Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Vol.14 No.2 Hlm.1 - 38 Karawang Oktober 2015
Hal. 5,12, 19 PRAKIRAAN SERANGAN OPT UTAMA PADI,JAGUNG, KEDELAI MT.2015/2016
Hal. 29 KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN JOKO WIDODO DI LUMBUNG PADI KARAWANG “Petani Menolak Impor Beras”
Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Pelindung
Kepala BBPOPT
Penanggung Jawab
Kepala Bidang Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi
Pimpinan Redaksi
Kepala Seksi Informasi dan Dokumentasi
Wk. Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Redaktur Pelaksana
Sarsito Wahono Gaib Subroto Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Is Mustaghfirin Edi Suwardiwijaya Memed Jamhari Lilik Retnowati Wayan Murdita Suwarman Urip S. Riyadi
Staf Redaksi Dulhalim
Dokumentasi & Grafis Urip S. Riyadi
Sirkulasi & Distribusi Eri Budiyanto
Alamat Redaksi
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) : (0264) 360581, 360368 :
[email protected]
http://.bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id Redaksi menerima kiriman artikel, atau tulisan lain yang bersifat popular dan sesuai dengan isi Majalah Peramalan OPT. Pengiriman naskah dapat melalui email ke
[email protected] atau
[email protected], disertai dengan data diri berupa biografi singkat dan alamat, nomor telepon, fax atau email (bila ada). Redaksi berhak melakukan perubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan.
Agens Antagonis Paenibacillus polymyxa Akhirnya Mendapat Apresiasi
P
enyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau dikenal dengan sebutan penyakit kresek yang disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas oryzae, sejak 28 tahun yang lalu penyakit ini telah diketahui menginfeksi pertanaman padi di lapang, yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil 20 sampai 30%. Pada saat itu pengendalian hanya mengandalkan pada varietas tahan dan tidak tersedia sarana pengendalian yang cukup efektif. Hasil eksplorasi di lapangan telah membuahkan hasil dengan ditemukannya Agens Antagonis Paenibacillus polymyxa (dulu dikenal dengan nama Corynebacterium) yang terbukti mampu mengendalikan penyakit Hawar Daun Bakteri, maka keluhan petani terhadap serangan penyakit Hawar Daun Bakteri sedikit terobati. Ini merupakan Info Khusus yang disajikan Majalah Peramalan OPT Vol.14 edisi 2 ini. Info Khusus ini diperkaya dengan informasi pemanfaatan bakteri antagonis Paenibacillus polymyxa secara detail dari penemunya, yang pada perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXV di Palembang telah menerima penghargaan Inovasi Pangan & Pertanian 2015 dari Menteri Pertanian RI. Usulan ini berkat Puslitbangtan yang merekomendasikan kepada panitia pusat dan ini merupakan bentuk apresiasi yang tinggi kepada individu pegawai yang berprestasi, hal ini dapat meningkatkan semangat kerja dan memberikan motivasi bahwa hasil temuan sekecil apapun pasti akan mendapatkan apresiasi dari Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian. Selamat buat Pak Baskoro S. Wibowo, temuan fungsional ditunggu untuk segera go publik , petani Indonesia menanti. (Redaksi) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
1
Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dan pertanyaan dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, 360368 E-mail:
[email protected],
[email protected]
BAHAYAKAH WERENG PUNGGUNG PUTIH ? Wereng punggung putih (WPP) menginvasi tanaman padi mendahului Wereng batang coklat (WBC). Apakah wereng punggung putih sama bahayanya dengan wereng coklat? Selama saya menjadi petani dan telah pengalaman menanam padi puluhan tahun pasti terserang wereng-wereng tersebut. Mohon penjelasannya secara rinci, karena dilapang kalau dilihat sering ketukar, waktu SL-PHT penjelasanya kurang jelas, mohon diperjelas. Atas penjelasnya diucapkan terima kasih. Wassalam CARSIM Anggota Kelompok Tani Punggur I Desa Gardumukti - Kec. Tambakdahan, Subang.
W
ereng punggung putih (WPP) serangannya seringkali mendahului wereng batang coklat di pertanaman padi dan keduanya seringkali sulit dibedakan. Nimfa berwarna putih hingga kelabu gelap berbintik-bintik atau hitam dan putih. Dewasa berukuran panjang 5 mm dan memiliki garis putih di sepanjang punggungnya. Hanya wereng dewasa betina yang memiliki sayap pendek. Wereng ini tidak tidak menularkan penyakit virus dan jarang menimbulkan gejala rumpun terbakar, karena biasanya populasinya menurun pada saat fase pembungaan. Infestasi yang berat dapat menyebabkan daun bagian atas rumpun menunjukkan gejala terbakar. Bioekologi Wereng Punggung Putih Telur : Diletakkan pada pelepah daun secara berkelompok, berbentuk seperti sisir pisang. Menetas setelah 4-8 hari.
