PERAN PERNYATAAN ORIENTASI TUJUAN (STATE GOAL ORIENTATION) DALAM PENGAJARAN DIKELAS TERHADAP PROSES PENCAPAIAN KINERJA MAHASISWA AKUNTANSI DI PERGURUAN TINGGI Meifida Ilyas FAK. EKONOMI UNIV. SATYA NEGARA INDONESIA Yudhi Herliansyah H Sabarudin Muslim FAKULTAS EKONOMI UNIV. MERCU BUANA Abstrak Based on goal orientation theory this research examined the role of state goal orientation in an integrative model of goal setting and task performance in accounting class. This model tested in 311 sample students at 2 university and 1 high school in Jakarta. The methodology used structural equation modeling as it facilitates the use of manifest and latent variables as well as accommodating the existence of inter-relationship among independent variables. Consistent with the propositions of Kanfer (1990, 1992) and researchs by Chen, Gully, Ehiteman, and Kilcullen (2000), this research found that the impact of state goal orientation on performance. All of the Null Hypothesis was rejected at 5% except second null hypothesis. Implication of this findings as well as suggestions for future research on the personality construct of goal orientation in the accounting class are discussed. Key word : Goal Orientation Theory, Goal Setting, Performance.
]
PA-03
1
1. Pendahuluan. Survey Lembaga Independen tentang peringkat kualitas
perguruan tinggi
didunia menunjukkan bahwa hanya terdapat 5 universitas di Indonesia yang berada diperingkat 500 dunia yaitu: UI, UGM, ITB, ITS dan UNDIP (Metro TV, 2006). Hal ini sangat memprihatinkan karena dibanding malaysia misalnya, dimana jumlah universitas malaysia yang masuk 500 top university jauh lebih banyak dibanding indonesia (Metro TV, 2006).
Fenomena diatas menunjukkan bahwa kinerja universitas di indonesia
yang merupakan salah satu lembaga yang berperan penting dalam mencetak sumberdaya manusia sangat tertinggal jauh dibanding negara malaysia misalnya. Jika hasil survey tersebut diatas dihubungkan dengan kinerja individual universitas, maka semakin terlihat bahwa proses pendidikan di Indonesia memang masih sangat memprihatinkan, hal ini dapat dicontohkan dari rasio output-input tahun akademik 2006/2007 beberapa perguruan tinggi di Jakarta rata-rata masih dibawah 75% (diolah peneliti dari masing-masing Website Universitas di DKI, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja universitas seperti yang tergambar dari rasio tersebut antara lain, buruknya fasilitas perkuliahan (seperti sedikitnya jumlah buku) menyebabkan pula rendahnya kinerja dikelas kuliah (misal: rendahnya tingkat kelulusan mahasiswa dikelas), namun faktor mahasiswa (student) jauh lebih berperan didalam keberhasilan (Kinerja) perkuliahan dikelas. Hal ini diunjukkan oleh beberapa hasil penelitian bidang psykhologi (Latham, 2005). Dalam bidang motivasi kerja selama dekade terakhir, konstruk orientasi tujuan (Dweek & Legget, 1988) mendapat
perhatian sejumlah peneliti (contoh, Button,
Mathieu & Zajac, 1996; Chen, Gully, Whiteman & Kilcullen, 2000; Philips & Gully, 1997; VandeWalle, Brown, Cron & Slocum, 1999). Orientasi tujuan merupakan tujuan yang secara implisit dinyatakan oleh individu ketika mencoba berupaya mencapai atau memperoleh tingkat kinerja tertentu. Orientasi tujuan (goal orientation) ditemukan berdampak pada beberapa proses motivasional kunci, antara lain; upaya individu –individu selama menghasilkan tujuan kinerja (Fisher & Ford, 1998; VandeWalle et al., 1999), prilaku feedback (VandeWalle & Cummings, 1997), dan beberapa revisi tujuan individu ketika menghadapi kegagalan (Donovan &Swander, 2001; Donovan & Williams, 1999). Riset terakhir juga
PA-03
2
menunjukkan bahwa suatu orientasi tujuan individual berdampak terhadap proses pencapaian tujuan melalui keyakinan individu dalam melakukan tugasnya (self eficacy) (Philips & Gully, 1997). Elliot & Church (1997), Mangos & Steele-Johnson (2001), VandeWalle, Cron & Slocum (2001) menduga bahwa, individu-individu selanjutnya meletakkan orientasi tujuan dalam berbagai cara, misalnya individu-individu menyatakan orientasi tujuannya (state goal orientasi, SGO) yang berbeda dalam menanggapi karakteristik lingkungan yang mereka hadapi. Contoh, riset yang dilakukan Ames dan Archer (1988) serta Butler ( 1987, 1993) menunjukkan bahwa SGO individual adalah responsif dan secara parsial ditentukan oleh karakteristik lingkungan kerja. Riset dalam bidang pelatihan dan pengembangan (training and development) menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan kerja dapat dimanipulasi untuk disesuaikan dengan PGO atau LGO (Gist & Steven, 1998; Kozlowski et al., 2001; Kraiger, Ford & Salas, 1993; Martocchio, 1994; Steven & Gist, 1997). Selanjutnya SGO menunjukkan hubungan yang signifikan dan unik dengan variabel motivasi seperti pada variabel self efficacy (Kozlowski et., 2001). