Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Vol.15 No.2 Hlm.1-38 Karawang Oktober 2016
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
1
Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Pelindung Kepala BBPOPT
Penanggung Jawab Kepala Bidang Pelayanan Teknis Informasi Dan Dokumentasi
Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Informasi dan Dokumentasi
Wk. Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Pelayanan Teknis
Redaktur Pelaksana Ruswandi Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Is Mustaghfirin Memed Jamhari Lilik Retnowati Edi Suwardiwijaya Suwarman Wayan Murdita Urip S. Riyadi
Staf Redaksi Dulhalim
Dokumentasi & Grafis
[email protected]
Sirkulasi & Distribusi Eri Budiyanto
Alamat Redaksi Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) : (0264) 360581, 360368 :
[email protected] Majalah ini dapat diunduh di : http://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/ artikelku/media-publikasi/majalah
.
Sekapur Sirih dari Redaksi Redaksi mengucapkan selamat datang kepada Bapak Drs. Ruswandi, MM sebagai Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari yang baru, menggantikan Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM yang memasuki masa purna tugas per 1 Juni 2016. Pergantian pucuk pimpinan di BBPOPT Jatisari semoga membawa angin segar, baik dibidang manajemen perkantoran maupun pelayanan P3OPT Tanaman Pangan. Drs. Ruswandi, MM bukan orang baru, sebelumnya beliau menjabat sebagai Kasubdit Pengendalian OPT Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Lelaki sederhana kelahiran Bukit Tinggi Sumatera Barat ini mulai menjabat sejak tanggal 20 September 2016. Semoga kedepannya BBPOPT lebih maju lagi. Selamat datang bapak Ruswandi, selamat berkarya di tempat yang baru. Majalah edisi II/Oktober/2016 kali ini hadir dengan fokus utama mengenai teknologi budidaya padi yang kemarin di uji coba di lahan BBPOPT pada saat Pekan Peramalan OPT bulan Mei yang lalu yang terkait dengan pengendalian OPT tanaman Pangan. Gelar teknologi di lahan seluas 12 hektar milik BBPOPT Jatisari dimaksudkan untuk mengenalkan kepada petani teknologi baru yang berpotensi meningkatan produksi padi. Beberapa teknologi yang diperkenalkan diantaranya adalah Teknologi Budidaya Padi Apung, dan Teknologi Tanam Padi Salibu. Kedua teknologi tersebut berasal dari Provinsi Jawa Barat (Padi Apung), dan Provinsi Sumatera Barat (Padi Salibu). Teknologi tersebut saat ini masih bersifat spesifik lokasi Selain itu juga lomba karya tulis ilmiah mengenai rekayasa alat potong rumput menjadi alat penyiang rumput karya Kuswana koordinator POPT Kabupaten Purwakarta. Karya tulis mengenai alat penyiang modifikasi itu berhasil meyakinkan juri penilai. Alsintan ini mampu mengatasi masalah tenaga kerja yang makin berkurang di pertanian, juga menaikkan efisiensi. Seperti arahan Menteri Pertanian tentang upaya meningkatkan produksi pangan dengan pertanian modern yang bertumpu pada penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan). Peningkatan produksi dengan cara modern itu adalah program andalan Kementerian Pertanian yang tengah bekerja keras mewujudkan kedaulatan pangan. Salam dari Redaksi*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
2
Daftar isi
5 12 19
INFO PERAMALAN PRAKIRAAN OPT UTAMA PADI MT.2016/2017
INFO PERAMALAN PRAKIRAAN OPT UTAMA JAGUNG MT.2016/2017
INFO PERAMALAN PRAKIRAAN OPT UTAMA KEDELAI MT.2016/2017
2 DARI REDAKSI Sekapur Sirih dari Redaksi
4 SURAT PEMBACA Atasi Ulat Tanah pada Cabai
11 STOP PRESS Pengendalian OPT Utama Padi
27 INFO KAJIAN
25
MIMBAR PROTEKSI Mengenal Hama Ubi Jalar Bagian 2
Honet Dew Test Uji Reaksi Ketahanan Varietas
32 PROFIL PETANI Sutrisno Sang Pelopor Pupuk Organik dari Ngawi
35 INFO KHUSUS
33
INFO KHUSUS Mengenal Budidaya Padi Apung Cover depan : Teknologi Padi Apung (Foto : Urip SR) Cover belakang : Poster Pengendalian Penyakit Blas Pada padi (d’sign : Sendy)
Mengenal Budidaya Padi Salibu
37 REPORTASE Serba serbi HPS’2016 Liputan dari Boyolali
39 KLINIK TANAMAN Blas Leher Malai dan solusinya
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
3
ATASI ULAT TANAH PADA CABAI Pertanyaan : Tanaman cabai yang saya tanam didepan rumah pada bagian batang dan tangkai daun sepertinya dimakan ulat. Ketika saya amati pada waktu siang hari, tidak ada ulat. Namun pada malam hari, saya menemukan satu dua ulat. Kemudian, ulat itu saya ambil dan saya musnahkan. Mohon penjelasan tentang hama ini dan bagaimana cara pengendaliannya apabila tanaman cabai tersebut dikembangkan dalam areal yang luas?.
Hormat saya Sutrisno Klampok – Brebes Jawab : Dilihat dari gejala-gejala serangannya, ulat yang menyerang tanaman cabai itu pasti ulat tanah (Agrotis ipsilon). Gejala serangannya yang khas dari ulat tanah adalah terpotongnya tanaman pada pangkal batang atau tangkai daun. Larva dewasa pada siang hari bersembunyi di dalam tanah di sekitar batang tanaman yang dirusaknya. Hama ini, selain menyerang tanaman cabai, juga menyerang tanaman lain, misalnya kentang, kubis, tomat, jagung, padi, tembakau, bawang merah, bawang putih, tebu, dan temulawak. Larva hama ini berwarna cokelat tua sampai hitam dan hidup pada daun tanaman muda. Larva instar satu membunuh lubang-lubang kecil dengan jalan memakan jaringan-jaringan daun, terutama mamakan mesofil dari bawah permukaan daun. Lama stadium larva adalah 30 – 36 hari. Serangan yang hebat sering kali muncul pada musim kemarau. Ledakan populasi biasanya berakhir pada bulan januari ketika curah hujan tinggi.
Meskipun demikian, fenomena setiap daerah berbeda. Misalnya, di wilayah Jawa Barat, hama ini muncul pada musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Sedangkan di Jawa Timur, ledakan populasi hama ini justru pada musim hujan. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
Pengelolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.
Penundaan waktu tanam selama dua minggu setelah pengolahan tanah.
Sanitasi lahan dengan membersihkan rerumputan (gulma) yang tumbuh di sekitar tanaman, karena ngengat dari hama ini juga meletakkan telur-telurnya pada rerumputan.
Mengumpulkan larva pada waktu malam hari, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar. Untuk mempermudah pengumpulan, larva hama ini dapat diberi umpan dengan onggokan bahan organik yang ditaruh di satu tempat.
Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan pelestarian parasitoid larva Apenteles Ruficrus, parasitoid Goniophana heterocera, dan Sturmina inconspicuides.
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan penyemprotan insektisida, misalnya yang berbahan aktif lambda sihalotrin 25gram/liter.
Ulat tanah (Agrotis ipsilon) dan imago dewasa MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
4
Oleh : Yoyok Kusprayogie, Dedi Darmadi, Sujiono POPT - BBPOPT
P
rakiraan serangan OPT utama Padi di Indonesia pada MT 2016/2017 yaitu Musim Hujan adalah sebesar 120.974 ha, cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan angka kejadian MT 2016 yaitu Musim Kemarau sebesar 126.658 ha. Meskipun demikian, secara spesifik ada beberapa OPT yang angka prakiraannya lebih tinggi dari angka kejadian musim sebelumnya yaitu : WBC dan BLB. Hal itu salah satunya dipengaruhi oleh tingginya angka kejadian serangan WBC dan BLB pada MT 2016 sebelumnya seperti Provinsi Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Papua. Tingginya kejadian serangan di lapangan yang melebihi angka prakiraan disebabkan pula antara lain: adanya anomali iklim yang berpengaruh terhadap meningkatnya serangan beberapa OPT serta Informasi prakiraan serangan OPT yang telah disampaikan pada awal musim belum dimanfaatkan secara optimal dalam menyusun strategi dan antisipasi serta koordinasi dalam menyikapi kemungkinan terjadinya serangan OPT tersebut. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2016 dan Prakiraan luas Serangan MT. 2016/2017 di Indonesia. No.