Nimfa : Berwarna pucat sampai coklat muda
Imago : Warna dasar coklat tua pada punggungnya terdapat pita putih Ukuran 3,5 – 4,5 mm Nimfa dan dewasa menghisap cairan batang padi Pada umumnya serangan berat terjadi pada fase vegetatif. Tanaman yang terserang menunjukkan gejala kekuningan hingga kering. Cara Pengendalian Pola tanam Tanam serentak meliputi sekurang-kurangnya satu petak tersier atau satu wilayah kelompok. Penanaman varietas tahan Dapat menanam antara lain, varietas IR-42, Widas, Memberamo, Cimelati, Cigeulis, dan Ciapus. Keterangan : Populasi akan menurun secara alami apabila tanaman beranjak tua (Primordia – berbunga) dan pengendalian secara khusus tidak diperlukan. Kerusakan berat yang meliputi areal yang luas belum pernah dilaporkan. Serangan terjadi pada tanaman umur muda. (USR)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
3
Prakiraan serangan Penggerek Batang Padi (PBP) Secara umum prakiraan serangan PBP pada musim tanam (MT) 2015/2016 mengalami penurunan dari kejadian MT. 2015. Prakiraan serangan PBP tertinggi terdapat di 3 (tiga) Provinsi yaitu di Provinsi Jawa Tengah mencapai luas 6.882 Ha, Jawa Barat seluas 6.205 Ha dan Jawa Timur seluas 3.319 Ha. Prakiraan serangan Wereng Batang Coklat (WBC)
Prakiraan serangan Penyakit Blas Pada umumnya serangan Penyakit Blas pada musin tanam (MT) 2015/2016 diprakirakan akan menurun dibandingkan dengan kejadian MT.. 2015. Serangan penyakit blas tertinggi akan terjadi 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dengan luas maksimum 4.494 Ha, Provinsi Jawa Tengah seluas 3.471 Ha, dan Provinsi Jawa Timur seluas 3.438 ha.
Pada musim tanam (MT) 2015/2016 prakiraan serangan WBC secara umum diprakirakan mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan kejadian MT. 2015. Serangan hama ini perlu diwaspadai mengingat kondisi lapangan yang masih mendukung perkembangan WBC antara lain adanya varietas rentan yang masih ditanam, serta tanam tidak serentak sangat berpengaruh terhadap perkembangan WBC. Serangan WBC tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Barat yang di prakirakan mencapai luas maksimum 6.372 Ha, Jawa Tengah seluas 5.710 Ha dan Jawa Timur seluas 2.157 Ha.
Prakiraan serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri (BLB/Kresek)
Prakiraan serangan Tikus
Secara umum prakiraan serangan hama Ulat Grayak pada musim tanam (MT) 2015/2016 diprakirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015. Serangan tertinggi ulat grayak diprakirakan akan terjadi di 3 Provinsi yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas maksimum mencapai 277 Ha, di Provinsi Sumatera Selatan seluas 252 Ha dan Provinsi Bengkulu seluas 134 Ha.
Secara umum prakiraan serangan hama Tikus pada musim tanam (MT) 2015/2016 diprakirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015. Serangan tertinggi tikus diprakirakan akan terjadi di 3 (tiga) provinsi yaitu di Provinsi Sumatera Selatan dengan luas maksimum mencapai 25.407 Ha, selanjutnya Provinsi Jawa Barat seluas 7.187 Ha dan Sulawesi Tenggara seluas 5.097 Ha. Prakiraan serangan Penyakit Virus Tungro Prakiraan serangan penyakit Tungro pada musim tanam (MT) 2015/2016 mengalami penurunan dibandingkan pada kejadian MT. 2015. Prakiraan serangan penyakit Tungro tertinggi akan terjadi di Provinsi Jawa Barat dengan luas maksimum 295 Ha. Serangan tertinggi berikutnya berada di Provinsi Jawa Tengah seluas 218 Ha dan Provinsi Jawa Timur seluas 176 Ha.
Prakiraan serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri (BLB/Kresek) pada musim tanam (MT) 2015/2016 akan mengalami penurunan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015. Provinsi yang diprakirakan terserang penyakit BLB tertinggi adalah Jawa Barat dengan luas serangan maksimum 9.388 Ha, Jawa Timur mencapai luas 6.548 Ha dan Jawa Tengah seluas 5.723 Ha. Prakiraan serangan Ulat Grayak
Prakiraan serangan OPT utama tanaman padi MT. 2015/2016 dimasing-masing Provinsi di Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada table 2. (Lihat halaman 6).