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa SGO berpotensi penting dalam berbagai proses motivasional, fokus peran SGO didasarkan pada model personality dan motivasi saat ini. Secara lebih spesifik, model motivasi terakhir Kanfer dan kawan-kawan (Kanfer, 1990, 1992; Kanfer & Heggestad, 1997) menunjukkan hal itu. Konstruk seperti itu tidak secara langsung mempengaruhi motivasi dan kinerja, tetapi memiliki dampak tidak langsung terhadap motivasi dan kinerja melalui proxi lain dari konstruk seperti itu. Dalam konteks orientasi tujuan, hal ini mengindikasikan bahwa orientasi tujuan ditempatkan hanya mempengaruhi motivasi dan kinerja tugas secara tidak langsung melalui variabel lainnya. Proposisi ini disepakati, oleh karena banyak riset terakhir dari orientasi tujuan berpendapat bahwa orientasi tujuan berdampak terhadap berbagai proses motivasional seperti penetapan tujuan (baik performance goals maupun learning goals) yang berdampak melalui variabel self-eficacy dalam tugas-tugas spesifik (Dispositional goal orientation berdampak pada self-eficacy dan self-efficacy berdampak pada performance
PA-03
3
goals; Kozlowski et al., 2001; Philip & Gully, 1997).Self efficacy itu sendiri merupakan keyakinan individu terhadap pencapaian tugas-tugas yang dia inginkan (Robbin, 1997). Riset yang ada menunjukkan pentingnya peran SGO dalam berbagai proses motivasional, hal ini karena disposisional orientasi tujuan berdampak pada kinerja (Performance) meskipun tidak langsung. Dengan demikian maka
orientasi tujuan
berdampak tidak langsung terhadap self-efficacy melalui SGO (orientasi tujuan berdampak pada SGO dan SGO berdampak pada
Self-efficacy, dan Self efficacy
berdampak pada performance goals). Penelitian ini menguji model yang lebih komprehensif atas senjangan riset yang terjadi dalam orientasi tujuan yang dinyatakan (state) oleh individual dengan setting perilaku mahasiswa dikelas pada pengajaran akuntansi. Model yang digunakan dalam study ini berhubungan dengan kedua orientasi tersebut termasuk hubungan dengan self efficacy, performance goals, cognitif ability dan task performance. Sederhananya penelitian ini ingin membuktikan apakah metode pengajaran (perkuliahan) dengan cara meminta mahasiswa menulis/ menyatakan tujuan yang diharapkan dari perkuliahan tersebut berdampak terhadap hasil yang diperolehnya atau mahasiswa termotivasi melakukan berbagai upaya agar memperoleh hasil yang sesuai dengan yang telah dinyatakan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan oleh karena beberapa alasan; (1) Penelitian Experimen ini belum pernah dilakukan di Indonesia, (2) Model pengajaran dalam penelitian eksperimen ini secara teoritik berdampak positif terhadap motivasi mahasiswa dan berdampak pada peningkatan upaya mahasiswa dikelas yang pada kahirnya berdampak pada pencapaian kinerja mahasiswa yang lebih baik, (3) model pengajaran dalam penelitian eksperimen ini dapat merupakan model alternatif dari proses belajar-mengajar dikelas mahasiswa dibanding model konvensional. Perumusan Masalah Dari uraian diatas maka masalah penelitian ini adalah sbb: 1. Apakah SGO berpengaruh terhadap Self-Efficacy mahasiswa kelas Akuntansi 2. Apakah Cognitive Ability berpengaruh terhadap Self-Efficacy, Goals, dan Performance.
PA-03
4
3. Apakah Self-Efficacy berpengaruh terhadap Performance Tujuan Penelitian 1. Untuk membuktikan pengaruh SGO terhadap Self-Efficacy mahasiswa kelas Akuntansi. 2. Untuk membuktikan pengaruh Ability terhadap Self-Efficacy, Goals, dan Performance mahasiswa dikelas. 3. Untuk membuktikan pengaruh Self-Efficacy terhadap Performance mahasiswa dikelas 4. Untuk membuktikan peran pernyataan tujuan terhadap kinerja mahasiswa dikelas 2. TELAAH TEORI
DISPOSITIONAL GOALS ORIENTATION DAN STATE GOALS ORIENTATION Seperti yang dibahas sebelumnya, riset dalam bidang motivasi kerja menduga bahwa orientasi tujuan personal mungkin berdampak pada proses pencapaian tujuan. Berdasarkan itu maka individu dengan PGO yang kuat akan menetapkan tujuan yang kurang menantang dan takut mengalami kegagalan dibanding pada individu yang PGOnya lemah. Sedangkan pada LGO yang kuat cenderung suka dengan tatangan dan menetapkan tujuan yang tinggi serta tidak takut dengan kegagalan pencapaian tujuan dibanding dengan LGO yang lemah. Riset terakhir oleh Philip dan Gully (1997), VandeWalle et al (1999) dan Chen et al. (2000) menunjukkan bahwa LGO memainkan peran penting dalam proses pencapian tujuan melalui self efficacy dimana; individu dengan LGO kuat cenderung menggambarkan level self efficacy yang lebih tinggi dalam performance dan lebih menantang tujuan-tujuannya dibanding individu yang LGOnya lemah. Berbeda dengan temuan LGO, pada PGO temuan riset menunjukkan bahwa peran PGO kurang konklusif. Contoh: Philip dan Gully (1997) menemukan bahwa PGO berhubungan negatif dengan tingkat self efficacy dan performance goals pada individual, riset lainnya menunjukkan bahwa PGO juga tidak berhubungan dengan self efficacy dan goal choice
PA-03
5