OPT UTAMA
KLTS MT. 2016 (ha)
Prakiraan Sasaran Tanam Serangan MT. 2016/17 MT. 2016/2017 (Ha) (ha)
Prakiraan Ser. OPT Thd sasaran Tanam (%)
1
PBP
31.497
26.164
0.27
2
WBC
13.250
16.986
0.17
3
TIKUS
39.339
30.849
0.32
4
TUNGRO
1.055
674
5
BLAS
19.899
19.224
0.20
6
HDB/BLB
21.196
26.649
0.27
7
Ulat Grayak
422
336
0.00
Jumlah
126.658
120.974
1.24
9.766.189
0.01
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
5
Prakiraan serangan Penggerek Batang Padi (PBP)
1
Jumlah prakiraan serangan Penggerek Batang Padi adalah 26.256 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi yaitu Jawa Barat seluas 5.100 ha, Jawa Tengah seluas 4.934 ha, dan Sulawesi Selatan Selatan seluas 3.165 ha. Prakiraan serangan Penggerek Batang padi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Prakiraan serangan Tikus
2
Jumlah prakiraan serangan Tikus adalah 30.849 ha. Serangan tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas 10.617 ha, Jawa Barat seluas 4.459 ha, dan Sulawesi Selatan seluas 3.774 ha. Prakiraan serangan Tikus secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Jumlah prakiraan serangan Tungro adalah 674 ha. Serangan tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Jawa Barat seluas 129 ha, Sumatera Barat seluas 110 ha, dan Jawa Timur seluas 65 ha. Prakiraan serangan Tungro secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Jumlah prakiraan serangan Ulat Grayak adalah 336 ha. Prakiraan serangan Ulat Grayak tertinggi adalah di Provinsi Sumatera Selatan seluas 82 ha, Bengkulu seluas 48 ha, dan Papua seluas 44 ha. Prakiraan serangan Ulat Grayak secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
TIPS
Prakiraan serangan Wereng Batang Coklat
3
Jumlah prakiraan serangan Wereng Batang Coklat adalah 16.986 ha. Serangan tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Jawa Tengah seluas 3.476 ha, Jawa Barat seluas 3.321 ha, dan Lampung seluas 2.959 ha. Prakiraan serangan Wereng Batang Coklat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Prakiraan serangan penyakit BLB/Kresek
4
Jumlah prakiraan serangan penyakit BLB adalah 26.649 ha. Provinsi yang diprakirakan terserang penyakit BLB tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat dengan luas serangan 9.342 ha, Jawa Tengah seluas 6.999 ha dan Sumatera Selatan seluas 4.947 ha. Prakiraan serangan BLB secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Prakiraan serangan penyakit BLB/Kresek
5
Jumlah prakiraan serangan penyakit Blas adalah 19.224 ha. Serangan tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Jawa Barat seluas 4.472 ha, Jawa Tengah seluas 4.210 ha, dan Jawa Timur seluas 1.522 ha. Prakiraan serangan Blas secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
ATASI ULAT GRAYAK
N
gengat dewasa aktif pada malam hari. Pada malam hari serangga dewasa makan, berkopulasi, dan bermigrasi, sedangkan pada siang hari ngengat beristirahat di dasar tanaman. Larva mulai makan dari tepi daun sampai hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Mythimna separata dapat memotong malai pada pangkalnya dan dikenal sebagai ulat pemotong leher malai. Pengendalian
Pengendalian secara biologi antara lain dengan memanfaatkan predator laba-laba antara lain Oxyopes sp, Lycosa sp dan parasitoid Eurytoma poloni, penggunaan jamur patogen Beauveria bassiana; Pengendalian dengan menggunakan pestisida hanya dilakukan bila populasi ulat grayak mencapai ambang pengendalian dengan azas 6 tepat (jenis, dosis, konsentrasi, cara, waktu dan sasaran); Pembersihan/sanitasi lingkungan disekitar lahan pesemaian/ pertanaman; Penggenangan pesemaian/pertanaman; Pengendalian dengan insektisida efektif yang terdaftar dan diijinkan pada saat larva ulat grayak masih kecil dan bila telah ditemukan rata-rata ≥ 2 ekor per rumpun; dan Penggenangan dilakukan agar ulat naik ke batang dan dilakukan penyemprotan pada malam hari, dengan cara ini hasilnya lebih efektif. Selamat Mengendalikan! (USR)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
6
Tabel 2. Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT.2016/2017 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
PBP (ha)
WBC (ha
TIKUS (ha)
TUNGRO (ha)
BLAS (ha)
BLB (ha)
Ulat Grayak (Ha)
1
Aceh
852
166
1.203
34
510
720
0
2
Sumatera Utara
381
201
538
9
1.134
473
12
3
Sumatera Barat
282
664
725
110
160
81
6
4
Riau
134
267
107
0
123
16
0
5
Jambi
263
145
103
0
233
27
13
6
Sumatera Selatan
2.661
1.997
10.617
45
1.916
4.947
82
7
Bengkulu
123
57
422
41
107
113
40
8
Lampung
1.636
2.959
1.773
0
838
427
0
9
Kep. Babel
18
0
0
0
53
0
0
10
Kep. Riau
0
0
0
0
0
0
0
11
DKI Jakarta
0
0
39
0
0
35
0
12
Jawa Barat
5.100
3.321
4.459
129
4.472
9.342
0
13
Jawa Tengah
4.934
3.476
3.269
55
4.210
6.999
27
14
DI Jogjakarta
581
19
725
4
118
436
0
15
Jawa Timur
1.637
2.877
1.182
65
1.522
2.380
0
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
331
122
130
49
445
123
0
18
NTB
93
15
0
0
62
0
31
19
NTT
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalbar
448
62
529
14
252
69
7
21
Kalteng
366
36
250
33
106
9
0
22
Kalsel
139
180
165
10
84
43
25
23
Kaltim
468
0
182
0
0
0
0
24
Kaltara
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Utara
104
0
23
4
0
8
0
26
Sulteng
0
0
0
0
0
0
0
27
Sulsel
3.165
227
3.774
45
830
95
18
28
Sultra
855
61
500
0
360
36
24
29
Gorontalo
812
92
37
0
183
152
0
30
Sulbar
0
0
0
0
0
0
0
31
Maluku
405
0
54
0
124
7
0
32
Maluku Utara
204
5
33
0
19
0
0
33
Papua Barat
70
7
0
0
21
4
0
34
Papua
173
29
11
26
1.280
108
44
26.256
16.986
30.849
674
19.224
26.649
336
JUMLAH
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
7
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA TANAMAN PADI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA TANAMAN PADI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
8
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN PADI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (BLB) PADA TANAMAN PADI MT.2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
9
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS PADA TANAMAN PADI MT.2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO PADA TANAMAN PADI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
10
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK PADA TANAMAN PADI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
1. Tikus Sawah Upaya yang dilakukan pada hama tikus sawah adalah sebagai berikut : Pratanam - Pengolahan tanah : Gropyokan, sanitasi lingkungan, pengumpanan beracun, pengemposan asap beracun, pelestarian musuh alami (ular, burung hantu). Persemaian : Pemagaran persemaian dengan plastic dikombinasi pemasangan bubu tikus, gropyokan, pengumpunan beracun, pengemposan dengan asap beracun. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Pengumpanan beracun bila ada gejala serangan, sanitasi lingkungan, jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan berimbang, pengemposan asap belerang, pemasangan pagar plastic dikombinasikan dengan pemasangan bubu tikus. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) : Pengemposan asap beracun, pelestarian musuh alami, pemasangan perangkap, dan pengeringan berkala. Pematangan Bulir ( Pengisian bulir - Panen) : Pengemposan asap belerang, pemasangan perangkap bumbung bambu, pelestarian musuh alami
2. Penggerek Batang Padi Pratanam - Pengolahan tanah : Pengolahan lahan dan pengolahan tanah untuk persemaian dilakukan bersamaan agar ulat berdiapause dapat terbunuh, penundaan waktu sebar benih (untuk PBPP) minimal 10 hari setelah puncak penerbangan ngengat dari tunggul, pemotongan jerami < 5 cm dari permukaan tanah. Persemaian : Pengumpulan dan inkubasi kelompok telur agar parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali, pemasangan lampu petromaks atau lampu listrik untuk penangkapan ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak yang berisi air yang dicampur dengan minyak tanah dengan perbandingan 1:40, eradikasi selektif tanaman terserang. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Pengumpulan dan pemeliharaan kelompok telur untuk pelepasan parasitoid, penggunaan insektisida yang diijinkan dan efektif bila serangan sundep > 6%. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) : Pencabutan beluk segar sampai bagian bawah malai, penggunaan insektisida yang diizinkan bila beluk >10%. Pematangan Bulir ( Pengisian bulir - Panen) : Pencabutan beluk segar Bersambung ke halaman 18 …!!! MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
11
Foto: Urip SR
Oleh : Dedi Darmadi, Wayan Murdita, Wahyudin POPT - BBPOPT
P
rakiraan serangan OPT utama Jagung di Indonesia pada musim hujan MT 2016/2017 adalah sebesar 14.196 ha, cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan dengan angka kejadian pada musim kemarau MT 2016. Meskipun demikian, secara spesifik ada beberapa OPT yang angka prakiraannya lebih rendah dari angka kejadian musim sebelumnya yaitu tikus dan ulat grayak. Meningkatnya serangan OPT jagung pada MT 2016/2017 salah satunya dipengaruhi oleh tingginya angka kejadian serangan OPT pada MT 2016 sebelumnya di beberapa provinsi sentra jagung seperti Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTB, NTT dan Gorontalo. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama Jagung dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Kejadian Serangan OPT Utama Jagung MT.2016 dan Prakiraan luas Serangan MT.2016/17 di Indonesia. No.