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
5
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA TANAMAN PADI MT. 2015/2016 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WATANG BATANG COKLAT PADA TANAMAN PADI MT. 2015/2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
7
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (BLB) PADA TANAMAN PADI MT. 2015/2016 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS PADA TANAMAN PADI MT. 2015/2016 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
9
Foto: Urip SR
Oleh : Dedi Darmadi, Wayan Murdita, Wahyudin
P
rakiraan serangan OPT utama tanaman Jagung di Indonesia pada MT.2015/2016 yaitu seluas 12.454 Ha. Apabila dibandingkan dengan kejadian MT. 2015 seluas 15.222 Ha dan mengalami peningkatannamun apabila dibandingkan dengan kejadian MT. 2014/2015 sebesar 10.855 Ha mengalami penurunan. Prakiraan luas serangan masing-masing OPT tanaman jagung yaitu : Lalat Bibit seluas 815 Ha, Penggerek Batang Jagung seluas 1.796 Ha, Penyakit Bulai seluas 2.925 Ha, Tikus seluas 1.840 Ha, Penggerek Tongkol seluas 4.296 Ha, dan Ulat Grayak seluas 782 Ha. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama tanaman jagung dapat dilihat pada table 3. sebagai berikut :
Tabel 3. Kejadian Serangan OPT Utama Jagung MT.2014/2015 dan MT. 2015 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2015/2016 di Indonesia. No.
OPT UTAMA
KLTS MT. 2014/2015 (Ha)
KLTS 2015 (Ha)
Prakiraan Sasaran Serangan Tanam MT. 2015/2016 MT. 2015/2016 (ha) (Ha)
Persentase Prakiraan thd sasaran Tanam (%)
694
567
815
0.03
1
Lalat Bibit
2
Penggerek Batang
1.557
1.981
1.796
0.06
3
Penyakit Bulai
1.982
2.284
2.925
0.11
4
Tikus
1.341
2.967
1.840
5
Penggerek Tongkol
1.710
5.939
4.296
0.15
6
Ulat Grayak
1.854
817
782
0.03
7
Hawar Daun Jagung
1.717
667
171
0.01
10.855
15.222
12.454
Jumlah
2.776.919
2.776.919
0.07
0.45
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
11
Tabel 3. Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT.2015/2016 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
Lalat Bibit (ha)
Peng Batang (ha)
Penyakit Bulai (ha)
TIKUS (ha)
Peng Tongkol (ha)
Ulat Grayak (ha)
Hawar Daun (Ha)
1
Aceh
124
181
165
5
49
264
3
2
Sumatera Utara
13
26
48
480
39
26
44
3
Sumatera Barat
3
55
38
2
4
2
2
4
Riau
3
4
4
8
24
9
2
5
Jambi
13
9
7
2
12
6
2
6
Sumatera Selatan
28
176
98
462
180
132
2
7
Bengkulu
8
4
4
2
14
12
2
8
Lampung
14
58
81
28
97
8
3
9
Kep. Babel
3
4
4
2
90
2
2
10
Kep. Riau
3
4
4
2
2
2
2
11
DKI Jakarta
3
4
4
2
54
2
2
12
Jawa Barat
101
94
228
2
1.318
23
25
13
Jawa Tengah
138
418
812
145
674
30
16
14
DI Jogjakarta
3
4
26
3
77
8
2
15
Jawa Timur
205
91
754
117
239
56
18
16
Banten
3
4
4
2
85
2
2
17
Bali
3
4
6
2
22
2
2
18
NTB
17
48
168
7
114
3
2
19
NTT
3
4
4
22
49
25
2
20
Kalbar
43
40
210
33
23
2
2
21
Kalteng
13
20
6
2
3
2
2
22
Kalsel
3
4
4
2
28
2
2
23
Kaltim
3
56
49
8
74
2
4
24
Sulut
3
4
4
122
114
2
4
25
Sulteng
3
4
4
2
82
19
4
26
Sulsel
3
87
61
64
287
32
6
27
Sultra
3
91
4
34
350
52
2
28
Gorontalo
36
65
101
81
24
31
2
29
Sulbar
3
4
4
174
95
2
2
30
Maluku
3
10
4
2
29
2
2
31
Maluku Utara
4
10
4
5
2
2
2
32
Papua Barat
4
31
4
8
29
6
2
33
Papua
3
176
8
3
12
13
2
815
1.796
2.925
1.840
4.296
782
171
JUMLAH
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
13
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
15
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
(Sambungan dari Halaman 10.) Agens Hayati Pengendali Keong Mas Karena perkembangbiakkannya yang cepat dan adaptif, pengendalian keong mas sangat sulit. Namun, kini ditemukan agens pengendali hayati yang aman, yaitu menggunakan nematode Phasmarhabditis hermaphrodita. Ia mampu memparasit dan membunuh hama keong dengan kisaran inang yang luas. Beberapa hama keong seperti Deroceras reticulatum, Monacha cantiana, Cepaea hortensis, Oxychilus helveticus, dan Pomatias elegans dapat dikendalikan nematode dengan tingkat keberhasilan 20-100%. Aplikasi nematoda P. hermaphrodita sebagai agens pengendali hayati hama keong mas relative mudah. Nematoda yang diperbanyak secara massal melalui invivo maupun invitro dilarutkan dalam air, diberi perekat, kemudian semprotkan pada lahan sawah. Penyemprotan sebaiknya sore menjelang malam karena untuk menghindari matahari langsung yang bisa mengurangi keaktifan nematoda. Semakin tinggi konsentrasi, kematian keon mas kian meningkat. Sekali semprot dapat mengendalikan keong mas selama 6 minggu. Nematoda akan terus bergerak aktif mencari hama keong mas. Ia mempunyai signal yang dapat mengetahui tempat hunian keong mas. Setelah mendapatkan inang yang cocok, nematode akan melakukan penetrasi melalui lubang alami seperti mulut, anus, dan spirakel. Ia pun bisa masuk melalui kutikula yang ada pada mantel keong mas.
