MATERI AJAR DESAIN MEBEL II
Pengampu: Sumarno, S.Sn. M.A
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
2013
BAGIAN I GAMBARAN UMUM MATA KULIAH
a. Nama Mata Kuliah Desain Mebel II (3 SKS).
b. Diskripsi Umum Mata Kuliah Desain Mebel II dalam kurikulum program studi Desain Interior adalah termasuk dalam kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB). Adapun yang dimaksud dengan MKB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk menghasilan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Mata kuliah Desain Mebel II adalah mata kuliah praktek sekaligus teori, sebagai kelanjutan dari mata kuliah Desain Mebel I. Perebedaan mendasar mata kuliah Desain Mebel II dengan mata kuliah Desain Mebel I, yakni proses pembelajaran sudah diarahkan pada permasalahan real di bidang desain. Beberapa permasalahan tersebut yakni terkait dengan isu-isu atau tuntutan pasar pada industri mebel, isu-isu sosial, teknologi produksi, kesehatan, dan kenyamanan (ergonomi) pada sebuah desain. Guna mendasari pembelajaran pada mata kuliah Desain Mebel II mahasiswa diwajibkan telah menempuh mata kuliah Nirmana I dan II, Menggambar, Komputer Desain, Pengetahuan Bahan dan Alat, Ergonomi, dan Desain Mebel I.
c. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti mata kuliah Desain Mebel II mahasiswa diharapkan mampu mendesain mebel secara estetis, ergonomis, bersifat industrial, dan sesuai dengan tuntutan pasar. Selain hal tersebut, mahasiswa juga diharapkan mampu perencana dan merancang mebel yang telah mempertimbangkan aspek-aspek yang
melingkupinya sejak desain, perwujudanya, dan purna pakai dari sebuah produk mebel.
d. Jumlah Modul. Mata kuliah desain mebel II yakni terdiri dari 10 modul yang memuat sub materi dan disusun secara berurutan.
e. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan setiap modul Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan, setiap modul membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan masing masing modul memiliki muatan yang berbeda-beda, namun demikian secara umum waktu yang diperlukan adalah 3 jam atau setara dengan 3 x 50 menit sebesar 150 menit permodul.
f. Sumberdaya pembelajaran yang diperlukan. Pada mata kuliah ini perlu dilakukan pengembangan materi agar pembelajaran berlajan secara efektif dan simulatif. Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa sumberdaya baik dari dalam institusi maupun dari luar. Adapun beberapa sumber daya yang diperlukan meliputi: -
Mahasiswa, selaku peserta mata kuliah Desain Mebel II. Dosen, sebagai pengampu mata kuliah Desain Mebel II. Laboran, terkait dengan laboratorium komputer, laboratorium produksi dan laboratorium ergonomi. Profesional yakni terdiri dari Marketing dan Desainer. Lembaga penyelenggara lomba desain mebel, namun demikian tidak bersifat terstruktur dan tidak tidak terikat.
g. Penilaian pembelajaran dan standar penilaian. Mata kuiah desain mebel II merupakan mata kuliah praktek sekaligus teori, namun demikian tidak ada secara khusus penilaian terkait dengan teori. Adapun pada mata kuliah ini yakni melalui hasil karya dengan kriteria dan prosentase sebagai berikut dibawah:
No 1 2
Kriteria Kehadiran Teoritik
Indikator
Prosentase 10 % 5%
Kemampuan menerapkan konsep dalam sebuah desain 3 Inovasi Kreatifitas dan keunikan melalui 30 % gambar desain 4 Produksi Prototipe desain yang dihasilkan 50 % 5 Presentasi Kemampuan berkomunikasi dalam 5% presentasi konsep desain dan presentasi hasil prototipe. Jumlah 100 % Tabel 2: Kriteria dan indikator penilaian dalam perkuliahan Desain Mebel II Output materi perkuliahan ini berupa karya untuk diikutkan pada lomba desain mebel. Bagi mahasiswa yang karyanya dapat masuk sebagai finalis atau juara, baik pada tingkat lokal, regional maupun internasional maka mahasiswa bersangkutan berhak mendapat nilai A. Hal tersebut dikarenakan telah dianggap mampu mengaplikasikan beberapa kriteria tersebut. Konversi penilaian dari angka menjadi huruf yakni melalui transformasi standar penilaian sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai Huruf A B+ B C+ C D+ D E
Point 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0
Range 3,76 – 4.0 3,26 – 3,75 2,75 – 3,25 2,26 – 2,75 1,76 – 2,25 1,26 – 1,75 0,26 – 0,75 0 – 0,25
Predikat Amat baik Baik Baik Cukup Cukup Kurang Kurang Gagal
Tabel 2: Konversi dan transformasi penilaian. Lebih lanjut dalam menentukan penilaian mata kuliah praktek bahwa terdiri dari nilai harian dan nilai ujian akhir semester. Adapun ketentuan komposisi nilai mata kuliah praktik yang berlaku di Institut Seni Indonesia Surakarta, nilai harian adalah 4 point dan ujian akhir semester 6 point sehingga total penilaian adalah 10 point.