(Donovan & Williams, 1999). Pada meta analysis oleh Beaubien dan Payne (1999) menunjukkan bahwa PGO sangat tidak konsisten berhubungan dengan self-efficacy. Dengan demikian LGO sangat jelas berperan didalam proses pencapaian tujuan, sementara peran PGO individual masih kurang jelas. Elliot & Church (1997), Mangos & Steele-Johnson (2001), VandeWalle, Cron & Slocum (2001) menduga bahwa, individu-individu meletakkan orientasi tujuan dalam berbagai cara, misalnya individu-individu menyatakan orientasi tujuannya (state goal orientasi, SGO) yang berbeda dalam menanggapi karakteristik lingkungan yang mereka hadapi. Contoh, riset yang dilakukan Ames dan Archer (1988) serta Butler ( 1987, 1993) menunjukkan bahwa SGO individual adalah responsif dan secara parsial ditentukan oleh karakteristik lingkungan kerja. Berdasarkan uraian diatas maka Hipotesis 1 penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha1: SLGO berhubungan positif dengan self-efficacy Berdasarkan bahasan diatas (Philip dan Gully, 1997; Colquitt dan Simmering, 1998) maka model hubungan dispositional PGO berhubungan negatif dengan Selfefficacy, sedangkan peletakan orientasi tujuan
tersebut dilakukan dengan cara
menyatakan orientasi tujuan (State goal orientation). Sehingga hipotesis 2 penelitian ini adalah: Ha2: SPGO berhubungan negatif dengan Self-Efficacy
SELF-EFFICACY, GOALS, DAN PERFORMANCE Self-efficacy merupakan pertimbangan seseorang atas kemampuannya dalam mengelola dan melaksanakan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan (Bandura, 1986). Berdasarkan Bandura (1986, 1997) self-efficacy berdampak pada goal setting dimana pada individual yang self-efficacy tinggi akan lebih menyukai kesulitan atau tantangan tujuan yang lebih besar dibanding individual yang memiliki self-efficacy yang rendah. Beberapa penelitian mendukung asersi ini, hal ini menunjukkan bahwa self-efficacy memberi kontribusi signifikan pada pilihan tingkat tujuan individual (Locke, Frederick, Lee dan Bobko, 1984; Locke dan Latham, 1990,
PA-03
6
2002; Philips dan Gully, 1997). Locke dan Latham (1990) melaporkan bahwa hubungan antara self-efficacy dan personal goal memiliki korelasi rata-rata sebesar 0,34. berdasar hal ini maka model penelitian ini menduga bahwa self-efficacy berhubungan positif dengan goals (jalur 3). Maka Hipotesis 3 penelitian ini adalah: Ha3: Self-Efficacy berhubungan positif dengan personal Goals. Selanjutnya hubungan ini berdampak pada pencapaian tujuan (goals), self efficacy umumnya juga menunjukkan hubungan yang positif dengan kinerja (Chen et al., 2000; Locke dan Latham, 1990; Philips dan Gully, 1997; Stajkovic dan Luthans, 1998). Contoh Stajkovic dan Luthans (1998) melaporkan adanya hubungan self-efficacy dan performance dengan rata-rata korelasi 0,38 sementara Locke dan Latham (1990) hubungan kedua variabel ini memiliki korelasi rata-rata 0,42. berdasarkan hal tersebut model penelitian ini menduga bahwa self-efficacy berhubungan positif dengan performance (jalur 4). Maka Hipotesis 4 penelitian ini adalah: Ha4: Self-Efficacy berhubungan positif dengan performance. Salah satu temuan penelitian yang konsisten dalam literatur motivasional adalah bahwa tantangan tujuan (challenging goals) yang lebih besar menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibanding tujuan yang mudah atau tujuan yang dilakukan dengan terbaik (Kanfer, 1990; Locke dan Latham, 1990; Tubbs, 1986; Wood, Mento dan Locke, 1987). Self-efficacy merupakan judgment seseorang atas kemampuannya untuk mencapai tingkat kinerja yang diharapkan, sementara goals merupakan tingkat kinerja aktual yang diarahkan untuk dapat dicapai (Locke dan Latham, 1990). Beberapa penelitian kualitatif dan meta-analitic menunjukkan kesesuaian bahwa tujuan-tujuan yang lebih menantang berhubungan dengan tingkat kinerja yang tinggi (Locke dan Latham, 1990; Tubbs, 1986; Wood, Mento dan Locke, 1987). Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini menduga bahwa goals berhubungan positif terhadap performance (jalur 5). Maka Hipotesis 5 penelitian ini adalah:
PA-03
7
Ha5: Goals berhubungan positif dengan performance.
Cognitive Ability dan Performance Adanya hubungan antara cognitive ability dan performance ditunjukkan oleh ragam tugas dan setting yang luas (Hunter & Hunter, 1984; Schmidt, Hunter & Outerbridge, 1986). Performance yang dimaksud memiliki rentang dari tugas-tugas pelatihan (trainning) (Martocchio & Judge, 1997) sampai pembelajaran akademis dikelas ( Philips & Gully, 1997). Terakhir Schmidt & Hunter (1993) berpendapat bahwa cognitive ability merupakan prediktor kinerja terbaik dalam lingkungan pembelajaran (dalam program pelatihan). Berdasarkan ini maka penelitian ini menduga bahwa cognitive ability berhubungan positif dengan kinerja (jalur 8). Maka Hipotesis 6 penelitian ini adalah: Ha6: Cognitive Ability berhubungan positif dengan performance.
Cognitive Ability dan Self-Efficacy. Salah satu proposisi kunci dalam teori cognitif sosial (Social cognitive Theory) Bandura (1986, 1997) adalah bahwa judgment self-efficacy didasarkan pada tugas-tugas berterkaitan dengan kapabilitas aktual. Individual yang memiliki tugas berkemampuan tinggi akan menyebabkan efficacy yang tinggi. Penelitian Chen et al., (2000) dan Philips & Gully menunjukkan bahwa Cognitive ability berdampak terhadap performance yang dimediasi oleh tugas-tugas spesifik. Oleh karena itu penelitian ini menduga bahwa cognitive ability berhubungan positif terhadap self efficacy (jalur 6). Maka Hipotesis 7 penelitian ini adalah: Ha7: Cognitive Ability berhubungan positif dengan Self-Efficacy.
