nekat
Pagi yang cerah terlihat dari sela jendela yang sedikit terbuka. Kamar Maya sangat berantakan, Buku tersebar dimanamana, sarung bantal yang acak-acakan dan bahkan kasur yang ia tiduri sudah telanjang tidak terpasang sprei lagi. Semalaman Maya tak henti-hentinya meniti kesedihannya. Ayah sang pahlawan baginya telah tiada seminggu yang lalu. Padahal mereka sangat akrab sekali. Pulang pergi kuliah, Maya selalu bersama ayahnya karena kantor yang cukup dekat dengan kampus nya. Semua keluarga Maya berlinang air mata semenjak kepergian Ayahnya yang tak diduga itu. Pasalnya, Ayahnya tak pernah mengeluh sedikitpun sakit yang diderita nya. Tiba-tiba saja ayahnya mengatakan kalau ia selalu kembung dan masuk angin yang tidak sembuh-sembuh. Dan sampai akhirnya ketika dokter memeriksa penyakit yang diderita bukan hal yang biasa, Tapi justru sudah menderita Hepatitis B. Penyakit yang cukup parah dan sangat jahat, karena jarang orang yang dapat tertolong dari penyakit tersebut. Semenjak kehilangan ayahnya itu Maya selalu tampak seperti orang yang lemas dan tidak berdaya. Maya benar-benar kehilangan orang yang sangat dia sayangi. Sungguh kejadian yang buruk untuknya, ia begitu sedih dengan hal ini. Dirumah Maya banyak tetangga dan keluarga yang terus
berdatangan
sejak
seminggu
yang
lalu
untuk
mengungkapkan bela sungkawan kepada keluarga Maya.
2
Teman-temannya juga banyak yang datang dan sekaligus memberikan hiburan. Tetapi semua percuma ia hanya menangis dan melamun menatapi kesedihan memikirkan ayahnya, sang pahlawan bagi dirinya itu. Maya tidak tahu lagi harus berbuat apa, dia terus memikirkan kalau dia masih kuliah dan sangat butuh biaya banyak. Kakak nya yang ingin menikah harus mengumpulkan biaya untuk pernikahannya dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Selama ini yang mencari biaya hanya ayah Maya. Maya merasa menyesal dengan apa yang ia perbuat dulu dengan ayahnya. Maya sering meminta uang hanya untuk menonton bioskop tiap minggunya, Maya sangat boros memakai uang yang diberi ayahnya. Bahkan Maya juga belum sempat meminta maaf kepada Ayahnya.
≠ Hari demi hari setelah Maya kehilangan ayahnya, semua kesedihan belum hilang segampang daun yang terhempas entah kemana. Maya yang tadinya terlihat ceria dengan senyum di wajahnya kini berbeda, wajah cantik nya selalu dibasahi dengan tetesan-tetesan air mata yang mengalir terus-menerus. Maya tidak hanya memikirkan ayahnya yang sudah tiada tetapi Maya merasa asing tinggal dirumah nya. Ibu Maya dan kakakkakaknya merasa menjadi orang asing baginya. Sekarang 3
Ibunya menjadi orang yang sentimental. Padahal Maya tidak melakukan kesalahan tetapi ia terus saja dimarahi bahkan salah ngomong sedikit saja ibunya memarahi Maya terus-menerus. Ia selalu terkena imbas dari kesedihan ibu dan kakaknya. Ia begitu sangat tertekan dengan keadaan nya ini.