BAGIAN II RANCANGAN PEMBELAJARAN
Secara keseluruhan materi rancangan pembelajaran mata kuliah Desain Mebel II yakni terdiri dari beberapa mudul yang berisi pokok bahasan yang disusun secara berurutan sebagaimana tersebut di bawah: No. Pokok Bahasan Modul 1 Kontrak kuliah 2
3
4 5 6
7
8
9
10
Trilogi Pengembangan Produk Industri Mebel Melalui: Marketing, Desain, dan Produksi. Ergonomi Desain Mebel, Penekanan pada Aspek Antrophometri. Proses Produksi pada Industri Mebel. Lomba Desain Industri Produk Mebel. Kunjungan Produksi pada Industri Mebel.
Sarasehan Bersama Profesional, Khususnya Marketing dan Desainer. Workshop Finishing, Penekanan pada Finishing Ramah Lingkungan. Desain Mebel, meliputi: - Konsep dan Sketsa Desain. - Alternatif terpilih. - Gambar kerja 2 dimensi dan 3 dimensi. Perwujudan Prototipe Desain.
Metode Pembelajaran Tatap muka Tatap muka
Tatap muka
Kegiatan Mendengarkan, tanya jawab. Membaca, tanya jawab, diskusi.
Membaca, tanya jawab, diskusi.
Membaca, tanya jawab, diskusi. Membaca, tanya Tatap muka jawab, diskusi. Kuliah keluar Melihat, mencatat, mendokumentasikan, kampus bertanya, dan diskusi. Mengenarkan, Tatap muka mencatat, bertanya, diskusi. Tatap muka
E-learning
Membaca, konsultasi, tanya jawab, diskusi.
Produksi
Melihat, mengarahkan,
11
Presentasi Prototipe Produk dan Presentasi Pengiriman Karya sebagai peserta Lomba Desain.
Ceramah, mendengarkan, tanya jawab.
Aktifitas pembelajaran pada mata kuliah Desain Mebel II sebagaimana pada rancangan pembelajaran tersebut di atas, adapun pada proposal ini yang akan dijabarkan sebagai gambaran yakni melalui modul 2, 3, 4, dan 5. Paparan secara detail modul tersebut adalah sebagai berikut dibawah:
MODUL 2 Kode Mata Kuliah SKS Jurusan Program Studi Dosen Pengampu Semester Obyek Pembelajaran Aktifitas pembelajaran Pokok Bahasan
: MKB 07201 : 3 SKS : Desain : Desain Interior : Sumarno, S.Sn., M.A : 5 (lima) : Mahasiswa : Membaca, tanya jawab, dan diskusi. :Trilogi Pengembangan Produk Industri Mebel Melalui Marketing, Desain, dan Produksi.
