memberikan kepada kita kesempatan untuk menyelami dengan dalam Firman Allah, berdoa dan memperoleh pemulihan di hadirat-Nya. Kita datang kepada Abba Bapa kita, Allah ayah kita, dan menyerahkan serta meletakkan semua kekuatiran kita di bawah kakiNya. Ia meneguhkan kita dengan cinta kasih-Nya yang besar dan memulihkan keyakinan kita bahwa kita ini milik kepunyaan-Nya. Ia memperbaharui kekuatan kita sehingga kita dapat melayang tinggi mengatasi semua masalah-masalah dalam dunia ini, seperti burung rajawali yang terbang membumbung tinggi di atas bumi. Kita menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran dan kembali ke tempat di mana hati kita percaya sepenuhnya kepada-Nya, membuang segala kecemasan kita di dalam dunia. Kita mencari hikmat kebijaksanaan-Nya, dan Ia akan memberikannya sesuai dengan janji-Nya. Kita kemudian diperlengkapi untuk dapat menghadapi berbagai tantangan dan perjuangan hidup. (Time alone with God spiritually renews our strength. Solitude gives us a chance to immerse ourselves in Godʼs Word, pray, and find healing in his presence. We come to our Abba Father, Daddy God, and lay all of our worries at his feet. He reminds us of his great love for us and reassures us that we are his own. He renews our strength so that we can soar above the problems of the world, like an eagle soars above the earth. We worship him in spirit and in truth and are brought back to the place where our heart trusts in him completely, casting aside the cares of the world. We seek his wisdom, and he gives it as he promises. We are then equipped to meet lifeʼs challenges and struggles.) [Q] Pada waktu mendengar tentang kematian Yohanes Pembaptis, mengapa respon Yesus langsung hendak mengasing diri ke tempat yang sunyi? Menurut Anda mengapa Yesus memilih berdoa seorang diri dan bukannya bersama-sama dengan orang banyak atau bersama dengan murid-murid-Nya? Mengapa memiliki waktu pribadi bersama dengan Allah sangat penting? Bagaimana hal itu dapat menolong kita pada waktu mengalami stress? Bagaimana waktu teduh pribadi (sendirian) dengan Allah berbeda dengan ibadah bersama? Dalam hal apa keduanya sama-sama penting? (Upon hearing about John the Baptistʼs death, why was the immediate response of Jesus to withdraw to a solitary place? Why do you think Jesus chose to pray alone instead of with the crowd or with the disciples? Why is spending time alone with God essential? How does it help you in times of stress? How does time alone with God differ from corporate worship? In what
ways are both important?) [Q] Pada waktu kita kita menikmati saat teduh pribadi dengan Allah, kita harus bersedia menyisihkan atau mengalihkan perhatian kita dari stress yang sedang menekan kita. Tubuh jasmaniah kita membutuhkan waktu untuk beristirahat, dan pikiran atau ingatan kita membutuhkan waktu untuk dapat dikendalikan kembali dan tenang. Allah saja membutuhkan istirahat ketika menciptakan dunia dan segala isinya; tentu saja kita lebih-lebih lagi sangat membutuhkannya. Apa yang terjadi apabila kita tidak dapat mengambil waktu untuk beristirahat? Bagaimana Anda memperoleh ketenangan pada waktu berada dalam tekanan stress? (Once we have spent time alone with God, we need to allow ourselves diversions from the stress. Our physical bodies need time to rest, and our minds need time to recover and relax. Even God rested when he created the world; certainly we do not need less. What happens when we do not take time to rest? How do you relax during stressful times?) [Q] Dalam seminar management stress, Charlotte Sutton menyarankan untuk membuat prioritas dalam kegiatan kita ke dalam kategori: Kristis (Genting), Penting dan Tidak Penting untuk menolong kita mengelola waktu. Bagaimana membuat prioritas dapat menolong kita untuk memperoleh saat teduh dan beristirahat? Apakah yang ada dalam daftar kritis (genting) Anda? Apa yang Anda yakini tidak penting? Apakah yang akan Anda katakan mengenai memprioritaskan atau mengutamakan Yesus? Bagaimana seharusnya kita menyusun prioritas kita? (In her stress management seminars, Charlotte Sutton suggests prioritizing activities into categories of Critical, Important, and Unimportant to help with time management. How could prioritizing help us find time for solitude and rest? What would be on your critical list? What do you consider unimportant? What would you say are the priorities of Jesus? What should our priorities be?)