Cognitive Ability dan Goals. Dalam Locke dan Latham (1990, 2002) salah satu determinan utama kesulitan menetapkan tujuan individual adalah tingkat kemampuan mereka yang sesuai dengan tugas-tugas yang akan dilakukan. Individu yang rendah kemampuannya tidak menyukai
PA-03
8
tantangan tujuan yang tinggi sehingga rendah kemungkinannya tujuan dapat dicapai. Sementara individu yang memiliki kemampuan tinggi tidak suka dengan penetapan tujuan yang rendah tingkat kesulitannya karena membatasi kepuasan yang diperolehnya dari pencapaian tujuan tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa cognitive ability cenderung berhubungan positif dengan tingkat penetapan tujuan individu (Chen et al., 2000; Philips dan Gully, 1997; Thomas & Mathieu, 1994). Oleh karena itu penelitian ini menduga bahwa cognitive ability berhbungan positif dengan tingkat tujuan individu (jalur 7). Maka Hipotesis 8 penelitian ini adalah: Ha8: Cognitive Ability berhubungan positif dengan personal Goals. Model Teoritis Model teoritis yang diusulkan dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut yang merupakan hubungan teoritis yang telah dibahas sebelumnya. Ability 6 (+) SPGO
7 (+)
8 (+)
1 (-) 2 (+)
Self Efficacy
SLGO
3 (+)
Goal
5(+)
Performance
4 (+)
3. DESAIN DAN METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Populasi sasaran adalah mahasiswa S-1 Akuntansi yang sedang mengikuti mata kuliah inti program studi akuntansi pada 2 universitas dan 1 sekolah tinggi yang menyelenggarakan program studi S-1 akuntansi di KOPERTIS Wilayah III semester ganjil tahun akademik 2006/2007. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian
PA-03
9
ini adalah purposive sampling method yaitu metode pengambilan sampel dengan didasarkan pada kriteria tertentu. Penelitian ini adalah penelitian eksperiment yang melibatkan partisipan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah akuntansi
dikelas akuntansi pada 2 (dua)
universitas dan 1(satu) yang menyelenggarakan program studi S-1 akuntansi di Jakarta (UMB, USAKTI, STEKPI). Sedangkan matakuliah inti yang dimaksud adalah: Akuntansi keuangan (3 kelas), Akuntansi biaya (3 kelas), Manajemen biaya (3 Kelas) dan Sistem informasi akuntansi (1 Kelas).
Prosedur. Sebelum melakukan studi ini peneliti menjelaskan maksud studi ini pada semua partisipan potensial dikelas. Partisipan yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini kemudian namanya di beri tanda (diabsen) agar nantinya peneliti dapat mengetahui (dan mengumpulkan) hasil test (UTS dan UAS) yang akan dilakukan. Setelah itu partisipan diminta untuk menginformasikan kepada peneliti IPKnya saat ini. Satu minggu sebelum tes (UTS) materi matakuliah ini dilakukan, peneliti meminta partisipan menilai tujuan (goals) mereka untuk tes yang akan
berlangsung dan meminta
menyatakan tujuan/sasaran (SGO). Kemudian partisipan diminta mengembalikan pertanyaan tersebut sebelum tes berlangsung. Hal yang sama dilakukan menjelang tes (UAS) berlangsung untuk menegaskan kembali atau jika ada perubahan yang terjadi atas semua hal terkait dengan eksperimen ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan konsistensi hasil yang diikuti oleh mahasiswa sebagai responden penelitian ini.
Pengukuran. Goals. Dalam variabel ini partisipan diminta untuk mengindikasikan tujuan/sasaran masing-masing tes (UAS dan UTS) dengan menyatakan harapannya dalam bentuk nilai absolut 0 sampai 100.
PA-03
10
Self-Efficacy. Variabel diukur dengan meminta partisipan memberi tingkat keyakinannya (dalam %) untuk masing-masing tingkatan nilai dari hasil test (UTS dan UAS) (Lee & Bobko (1994). SPGO dan SLGO, instrument Boyle dan Klimoski (1995) digunakan untuk mengukur orientasi tujuan baik untuk SPGO maupun SLGO. Instrument ini menggunakan skala Likert poin 7 diman 1 sangat tidak setuju sampai 7 sangat setuju. Ability, biasanya ability menggunakan Tes Potensi Akademik (TPA) namun tidak semua partisipan memiliki TPA maka variabel ini menggunakan IPK masingmasing partisipan sebagai indikator TPA. Performance, performance diukur dari nilai masing-masing partisipan dalam tes yang dilakukan (baik UTS maupun UAS). Agar konsisten maka semua universitas skala nilai yang diberikan untuk masing-masing tes (UTS dan UAS) sama, maka digunkan satu standar penilaian yaitu nilai absolut 0 sampai 100
Teknik Analisis Data. Dalam penelitian ini data di analisis dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM) yang diolah dengan menggunakan Lisrel 8.54. kelebihan model SEM adalah dapat menguji secara bersama-sama (Bollen, 1989 dalam Ghozali, 2005): 1. Model Struktural, hubungan antara konstruk independen dan dependen 2. Model Measurement, hubungan (nilai loading) antara indikator dangan konstruk (variabel laten).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif. Berikut statistik diskriptif masing – masing Variabel: Tabel 1 Descriptive Statistics Variabel
Mean
St. Dev
SPGO SLGO
17.5659 11.7653
2.01478 1.51749
PA-03
Kisaran Teoritis Min Max 3 15 2 10
Kisaran Aktual Min Max 5.00 15.00 3.00 10.00
11
Efficacy 0.7727 Goals 78.1479 Ability 2.8681 Performance 78.0740
0.05417 5.10572 0.45743 5.28030
0 0 0 0
1 100 4 100
0.60 70.00 2.16 42.00
0.90 90.00 3.83 87.00
Measurement Model dengan Confirmatory Factor Analysis Dalam SEM, masalah pengukuran instrumen bertujuan untuk mengetahui sebaik apa indikator-indikator tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran variabel laten. Konsep utama dalam pengukuran model adalah pengujian validitas dan reliabilitas (Ghozali, 2005). Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang berupa kuesioner dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Faktor Konfirmatori (CFA). Pengukuran tingkat validitas dan reliabilitas adalah mengukur validitas dan reliabilitas dari variabel manifes terhadap variabel laten. Variabel manifes adalah variabel yang dapat diobservasi (diukur) secara langsung atau observable, sedangkan variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diobservasi atau unobservable, tersusun dan diukur secara tidak langsung melalui variabel manifes atau variabel yang diamati. Tingkat validitas setiap variabel indikator atau variabel manifes dalam mengukur variabel laten ditunjukkan oleh besarnya loading (λ), pada analisis data yang standardized. Makin besar faktor loading (λ) menunjukkan indikasi bahwa variabel manifes makin valid sebagai instrumen pengukur variabel laten.