1. Materi Industri mebel dan perkayuan di Indonesia telah berkembang selama berabad-abad lamanya. Kekayaan alam dan keahlian masyarakatnya merupakan faktor utamanya tumbuh dan berkembangnya industri mebel di Indonesia. Keberadaan industri mebel bahkan juga memberikan devisa yang cukup tinggi. Kontribusi industri mebel terhadap perekonomian nasional khususnya di Provinsi Jawa Tengah, yakni menempati urutan kedua setelah tekstil dan produk berbahan tekstil. Industri mebel merupakan industri padat karya dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi, dan industri kerakyatan padat karya terbukti relatif lebih tahan terhadap krisis dibanding industri berskala besar. Demikian besar kontribusi industri mebel terhadap perekonomian nasional seharusnya industri mebel merupakan industri prioritas yang wajid diperhatikan, dilindungi, terhadap, dibian dan dikembangkan. Populasi industri mebel di Jawa Tengah menurut BPS cukup banyak yakni tercatat terdapat sekitar 34.000 industri mebel. Sebagian besar industri mebel mengelompok membentuk sebuah sentra atau klaster di beberapa kota di pulau Jawa, diantaranya terdapat di Jepara, Klaten, Yogyakarta, Cirebon, Surakarta, Sukoharjo,
Pasuruan,
Gresik,
Sidoarjo,
Jabodetabek
dan
sebagainya.
Perkembangan terkini industri mebel nasional mengalami berbagai hambatan mulai dari bahan baku, teknologi, desain, iklim usaha, dan pemasaran.
Ironisnya permasalahan bukan hanya pada pasar ekspor namun juga, pada produk mebel luar yang banyak membanjiri pasar lokal. Beberapa negara pesaing di Asia di bidang produk mebel adalah China, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ketatnya persaingan dibidang industri mebel, dengan demikian pengembangan desain sebagai upaya atau strategi peningkatan produktifitas yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan para pelaku industri mebel nasional merupakan sebuah keharusan. Konsepsi pengembangan desain menurut (Ulrich dan Eppinger, 2003; 2) adalah serangkaian aktifitas yang dimulai dengan persepsi peluang pasar yang berujung pada produksi dan penjualan. Adapun bagian-bagian yang berperan dalam pengembangan pada sebuah industri adalah bagian marketing, desain dan produksi. Tiga komponen dalam industri tersebut merupakan dalam trilogi pengembangan desain yang saling terkait dan saling bergantung sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
a. Marketing. Modernisasi yang muncul di Eropa pada abad 17 pada perkembangan selanjutnya menyebar ke berbagai penjuru belahan dunia. Industrialisasi merupakan salah satu ciri utama institusi modern, dimensi industri secara modern secara instrinsik didasarkan atas pembagian kerja, spesialisasi tugas kerja bahkan hingga spesialisasi regional dalam jenis industri, keterampilan dan produksi mentah (Anthony Giddens, 2009: 99). Sebagaimana pernyataan tersebut di atas kini dapat kita ketahui terkait dengan hal tersebut adanya pemisahan atau spesialisasi antar bidang di berbagai jenis jasa maupun industri. (Rue & Byars, 2000: 210), menyatakan bahwa sebuah perusahaan setidaknya memiliki empat bidang sesuai fungsi dasarnya yakni terdiri dari produksi (production), pemasaran (marketing), keuangan (finance), dan sumber daya manusia (human resource) . Pengertian markrting menurut Kinnear dan Krenler, adalah proses perencanaan dan pelaksanaan keputusan sebuah konsep, penetapan harga, melakukan promosi,
mendistribusikan ide-ide, barang, dan jasa
untuk
menciptakan untuk mencitakan pertukaran yang dapat memuaskan tujuan individu atau tujuan organisasi (Dudung, 2012; 96). Desain produk bagi pemasaran
merupakan ujung tombak bagi penjualan, dengan demikian posisi amrkrting terhadap desain produk yang perlu diperhatiakn adalah terkait dengan segmentasi pasar, penentuan target pasar, posisi produk, budaya, dan perilaku konsumen. Kelemahan industri mebel nasional menurut menteri perindustrian Republik Indonesia secara umum adalah:
Adapun permasalahan secara spesifik yang terkait dengan buyer sudah barang tentu marketinglah yang paling tahu akan hal tersebut. Bagaimana karakteristik customer secara umum dan secara spesifik selanjutnya akan dibahas secara khusus pada modul 7, dalam sarasehan bersama profesional khususnya di Marketing dan Desain.