OPT UTAMA
KLTS MT. 2016 (Ha)
Prakiraan Serangan MT. 2016/17 (ha)
Sasaran Tanam MT. 2016/17 (Ha)
Persentase Prakiraan thd sasaran Tanam (%)
1
Lalat Bibit
1.114
1.419
0.04
2
Penggerek Batang
2.099
2.113
0.06
3
Penyakit Bulai
1.885
2.492
0.07
4
Tikus
1.362
1.081
5
Penggerek Tongkol
1.838
1.977
0.06
6
Ulat Grayak
1.034
982
0.03
7
Hawar Daun Jagung
3.364
4.153
0.12
12.697
14.196
0.40
Jumlah
3.514.110
0.03
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
12
Prakiraan Serangan Lalat Bibit
1
Jumlah serangan Lalat Bibit pada tanaman Jagung diprakiraan seluas 1.419 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di provinsi Sumatera Selatan seluas 392 ha, Gorontalo seluas 239 ha, dan Sulawesi Utara seluas 192 ha. Prakiraan serangan Lalat Bibit secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Prakiraan Serangan Penggerek Batang Jagung
2
Jumlah serangan Penggerek Batang Jagung diprakirakan seluas 2.113 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Gorontalo seluas 214 ha, Sulawesi Selatan 187 ha, dan Jawa Tengah seluas 169 ha. Prakiraan serangan Penggerek Batang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Prakiraan Serangan Penyakit Bulai
3
Jumlah serangan Bulai di prakiraan seluas 2.492 ha. Serangan penyakit Bulai tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Timur seluas 891 ha, Jawa Tengah seluas 464 ha, Sumatera Selatan seluas 238 ha. Prakiraan serangan Bulai secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Prakiraan Serangan Ulat Grayak
6
Jumlah serangan Ulat Grayak diprakiraan seluas 962 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Gorontalo seluas 211 ha, Nusa tenggara Timur seluas 146 ha, dan Sumatera Selatan seluas 142 ha. Prakiraan serangan Ulat Grayak secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Prakiraan Serangan Ulat Grayak
7
Jumlah serangan Hawar Daun jagung diprakiraan seluas 4.153 ha. Serangan Hawar Daun tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Barat seluas 1.441 ha, Sumatera Utara seluas 795 ha, dan Jawa Tengah seluas 571 ha. Prakiraan serangan Hawar Daun Jagung secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Depot Ide
Prakiraan Serangan Tikus
4
Jumlah serangan Tikus pada jagung diprakirakan seluas 1.081 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas 245 ha, Sulawesi Barat seluas 151 ha, dan Sulawesi Selatan seluas 137 ha. Prakiraan serangan Tikus secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Prakiraan Serangan Penggerek Tongkol
5
Jumlah serangan Penggerek Tongkol diprakirakan seluas 1.977 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Gorontalo seluas 346 ha, Sumatera Selatan seluas 255 ha, Sulawesi Tenggara seluas 254 ha, dan Jawa Tengah seluas 284 ha. Prakiraan serangan Penggerek Tongkol secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
KULIT UDANG SEBAGAI PUPUK
P
upuklah tanaman buah dalam pot (Tabulampot) anda dengan kulit dan kepala udang. Limbah itu direbus dulu kemudian dibenamkan pada media. Bila masih mentah, tambahkan zat pelapuk seperti EM4. Begitu kulit dan kepala udang lapuk, dalam 2-3 minggu, muncul pucuk dan bunga. Buah yang dihasilkan lebih manis, besar, dan warna cerah. “Pupuk organik mengandung asam amino, makanya rasa lebih manis, ukuran besar, dan warna keluar.” tutur Moh Reza Tirtawinata, pakar dan praktisi buah. (USR)***
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
13
Tabel 4. Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT.2016/17 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
Lalat Bibit (ha)
Penggerek Batang (ha)
Penyakit Bulai (ha)
TIKUS (ha)
Penggerek Ulat Grayak Tongkol (ha) (ha)
Hawar Daun (Ha)
1
Aceh
44
131
67
38
118
140
40
2
Sumatera Utara
5
23
26
56
2
21
795
3
Sumatera Barat
3
41
50
22
3
2
5
4
Riau
3
50
39
7
83
21
12
5
Jambi
5
13
7
3
10
21
7
6
Sumatera Selatan
392
167
238
245
255
142
9
7
Bengkulu
3
39
4
3
27
3
20
8
Lampung
30
84
69
17
2
7
428
9
Kep. Babel
3
4
4
3
2
2
2
10
Kep. Riau
3
4
4
3
2
2
2
11
DKI Jakarta
3
4
4
3
2
2
2
12
Jawa Barat
138
91
136
9
167
27
1.441
13
Jawa Tengah
69
169
464
6
112
2
571
14
DI Jogjakarta
7
43
50
3
3
2
27
15
Jawa Timur
82
86
891
48
59
27
432
16
Banten
3
4
4
3
2
2
2
17
Bali
3
22
4
3
2
2
2
18
NTB
5
9
4
19
2
5
2
19
NTT
85
168
95
4
95
146
2
20
Kalbar
11
27
23
8
17
2
65
21
Kalteng
3
4
4
3
2
2
7
22
Kalsel
3
4
4
3
2
2
2
23
Kaltim
3
62
41
18
62
2
44
24
Kaltara
3
4
4
3
2
2
2
25
Sulut
192
93
34
130
82
3
2
26
Sulteng
3
4
4
3
2
2
56
27
Sulsel
9
187
143
137
39
27
155
28
Sultra
3
56
4
27
254
72
2
29
Gorontalo
239
215
20
88
346
211
2
30
Sulbar
21
124
4
151
138
37
2
31
Maluku
32
32
8
4
19
3
2
32
Maluku Utara
6
21
4
3
21
2
5
33
Papua Barat
3
33
4
7
4
4
2
34
Papua
3
99
31
3
33
15
2
1.419
2.113
2.492
1.081
1.977
962
4.153
JUMLAH
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
14
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT BIBIT PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
15
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
16
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK TONGKOL PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
17
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
Sambungan Halaman 11
3. Wereng batang Coklat Pratanam - Pengolahan tanah : Sanitasi lahan, pemusnahan singgang, pola tanam dan perencanaan pergiliran tanaman, pergiliran varietas dengan biotipe dan musim tanam. Persemaian : Pemantauan populasi Wereng Batang Coklat dan musuh alami, pada daerah endemis berat dapat digunakan insektisida butiran (granule). Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Penggunaan insektisida yang diizinkan dan efektif pada populasi > 10 ekor/rumpun tanaman berumur < 40 hari Hst, populasi > 40 ekor/rumpun tanaman berumur > 40 Hst. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) : Penggunaan insektisida yang diizinkan dan efektif pada : populasi > 20 ekor/rumpun pada tanaman berumur >40 Hst. Bersambung ke Halaman 20 …!!!
4. Penyakit Blas Pratanam - Pengolahan tanah : Pembenaman jerami sakit sampai membusuk yang dilakukan sambil pengolahan tanah, penggunaan benih sehat. Persemaian : Penggunaan varietas tahan, penggunaan benih sehat, pada daerah serangan padi gogo dapat dilakukan perlakuan benih (seed treatment). Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Pengaturan jarak tanam sistem legowo (jajar legowo 2:1 atau 3:1), dan aplikasi agens antagonis Paenibacillus polymyxa pada saat umur 14, 28, dan 42 Hst dosis 2,5 liter/Ha dengan larutan semprot 500 liter/Ha. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) : Penggunaan fungisida efektif dan diizinkan pada 2 minggu sebelum keluar malai, pemakaian pupuk N secara optimal untuk daerah serangan endemis paling tinggi 90 kg N/Ha.
Keterangan gambar : 1. Gejala penyakit blas daun, 2. blas leher malai, 3. blas ruas/buku, 4. blas kolar (Foto: Repro) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
18
Foto : Urip SR
Oleh : Sujiono, Yoyo Kusprayogie POPT - BBPOPT Jatisari
P
rakiraan serangan OPT utama kedelai di Indonesia pada musim hujan MT 2016/2017 adalah sebesar 2.002 ha, cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan dengan angka kejadian pada musim kemarau MT 2016. Meningkatnya serangan OPT kedelai pada MT 2016/2017 salah satunya dipengaruhi oleh tingginya angka kejadian serangan OPT pada MT 2016 sebelumnya di beberapa provinsi seperti Provinsi Pemerintah Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Sumatera Selatan, DI. Yogyakarta, dan Papua. Secara umum di setiap provinsi di Indonesia belum memperhatikan pengamatan pada tanaman kedelai belum intensif seperti halnya padi dan jagung serta banyaknya pertanaman kedelai yang tidak terealisasi dari rencana tanam. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama kedelai dapat dolihat pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5. Kejadian Serangan OPT Utama Kedelai MT. 2016 dan Prakiraan luas Serangan MT. 2016/17 di Indonesia.
KLTS MT. 2016 (Ha)
Prakiraan Serangan MT. 2016/17 (ha)
Penggerek Polong
147
295
0.08
2
Lalat Kacang
157
219
0.06
3
Ulat Grayak
282
407
No.