Pada
program
LISREL batasan yang digunakan adalah hasil pengujian loading tersebut dengan uji t, bila nilai t observasi (nilai yang diperoleh) untuk faktor loading lebih besar dari nilai yang ditetapkan dalam uji t (nilai t tabel) maka indikator atau variabel manifes tersebut adalah valid. Pengujian reliabilitas setiap indikator atau variabel manifest ditunjukkan oleh nilai galat (error) baik galat Delta (δ) untuk variabel eksogen (variabel independen) maupun Epsilon (ε) untuk variabel endogen (variabel dependen). Pada analisis dengan data Standardized, reliabilitas tiap indikator = 1-(δ) untuk variabel eksogen dan 1-(ε) untuk variabel endogen. Semakin kecil nilai galat (δ) maupun (ε) menunjukkan indikator tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi sebagai pengukur variabel laten, artinya semakin besar 1-(δ) atau 1-(ε) suatu indikator semakin reliabel. Pada program
PA-03
12
LISREL jika nilai t observasi untuk 1-(δ) atau nilai t observasi untuk 1-(ε) yang diperoleh lebih besar dari batasan nilai yang ditetapkan dalam uji t (nilai t tabel), maka indikator atau variabel manifes tersebut adalah reliabel. Uji Reliabilitas dapat pula dilakukan dengan melihat R2 dari masing-masing persamaan pengukuran, semakin besar nilai R2 maka semakin reliabel indikator tersebut (Joreskog dan Sorbom, 1993 dalam Ghozali, 2005). Tabel 1. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan besaran loading dan R2 menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2 Uji Validitas dan Reliabilita VALIDITAS & RELIABILITAS Variabel
Loading Ket
R2
Ket
Ability
X1
0,84
Valid
0,87
Reliabel
Goals
X2
0,74
Valid
0,71
Reliabel
SPGO
X3
0,67
Valid
0,58
Reliabel
SPGO
X4
0,53
Valid
0,72
Reliabel
SPGO
X5
0,61
Valid
0,63
Reliabel
SLGO
X6
0,87
Valid
0,67
Reliabel
SLGO
X7
0,56
Valid
0,69
Reliabel
Efficacy
X8
0,84
Valid
0,82
Reliabel
0,53
Valid
0,79
Reliabel
Performance X9
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap instrument menunjukkan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliable, dengan demikian maka hasil jawaban responden yang menggunakan instrument ini dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
PA-03
13
Uji Hipotesis Karena skala atau satuan dari variabel-variabel yang dianalisis tidak sama (eperti terlihat pada diskripsi data) maka digunakan matriks korelasi sebagai matriks input yang akan dianalisis dengan analisis jalur atau Structural Equation Modeling. Hasil pengolahan matriks korelasi menggunakan metode SEM dangan program LISREL akan menghasilkan model seperti terlihat pada lampiran. Untuk mengetahui hasil kesesuaian model dengan data empiris, maka hasil pengolahan data dibandingkan dengan beberapa indikator kesesuaian model (goodness of fit indices) sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3 Indikator Goodness of Fit Goodness Of Fit
Cut Off Value
Comparative Fit Index (CFI) Normed Fit Index (NFI) Non-Normed Fit Index (NNFI) Relative Fit Index (RFI)
0.90 - 1 > 0.90 > 0.80
Root Mean Square Residual (RMR) Standardized RMR (SRMR)
Makin mendekati 0 Makin baik < 0.08
Makin mendekati 1 makin baik
Hasil Pengukuran 0.943 0.876 0.943 0.825
0.027 0.041
Dari beberapa indikator Goodness of Fit yang ditunjukkan tabel diatas maka model teori yang telah dibahas
sebelumnya menunjukkan bahwa model
penelitian ini cukup baik. Artinya seluruh nilai indicator hasil memenuhi cut off value, kecuali NFI yaitu sebesar 0.876 masih dibawah 0.90 yang berarti model masih kurang fit. Nilai Indicator NFI yang tidak memenuhi cut off value mungkin disebabkan oleh kompleksnya model. Namun indicator NNFI menunjukkan model fit, karena NNFI digunakan untuk mengatasi model yang kompleks. Berikut ringkasan hasil uji hipotesis:
PA-03
14
Tabel 4 Ringkasan Uji Hipotesis t-hitung Keterangan hipotesis
Hipotesis Ha1: SLGO Self Efficacy Ha2 : SPGO Self Efficacy Ha3 : Self Efficacy Goals Ha4 : Self Efficacy Performance Ha5: Goals Performance Ha6: Ability Performance Ha7 : Ability Self Efficacy Ha8 : Ability Goals
5.76
Diterima
1.38
Ditolak
23.17
Diterima
12.55
Diterima
7.84
Diterima
6.39
Diterima
-17.41
Diterima
4.77
Diterima
Berdasarkan ringkasan output diatas maka seluruh hipotesis diterima pada alpha 5% kecuali hipotesis 2 dimana hipotesis ditolak. Hasil penolakan hipotesis 2 ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Philip dan Gully, 1997; Colquitt dan Simmering, 1998. Hasil penolakan hipotesis 2 ini menunjukkan bahwa dalam proses penetapan tujuan end result bukan merupakan fokus mahasiswa dalam mencapai hasil, oleh karena itu proses pembelajaran dikelas sangat penting untuk disampaikan dengan contoh aplikatif yang dapat memenuhi keingintahuan mahasiswa terhadap materi yang disampaikan dalam proses belajar. Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang telah mengetahui substansi materi kuliah kurang atensi dibandingkan dengan mahasiswa yang baru mempelajari materi kuliah. Hal ini ditunjukkan oleh SLGO yang signifikan terhadap Self Efficacy. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Philip dan Gully