b. Desainer. Secara umum realitas yang terjadi pada industri kerajinan dan mebel, dalam pembuatan produk adalah berdasarkan pesanan buyer, mengadopsi desain yang berdar di internet, majalah atau buku kerajinan dan mebel. Desain yang ditiru umumnya adalah produk yang sedang trend atau sedang laku dipasaran, bahkan kondisi tersebut sangat dominan di industri kerajinan dan mebel (Gustami, 2004, 286). Sejalan dengan pernyataan tersebut menurut Menteri perindustrian Republik Indonesia bahwa permasalahan dibidang desain yakni mencakup:
Hal tersebut menegaskan belum adanya kemandirian desain pada beberapa industri mebel di Indonesia, meskipun di sebagian besar industri bidang atau profesi desain telah ada dalam struktur organisasinya. Sudah bukan waktunya lagi, bahwa desain hanya dianggap sebagai gambar pemandu dalam membuat produk. Desain memiliki peran yang cukup komprehensif, hal ini selaras dengan pernyataan Heskett bahwa design is to design a design to produce a design. Design pada kata pertama lebih kepada epistemologis, design kata kedua menekankan pada aspek aksiologis, design kata yang ketiga lebih merujuk pada benda atau produk, design kata yang keempat lebih pada akibat kehadiran suatu objek baru (Buchori Zainudin, 2010, 191). Menurut Page desain didefinisikan sebagai lompatan imajinatif dari realitas sekarang menuju kemungkinan masa depan (Jones, 1980, 2). Definisi yang lain yakni JB Reswick adalah kegiatan kreatif yang melibatkan penciptaan sesuatu yang baru dan berguna yang tidak ada sebelumnya. Lebih lanjut Yasraf menjelaskan, dengan demikan desain merupakan kegiatan kreatif-progresif dengan produk, yang produk akhirnya adalah kebaruan dan perbedaan (Pilliang, 2008, 384). Hal ini adalah perbedaan dalam konteks ruang dan waktu dengan desain-desain lainnya. Desain mebel dalam konteks aksiologis yang disebut sebagai proses kreatif-progresif Desain: Proses produksi, proses desain. Pernyataan Daniel H. Pink yang cukup menarik untuk dicamkan adalah “Desain adalah bisnis dan bisnis adalah desain, selanjutnya desain yang bagus dapat mengubah dunia begitu pula sebaliknya dengan desain yang buruk.” “KEBARUAN DAN PERBEDAAN” Kebaruan -
Merupakan oposisi biner dengan yang lama.
-
Terhadap baik secara substansial maupun normatif
c. Produksi.
Upaya menghasilkan produk dari bahan baku baik berupa bahan alam, bahan olahan maupun bahan sintetis melalui proses tertentu disebut dengan produksi. Karakteristik produksi selanjutnya akan sangat terkait erat dengan produk yang dihasilkanya. Karakteristik produk desain mebel didasarkan pada produksinya yakni terbagai menjadi desain mebel yang bersifat khusus (custome design) dan produk masal (mass product). Ciri-ciri desain khusus adalah: -
Biaya perencanaan dan produksi menjadi sangat tinggi. Produk bersifat khas. Umumnya memerlukan penanganan khusus, baik dalam proses perencanaan maupun produksi. Cara produksi yang digunakan lebih bebas atau dengan craft methods dan memerlukan keterampilan khusus. Um............. Pangsa pasar terbatas. Jumlah terbatas. Untuk kalangan tertentu. Nilai seni tinggi. Pagsa pasar lokal.
Ciri-ciri produk massal: - Biaya perencanaan dan produksi relatif lebih rendah. - Bersifat industrial dan tersistem. - Desain sangat dipengaruhi sistem produksi. - Mesin - Tidak begitu ..... keterampilan. Guna memacu produktifitas industri mebel penggunaan teknologi merupakan sebuah keharusan. Teknologi yang dimaksud adalah sebagai alat yakni teknologi berfungsi sebagai alat subtitusi tenaga kerja, teknologi sebagai alat peningkat produktifitasuntuk meingatkan pendapatan, dan teknologi sebagai alat relasi sosial. (Cahyani .... 17)
Teknologi Produksi ..
2. Referensi: Diwajikan: 1. Gustami, SP. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara, Cet-5, Yogyakarta: Kanisius, 2004. 2. Chistopher, J. John. Design Method: Seed of Human Futures, London: John Willey & Son, 1985. 3. Ulrich, Karl T. and Steven D. Eppinger. Product Design and Development, -3rd ed, New York: Mc Graw Hill International, 2003. Direkomendasikan: 1. Leslie W. Rue and Lloyd L. Byars, Management Skills ad Application, Boston: Mc Graw Hill, 2000. 2. Agus Dudung, Merancang Produk, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. 3. Zainuddin, Imam Buchori. Wacana Desain, Karya dan Pemikiran Imam Buchori Zainuddin, Bandung: Penerbit ITB, tt.