Nematoda keluar dari tubuh keong mas (Repro : Trubus)
Nematoda P. hermaphrodita hidup di tanah. Panjangnya 1 mm dan bersimbiosis mutualistik dengan bakteri Moraxella osloensis. Sang cacing akan bekerjasama dengan bakteri dalam menumpas keong mas. Keong mas akan mati setelah 3-5 hari sejak nematoda masuk. Sementara nematode yang ada dalam cangkang keong akan keluar dan menginfeksi keong mas lain. Saat cacing pesta keong mas, petani padi bisa tersenyum cerah kembali. (USR)*** Sumber : Dr. Ir. Didik Sulistyanto Dosen Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. (Trubus 435, Feb. 2006 Hal.99) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
17
Prakiraan Serangan Penggerek Polong Kedelai (Etiella zinckenella Tr.)
Prakiraan Serangan Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli)
Serangan Penggerek Polong kedelai pada MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan pada MT. 2015. Prakiraan luas serangan penggerek polong kedelai tertinggi adalah Provinsi Aceh seluas 481 ha, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah seluas 148 ha dan Provinsi Sumatera Selatan seluas 116 ha.
Serangan lalat kacang kedelai pada musim tanam MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan pada kejadian MT. 2015. Prakiraan luas serangan tertinggi lalat kacang pada tanaman kedelai berada di Provinsi Jawa Tengah seluas 127 ha, Jawa Timur seluas 50 ha dan Sumatera Selatan seluas 34 ha.
Prakiraan Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Kedelai Serangan Ulat Grayak pada tanaman kedelai pada musim tanam MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan pada kejadian MT. 2015. Prakiraan luas serangan ulat grayak kedelai tertinggi adalah Provinsi Aceh seluas 759 ha, Provinsi Jawa Timur seluas 210 ha dan Provinsi Jawa Tengah seluas 181 ha. Prakiraan Serangan Tikus (Rattus argentiventer) pada Kedelai Prakiraan serangan hama Tikus pada MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibanding pada kejadian MT. 2015. Prakiraan luas serangan tertinggi oleh tikus di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat masingmasing seluas 68 ha, Provinsi Sumatera Sumatera Selatan seluas 57 ha, dan Maluku Utara, Kalimantan Selatan masing-masing seluas 36 ha.
Prakiraan Serangan Penggulung Daun (Lamprosema indicata F) pada Kedelai Prakiraan serangan Lamprosema indicata pada musim tanam MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami penurunan dibandingkan pada kejadian MT. 2015. Prakiraan luas serangan tertinggi berada di Provinsi Aceh seluas 1.050 ha, Nusa tenggara Barat seluas 399 ha dan Jawa Timur seluas 213 ha. Prakiraan Serangan Ulat Jengkal (Plusia chalcites Esp.) pada Kedelai Prakiraan serangan Ulat jengkal pada musim tanam MT. 2015/2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan pada kejadian MT. 2015. Prakiraan luas serangan tertinggi Ulat Jengkal pada tanaman kedelai berada di Provinsi Maluku Utara seluas 437 ha, Provinsi Aceh seluas 349 ha dan ProvinsiMaluku seluas 212 ha. Data prakiraan OPT utama tanaman kedelai MT. 2015 di masing-masing Provinsi secara rinci dapat dilihat pada table 4. (Halaman 20)
Serangan ulat grayak pada kedelai instar 3 (Foto : Dulhalim)
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
19
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK POLONG PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015/2016 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT KACANG PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015/2016 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
21
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGULUNG DAUN PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT JENGKAL PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
23
Foto : Memed Jamhari
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyaksikan panen padi varietas unggul IPB-3S dilahan seluas 500 hektar di Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Ikut dalam rombongan Presiden Menteri Desa, Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Presiden teten Masduki, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jend. TNI Mulyono, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan Dirut Bulog Djarot Kusumayakti. Rombongan Presiden disambut oleh Amran Sulaiman Menteri Pertanian, Plt. Bupati karawang Cellica Nurrachadiana dan Rektor IPB Prof.Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, M.Sc. Menurut Mentan, penanaman varietas IPB3S seluas 500 hektar di Desa Cikarang ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan IPB. Ternyata produktivitasnya bisa mencapai 13,4 ton per hektar Gabah Kering Panen (GKP), setara dengan 9,4 ton per hektar Gabah Kering Giling (GKG). “Produksi ini di atas rata-rata produktivitas nasional yaitu 5,5 ton GKG per hektar.” Jadi ada peningkatan produksi sekitar 3,9 ton per hektar atau minimal 3 ton per hektar, jelas Mentan.