(1997), VandeWalle et al (1999) dan Chen et al. (2000) yang menunjukkan bahwa LGO memainkan peran penting dalam proses pencapian tujuan melalui self efficacy dimana; individu dengan LGO kuat cenderung menggambarkan level self efficacy yang lebih tinggi dalam performance dan lebih suka dengan tujuan-tujuan yang menantang dibanding individu yang LGOnya lemah
PA-03
15
Selain itu Hipotesis 7 diterima namun berdasarkan hasil uji menunjukkan arah yang berbeda dengan hipotesis yang diajukan. Kemampuan mahasiswa yang tinggi ternyata menurunkan upaya-upaya untuk mencapai hasil, sehingga penelitian ini tidak mendukung proposisi kunci dalam teori cognitif sosial (Social cognitive Theory) Bandura (1986, 1997) yang menyatakan bahwa judgment self-efficacy didasarkan pada tugas-tugas berterkaitan dengan kapabilitas aktual. Individual yang memiliki tugas berkemampuan tinggi akan menyebabkan efficacy yang tinggi. Mungkin hasil ini sesuai dengan temuan Chen et al., (2000) dan Philips & Gully menunjukkan bahwa Cognitive ability berdampak terhadap performance yang dimediasi oleh tugas-tugas spesifik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil uji hipotesis yang menggunakan
SEM dengan programLISREL
menunjukkan bahwa: 1. Hipotesis 1, 3, 4, 5, 6, dan 8 diterima dimana Signifikan pada alpha 5% 2. Hipotesis 2 penelitian ini ditolak hal ini mungkin disebabkan oleh orientasi hasil mahasiswa sampel tidak didasarkan
pada end result tetapi pada proses
perkuliahan 3. Hipotesis 7 diterima namun arah negative menunjukkan bahwa sebahagian besar mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak berupaya dalam mencapai hasil, oleh karena mereka yakin dengan kinerja hasil sebelumnya. 4. Penelitian ini menyarankan penelitian berikutnya: -Menggunakan populasi yang lebih besar dan sampel yang lebih besar pula. -Membedakan hasil penelitian untuk setiap matakuliah -Memasukkan variabel feedback sebagai variabel mediasi antara Ability dan Self Efficacy. -Penelitian perlu memasukkan teori motivasi yaitu goal setting theory untuk dapat dibandingkan dengan goal state orientation Theory yang mendasarkan penelitian ini untuk dapat menjelaskan fenomena hasil ini.
PA-03
16
DAFTAR PUSTAKA Ames, C., & Archer, J. (1988). Achievement goals in the classroom: Students’ learning strategies and motivation processes. Journal of Educational Psychology, 80, 260–267. Anderson, J., & Gerbing, D. (1988). Structural equation modeling in practice: A review and recommended two-step approach. Psychological Bulletin, 103, 411– 424. Austin, J. T., & Klein, H. J. (1996).Work motivation and goal striving. In K. R. Murphy (Ed.), Individual differences and behavior in organizations (pp. 209–257). San Francisco: Jossey-Bass. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman. Bar-Eli, M.,Tenenbaum, G., Pie, J. S.,Kudar, K.,Weinberg, R.,&Barak,Y. (1997). Aerobic performance underdifferent goal orientationsanddifferent goal conditions. Journal of SportBehavior, 20, 3–15. Beaubien, J. M.,&Payne, S. C. (1999, April). Individual goal orientation as a predictor of job and academic performance: A meta-analytic review and integration. Paper presented at the 14th annual conference of the Society for Industrial and Organizational Psychology, Atlanta. Bell, B. S., & Kozlowski, S. J. (2002). Goal orientation and ability: Interactive effects on self-efficacy, performance, and knowledge. Journal of Applied Psychology, 87, 497–505. Bollen, K. A. (1989). Structural equation modeling with latent variables. New York: Wiley. Boyle, K. A.,&Klimoski, R. J. (1995, May). Toward an understanding of goal orientation in a training context. Paper presented at the 10th annual meeting of the Society for Industrial and Organizational Psychology, Orlando, FL. Browne, M. W. & Cudeck, R. (1993). Alternative ways of assessing model fit. In: Bollen, K. A. & Long, J. S. (Eds.) Testing structural equation models. (pp. 136–162. Beverly Hills, CA: Sage. Butler, R. (1987). Task-involving and ego-involving properties of evaluation: Effects of different feedback conditions on motivational perceptions, interest, and performance. Journal of Educational Psychology, 79, 474–482. Butler, R. (1993). Effects of task- and ego-achievement goals on information seeking during task engagement. Journal of Personality and Social Psychology, 65, 18–31. Button, S. B., Mathieu, J. E.,&Zajac, D. M. (1996). Goal orientation in organizational research: A conceptual and empirical foundation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 67, 26–48. Chen, G., Gully, S. M., Whiteman, J., & Kilcullen, R. N. (2000). Examination of relationships among trait-like individual differences, state-like individual
PA-03
17