OPT UTAMA
1
Sasaran Tanam MT. 2016/17 (Ha)
Presentase Prakiraan thd sasaran tanam (%)
0.12 347.688
4
Tikus
79
159
5
Penggulung Daun
289
687
0.20
6
Ulat Jengkal
116
234
0.07
1.069
2.002
0.58
Jumlah
0.05
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
19
Prakiraan Serangan Penggerek Polong Kedelai (Etiella zinckenella Tr.)
Prakiraan Serangan Ulat Jengkal (Plusia chalcites Esp.) pada Kedelai
Luas serangan Penggerek Polong Kedelai diprakirakan seluas 295 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Propinsi Sumatera Selatan seluas 74 ha, Pemerintah Aceh seluas 28 ha, Nusa tenggara Barat dan Sulawesi Tenggra seluas 27 ha.
Luas serangan Ulat Jengkal diprakirakan seluas 234 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 76 ha, Papua seluas 33 ha, dan DI.Yogyakarta seluas 25 ha.
Prakiraan Serangan Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) pada Kedelai
Data prakiraan OPT utama tanaman kedelai MT. 2015 di masing-masing Provinsi secara rinci dapat dilihat pada tabel 6.
1 2
Luas serangan Lalat Kacang Kedelai diprakirakan seluas 219 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Tengah 59 ha, Nusa Tenggara Barat seluas 40 ha, dan Sumatera Selatan seluas 31 ha.
Prakiraan Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura)
3
Luas serangan Ulat Grayak diprakirakan seluas 407 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas 94 ha, Sulawesi Tenggara seluas 58 ha, dan Pemerintah Aceh seluas 45 ha.
Prakiraan Serangan (Rattus argentiventer) pada Kedelai
Tikus
4
Luas serangan Tikus diprakirakan seluas 159 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas 83 ha, Jawa Barat seluas 11 ha, dan Sulawesi Tenggara seluas 9 ha.
Prakiraan Serangan Penggulung Daun (Lamprosema indicata F) pada Kedelai
5
Luas serangan Penggulung Daun Kedelai diprakirakan seluas 687 ha. Serangan tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Tengah seluas 199 ha, Sumatera Selatan seluas 128 ha, dan Pemerintah Aceh seluas 70 ha. Kata Mutiara : Jangan takut untuk mengambil satu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda tak akan bisa melompati jurang dengan dua lompatan kecil. (David Lloyd George).
6
(Halaman 20)
Stop Press
Sambungan dari Halaman 20
5. Penyakit Hawar daun Bakteri (BLB) Pratanam - Pengolahan tanah : Sanitasi tanaman inang, penanaman varietas tahan (Code dan Angke). Persemaian : Penggunaan benih sehat, sanitasi inang pada saluran irigasi, hindari penggenangan terlalu dalam, perendaman benih menggunakan agens antagonis Paenibacillus polymyxa selama 15 menit dosis 5 cc/liter. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat, sanitasi rerumputan sumber pathogen, pengeringan berkala yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, aplikasi agens antagonis Paenibacillus polymyxa pada saat umur 14, 28, dan 42 Hst dosis 2,5 liter/Ha dengan larutan semprot 500 liter/Ha. 6. Penyakit Tungro Pratanam - Pengolahan tanah : Pengolahan tanah secara baik sehingga lahan bersih dari sisa tanaman terserang atau singgang yang terinfeksi virus, sebar benih minimal 5 hari setelah selesai pengolahan tanah, pengaturan waktu yang tepat agar saat populasi wereng daun hijau tinggi tanaman telah berumur lebih 65 Hst sehinggga tanaman terhindar dari puncak penerbangan, pergiliran varietas tetua ketahanannya. Persemaian : Hindari penggunaan bibit dari daerah endemis tungro, musnahkan bibit yang terserang, bila dianggap perlu pergunakan carbofuran sebelum menyebar benih secara topsoil incorporation (benamkan kedalam tanah) dengan dosis 4 kg/500M2 , persemaian berkelompok, nilai indek tekanan tungro >75% tanaman terancam. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) : Musnahkan tanaman yang terserang tungro secara selektif (dibenamkan ke dalam tanah/lumpur). Selamat Mengendalikan (USR)***
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
20
Tabel 6. Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT.2016/17 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
Penggerek Polong (Ha)
Lalat Kacang (Ha)
Ulat Grayak (Ha)
TIKUS (Ha)
Penggulung Daun (Ha)
Ulat Jengkal (Ha)
1
Aceh
28
16
45
2
70
17
2
Sumatera Utara
12
2
15
2
17
2
3
Sumatera Barat
3
2
2
2
3
2
4
Riau
3
2
2
3
3
2
5
Jambi
3
2
35
2
67
7
6
Sumatera Selatan
74
31
94
83
128
8
7
Bengkulu
3
2
2
2
3
2
8
Lampung
3
2
2
2
3
2
9
Kep. Babel
3
2
2
2
3
2
10
Kep. Riau
3
2
2
2
3
2
11
DKI Jakarta
3
2
2
2
3
2
12
Jawa Barat
7
8
30
11
25
6
13
Jawa Tengah
20
59
12
2
199
3
14
DI Jogjakarta
3
2
2
2
12
25
15
Jawa Timur
3
5
31
2
15
3
16
Banten
3
2
2
2
3
2
17
Bali
3
2
2
2
8
2
18
NTB
27
40
9
2
13
76
19
NTT
8
2
6
2
10
2
20
Kalbar
3
2
2
2
3
2
21
KalTeng
3
2
2
2
3
2
22
KalSel
3
2
2
2
3
2
23
KalTim
3
2
2
2
3
2
24
Kaltara
3
2
2
2
3
2
25
Sulawesi Utara
3
2
2
2
3
2
26
Sulawesi Tengah
3
2
2
2
3
2
27
Sulawesi Selatan
3
2
10
2
8
2
28
Sultra
27
6
58
9
42
2
29
Gorontalo
3
2
4
2
3
2
30
Sulawesi Barat
20
2
2
2
3
2
31
Maluku
3
2
2
2
3
2
32
Maluku Utara
3
2
2
2
3
2
33
Papua Barat
3
2
2
2
18
14
34
Papua
8
3
8
2
4
33
295
219
407
159
687
234
Jumlah
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
21
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK POLONG PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT KACANG PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
22
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
23
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGULUNG DAUN PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT JENGKAL PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016/2017 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
24
O
rganisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya tanaman ubi jalar. Pengaruh OPT dalam proses produksi dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Untuk menekan potensi kehilangan hasil tersebut diperlukan peningkatan pemahaman mengenai OPT dan cara pengelolaannya oleh petugas dan masyarakat yang terkait dalam budidaya tanaman ubi jalar. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan, berikut ini adalah deskripsi singkat serangga hama yang menyerang tanaman ubi jalar.
2
Penggerek Batang Ubi Jalar Omphisia anastomasalis (Lepidoptera : Pyralidae) Deskripsi dan Biologi. Sebagian besar telur diletakkan secara individual di permukaan bawah daun, terutama di bagian tepi daun. Ada juga telur yang diletakkan pada batang. Stadia telur, larva sampai dengan pupa membutuhkan waktu rata-rata 55-65 hari. Stadia larva terdiri atas enam instar. Larva yang baru muncul memiliki kepala berwarna coklat sedangkan bagian tubuhnya berwarna kemerahan atau merah muda. Setelah beberapa hari, tubuhnya berubah menjadi berwarna krem dan mempunyai bintik-bintik hitam. Ukuran larva besar mencapai 30 mm. Pada tanaman yang terserang biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwarna kecoklatan di sekitar pangkal batang. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar yang ditutupi dengan lapisan pelindung. Masa pupa berlangsung sekitar dua minggu, berada didalam kepompong yang tertutup oleh serat dan terletak didalam terowongan/lubang gerekan pada batang. Serangga dewasa penggerek batang yaitu berupa ngengat. Ngengat hidup selama 5-10 hari. Ngengat betina dapat meletakkan telur 150-300 telur. Ngengat berukuran 15 mm. Kepala dan bagian tubuh ngengat berwarna coklat kemerahan, sedangkan sayapnya berwarna coklat muda. Kerusakan. Larva membuat lubang dengan cara menggerek bagian dalam batang tanaman ubi jalar tidak lama setelah larva keluar dari telur, dan kadang-kadang menembus leher pangkal umbi.
Akibat aktivitas makan larva menyebabkan terjadinya pembesaran dan lignifikasi pada pangkal batang dan terbentuknya rongga dimana rongga tersebut diisi dengan serbuk halus bekas gerekan. Tanaman menjadi layu dan mati. Serangan penggerek batang pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat menghambat pembentukan umbi. Penyebaran. Penggerek batang merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii, dan Vietnam. Serangan hama penggerek batang ubi jalar terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos, Burma (Myanmar) dan Thailand. Serangan pada saat fase pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan kehilangan hasil 30-50% atau lebih. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
25
Pengendalian. Penggunaan bahan tanam yang mengandung telur penggerek batang atau menanam tanaman baru yang berdekatan dengan pertanaman yang sudah terserang penggerek batang merupakan sarana utama terjadinya penyebaran hama ini. Perlakuan pada bahan tanam dan pergiliran tanaman mempunyai arti penting terhadap pengendalian hama ini. Pengurugan pada guludan sering dipraktekkan untuk mengurangi kerusakan dari serangan kumbang Cylas. Namun, selain itu ternyata pengurugan pada guludan juga memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengendalian penggerek batang. Pengurugan pada guludan menjadi efektif karena lubang yang dibuat oleh larva sebagai jalan keluar serangga dewasa penggerek batang menjadi tertutupi oleh tanah. Cocopet dan semut dapat menyerang larva yang masih berkembang dalam batang tanaman ubi jalar. Sumber ketahanan genetik terhadap penggerek batang ubi jalar telah dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Sayuran Asia, Taiwan.
