MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING
Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail:
[email protected] ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah kombinasi dari kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen, yang dapat terlihat melalui kemampuan kelancaran, keluwesan, keaslian khususnya dalam pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Dirancang sebagai suatu eksperimen semu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama di Kota Bengkulu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah menengah pertama di Kota Bengkulu. Siswa kelas eksperimen diberi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran biasa. Siswa dikelompokan berdasarkan kemampuan awal matematikanya kedalam tiga kelompok yaitu bawah, tengah dan atas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih tinggi dari siswa yang mendapat pembelajaran biasa, (2) berdasarkan kemampuan awal matematika, N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis tertinggi diperoleh oleh siswa kelompok atas yang mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Kata kunci : Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk, Kemampuan Berpikir Kreatif matematis
Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir yang dibelajarkan di sekolah selama ini masih berpusat pada kemampuan berpikir konvergen. Kemampuan berpikir divergen kurang diperhatikan. Akibatnya kemampuan berpikir kreatif matematis juga belum dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan bagian dari berpikir divergen dan berpikir logis. Proses pengembangan kemampuan berpikir tidak hanya dikembangkan dalam matematika itu sendiri, namun dapat juga melalui penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti siswa mengem-
bangkan pengetahuannya melalui aktivitas sehari-hari. Aktivitas bermatematika idealnya berfokus pada proses yang meliputi pola dan hubungan, pengujian konjuktur, dan estimasi hasil. Sehingga dalam melakukan kegiatan bermatematika siswa dituntut untuk memberdayakan pengetahuan yang sudah dimilikinya serta menggunakannya untuk mengembangkan pemahaman baru. Dengan melakukan aktivitas bermatematika akan menumbuhkan kemampuan berpikir siswa termasuk kemampuan berpikir kreatif matematis. Untuk membantu siswa melakukan aktivitas bermatematika yang berakibat pada tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif matematis dapat melalui proses pembelajaran di kelas.
647
Risnanosanti, Mathematical Creative Thinking Ability, 648
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Pembelajaran ini menghargai perbedaan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa serta memanfaatkannya dalam kegiatan di kelas. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mengkaji kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilakukan berdasarkan definisi atau pendapat para ahli. Salah satu isu yang mendapat banyak perhatian adalah adanya keterkaitan antara kemampuan berpikir kreatif dengan fungsi belahan otak. Belahan otak manusia setidaknya terbagi menjadi dua bagian yaitu kiri dan kanan. Belahan otak kiri berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berpikir secara logis, ilmiah, kritis, dan linear; sedang belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan mistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhalim (2003) yang menyatakan otak kiri dan otak kanan mempunyai fungsi yang berbeda, namun saling terkait. Otak kiri sebagai sumber logika sedang otak kanan sebagai sumber perasaan spiritual. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan perpaduan dari fungsi kedua belahan otak tersebut. Oleh sebab itu dalam proses pendidikan diperlukan adanya keseimbangan pengembangan berpikir kreatif yang merupakan dominasi fungsi otak kanan, dan pengembangan kemampuan kognitif fungsi otak kiri. Karena pada prinsipnya kreativitas akan muncul dari interaksi antara dua belahan otak tersebut. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Salah satu model pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa adalah pembelajaran dengan berbasis kecerdasan majemuk. Konsep pembe-
lajaran ini diperkenalkan oleh Howard Gardner. Menurut (Amstrong, 2002), Gardner membagi kecerdasan setiap anak kedalam sembilan yaitu komponen kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang-spasial, kecerdasan kinestetik-badani, kecerdasan Musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan lingkungan/Naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Gardner mempunyai beberapa ciri yaitu, (1) setiap kecerdasan dapat dilambangkan. Misalnya Kecerdasan matematis-logis memiliki lambang dan juga kecerdasan yang lain. (2) Setiap kecerdasan dapat berkembang. kecerdasan majemuk muncul pada titik tertentu di waktu kanak-kanak, mempunyai periode yang berkembang, dan berisikan pola unik yang akan merosot seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Urutan kecerdasan majemuk yang adalah Musik lalu Logis-Matematis. (3) Jika terjadi kerusakan pada wilayah otak maka akan berpengaruh terhadap cacatnya setiap Kecerdasan. (4) Setiap kecerdasan akan berdasar nilai budaya. Hal ini berarti kecerdasan seseorang pada akhirnya akan dikonfrontasikan dengan nilai budaya ada atau yang dianutnya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dengan populasinya adalah seluruh siswa SMP Negeri yang ada di Kota Bengkulu. Dipilih tiga sekolah berdasarkan rata-rata nilai ujian akhir nasional dalam dua tahun terakhir. Masing-masing sekolah diambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk sedangkan kelas kontrol mendapat pembelajaran biasa. Instrumen yang
649, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