Sore hari Maya diberitahu oleh ibunya bahwa remaja di gang RT rumahnya akan diadakan jalan-jalan bersama. Maya memang kurang simpati dengan remaja di gangnya itu. Karena ia lebih suka bergabung dan bermain bersama teman dari sekolahnya. Ia tidak sejalan dengan remaja di gang rumahnya. Bukan berarti Maya membenci nya tetapi ia hanya tidak nyaman saja. Maya masih tetap menjaga hubungan dengan baik bersama remaja di gangnya tersebut. Ia memberitahukan ke ibunya bahwa ia tidak bisa ikut dengan kegiatan tersebut, dia mengatakan bahwa ia sudah ada janji dengan teman sekolahnya. Tetapi ia malah kena omel dengan ibunya. “Ikut dong kenapa gaikut! Batalkan saja rencana kamu pergi sama temanmu!!” ibu maya sedikit memaksa Maya. “Tapi bu, Maya sudah janji dan kalau dibatalkan Maya gak enak.” maya memohon kepada ibunya untuk diperbolehkan
4
pergi bersama teman sekolahnya saja ketimbang dengan remaja RTnya. Ibu Maya terus melarang maya dan menganggap bahwa ia hanya membuang uang saja ketika pergi dengan teman sekolah. Tetapi Maya sudah terlanjur mempunyai janji dan ia tidak mau melanggarnya. Riko teman Maya pun tiba didepan rumahnya untuk menjemput Maya, dan menunggu Maya keluar rumah. Di dalam rumah Maya tetap dimarahi karna harus ikut dengan remaja Rtnya. Tetapi kali ini bukan hanya ibunya yang memarahi Maya bahkan sampai kakak nya pun ikut berbicara. “Lo kalo udah gakpunya ayah gak usah banyak gaya deh! Ikut tuh remaja RT, orang tua mereka udah banyak bantu keluarga kita. Jadi lo gakusah bertingkah seenaknnya!!” dengan suara yang lantang dan membentak Maya, “Sampe segitunya gara gara gaikut aja!”Maya tak kuat menahannya, lagi dan lagi ia menitikkan air mata. Ia sangat sedih pada perkataan kakaknya yang sangat menusuk ke hati. “Kalo lo gakmau ikut aturan sini lo pergi sana biar gak ngerepotin!!” kata kakaknya dengan suara yang lantang. Disitu ibunya hanya diam dan terpasang wajah yang sangat penuh amarah dan seakan akan sangat setuju dengan perkataan kakaknya.
5
Maya benar-benar kaget, ia sangat tidak menyangka karena hanya tidak ikut acara itu ibu dan kakanya sampai seperti itu. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh membuat maya sangat tersinggung dan tak karuan. Maya tidak ingin hanya karena ayahnya sudah tiada keluarga Maya harus terlihat kasihan didepan tetangga-tetangga, sungguh ia tidak mau terjadi hal
itu.
Maya
yakin
walaupun
ayahnya
sudah
pergi
meninggalkannya suatu saat pasti kita semua bisa bangkit dan tetap semangat seperti dulu. Seperti masih ada ayahnya. Maya bergegas keluar pagar rumah untuk menghampiri Riko yang sudah menunggunya dari tadi. “Rik, kita gajadi pergi ya. Gue bener-bener gakbisa pergi!” Maya membatalkan pergi bersama Riko dengan terlihat air mata yang membekasi wajah manisnya itu. “loh kenapa May? Lo gapapakan? lo abis nangis ya? Ada masalah apa?” Riko kebingungan melihat Maya menangis dan tiba tiba membatalkan pergi bersamanya. Maya menjelaskan semua apa yang terjadi kepada Riko. Tetapi Riko seperti memaksa Maya untuk tetap pergi bersamanya. Riko sudah lama tidak bertemu dengan Maya dan sangat ingin pergi bersamanya. Maya benar-benar tidak bisa dan memohon kepada Riko untuk pulang dan membatalkannya. Riko pun mengerti dan berhenti memaksa, Riko berpamitan dengan Maya dan menghidupkan mesin motor nya. Sebenernya 6
Maya merasa tidak enak tetapi mau gak mau dia harus membatalkannya. Riko pun pulang dan Maya segera masuk kedalam rumah dengan muka yang sangat bengap akibat tangisannya. Ketika masuk ke dalam rumah raut wajah ibu dan kakak nya
sangat
kesal
kepada
Maya.
Karena
Maya
memutuskan untuk tidak ikut dengan remaja RT nya maupun pergi dengan Riko. Ia lebih memilih diam dan tak banyak berkata untuk saat itu. Maya masuk ke dalam kamar dengan muka yang seperti udang rebus akibat kekesalannya sekaligus ia benar-benar sedih atas perkataan kakaknya. Lantas tiba-tiba ia terfikirkan apakah selama ini ia merepotkan kelurganya sendiri.