Melihat keberhasilan tersebut, Mentan akan berupaya pengembangan varietas tersebut. Dalam tahun ini akan dikembangkan seluas 100.000 ha, ungkapnya. Dan tahun depan akan dikembangkan seluas 2 juta ha. Jika pengembangan varietas baru ini dilakukan setiap tahun minimal 2 juta ha, maka akan ada tambahan produksi padi nasional 6 juta ton GKG untuk satu kali musim tanam. Maka, Mentan sangat optimis, swasembada dan kedaulatan pangan yang berkelanjutan akan dapat kita pertahankan, tegasnya. Presiden Joko Widodo menyaksikan panen padi varietas unggul IPB-3S di Desa Cikarang dilakukan menggunakan mesin panen Combine Harvester. Dengan mesin ini, yang keluar langsung gabah. Bahkan disebelah areal panen, Presiden juga menyaksikan penanaman padi juga pakai mesin yaitu Trans-planter. (USR/MJ)*** Peliput : Memed Jamhari & Urip S. Riyadi Seksi Informasi dan Dokumentasi BBPOPT
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
25
Harapan dari Tengah Sawah
Eksplorasi Agens Antagonis
Pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan agens hayati pada OPT tanaman pangan mulai meningkat sejak tahun 1990 an, khususnya upaya untuk mendapatkan sarana pengendalian yang ramah lingkungan untuk hama utama padi wereng batang coklat. Hal ini merupakan salah satu keberhasilan dari Sekolah lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) yang mampu meyakinkan para petugas dan para alumni SL-PHT untuk menerapkan prinsip optimalisasi musuh alami di lapang. Sehingga beberapa jamur patogen serangga seperti Beauveria sp berhasil dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk mengendalikan wereng coklat ditingkat petani dan kelompok tani secara ramah lingkungan. Keberhasilan pengendalian yang ramah lingkungan ini cepat menular dari satu daerah ke daerah yang lain, menginspirasi untuk juga mendapatkan agens hayati dari tengah sawah untuk diterapkan pada OPT penting lainnya. Salah satu diantaranya adalah penyakit HDB yang disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas. oryzae. Pada saat itu masih sulit membayangkan penyakit yang terdapat pada daun (Phylosphere) dapat dikendalikan dengan agens antagonis. Kecenderungan pada saat itu untuk penyakit tular tanah yang patogennya berada di bagian perakaran (Rhizosphere). Harapan dari tengah sawah untuk mendapatkan sarana pengendalian untuk penyakit HDB akan tetap ada dengan prinsip setiap penyakit tumbuhan, pasti telah tersedia sarana pengendalinya di lapang.
Pada tahun 1996 mulai dikaji untuk mendapatkan Agens antagonis untuk sarana pengendalian penyakit HDB yaitu X. oryzae. Upaya dilakukan dengan diawali pengamatan lapang terhadap daerah Ciasem, Subang yang terserang berat oleh penyakit HDB. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa diantara rumpun rumpun padi yang terinfeksi berat tersebut, terdapat beberapa rumpun yang sehat dan menghasilkan bulir bulir padi yang sempurna. Kondisi ini sangat menarik perhatian, dengan asumsi ada sesuatu yang bekerja untuk menjaga kebugaran rumpun tersebut. Kemungkinan yang bekerja tersebut adalah agens antagonis yang mampu menahan infeksi bakteri antagonis. Rumpun yang relatif sehat yang terdapat diantara rumpun yang sakit diambil sebagai sampel untuk diisolasi kemungkinan terdapat agens antagonis yang bekerja. Dengan menggunakan media buatan Potato Sucrose Agar (PSA), mikroorganisme yang terdapat di permukaan daun yang relatif sehat tersebut diisolasi. Hasilnya menunjukan beberapa mikroorganisme jamur dan bakteri yang belum diketahui perannya. Satu persatu koloni jamur dan bakteri tersebut dimurnikan, untuk bakteri terdapat 7 koloni yang teramati secara visual. Uji patogenesitas dengan cara hipersensitif test dengan menggunakan daun dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut bersifat patogenik. Dari 7 koloni tersebut ternyata 5 diantaranya menunjukan sifat patogenik, untuk itu ke lima isolat tersebut tidak dikaji selanjutnya untuk bakteri antagonis. Dua koloni sisanya kemudian diuji secara invitro dengan isolat murni X. oryzae yang telah dipersiapkan sebelumnya yang berasal dari lokasi yang sama yaitu Ciasem, Subang. Satu koloni menunjukan reaksi yang sangat bagus khususnya dalam menutup ruang perkembangan bakteri patogen di cawan petri, Sedangkan satu koloni tidak menunjukan reaksi, sama sekali tidak berkembang di cawan petri bahkan perkembanganya kalah dibandingkan dengan bakteri patogennya. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