differences, and learning performance. Journal of Applied Psychology, 85, 835–847. Colquitt, J. A.,&Simmering, M. J. (1998). Conscientiousness, goal orientation, and motivation to learn during the learning process: A longitudinal study. Journal of Applied Psychology, 83, 654–665. Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi-experimentation: Design and analysis issues for field settings. Boston: Houghton-Mifflin. Donovan, J. J., & Swander, C. J. (2001, April). The impact of self-efficacy, goal commitment, and conscientiousness on goal revision. Paper presented at the 16th annual conference of the Society for Industrial and Organizational Psychology, San Diego, CA. Donovan, J. J. & Williams, K. J. (1999, April). Contextual, dispositional, and cognitive influences on goal revision. Paper presented at the 1999 annual conference of the Society for Industrial and Organizational Psychology, Atlanta, GA. Dweck, C. S. (1989). Motivation. In A. Lesgold&R. Glaser (Eds.), Foundations for a psychology of education. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Dweck, C. S., & Legget, E. L. (1988). A social-cognitive approach to motivation and personality. Psychological Review, 95, 256–273. Earley, P. C., Connolly, T.,&Ekegren, G. (1989). Goals, strategy, and task performance: Some limits on the efficacy of goal setting. Journal of Applied Psychology, 74, 24–33. Educational Testing Services. (2002). Test characteristics of the SAT I. Retrieved June 3, 2003,fromhttp://www.collegeboard.com/prod_downloads/about/news_info /cbsenior/yr2002/pdf/five.pdf Elliot, E. S., & Church, M. A. (1997). A hierarchical model of approach and avoidance achievement motivation. Journal of Personality and Social Psychology, 72, 218–232. Farr, J. L., Hofman, D. A., & Ringenbach, K. L. (1993). Goal orientation and action control theory: Implications for industrial and organizational psychology. In C. Cooper & I. Robertson (Eds.), International Review of Industrial and Organizational Psychology (Vol. 8, pp. 193–232). England: Wiley. Fisher, S. L., Delbridge, K. D., & DeShon, R. P. (1997, April). Here today, gone tomorrow? Stability in the measurement of goal orientation. Paper presented at the 12th Annual Conference of the Society for Industrial and Organizational Psychology, St. Louis, MO. Fisher, S. L., & Ford, K. J. (1998). Differential effects of learner effort and goal orientation on two learning outcomes. Personnel Psychology, 51, 397–420. Ford, K. J., Smith, E. M.,Weissbein, D. A., Gully, S. M., & Salas, E. (1998). Relationships of goal orientation, metacognitive activity, and practice strategies with learning outcomes and transfer. Journal of Applied Psychology, 83, 218–233. Ghozali Imam, Fuad. (2005).”Structural Equation Model”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
PA-03
18
Gist, M. E., & Stevens, C. K. (1998). Effects of practice conditions and supplemental training method on cognitive learning and interpersonal skill generalization. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 75, 142–169. Greene, B. A., & Miller, R. B. (1996). Influences on achievement: Goals, perceived ability, and cognitive engagement. Contemporary Educational Psychology, 21, 181–192. Gully, S. M., Payne, S. C., Koles, K. L. K., & Whiteman, J. K. (2002). The impact of error training and individual differences on training outcomes: An attribute-treatment interaction perspective. Journal of Applied Psychology, 87, 143–155. Hayduk, L. A. (1987). Structural equation modeling with LISREL: Essentials and advances. Baltimore: Johns Hopkins University Press. Hoyle, R. H., & Panter, A. T. (1995). Writing about structural equation models. In R. H. Hoyle (Ed.), Structural equation modeling: Concepts, issues, and applications (pp. 76–99). Thousand Oaks, CA: Sage. Hunter, J. E., & Hunter, R. F. (1984). Validity and utility of alternative predictors of job performance. Psychological Bulletin, 96, 72–98. Inzana, C. M., Driskell, J. E., Salas, E., & Johnston, J. H. (1996). Effects of preparatory information on enhancing performance under stress. Journal of Applied Psychology, 81, 429–435. James, L. R., Mulaik, S. A., & Brett, J. M. (1982). Causal analysis: Assumptions, models, and data. Thousand Oaks, CA: Sage. Jöreskog, K. G., & Sörbom, D. (1993). LISREL 8: Structural equation modeling with the SIMPLIS command language. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Kanfer, R. (1990). Motivation theory and industrial and organizational psychology. In M. D. Dunnette & L. M. Hough (Eds.), Handbook of industrial and organizational psychology (2nd ed., Vol. 1, pp 75–170). Palo Alto, CA: Consulting Psychologist Press. Kanfer, R. (1992). Work motivation: New directions in theory and research. In C. L. Cooper & I. T. Robinson (Eds.), International review of industrial and organizational psychology (Vol. 7, pp. 1–53). London: Wiley. Kanfer, R., & Heggestad, E. D. (1997). Motivational traits and skills: A person-centered approach to work motivation. Research in Organizational Behavior, 19, 1– 56. Kozlowski, S.W. J., Gully, S. M., Brown, K. G., Salas, E., Smith, E. M., & Nason, E.R. (2001). Effects of training goals and goal orientation traits on multidimensional training outcomes and performance adaptability. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 85, 1–31. Kraiger, K., Ford, J. K., & Salas, E. (1993). Application of cognitive, skill based, and affective theories of learning outcomes to new methods of training evaluation. Journal of Applied Psychology, 78, 311–328. Lee, C. L., & Bobko, P. (1994). Self-efficacy beliefs: Comparison of five measures. Journal of Applied Psychology, 79, 364–369.