Kesadaran juga muncul di
benaknya, selama ini ia sangat boros dan bertingkah seenaknya. Ia menyesal dan ia tidak tau harus bagimana. Kepala nya pusing dan sangat tidak karuan. Ia ingat dengan kata kata kakaknya “kalo lo gakmau ikut aturan sini lo pergi sana biar gak ngerepotin” “Aku gamau kalo keluargaku merasa tidak nyaman dengan kelakuanku, aku ingin mereka bahagia dan tidak merasa tertekan karena aku.” hati Maya pun berbicara. ≠
7
Malam hari pukul 19:00 Ibu dan kakak nya Maya pergi ke suatu pusat perbelanjaan yang letaknya kurang lebih 5km dari rumah Maya. Maya sendirian dikamar, ia terlihat sibuk menyiapkan tas dan baju-baju untuk dikemas. Entah apa yang difikirkannya sekarang, ia berniat untuk pergi dari rumah. Ini keputusan yang sudah sangat bulat dan tidak bisa diubah. Ia sangat tersinggung atas perkataan kakaknya. Maya pun tidak lupa untuk membawa foto ibunya dan alm.ayahnya. “Walaupun ibu tidak suka kepadaku, aku sangat tetap mencintai ibu dan tidak ingin membuat ibu pusing dengan hadirnya aku dirumah ini.” dalam hati Maya. Ibu dan kakak Maya pun belum pulang dari pusat perbelanjaan. Maya sangat lega karena ini adalah peluang untuk ia bisa pergi ke luar rumah tanpa sepengetahuan keluarganya. Ketika membuka pintu ia lupa akan sesuatu. Maya menulis surat sebagai pesan kepada ibunya yang berisi “ibu, Maya pergi ya bu. Maya sadar kalau dengan adanya Maya dirumah ibu sangat pusing dan tidak suka. Maya gak mau kalau ibu marah-marah terus sama Maya.Maya sudah tidak kuat bu. Maya pergi ke suatu tempat ya bu, tetapi ibu tidak usah mencari Maya. Maya janji akan baik-baik saja. Jika Maya
8
punya uang nanti, Maya janji akan memberikannya kepada ibu dan pulang kerumah.itu kalau ibu masih mau menerima Maya. Maafkan kesalahan Maya bu. Terima kasih bu untuk semuanya doakan Maya ya bu” Itu adalah surat singkat dari Maya untuk ibunya. Maya meletakannya di atas kulkas. Selesai menulis surat Maya langsung bergegas keluar rumah dan menutup pintu nya terlebih dahulu. Ia memanggil tukang ojek yang berada di dekat rumahnya. Jujur alangkah nekatnya dirinya itu, karena ia tidak tahu ingin keman dengan bekal uang sangat secukupnya Maya benar-benar tidak ada tujuan untuk pergi kemana. Yang jelas dia akan pergi ketempat orang yang tidak akan mengenali dirinya. Dia ingin mencoba lembaran baru yang akan ia buat sendiri. Bukan karena ia ingin mencoba apakah ia diperhatikan keluarganya atau tidak. Tetapi, tekad nya sudah bulat dan benar-benar ingin pergi dan menyendiri terlebih dahulu. Dia rela tidak melanjutkan kuliah nya dulu, Ia termasuk mahasiswa di salah satu universitas ternama di Jakarta. Karena dulu Ayahnya yang telah membiayai ia kuliah disana. Teman Maya tidak ada yang diberi kabar olehnya, handphone juga tidak dibawa olehnya. Ia bingung kemana ia akan pergi dan mencari tempat tinggal untuk saat ini. Tukang ojek pun juga menanyakan kemana Maya akan pergi. Tetapi tak ada satuh patah kata pun yang dikeluarkan dsri mulut
9
maya. Lantas terfikirkan oleh Maya. “Nah kenapa aku tidak pergi ke Bandung saja, kota kesukaanku! disana tidak ada keluargaku dan tidak ada orang yang mengenaliku!” ia memutuskan pergi ke daerah yang letaknya masih di Jawa Barat saja karena uang yang dipegang nya tidak terlalu banyak. Entah tinggal dimana nanti Maya pun tidak tahu. “Bang, ke terminal ya!” pinta Maya kepada tukang ojek yang dari tadi bingung karena Maya tidak memberitahu kemana tujuannya. “Siap neng!” sahut si tukang ojek. Setelah sampai di terminal bus, Maya langsung turun dan merogoh sakunya. Ia mengambil uang untuk membayar tukang ojek itu. Maya mencari-cari dimana loket untuk pembelian tiket bus menuju Bandung. Ia sempat kebingungan karena ia jarang sekali menggunakan kendaraan bus untuk pergi kemana-mana. Dulu ketika masih ada Ayahnya ia kemana-mana selalu menggunakan mobil pribadi nya. Tapi kini semua sudah berbeda dan tidak seperti dulu lagi. Ia bertanya kepada salah satu supir bus di terminal. “Maaf pak numpang tanya untuk beli tiket jurusan Bandung dimana ya?”