27
Aplikasi Tingkat Lapang Penggunaan Corynebacterium secara luas di lapang, yang seringkali disebut dengan Inundasi telah dimulai sejak tahun 2000 an, pada saat itu Presiden RI akan melakukan panen padi varietas Fatmawati di Sukamandi, Subang. Pada pertanaman vegetatif tanaman padi terinfeksi berat oleh penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB). Direktur Perlindungan Tanaman memerintahkan untuk mengaplikasikan Paenibacillus polymyxa dalam hamparan seluas 50 ha. Dari hasil pemantaun selankutnya perkembangan penyakit HDB dapat dihentikan. Pengenalan padi hibrida (Longping) oleh BP3K Kab. Karawang seluas 100 ha telah menunjukan pula peningkatan intensitas penyakit HDB, pada saat itu baru dikenali penyakit HDB yang mampu mengakibatkan bulir padi hampa. Petakan sawah yang masih stadia vegetatif dapat ditolong dengan aplikasi bakteri Paenibacillus polymyxa. Efektifitas bakteri antagonis Corynebacterium tersebut segera terdengar di seluruh jajaran instansi perlindungan tanaman di Indonesia. Pada tahun 2001 bersamaan dengan acara Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tanaman dan Hewan (MPTHI) di Medan, BBPOPT membagikan isolat Corynebacterium keseluruh Laboratorium Pengamatan dan Pengendalian Hama dan Penyakit (LPHP) yang ada di Indonesia. Dengan harapan laboratorium yang mempunyai wilayah ex karesidenan tersebut akan mampu memperbanyak dan mensosialisasikan kepada para petani maupun kelompok tani di wilayahnya masing-masing. Produk bakteri Paenibacillus polymyxa menjadi produk andalan BPTPH yang akan dipamerkan pada setiap acara pameran pembangunan pertanian di wilayahnya masingmasing. Sejak saat itu pengendalian HDB telah dapat dilakukan ditingkat kelompok tani maupun petani.
Kelompok tani maupun petani berkreasi untuk menggunakan Corynebacterium untuk patogen laian baik pada tanaman pangan maupun hortikultura, yang hasilnya juga cukup bagus. Misalnya petani memanfaatkan Corynebacterium yang dicampur dengan air urine sapi, mampu mengurangi kerontokan salak gula pasir sampai dengan 75%, kelompok tani kubis di Malang menekan penyakit akar gada pada tanaman kubis dengan menyiram secara rutin dengan cairan Corynebacterium, dilaporkan akar gada mengecil setelah diaplikasi dengan bakteri antagonis tersebut. Petani di Tanjung Siang Subang mampu menekan penyakit blast pada padi dengan Corynebacterium. Para kelompok tani dari berbagai daerah Tanjung Jabung, Bengkalis, Maluku Utara, Berau, Purwakarta, Karawang, Ngawi, Jember, Purwodadi dan masih banyak lagi datang ke BBPOPT, Jatisari untuk magang cara memperbanyak dan mengendalikan penyakit Hawar daun bakteri/kresek dengan Corynebacterium
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
29
Foto © Willing Bagariang
Oleh : Willing Bagariang (POPT Ahli Pertama) enyakit white tip pada tanaman padi merupakan penyakit yang masih jarang dilaporkan terjadi di Indonesia, tetapi keberadaan penyakit yang disebabkan oleh nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ini, sudah dilaporkan ada di Indoesia oleh EPPO (European and Maditerranean Plant Protection Organization) dalam “Data Sheet Quarantine Pest”. Keberadaan nematoda A.besseyi Christie pada tanaman padi dapat menyebabkan terjadinya kehilangan hasil. Korayem (2002) melaporkan dalam penelitian lokal di Mesir, bahwa populasi nematoda yang menginfeksi benih sebanyak 95-120 ekor nematode/100 benih padi dapat menyebabkan kehilangan hasil 1,7 – 2 %. Sementara itu, Amin (2001) melaporkan bahwa setiap ditemukan 6.000 nematoda per 1 gram benih dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang bervariasi. Di Jepang kehilangan hasil mencapai 14,5 – 46,7%, Amerika Serikat 40 - 50 %, Taiwan 29 - 46 %, Rusia 41 - 71 % dan India 20 - 60 %. Sementara di Cina dilaporkan bahwa kehilangan hasil dapat mencapai 45% ketika jumlah tanaman yang terinfeksi nematoda melebihi 50%. Di Indonesia masih belum ada laporan kehilangan hasil oleh penyakit white tip ini, namun penyakit ini harus tetap menjadi perhatian agar tidak menyebar luas di wilayah Indonesia.