3
Kumbang Penyu, Aspidomorpha spp. (Coleoptera : Chrysomelidae) Tanaman Inang. Ubi jalar atau tanaman lain dari famili Convolvulaceae merupakan tanaman inang kumbang Aspidomorpha spp. Deskripsi dan Biologi. Telur diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun ubi jalar atau tanaman lain dari famili Convolvulaceae. Kelompok telur dari beberapa spesies dilindungi oleh selaput pelindung. Ciri-ciri dari larva Aspidomorpha spp. yaitu berbentuk pipih dan berduri. Pada beberapa spesies, bagian ekor dari larva Aspidomorpha spp. terlihat terangkat ke belakang. Larva dapat membawa kotoran dan material bekas pergantian kulit sebelumnya. Duri pada pupa lebih sedikit daripada duri larva. Serangga dewasa berbentuk oval melebar, mempunyai warna yang cerah/terang dan bermotif. Larva, pupa, dan serangga dewasa dapat ditemukan pada kedua sisi daun. Perkembangan telur hingga serangga dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu. Kerusakan. Serangga dewasa maupun larva memakan daun sehingga menyebabkan terbentuknya lubang-lubang besar pada daun. Pada kondisi serangan berat hama tersebut dapat menyebabkan daun menjadi gundul sehingga hanya menyisakan tulang daun saja, atau bahkan dapat menyebabkan batang menjadi patah.
Kumbang Penyu, Aspidomorpha spp. (Coleoptera : Chrysomelidae) (Foto : Repro) Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh kumbang penyu pada daun cukup signifikan, namun tidak pernah sampai menyebabkan kehilangan hasil. Penyebaran. Kumbang Aspidomorpha telah diketahui sebagai hama pada ubi jalar di negara Kenya dan Asia Tenggara. Kumbang penyu tersebar secara luas dan dikenal secara umum. Pengendalian. Pengendalian terhadap kumbang penyu jarang dilakukan. Membersihkan gulma-gulma jenis convolvulaceous yang terdapat di daerah sekitar pertanaman ubi jalar dapat mengurangi populasi kumbang penyu. Beberapa musuh alami yang sudah dilaporkan diantaranya termasuk parasit telur dan parasit larva (Tetrastichus sp., Eulophidae, Chalcidae) dan predator (Stalilia sp., Mantidae). (Dari berbagai sumber)***
Penyunting: Sujiono POPT Ahli Muda BBPOPT
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
26
UJI REAKSI KETAHANAN VARIETAS PADI TERHADAP WERENG BATANG COKLAT
W
ereng batang coklat merupakan salah satu hama utama tanaman padi Indonesia. Besarnya tingkat kerugian yang mungkin di alami petani akibat serangan hama wereng coklat ini pada tanaman padi perlu dilakukan berbagai tindakan untuk mengantisipasi serangan hama ini terutama di daerah-daerah endemis hama wereng batang coklat, selain pengendalian pasca serangan. Tindakan ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak kehilangan hasil yang akan diderita petani. Pengendalian telah dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan varietas tahan. Pengendalian dengan mengunakan varietas tahan merupakan cara yang ideal kerena mudah digunakan, murah dan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Telah banyak varietas-varietas tahan dihasilkan, namun demikian hasil pengembangan varietas tahan ini tidak dapat bertahan lama karena timbulnya biotipe baru yang dapat mematahkan ketahanannya. Uji sekresi embun madu adalah salah satu metode untuk mengetahui reaksi varietas padi terhadap WBC berdasarkan banyaknya jumlah sekresi yang dihasilkan berupa embun madu. Banyaknya embun madu yang dihasilkan diamati melalui kertas indikator (Pathak dan Heinrichs, 1982 dalam Baco, 1984). Bahan dan Alat
Persiapan Wereng Coklat
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kajian ini terdiri atas benih padi, kertas saring, parafilm, kapas, bromocressol green, serangga wereng coklat betina bunting. Alat-alat yang digunakan yaitu gunting, pinset, aspirator, erlemeyer, kurungan kasa, kurungan plastik, lempengan plastik mika, gelas plastik dan gelas penutup.
Serangga wereng coklat dikumpulkan dari lapangan dengan menggunakan aspirator dan dipelihara dirumah kaca pada varietas pelita yang tidak memiliki gen ketahanan. Selama pemeliharaan wereng coklat di rumah kaca harus terhindar dari predator (terutama semut dan laba-laba). Pakan atau varietas pelita yang selalu segar berumur 40 hari. Cara lain dalam penyedian serangga uji dapat dilakukan dengan pengambilan wereng coklat betina bunting di sawah, kemudian diinvestasikan pada tanaman padi varietas pelita atau varietas asal hidupnya dilapangan selama 2 hari. Kemudian semua wereng coklat betina dikeluarkan dari kurungan dan tanaman dipelihara sampai keluar nimfa wereng coklat. Selanjutnya nimfa wereng coklat dipindahkan ke dalam kurungan pemeliharaan sampai dewasa.
Persiapan Tanaman Padi yang di Uji
Varietas padi yang akan diuji direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu benih diangkat dan diperam selama 48 jam sampai berkecambah. Benih yang telah berkecambah disemai pada pot tanah. Setelah umur 1 minggu bibit padi dipilih dan dicabut untuk dipindah tanamkan ke dalam gelas plastik yang berisi tanah lumpur dan diberi pupuk lengkap. Tiap-tiap varietas tanaman padi ditanam lima gelas dan setiap gelas berisi 1 batang bibit padi. Setelah umur 40 hari sudah cukup untuk digunakan dalam pengujian.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
27
Pelaksanaan uji sekresi embun madu adalah sebagai berikut (Pathak dan Heinrichs, 1982 dalam Baco, 1984 ; Heinrichs dkk., 1985) : Penyiapan kertas indikator, dengan cara merendam kertas saring selama 2 menit dalam larutan bromocresol green (2 mg bromocresol green dalam 1 ml etanol), kemudian dikeringanginkan selama 1 jam, lalu direndam dan dikeringanginkan sekali lagi. Penyemaian benih varietas pembeda yang sudah berkecambah pada pot-pot plastik kecil masingmasing2 benih, kemudian dilakukan penjarangan sehingga disisakan 1 tanaman yang tumbuh normal setiap pot dan dipelihara sampai tanaman berumur 40 hari setelah semai (HSS). Pengeringan pot-pot yang berisi varietas pembeda berumur 40 HSS sehingga tidak ada air yang tersisa di permukaan media tanamnya (tanah), kemudian tanaman dibersihkan dari pelepahpelepah yang kering. Selanjutnya pangkal batang tanaman padi dilapisi menggunakan selotip putih 0,5 cm di atas permukaan tanah. Pemasangan kertas saring di atas permukaan tanah dalam pot yang berisi varietas pembeda agar permukaan tanah tertutup untuk menahan uap air yang berasal dari pot. Kemudian di atas kertas saring diletakkan lembaran plastik mika yang berukuran 10 cm x 10 cm, menutupi permukaan pot. Selanjutnya di atas lembaran plastik mika diletakkan kertas indikator, dan pot disungkup dengan tutup transparan (gelas plastik transparan). Peletakan WBC betina dewasa yang telah dipuasakan terlebih dahulu selama 2 jam ke dalam pot -pot yang sudah disiapkan pada langkah nomor 4, masing-masing pot sebanyak 5 ekor WBC instar IV. Pengamatan banyaknya sekresi (embun madu) WBC setelah 48 jam WBC dimasukkan, yaitu dengan cara memperkirakan luas bercak yang tampak pada kertas indikator menggunakan skor antara 1 sampai 4.
Kegiatan uji reaksi beberapa varietas padi terhadap Wereng Batang Coklat (Uji Honey Dew) di Laboratorium Entomologi (Foto : Dedi Darmadi)
Penaksiran Hasil Uji
Reaksi antara embun madu (asam amino) dan bromokressol green akan terdeteksi dengan muncul bercak (spot) yang berwarna putih susu. Selanjutnya luas bercak tersebut dihitung dengan menggunakan kertas millimeter blok transparan. Luas bercak putih susu tersebut diestimasi dengan menggunakan kriteria skor. Kriteria skor luas bercak embun madu seperti tertera dibawah ini : Luas bercak (%) < 25 25 - 50 50 - 75 75 - 100
Skor 1 2 3 4
Penaksiran Reaksi Varietas Uji
Kriteria reaksi varietas terhadap wereng coklat yang diuji ditentukan berdasarkan rata-rata skor bercak 5 (lima) ulangan yang ada. Kriteria reaksi varietas terhadap wereng coklat pada uji embun madu ini tertera dibawah ini : Rerata Skor Bercak < 0.8 0.8 – 1.6 1.6 – 2.4 2.4 – 3.2 3.2 – 4.0
Reaksi Varietas Tahan Agak Tahan Modrat Agak Peka Peka
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
28
Contoh sekresi embun madu WBC pada varietas Inpari 13, Ciherang dan Pelita pada kertas indikator bromocressol green. WBC Koloni Provinsi Banten (Foto : Dedi Darmadi)
No.