10
“Oh disitu neng, yang banyak orang mengantri.” jawab supir bus sambil mengangkat tangannya dan menunjuk ke salah satu tempat. “Oh iya terima kasih banyak ya pak.” dengan tergesagesa Maya langsung berlari menuju loket tersebut, Maya panik karena antrian nya cukup panjang. Sampai di loket, Maya langsung mengambil antrian dan melihat di plang dekat loket tersebut, untuk tujuan ke Bandung ia harus membutuhkan uang kira-kira 80.000, untung saja uang Maya cukup dan masih tersisa sedikit. Disaat antrian masih panjang, ada seorang anak dan ibunya yang ingin pergi berjalan-jalan bersama. Maya sedih ia teringat kepada ibunya yang selama ini tinggal bersamanya. “Andaikan ibu tidak selalu memarahiku” Maya tahu kalau ibunya sering marah-marah bahwa ibu hanya ingin yang terbaik untuk dirinya. Tapi Maya sudah mempunyai keputusan yang bulat dan benar-benar ingin menyendiri. Akhirnya antrian selesai, sekarang giliran Maya untuk memmberitahu tiket tujuan kemana yang akan ia beli. “Ke Bandung ya mbak.” kata Maya sambil memberi uang 80.000 untuk biaya tiketnya. “Baik, satu tiket menuju Bandung berangkat 10 menit lagi. Bus nya berada di dekat mushola. Kalau mbak tidak tahu
11
letak persis bus nya, anda tanya saja kepada salah satu supir bus untuk mengetahuinya.” Sahut petugas loket sambil memberi tiketnya kepada Maya. “Okey,terima kasih banyak ya mbak!” sahut Maya. Maya berlari-lari kecil menuju lokasi bus tersebut. Tanpa bertanya ia sudah menemukan dimana letak bus nya tersebut. Ia segera masuk dan mencari posisi duduk yang menurutnya nyaman. ≠ Malam hari pukul 23:00 Ibu Maya kebingungan kenapa anaknya belum pulang juga. Ia sangat kesal dan marah mengapa sudah malam anaknya belum pulang juga. “Kemana tuh anak. Sudah larut malam belum pulang juga. Udah gak ikut acara remaja RT. Main sama temennya gakenal waktu” ibu Maya ngedumel karena benar-benar sudah kesal dengan anaknya. Ia tidak tahu kalau Maya sebenernya pergi dari rumah, dan ia belum membaca pesan kecil dari Maya yang diletakkan di atas kulkas. Tidak Cuma ibunya saja yang ngedumel tetapi kakaknya juga ikut kesal. “Itu anak makin bandel aja ya bu!” celoteh kakaknya.
12
“Iya makin hari makin ga bener aja, diatur makin susah, maunya enak saja dirumah ini!” Lihat saja kalau nanti sudah pulang ibu akan memberi dia pelajaran supaya gak pulang malam lagi. Akhirnya mereka membiarkan dan mengunci pintu rumah nya, entah Maya pulang atau tidak ia tetap mengunci pintu rumahnya. Ia berniat untuk memberi pelajaran kepada Maya agar ia tidak bisa masuk kerumah kalau dia sudah pulang nanti.
13
hero!
14
Ketika Maya sudah sampai di Bandung, ia tak tau harus kemana dan bahkan ia tak tahu apa yang ingin ia lakukan disini. Ia mendatangi sebuah Taman Pustaka Bunga yang letaknya tidak jauh dengan Taman Lansia. Ia hanya duduk dan melepaskan pandangan ke tanaman-tanaman yang tersusun dengan
rapih.