P
Gejala Serangan A.besseyi Christie Serangan nematoda A.besseyi Christie pada awalnya menyebabkan ujung daun padi berwarna kuning pucat kemudian menjadi putih (White tip) sekitar 2-5 cm. Pada gejala lanjut akan menimbulkan nekrotik pada daun dan daun menjadi menggulung. Nematoda ini juga dapat menyebabkan daun bendera akan menutup malai yang kemudian dapat mengakibatkan bulir padi menjadi lebih kecil dari bulir padi yang normal. Selain menyerang daun, nematoda A.besseyi Christie ini juga dapat menginfeksi bulir padi sehingga akan terjadi bercak coklat pada bulir dan sun spot pada beras. Nematoda A.besseyi Christie adalah seed transmitted nematode, dimana nematoda ini dapat terbawa oleh benih. Inang utama dari nematoda ini adalah padi dan strowberry. A. besseyi Christie juga dapat ditemukan pada Boehmeria nivea atau sering juga disebut Chiness grass atau ramie, pada beberapa tanaman ornamen (termasuk Chrysanthemum, Ficus elastica, Hibiscus sp, Polianthes tuberosa dan Saintpaulia ionantha), dan juga pada rumput-rumputan (Panicum sp, Pennisetum sp, Setaria sp, Sporobolus sp). MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
31
M
usuh alami merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu yang dapat dimanfaatkan pada berbagai pola tanam. Pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan musuh alami memberikan banyak keuntungan daripada pengendalian kimiawi, diantaranya aman terhadap lingkungan, biaya relative lebih murah, dan dapat menjaga keseimbangan ekosistem karena musuh alami dapat berkembang secara alami di lapangan. Dalam sejarah pengendalian hama dan penyakit, perhatian terhadap musuh alami sangat berkurang sejak penggunaan pestisida dianggap satu-satunya metode pengendalian yang sangat diandalkan. Namun pengendalian dengan pestisida menimbulkan banyak efek negative, antara lain : masalah resistensi, resurjensi, dan kematian organism bukan sasaran. Pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama dan penyakit, terutama di Indonesia, masih belum optimal. Selama ini, pengembangan musuh alami masih banyak dilakukan dalam skala laboratorium, belum banyak diaplikasikan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan soasialisasi tentang pemanfaatan musuh alami dan aplikasinya dalam menekan perkembangan hama dan penyakit. Berikut pengenalan dan pemanfaatan Agens Antagonis pada tanaman kedelai. Agens antagonis merupakan organisme yang mempunyai pengaruh menekan aktivitas pathogen dalam menimbulkan penyakit. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi ruang, nutrisi, atau adanya factor lingkungan.Dalam menekan populasi dan aktivitas patogen, agens antagonis melakukan mekanisme antara lain : hiperparasitisme, antibiosis, lisis, persaingan, dan menghasilkan zat pertumbuhan tanaman.
1
Trichoderma spp. : T. harzianum, T. Koningii, T.Pseudokoningii, T. virens, T. viridae Moniliales: Moniliaceae Jenis patogen yang menjadi sasaran a.l: Rhizoctonia solani (Layu/Hawar Batang) Fusarium oxysporum pv. glicines (Layu) Colletotrichum truncantum (antracnosa) Sclerotium sp. Phytophthora sp. Heterodera sp. (cyste nematode) Morfologi dan Biologi Koloni: Pada awal pembiakan berwarna putih, selanjutnya berwarna hijau tua.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
33
3
Verticillium lecanii Moniliales: Moniliaceae Jenis patogen yang diantagonis: Phakopsora sp. (Karat) Morfologi dan biologi Koloni: Koloni hijau kelabu kemudian hijau kecoklatan, miselia yang baru tumbuh berwarna putih. Semakin lama warna koloni semakin tua. Spora: Spora aseksual, konidia oval, hyalin 1 sel, tumbuh secara tunggal atau berkelompok pada ujung percabangan. Konidiophora ramping, bercabang vertisiliat. Sifat biologi: sebagai saprofit, merupakan organism pelapuk.
Mekanisme antagonisme: Hiperparasitisme, antibiosis, lisis, dan persaingan. Atau kombinasi peran antara hiperparasitisme, antibiosis, dan lisis berakibat kematian dan hancurnya struktur patogen tanaman. Pengembangbiakan: Dapat dikembangbiakan dengan media yang sederhana, murah dan mudah diperoleh: beras, jagung pecah, dedak yang dicampur dengan bahan pembawa seperti serbuk gergaji dan pasir. Bahan (beras, jagung pecah, dedak) direndam selama semalam, ditiriskan dan dikering anginkan, diupayakan kondisi bahan-bahan tersebut tidak terlalu basah dan juga tidak terlalu kering bila digenggam kemudian dilepas tidak pecah. Bahan (beras, jagung pecah, dedak) dimasukkan ke dalam plastik yang tahan panas, dengan volume ± 100 gram, kemudian disterilkan (120o - 150oC selama 15 menit bila menggunakan autoklaf atau 2 jam apabila menggunakan dandang). Bahan yang telah steril kemudian diinokulasikan dengan biang (isolat murni Verticillium lecanii.), sebanyak 2-3 gram (potongan biakan 1 cm2) kemudian diinkubasikan. Pengembangbiakan menunjukkan keberhasilan apabila dalam waktu 1 minggu seluruh permukaan bahan telah berubah menjadi hijau. Disimpan di tempat sejuk dan kering. Aplikasi: Aplikasi bersama dengan pupuk kompos pada waktu tanam. Tanah yang telah diolah, kemudian ditugal setiap tanah yang ditugal ditaburi dengan pupuk kandang yang telah diberi Verticillium lecanii kemudian biji kedelai ditanam atau pada padi ditaburkan pada waktu pengolahan tanah.