Varietas
Reaksi Varietas
1
Cigeulis
Agak Tahan
2
Inpari-13
Agak Tahan
3
Inpari-10
Agak Tahan
4
Mekongga
Agak Tahan
5
Sarinah
Moderat
6
Pelita
Agak Peka
7
IR-42
Moderat
8
Inpari-6
Moderat
9
Cibogo
Agak Tahan
10
Ciliwung
Moderat
11
Way Apoburu
Agak Tahan
12
Sintanur
Agak Tahan
13
Ciherang
Agak Tahan
14
IR-64
Agak Tahan
Contoh kriteria reaksi varietas terhadap WBC koloni Banten
Sekresi embun madu Wereng Batang Coklat (WBC) ditampung pada kertas indikator bromocressol green semakin lebar bercak indikasi bahwa varietas itu peka terhadap WBC. (Foto : Dedi Darmadi)
Penulis : Dedi Darmadi - POPT Ahli Pertama Sawadi - POPT Terampil Pelaksana
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
29
E
kosistem pertanian padi, khususnya di daerah tropis, biasanya menyediakan keragaman predator dan parasitoid yang begitu berlimpah. Namun, keragam tersebut terkadang terusik dengan perlakuan manusia yang kurang bijaksana, khususnya dalam menggunaka pestisida. Penggunaan pestisida seharusnya dilakukan dengan bujaksana dan mengandung criteria 6 tepat (tepat waktu, jenis tanama, jumlah/dosis, sasaran/OPT aplikasi, tempat dan alat). Jika dilakukan dengan benar, penggunaan pestisida tidak akan berbahaya dan tidak akan berdampak buruk bagi populasi musuh alami di ekosistem pertanian. Dalam keadaan normal, rantai makanan akan berjalan dan berfungsi dengan baik. Namun, ketika ekosistem mulai terusik, rantai makanan akan terganggu akan menyebabkan ketidak stabilan ekosistem. Musnahnya musuh alami sebagai akibat penggunaan pestisida yang kurang bijaksana, menyebabkan lonjakan populasi serangga hama. Kasus ekplosi (outbreak) serangan hama wereng batang coklat pada beberapa kurun waktu terakhir adalah salah satu terganggunya ekosistem pertanian. Menyediakan pakan (nektar) dan habitat yang sesuai di ekosistem pertanian merupakan hal penting untuk menarik kehadiran predator dan parasitoid. Kemampuan parasitoid untuk mencarai mencari mangsa meningkat dengan adanya tanaman bunga matahari di sekitar areal tanaman padi. Di Vietnam, penanaman bunga di sekitar areal sawah meningktkan parasitisme telur hama wereng. Di Thailand, kekayaan ragam sepesies parasitoid meningkat ketika sawah di kelilingi oleh bunga. Menurut Altieri,dkk (2007), saat ini terdapat berbagai pilihan cara dan teknologi untuk memperkuat pungsi ekosistem pertanian. Jika ekosistem pertanian dikembangkan sedemikian rupa sengga harmonis dengan kondisi lingkungan dan sosioekonomi yang ada, hasilnya adalah kelestarian ekologis yang lebih baik. Dengan menerapkan sistem pengelolaan pertanian secara ekologis, para petani dapat meningkatkan kestabilan dan ketangguhan ekosistem pertanian. Beberapa contoh sistem pengelolaan pelestarian secara ekologis adalah sebagai berikut :
Meningkatkan keragaman spesies tumbuhan di dalam dan sekitar area pertanian secara berkelanjutan, misalnya dengan sistem pertanaman tumpang sari;
Memperkuat keanekaragaman hayati memalui upaya konservasi, yaitu salah satu secara untuk mempertahankan populasi musuh alami dengan cara menanam tumbuhan atau tanaman yang menghasilakn pakan alternatif (nektar dan serbuk sari)
Meningkatakan kandungan bahan maupun aktivitas biologis tanah, dengan menggunakan kompos sebagai pupuk alami dan berfungsi sebagai habitat bagi decomposer (organisme pengurai);
Meniadakan asupan dan residu beracun didalam melalui penggunaan pestisida yang bijaksana.
Pengendalian hayati yang telah dilakukan perlu dievaluasi agar tetap terjaga kesinambungannya dan tetap efektiv mengendalikan serangga hama. Evaluasi terhadap efektivitas pengendalian hayati dapat dilakukan di lapangan dan dilaboratorium, yaitu sebagai berikut :
Jamur patogen serangga Beauveria bassiana sebagai pengendali hayati perlu dievaluasi agar tetap efektif dalam mengendalikan serangga hama (Foto : Repro)
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
30
Di lapangan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk pemantauan terhadap keberadaan musuh alami sejak pertama kali dilepaskan sampai dengan waktu tertentu, misalnya setahun atau dua tahun. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan mengkaji sifat hubungan jenis musuh alami yang lain yang ada di lapangan, tertentu jenis-jenis lokal.
Di laboratorium, dapat dilakukan uji sederhana, yaitu dengan menggunakan uju predasi dan uji parasitisme untuk mengetahui efektivitas musuh alami dalam mengendalikan serangga hama.
K.L Heong (IRRI) dan Geoff Gurr (Charles Sturt University, Orange, Australia) dalam tulisannya Three planks in ecological engineering for rice pest managemen (2012), mengemukakan tiga azas dalam Rekayasa Lingkungan, seperti pada bagan. Untuk meningkatkan keragaman dan kelimpahan musuh alami, perlu dihasilkan 3 azas di bawah ini : Azas 1) penggunaan intsektisida yang tidak berlebihan (khususnya pada awal penanaman). Penyemprotan pada awal penanaman (40 hari setelah menanam bibit) adalah tidak di perlukan dan cenderung berbahaya bagi musuh alami dan fauna akuatik dari golongan pengurai. Penyemprotan tersebut secara signifikan dapat mengurangi panjang rantai makanan dan mengacaukan hubungan predator mangsa. Azas 2) Mendukung kehidupan predator dengan tersedianya mangsa dari golongan pengurai. Serangga athropoda akuatik yang hidup pada tanaman padi irigasi adalah berfungsi sebagai mangsa alternatif, Pada fase awal penanaman padi, serangga akuatik ini sangan penting dan perlu di lestarikan. Penyemprotan insektisisda pada periode ini bisa berpengaruh negatif terhadap serangga akuatik. Di IRRI, ketika penggunaan insektisida berkurang 95%, keragaman organisme pengurai akuatik meningkat 5 kali lipat. Azas 3) Menyediakan pakan dan habitat bagi musuh alami. Hal ini bisa dilakukan di antaranya dengan menanam rerumpunan bunga atau tanaman bunga. Di cina, ketika tanaman bunga matahari di tanam di sekitar sawah, kelimpahan parasitoid semakin meningkat. Dengan mengembangkan fungsi lahan pertanian sebagai ekosistem yang setabil dan rantai makanannya berjalan dengan baik, diharapkan populasi serangga hama akan tetap terjaga populasinya di sawah Ambang Ekonomi, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian yang berarti bagi petani kita. (Dari berbagai sumber)***
Penyunting: Anik Kurniati POPT Ahli Muda BBPOPT Microvelia sp. serangga predator yang hidup di air berfungsi sebagai predator Wereng Batang Coklat yang jatuh dipermukaan air. (Foto-foto : Repro Google) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
31
SUTRISNO SANG PELOPOR PUPUK ORGANIK DARI NGAWI “Tahun 2010 kami hanya memiliki modal dua juta rupiah, itupun dari arisan anggota sejumlah 100 orang” demikian Sutrisno mengawali kisahnya membina kelompok tani di dusun Balung Desa Kartoharjo Ngawi Jawa Timur sehingga mengantarkan dirinya sebagai ketua gapoktan teladan tingkat nasional. Secara perlahan namun pasti dalam tempo satu tahun modal usaha berkembang dengan baik sehingga Sutrisno mendapat kepercayaan dari berbagai pihak termasuk dari pemerintah yang memberinya bantuan sebesar 100 juta rupiah dalam bentuk Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) pada tahun 2011 yang dikelolanya menjadi modal usaha bergulir padi sawah di Gapoktan “Tani Makmur” sampai sekarang. Atas keberhasilannya mengelola anggaran PUAP beberapa anggota tertarik menanam saham untuk memperkokoh permodalan Gapoktan tersebut.