Matanya
tertuju
melihat
pemandangan-
pemandangan itu. Sepasang burung merpati yang tiba-tiba hinggap di pohon sebelah yang ia duduki , mereka asyik hinggap. Kaki mereka mencengkeram ranting pohon dengan kuat. Mereka diam seakan-akan merasakan apa yang Maya rasakan. Ia benar-benar terlihat menyendiri melihat bungabunga yang tampak cantik dan indah disana. Udara yang sangat segar dan bahkan pancaran sinar matahari membuat damai dan tenang disana. Maya menikmati suasana di kota Bandung itu tanpa menyadari dimana ia akan mendapatkan tempat tinggal dan bagaimana jika uangnya habis sehingga tidak bisa membeli makanan lagi. Yang terpenting ia tidak mau memikirkan masalah itu dulu. “Tidur di mushola juga kan bisa yang penting ada tempat tidur” pikirnya. Ketika Maya sedang duduk di Taman tiba-tiba perutnya bunyi “krutuk-krutuk” seperti itulah bunyi perut Maya. Itu tanda nya ia sedang kelaparan dan cacing-cacing di perut Maya sedang berdisko alias sudah meminta makanan. Maya yang tak tahan menahan lapar dengan sigap ia berdiri dari tempat yang ia duduki dan bergegas menuju warung makan 15
yang murah. Karena ia tidak tahu mengenai daerah Bandung ia bertanya-tanya kepada seseorang dimana warung makan di sekitar sini. “Maaf numpang tanya disini warung makan dimana ya?” Maya bertanya sambil memegang perut yang sungguh amat lapar. “Oh mbak tinggal lurus lalu belok kanan saja! Disitu nanti ada KFC mbak..” seseorang menjawab pertanyaan Maya sambil sesekali melihat perut Maya yang selalu dipegangi terus. “Waduhhhhhh.... selain KFC ada mas? Seperti warteg misalnya.” Maya tidak mau menghabsikan sisa uangnya yang ia miliki. Apalagi sisa uang Maya hanya untuk makan hari ini saja. Entah ia besok akan beli makan memakai uang dari mana iapun tidak tau. “Oh saya kira mbak mau cari tempat makan yang seperti itu, mbak lurus tapi nanti belok kiri ya jangan belok kanan!” seseorang menunjuk arah tersebut. “Oke baik terima kasih banyak!” Maya berlari dan langsung menuju ke arah yang tadi ditunjukkan. Sampai di warung makan, Maya segera memesan seporsi nasi memakai telur dadar dan sayur sop dengan segelas air putih. Bagaikan ia makan di Hotel bintang lima. Makanmakanan yang murah begini, kalau dimakan pada saat keadaan
16
yang sangat lapar, rasanya gak beda jauh sama makanan di Hotel bintang lima. Ia makan sangat lahap agar cacing di perutnya yang sedang berdisko segera terhenti. Ia sangat menikmati makanannya. Makanan sudah habis, ia membayar dengan sisa uang nya. Sekarang ini uangnya sangat tinggal sedikit. Dompetnya sangat sepi tidak dipenuhi lembaran-lembaran uang seperti biasanya. Maya berniat mencari pekerjaan untuk ia bertahan hidup disana. Lalu, ia memutuskan untuk berjalan kaki sambil mencari tempat yang membutuhkan pegawai. “Kerja apa saja yang penting aku bisa menghasilkan uang yang halal.” Pikir Maya dengan semangat mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan belum ada toko yang menuliskan lowongan pekerjaan, tetapi tiba-tiba ada suara orang meminta tolong. Suara itu terdengar cukup jelas dan tidak terlalu jauh. Maya mencari-cari bersumber dari manakah suara itu berasal. Ia berputar kedepan kebelakang kekakanan dan kekiri, ternyata suara itu berasal dari dekat pohon di sebelah kanan Maya. Ternyata ada seorang bapak-bapak yang sedang ingin di rampok dan perampok tersebut membawa pisau dan kayu yang cukup besar. Perampok tersebut terdiri dari 2 orang, wajar saja bapakbapak itu tidak bisa melawan nya. Bapak-bapak itu memeluk sebuah tas dengan erat, mungkin tas itu yang diincar oleh para perampok yang haus akan harta milik orang lain.
17
Tak berfikir panjang, Maya segera berlari dan menolong bapak-bapak tersebut. Maya tak memikirkan resiko yang akan dihadapinya nanti kalau perampok tersebut melukai Maya, ia langsung menendang bahu salah satu perampok tersebut. “Nak, jangan! Itu bahaya nanti kamu bisa celaka!” teriak bapak-bapak itu dengan cukup keras. Maya terus berusaha dengan sekuat tenaga menolong bapak-bapak itu tetapi ia lupa kalau perampok nya tidak hanya 1 orang melainkan 2 orang. “Brukkkkkkk!!!” suara kayu yang amat sangat keras, salah satu perampok tersebut memukul Maya dengan bongkahan kayu yang besar dan melukai kepala dan badan Maya. Selain Maya terkena pukulan itu, ia juga tertusuk oleh salah satu perampok itu dengan pisau. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..” teriak Maya, ia jatuh dan tak sadarkan diri akibat pukulan dan tusukan tersebut. Melihat kejadian tersebut pelaku langsung pergi meninggalkan lokasi, pelaku sangat panik dan ketakutan. Mereka tidak jadi merampok bapak-bapak tersebut. Bapakbapak tersebut berlari sangat cepat untuk menolong Maya dan ia benar benar menyesal karena gadis itu celaka menolong dirinya.
18
akibat telah
19