Koloni Verticilium lecanii
Pengembangbiakan: Dapat dikembangbiakan dengan media yang sederhana, murah dan mudah diperoleh: beras, jagung pecah, dan dedak. Bahan (beras, jagung pecah, dedak) direndam selama, ditiriskan dan dikering anginkan, diupayakan kondisi bahan-bahan tersebut tidak terlalu basah dan juga tidak terlalu kering. Bahan (beras, jagung pecah, dedak) dimasukkan ke dalam plastic yang tahan panas, dengan volume ± 100 gram, kemudian disterilkan (120o -150oC selama 15 menit bila menggunakan autoklaf atau 2 jam apabila menggunakan dandang). Bahan yang telah steril kemudian dinokulasikan dengan biang (isolate murni Gliocladium sp. pada PDA), sebanyak 2-3 gram (potongan biakan 1 cm2) kemudian diinkubasikan. Pengembangbiakan menunjukkan keberhasilan apabila dalam waktu 1 minggu seluruh permukaan bahan telah berubah menjadi hijau, disimpan di tempat sejuk dan kering. Aplikasi: Aplikasi bersama dengan pupuk kompos pada waktu tanam. Tanah yang diolah, kemudian ditugal setiap tanah yang ditugal ditaburi dengan pupuk kandang yang telah diberi Trichoderma sp, kemudian biji kedelai ditanam atau pada padi ditaburkan pada waktu pengolahan tanah.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
35
Akhir-akhir ini tanaman manggis saya bermasalah, yaitu buahnya berwarna kekuning-kuningan dan daging buah yang putih mencair disamping itu rasanya juga pahit. Pertanyaan saya adalah : “ Hama atau penyakit apakah yang menyerang buah manggis tersebut dan bagaimanakah cara mengendalikannya?”. Mohon penjelasannya, terima kasih….! Wassalam NARMAN Leuwidamar - Lebak, Banten Solusi: Manggis merupakan buah eksotik yang berpotensi secara ekonomi untuk dikomersialkan. Namun, buah manggis seringkali terserang getah kuning yang merupakan salah satu penghambat produksi. Gejala Penyakit Daging buah manggis berwarna bening (transparan), lengket ke kulit, dan rasanya pahit. Getah kuning dapat terjadi pada buah muda ataupun yang sudah masak dan hanya dapat diketahui jika buah dibuka. Menurut informasi petani, buah manggis yang terkena getah kuning memiliki bobot lebih berat daripada buah yang sehat. Salah satu cara seleksi adalah dengan merendam buah di air. Buah yang sehat akan terapung sedangkan yang terkena getah kuning akan melayang. Penyebab : Getah kuning atau yang sering disebut gamboge (gummosis) penyebabnya belum diketahui dengan pasti apakah disebabkan oleh faktor biotik atau abiotic. Ada yang berpendapat bahwa getah kuning disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. 1. Gangguan fisiologis yang diakibatkan oleh benturan atau buah jatuh dan lukanya ke arah dalam, sehingga eksudat keluar mengotori daging buah (Reza, dkk, 2000)
2. Getah kuning timbul karena tusukan Helopeltis sp. pada waktu buah masih muda (pentil). Tusukan tersebut menyebabkan cairan buah keluar dan alirannya bisa mengarah keluar ataupun ke dalam (Hendro Sunaryono). 3. Getah kuning terjadi akibat tusukan serangga pengisap atau karena pengairan yang berlebihan setelah tanaman mengalami kekeringan, ditambah dengan penanganan pasca panen yang tidak baik, misalnya buah jatuh (Putu Indriyani). 4. Getah kuning disebabkan oleh serangan Fusarium sp. yang masuk ke jaringan melalui luka. Memarnya buah dan serangan tungau hanyalah merupakan jalan masuk pathogen (factor predisposisi), sedangkan bakteri di sekitar daging buah yang berwarna kuning merupakan bakteri sekunder yang umumnya dijumpai pada buahbuah yang mendapat serangan lanjut. Pengendalian : Sampai saat ini pengendalian yang dapat dilakukan hanya secara kultur teknis, yaitu dengan membiarkan rerumputan di sekitar tanaman manggis pada saat buahbuah masih muda (pentil) merupakan tindakan sederhana yang dapat mencegah infeksi getah kuning. Diduga serangga hama yang membawa patogen getah kuning (menusuk buah) tidak hinggap di tanah, tetapi hinggap pada rerumputan di sekitar tanaman manggis. Penelitian di Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa dengan pemeliharaan tanaman yang baik tidak menyebabkan terjadinya getah kuning pada buah manggis. Misalnya, cabang dan ranting yang mati/kering dipangkas, pengairan dan drainase kebun diatur dengan baik, panen dan pasca panen ditangani dengan hati-hati agar tidak terjadi benturan buah. (USR)***
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.2. Oktober 2015
37
Leuit adalah lumbung padi suku Baduy Foto : Urip SR