S
ecara kebetulan tahun 2013 anggota Gapoktan Tani Makmur mendapat kesulitan pupuk untuk budidaya tanaman padi, maka Sutrisno dan beberapa pengurus berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan membuat pupuk organic yang bahan bakunya melimpah dari kotoran sapi milik anggota gapoktan. Bermodalkan mesin dan barang bekas sumbangan dari anggotanya serta sedikit modal memperkuat tekad laki-laki kelahiran 17 Agustus itu semakin kuat. Seperti diketahui bahwa penggunaan pupuk organic dikalangan petani untuk saat ini masih sangat rendah demikian halnya di Gapoktan Tani Makmur, baru 50 hektar luas pertanaman padi yang telah menggunakan pupuk organic buatan sendiri dari 310 Ha luas sawah yang ada. Padahal menggunakan pupuk organik dan jajar legowo 4:1 terdapat selisih/marjin panen 1-2 ton/ ha. Pengalaman kami menggunakan pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia hingga 50% dan kedepan paling tidak 25%. “Kebersamaan, keterbukaan serta komitmen pengurus dan anggota sangat kami junjung tinggi ujar bapak dua anak tersebut, hingga Rapat Anggota Tahunan 2015 Gapoktan Tani Makmur telah memperoleh laba bersih 165 juta rupiah dari hasil pupuk organik dan jasa alsintan.
Kami dapat membayar upah 3 shift pembuat pupuk organik rutin setiap minggu dan anggota yang memiliki sapi mendapat sedikit tambahan rezeki. Sehingga Gapaktan Tani Makmur Ngawi berhasil meraih Penghargaan sebagai Gapoktan Teladan Tingkat Nasional pada tahun 2016, penghargaan tersebut diberikan secara langsung oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di kantor Kementerian Pertanian pada Agustus 2016 . Visi gapoktan Tani Makmur : “Kita Bersatu Untuk Maju”, adapun misinya adalah : melayani kebutuhan para petani, membantu modal, budaya kerja berbisnis atau agrobisnis, meningkatkan ekonomi para petani, menyediakan pupuk, sambung rasa atau anjangsana. (Memed Jamhari)*** Gapoktan Tani Makmur Ketua : Sutrisno Alamat : Jl. Supriyadi ds. Pangkur Desa Kartoharjo Kec. Ngawi, Kab. Ngawi - Jawa Timur.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
32
B
anjir rutin merundung Desa Ciganjeng, Kecamatan Padeherang, Pangandaran , Jawa Barat. Tak hanya menggenangi rumah, banjir juga menenggelamkan sawah. Tak mau menyerah, petani Ciganjeng dibantu Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia menyiasati banjir melalui padi apung. Kamis (14/3), anggota kelompok tani Taruna Mekar Baru Desa Ciganjeng sukses memanen padi di lahan banjir. Padi jenis IR 64 itu ditanam di atas air sedalam 1 meter pada area 1.400 meter persegi. ”Ini percobaan ketiga dan hasilnya cukup baik. Hasilnya 6,2 ton gabah per hektar,” kata Tahmo Cahyono (38), ketua kelompok tani. ”Setiap musim hujan, sekitar 400 hektar sawah di sini kebanjiran. Bulan Desember bisa sampai 2 meter lebih kedalamannya,”. ”Padi apung memberi harapan baru bagi kami.” Kawasan Ciganjeng, sekitar 40 kilometer sebelum kabupaten Pangandaran berada di daerah parkir air anakanak Sungai Citanduy dan bisa dipastikan kebanjiran begitu hujan tiba. Banjir ini diperkirakan sudah terjadi sejak lama, terlihat dari nama Ciganjeng yang dalam bahasa Sunda berarti ’tempat air tidak dapat berkutik (bergerak)’. Berikutnya, hampir tiap tahun Ciganjeng diberitakan kebanjiran. Sebagian besar dari 480 hektar sawah di desa di pinggir jalan raya CiamisPangandaran itu selalu kebanjiran dengan ketinggian air antara 30 sentimeter dan 3 meter. Ciganjeng merupakan kawasan bermuaranya Sungai Ciseel ke Citanduy. Pada musim hujan, air dari Sungai Ciseel bisa dipastikan tidak bisa masuk ke Citanduy. Akibatnya, arus Ciseel meluap menggenangi lahan pertanian dan permukiman penduduk. Lama genangan bisa berminggu-minggu, tergantung dari lamanya musim hujan. Belakangan, banjir makin kerap terjadi. Sebelum tahun 1990-an, banjir biasanya agak reda sekitar Mei sampai September. Setelah tahun 1990-an, banjir sulit diperkirakan datangnya karena iklim cenderung tidak menentu.
Selain dipengaruhi hujan, banjir di Padaherang juga diakibatkan ketinggian tanahnya yang lebih rendah dari permukaan laut sehingga kerap dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Jika air laut sedang pasang, meski tidak ada hujan, Ciganjeng yang berjarak 30 kilometer dari laut ini pun terendam air. Walaupun terus-menerus dilanda banjir, warga Ciganjeng tak pernah menyerah. Mereka tetap menanam padi meski kerap gagal panen. Bahkan, benih padi yang baru disemai pun kerap mati karena kebanjiran. Ketua Kelompok menyebutkan, petani di desanya biasanya butuh padi untuk benih hingga 200 kilogram. Belum lagi usia persemaian padi bisa lebih dari 40 hari karena jika ditanam masih kecil mudah rusak dan tergenang air. Akibatnya, usia tanam dan produktivitas petani menjadi rendah. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
33
Media tanam Sejak tiga tahun silam, Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI) dengan dukungan dana dari Diakonie Katastrophenhilfe (DKH) Indonesia mencoba mengembangkan padi terapung. Sekretaris Jenderal IPPHTI Kustiwa Adinata mengatakan, pada percobaan pertama, media tanam yang dipakai jerami dan polybag. Eksperimen kedua menggunakan media tanam sabut dan bawahnya diberi jaring. ”Sekarang, kami menggunakan bambu dibelah (palupuh) sebagai rakit dan landasan bagi media tanam berupa sabut kelapa, jerami, dan pupuk organik. Media tanam ini bisa naik turun mengikuti ketinggian air,” katanya. Menurut perhitungan Kustiwa, total biaya untuk pembuatan rakit bambu per hektar Rp 76 juta. ”Biaya ini masih cukup mahal bagi petani. Namun, rakit ini sebenarnya bisa tahan hingga tiga tahun,” katanya. Kustiwa menambahkan, ”Karena itu, untuk permodalan awal memerlukan dukungan pemerintah daerah dalam bentuk kredit. Pada tahun kedua, modal awal ini sudah bisa terbayar.” Menurut Kustiwa, hasil panenan dalam uji coba terakhir sebesar 6,2 ton per hektar. Hasil itu masih berpotensi ditingkatkan karena dari pengalaman pola SRI biasanya mencapai 10-11 ton per hektar. Padi yang dipanen dengan teknik apung juga organik sehingga nilai jualnya bisa lebih tinggi. Selain itu, padi apung ini bisa dikombinasikan dengan ternak ikan.
Jika menggunakan pola pikir usaha tani tersebut, menurut Kustiwa, keuntungan akan diperoleh pada musim ke-2 (tahun pertama), serta musim- musim berikutnya sampai dengan musim ke-6 (tahun ketiga). ”Dibandingkan subsidi pemerintah untuk puso akibat kebanjiran setiap tahun, teknologi ini menjadi sangat murah karena risiko sangat kecil,” katanya. Kustiwa mengakui, sistem padi apung yang dikembangkan bersama petani di Ciganjeng masih memiliki kelemahan, khususnya tingginya modal awal untuk membuat rakit. Namun, dia optimistis bisa terus menyempurnakan teknik padi apung ini. Apalagi, eksperimen ini memiliki urgensi tinggi mengingat semakin seringnya banjir melanda area pertanian di Indonesia. ”Saat ini, perubahan iklim dan perubahan lingkungan sudah hadir di depan kita. Mau tak mau, kita harus beradaptasi untuk memaksimalkan sumber daya dan mengubah bencana menjadi peluang serta sumber penghidupan,” katanya. Semangat Kebersamaan kami yang menjadi pelecut untuk terlaksananya setiap kegiatan yang kami lakukan. Pengembangan Padi Apung tahap selanjutnya insyaalloh dengan area yang lebih luas lagi. Selamat Mencoba (TTMB)*** Sumber : Taruna Tani Mekar Bayu (TTMB) Desa Ciganjeng, Kecamatan Padeherang, Pangandaran
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
34
P
adi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunasakan muncul dari buku yang ada di dalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama,tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang. tunas akan muncul pada buku palingatas, suplay hara tetap dari batang lama. Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketersedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi. salibu perlu pemupukan yang cukup,terutama hara nitrogen. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik,unsur nitrogena dalah faktor penting untuk produktivitas tanaman. Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena,tidak lagi melakukan pengolahan tanah,persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 %dibanding budidaya tanam pindah,hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani. Metodologi Pelaksanaan Salibu : 1. Menjaga Kelembaban Tanah Pada kondisi lahan sawah yang terlalu kering, segera setelah padi dipanen lahan digenangi air setinggi ±5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan. 2. Pemberian Pupuk Kandang pemotongan batang dan menaburJerami Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha.