PA-03
19
Locke, E. A., Frederick, E., Lee, C., & Bobko, P. (1984). Effect of previously assigned goals on self-set goals and performance. Journal of Applied Psychology, 69, 694–699. Locke, E. A.,&Latham, G. P. (1990). A theory of goal setting and task performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Locke, E. A.,&Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation: A 35-year odyssey. American Psychologist, 57, 705– 717. MacCallum, R. C.,Wegener, D. T., Uchino, B. N., & Fabrigar, L. R. (1993). The problem of equivalent models in applications of covariance structure models. Psychological Bulletin, 114, 185–199. Mangos, P. M.,&Steele-Johnson, D. (2001). The role of subjective task complexity in goal orientation, self-efficacy, and performance relations. Human Performance, 41, 169–186. Martocchio, J. J. (1994). Effects of conceptions of ability on anxiety, self-efficacy, and learning in training. Journal of Applied Psychology, 79, 819–825. Martocchio, J. J., & Judge, T. A. (1997). Relationships between conscientiousness and learning in employee training: Mediating influences of self-deception and self-efficacy. Journal of Applied Psychology, 82, 764–773. Maurer, T. J., & Andrews, K. D. (2000). Traditional, Likert, and simplified measures of self-efficacy. Educational and Psychological Measurement, 60, 965–973. Maurer, T. J.,&Pierce, H. R. (1998). A comparison of Likert scale and traditional measures of self-efficacy. Journal of Applied Psychology, 83, 324–329. McDonald, R. P., & Ho, M. R. (2002). Principles and practice in reporting structural equation analyses. Psychological Methods, 7, 64–82. Nicholls, J. G., Cobb, P.,Wood, T., Yackel, E.,&Patashnick, M. (1990). Assessing student’s theories in mathematics: Individual and classroom differences. Journal for Research in Mathematics Education, 21, 109–122. Nicholls, J. G., Patashnick, M., & Nolen, S. B. (1985). Adolescents’ theories of education. Journal of Educational Psychology, 77, 683–692. Phillips, J. M., & Gully, S.M. (1997). Role of goal orientation, ability, need for achievement, and locus of control in the self-efficacy and goal-setting process. Journal of Applied Psychology, 82, 792–802. Schmidt, F. L., & Hunter, J. E. (1993). Tacit knowledge, practical intelligence, general mental ability, and job knowledge. Current Directions in Psychological Science, 2, 8–9. Schmidt, F. L., Hunter, J. E., & Outerbridge, A. N. (1986). Impact of job experience and ability on job knowledge, work sample performance, and supervisory ratings of job performance. Journal of Applied Psychology, 71, 432–439. Stajkovic, A. D., & Luthans, F. (1998). Self-efficacy and work related performance: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 124, 240–261. Steele-Johnson, D., Beauregard, R. S., Hoover, P. B., & Schmidt, A. M. (2000). Goal orientation and task demand effects on motivation, affect, and performance. Journal of Applied Psychology, 85, 724–738. Stevens, C. K., & Gist, M. E. (1997). Effects of self-efficacy and goal orientation training on negotiation skill maintenance. Personnel Psychology, 50, 955– 978.
PA-03
20
Thomas, K. M.,&Mathieu, J. E. (1994). Role of causal attributions in dynamic selfregulation and goal processes. Journal of Applied Psychology, 79, 812– 818. Tubbs, M. E. (1986). Goal setting: A meta-analytic examination of the empirical evidence. Journal of Applied Psychology, 71, 474–483. VandeWalle, D., Brown, S. P., Cron, W. L., & Slocum, J. W. (1999). The influence of goal orientation and self-regulation tactics on sales performance: A longitudinal field test. Journal of Applied Psychology, 84(2), 249–259. VandeWalle, D., Cron, W. L., & Slocum, J. W. (2001). The role of goal orientation following performance feedback. Journal of Applied Psychology, 86, 629– 640. VandeWalle, D., & Cummings, L. L. (1997). A test of the influence of goal orientation on the feedback seeking process. Journal of Applied Psychology, 82, 390– 400. Weaver, J. L., Bowers, C. A., Salas, E., & Cannon-Bowers, J. A. (1995). Networked simulations: New paradigms for team performance research. Behavioral Research Methods, Instruments, & Computers, 27, 12–24. Wood, R. E., Mento, A. J., & Locke, E. A. (1987). Task complexity as a moderator of goal effects: A meta-analysis. Journal of Applied Psychology, 72, 416– 425. Wonderlic, E. F. (1983). Wonderlic Personnel Test manual. Northfield, IL: Author.
PA-03
21
Lampiran 1 Path Diagram
PA-03
22
Lampiran 2 Model Hasil
Ability H7 (-) SLGO Ha1 (+)
Self Efficacy
Ha8(+) Ha3(+)
Goal
Ha6 (+) Ha5(+)
Performance
Ha4 (+)
PA-03
23
Lampiran 3 Instrumen I. IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) saya saat ini = II. Saya akan memperoleh Nilai UTS sebesar...................(tuliskan dalam rentang 0 – 100) III. Keyakinan saya memperoleh nilai UTS tersebut adalah sebesar............... (Tuliskan dalam %tase) IV. Jawablah Kuesioner SPGO dan SLGO berikut dengan pilihan jawaban sbb:
1 Sangat Tidak Setuju
2
3
4 Netral
5
6
7 Sangat Setuju
Kuesioner SPGO 1. Saya ingin membuktikan kepada teman-teman dikelas kalau saya memiliki nilai yang baik dikelas. 2. Saya terkejut jika hasil nilai ujian saya nanti akan dapat dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. 3. Saya merasa bahwa nanti saya akan mengerjakan ujian dengan kesalahan minimal.
Kuesioner SLGO 1. Saya yakin akan dapat mengatasi situasi ujian dikelas nanti 2. Saya ingin benar-benar memahami bahan ujian dikelas nanti.
PA-03
24