digunakan adalah angket kecerdasan majemuk dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan nilai peningkatan kemampuan menggunakan gain ternormalisasi atau N-Gain HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pembelajaran dilakukan siswa di kedua kelompok diberi tes kemampuan awal matematika untuk mengklasifikasikannya kedalam kelompok atas, tengah dan bawah. Selain itu kelompok eksperimen diberi angket kecerdasan majemuk. Hasil angket kecerdasan majemuk dipergunakan untuk melihat kecerdasan majemuk mana yang dominan dimiliki siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selanjutnya siswa kelas eksperimen dikelompokkan dalam kelompok yang mempunyai kecerdasan majemuk dominan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk ini dapat lebih menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Adanya perbedaan kecerdasan dominan yang dimiliki siswa akan membuat diskusi mereka menjadi lebih berkembang. Pada saat penelitian, kelas eksperimen diberi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan kelas kontrol diberi pembelajaran biasa pada materi bangun datar. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa KBK Kategori PBKM PB C 0,385 0,206 Level B 0,408 0,295 Sekolah A 0,522 0,416
Kategori Keseluruhan Siswa Bawah Kelompo Tengah k Siswa Atas
KBK PBKM PB 0,440 0,308 0,385 0,181 0,407 0,370 0,528 0,338
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran biasa. Rata-rata N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis keseluruhan siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan pembelajaran biasa berturutturut adalah 0,440 dan 0,308 yang keduanya tergolong sedang. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis baik pada siswa yang mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk maupun pada pembelajaran biasa. Demikian juga halnya telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis apabila ditinjau berdasarkan level sekolah maupun kelompok kemampuan awal siswa. N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis menggambarkan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika secara kreatif. Diskripsi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan pembelajaran biasa disajikan pada gambar berikut.
Risnanosanti, Mathematical Creative Thinking Ability, 650
Gambar 1 : Deskripsi N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis Siswa
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat ada atau tidak adanya dampak positif dari pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan menggunakan uji-t atas Ngain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan pembelajaran biasa dan diperkuat dengan analisis kualitatif disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Pada tabel terlihat, di kelas dengan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, rata-rata N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis sekolah level C, B, dan A berturut-turut adalah 0,385, 0,408, dan 0,522. Dari ketiga nilai tersebut terlihat bahwa makin tinggi level sekolah makin tinggi pula capaian N-gain kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Setelah diuji dengan Anava satu arah dan tes post-hoc diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata Ngain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk di sekolah level A lebih tinggi daripada rata-rata N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di sekolah level C dan B. Secara serupa, implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk
paling unggul dampaknya pada siswa kelompok atas. Temuan ini menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk paling cocok diterapkan pada sekolah level A atau pada siswa kelompok atas dalam hal peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis. PEMBAHASAN Implementasi menggunakan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk memperlihatkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar karena semua kecerdasan siswa dapat terakomodir. Tidak ada lagi pembedaan-pembedaan antara siswa yang memiki kecerdasan tertentu dengan siswa yang memiliki kecerdasan lainnya. Setiap siswa diperlakukan sama sebagai manusia yang memiliki kecerdasan. Sehubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan berkembang dengan baik jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan terhadap konsep yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Risnanosanti (2010) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang mendorong timbulnya keingintahuan siswa untuk melakukan proses penyelidikan. Menurut Wardani (2008) setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu konsep matematika. Sehingga dengan diterapkannya pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat membuat siswa belajar sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yang telah dilaksanakan pada kelas-kelas eksperimen memberi siswa kesempatan untuk aktif selama pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat pada saat mereka menyelesaikan masalah yang
651, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
diberikan dalam bentuk LKS. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan yang dimilikinya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk merupakan salah satu alternatif
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, khususnya pada sekolah level atas dan siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. (2002). 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ------. (2003). Setiap Anak Cerdas! Panduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nurhalim, SM. (2003). Pembinaan Kreativitas Menuju Era Global. Bandung: PT. Alumni
Risnanosanti, (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu. Disertasi UPI : Tidak Diterbitkan. Wardani, (2008). Pembelajaran Inkuiri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI: Tidak Diterbitkan.