Tunas salibu umur 7 hari
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
35
Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah. Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan lahan, usahakan tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh. 3. Memupuk Dan Melumpurkan Tanah Untuk merangsang pertumbuhan maka kurang lebih dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan maka dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan pupuk Urea diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air dipermukaan lahan dalam keadaan macak – macak, dimana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup. Untuk melumpurkan tanah dihamparan persawahan maka dilakukan dengan cara menginjak–injak tanah dan jerami diantara rumpun padi sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak–injak tanah dan jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah dan mempercepat proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah Ponska 100 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran.
Gambar atas pemotongan batang sisa panen dilakukan pada 7-10 hari setelah dan gambar bawah tunas salibu berumur 7 hari. (Foto : Erdiman)
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Karena tidak ada masa bera antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya padi salibu akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit. 5. Panen dan Pasca Panen Pada budidaya padi salibu panen bisa dilakukan pada umur ± 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi, 10 hari menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya adalah untuk menyerempakkan pematangan gabah. Siklus daur tanam seperti ini bisa dilakukan lebih tiga kali. Selamat Mencoba.!*** Sumber : Teknologi Salibu, Budidaya Padi Hemat Benih Oleh Erdiman peneliti BPTP Sumatra Barat MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
36
LIPUTAN DARI BOYOLALI Hari Pangan Sedunia, 28-30 Oktober 2016
T
ema Internasional "Climate is Changing, Food and Agriculture must too" Tema Nasional "Membangun Kedaulatan Pangan di Era Perubahan Iklim". Peringatan Hari Pangan Sedunia XXXVI Tahun 2016 yang digelar pada tanggal 28 - 30 Oktober 2016 di Kabupaten Boyolali - Jawa Tengah, dibuka secara resmi oleh menteri Pertanian Amran Sulaiman pada tanggal 28 Oktober dan pada tanggal 29 Oktober 2016 dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo untuk membuka acara puncak yang dilaksanakan di Kompleks Perkantoran Pemerintah kabupaten Boyolali. Bapak Presiden juga mengunjungi area pameran dan gelar teknologi yang dimotori oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian serta melakukan panen padi di lokasi area pertanaman padi di kecamatan Banyudono. Presiden Joko Widodo memastikan tahun ini tidak akan mengimpor beras, menyusul tercukupinya stok beras nasional saat ini yang mencapai 1.98 juta ton. Kedepan Indonesia menurut Jokowi terus memprioritaskan perbesar stok beras nasional baru berbicara ekspor. Demikian diungkapkan Jokowi di sela-sela panen raya demplot padi 100 hektar di desa Trayu dan Tanjungsari, Kecamatan Banyudono dalam rangka HPS ke-36 (Sabtu 29/10). Jokowi didampingi Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman , dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sanjoyo. Dalam kesempatan itu Jokowi tanpa canggung langsung masuk ke areal sawah yang dipanen. Bahkan dengan lugas Jokowi memeriksa dengan tangannya sendiri, jerami padi yang dipanen dengan mesin panen Combine Harvester. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
37
Usai panen raya Jokowi meninjau display teknologi Mina Padi, dan Jajar Legowo dalam rangka memperkenalkan budaya dan perkembangan pertanian Indonesia, maka Panitia Pusat dan Propinsi akan mengadakan acara Diplomatic Tour bagi para Duta Besar Negara sahabat ke area-area pertanian dan daerah wisata sekitar Boyolali. Acara lain yang juga merupakan acara inti HPS 2016 adalah Lomba Cipta Menu yang akan diikuti oleh para pemenang Lomba Cipta Menu Pangan Lokal tingkat Propinsi yang dimotori oleh Badan Ketahanan Pangan berkerjasama dengan PKK di seluruh Propinsi. Disamping itu akan ada penganugerahan berbagai penghargaan dari berbagai kategori yang akan diberikan kepada para penggiat pertanian dari berbagai kalangan. Dalam rangkaian acara peringatan Hari Pangan Sedunia Tahun 2016 juga akan dilaksanakan seminar dengan tema "Membangun Kedaulatan Pangan di Era Perubahan Iklim". Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali akan memeriahkan peringatan HPS ini dengan acara Jalan Santai pada waktu penutupan tanggal 30 Oktober 2016, yang diikuti oleh masyarakat umum sekitar Boyolali. BBPOPT Jatisari berpartisipasi melalui publikasi cetak berupa leaflet, brosur dan Majalah sebagai bahan serahan (Hand out) yang di distribusikan melalui Direktorat jenderal Tanaman Pangan dan beberapa staf Teknis BBPOPT sebagai tenaga info guide.
Agenda Kegiatan:
Acara Puncak
Food and Agriculture Organization of the United Nations
Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Kementerian Informasi dan Informatika Republik Indonesia
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Pameran Gelar Inovasi Teknologi Perlombaan dan Demo Diplomatic Tour Seminar Penghargaan Jalan Santai
Penutupan Field Day Panen Raya : Panen raya demplot padi 100 hektar di desa Trayu dan Tanjungsari, Kecamatan Banyudono oleh Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hosted by:
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Pemerinteh Kabupaten Boyolali
(Tim Liputan BBPOPT)***
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
38
BLAS LEHER MALAI DAN SOLUSINYA
Kepada Pengasuh Rubrik Klinik Tanaman di Tempat. Sejak beberapa tahun terakhir ini, tanaman padi saya terserang OPT dengan ciri-ciri timbul bercak pada leher malai sehingga malai hampa dan mudah patah. Kata Petugas Penyuluh Lapangan yang pernah saya temui katanya tanaman padi saya terserang penyakit blas leher. Pertanyaan saya adalah : “Apakah penyakit blas leher itu dan bagaimana cara mengatasinya ? Mohon penjelasan. Terima kasih “ Hormat Saya Sumarjo, Pangkah, Brebes
P
enyakit Blas (Pyricularia grisea) pada tanaman padi tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di daerah pertanaman padi lahan kering. Infeksi penyakit blas pada lahan kering sering lebih terjadi daripada di lahan sawah, walaupun tergantung juga pada varietas padi yang ditanam.Varietas padi unggul yang responsif terhadap pupuk nitrogen, pertanaman yang rapat, dan suhu tanah yang tidak mendukung juga mendorong perkembangan penyakit blas. Penyakit blas ditularkan melalui konidia yang disebarkan oleh angin. Konidia berbentuk seperti buah alpukat, meruncing kearah ujung, dan memiliki dua sekat. Pembentukan dan pelepasan konidia sangat tergantung pada keadaan lingkungan. Makin tinggi kelembaban udara, maka makin banyak konidia yang dihasilkan. Satu bercak dapat menghasilkan 2.000 – 6.000 konidia setiap hari selama 14 hari. Faktor iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan penyakit blas. Suhu yang cocok untuk pembentukan spora berkisar antara 10 oC - 35oC dengan suhu optimum 28oC dan kelembaban > 92%. Pembentukan spora (sporulasi) meningkat dengan meningkatnya kelembaban. Jamur Pyricularia grisea mampu bertahan pada jerami dan gabah, yang merupakan sumber inokulum primer di lapangan. Tanaman inang penyakit blas di antaranya adalah Agropyron repons, jajagoan (Echinochloa crusgalli), rumput belulang (Elcusine indica), barley (Hordium vulgare), dan lain-lain.
Gejala penyakit blas berupa bercak-bercak pada daun, ruas, malai, dan gabah. pada daun padi, berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah ketupat. Bagian tengah bercak biasa nya berwarna kelabu atau keputih-putihan, dengan tepi berwarna coklat atau merah kecoklat-coklatan.Bentuk dan warna bercak sangat bervariasi tergantung pada lingkungan, umur bercak, dan tingkat ketahanan varietas padi. Pada varietas padi yang rentan, bercak tidak membentuk tepi yang jelas dan bercak dikelilingi oleh warna kuning pucat, yang di sebut “halo”. Blas yang menyerang pada buku batang padi akan terlihat pada pangkal pelapah daun yang membusuk, kemudian akan berubah menjadi kehitamhitaman , dan mudah patah. Bercak bisa terjadi pada leher malai (neck blast) dan yang terinfeksi berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah, sehingga mengakibatkan malai menjadi hampa.mirip gejala serangan beluk. Pengendalian penyakit blas (Pyricularia grisea) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pergiliran tanaman dengan tnaman bukan padi, terutama tanaman yang tidak menjadi inang. Penanaman varietas padi yang tahan. Pengaturan jarak tanam, yaitu pada setiap beberapa baris dibuat jarak tanam selebar dua kali jarak tanam biasanya . Pemupukan berimbang Penyemprotan pupuk mikro Silika (Si) dan seng (Zn), yang masing-masing mengandung Silika 20% dengan dosis konsentrasi 2 g/l air Dan dikombinasikan dengan penyemprotan fungsida yang terdaftar untuk penyakit blas. Di daerah-daerah yang selalu mengalami serangan berat dapat dilakukan perlakuan benih dengan fungsida yang sesuai dengan aturan. Selamat Mengendalikan.!!!(Redaksi)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016
39
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.15, No.2. Oktober 2016 Penyusun : Sendy Sofyan Mukmin & Cahyadi Irwan
40