4. Penilaian dan standar penilaian. Modul 2 merupakan materi yang bersifat teori, penilaian materi ini dengan meninjau sejauhmana mahasiswa mampu mendesain produk mebel dengan mempertimbangkan aspek produksi dan desain yang aspek marketable-nya.
MODUL 4 Kode Mata Kuliah SKS Jurusan Program Studi Dosen Pengampu Semester Obyek Pembelajaran Aktifitas pembelajaran Pokok Bahasan
: MKB 07201 : 3 SKS : Desain : Desain Interior : Sumarno, S.Sn., M.A : 5 (lima) : Mahasiswa : Membaca, tanya jawab, dan diskusi. : Proses Produksi
1. Materi. Proses produksi merupakan tahapan-tahapan sebagai upaya perwujudan suatu produk. Pada tahapan tersebut akan sangat berpengaruh apakah sebuah produksi menjadi efisien atau tidak berdasarkan waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan. Sebuah produk agar menjadi kompetitif dipasaran, dengan demikian sebuah desain harus memperhitungkan bagaimanakah proses produksinya. Adapaun yang harus diperhatikan dalam konteks desain industri mebel adalah tahap-tahap sebagi berikut: (a) Pra Produksi; (b) Masa Produksi; (c) Pasca Produksi; (d) Masa Pakai dan Purna Pakai Produk. a. Pra Produksi. Berbagai macam dan jenis bahan baku telah diperkenakan pada mata kuliah Pengetahuan Bahan dan Alat mata kuliah Desain Mebel I. Secara umum bahan baku yang digunakan pada industri mebel terdiri dari bahan baku alam, bahan baku olahan, dan bahan baku sintetis. Dari macam-macam bahan baku yang paling banyak digunakan adalah bahan baku kayu, menteri perdagangan menyebutkan bahwa ekspor mebel Indonesia dilihat dari bahan baku masih didominasi bahan baku kayu 59.5%, metal 8.1%, rotan 7.8%, plastik 2.3%, bambu 0.5%, lain-lain 21.3%. Perkembangan terkini industri mebel banyak mengalami kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku kayu tertentu. Kondisi tersebut dikarenakan
maraknya illegal logging (penebangan liar), penyelundupan, dan pengelolaan hutan penghasil bahan baku yang kurang maksimal. Adanya permasalahan lingkungan ditambah dengan pemanasan suhu global kini kebijakan pembangunan di berbagai negara, menyebutkan tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Industri untuk menciptakan produk yang berorientasi ramah lingkungan atau industri hijau semakin menjadi perhatian dunia, terutama di negara-negara maju. Tuntutan produk ramah lingkungan telah merambah ke berbagai jenis produk industri lebih-lebih produk mebel indonesi yang nota benenya adalah negara tropis. Sertifikasi selanjutnya menjadi tuntutan bagi industri mebel mulai dari, SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), FSC (Forest Stewardship Council), LCA (Life Cycle Assesment), ISO (The International Standards Organization), dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Munculnya isu ligkungan dibidang desain seperti green design, eco design, sustainability dan lain-lain adalah perlunya menjaga kelestarian lingkungan. ..... Teknologi efisiensi dengan prinsip 3 R dengan cara mengguna ulang (reuse), mendaur ulang (reycle), mengurangi (reduce) bahkan akan lebih baik jika mampu menemu kembali (refind) bahan baku. Pertimbangan selanjutnya pada tahap pra-produksi adalah transportasi terkait dengan bahan, lokasi industri, tenaga dan sebagainya. Guna mencapai produktifitas melalui efisiensi transportasi perlunya memerdayakan dan mengeksplorasi keunggulan sumber daya, budaya, kearifan atau lokal genius lingungan sekitar. Makin melambungnya harga bahan baku minyak menambah daftar panjangnya persoalan biaya tinggi pada industri mebel nasional. b. Masa Produksi. Masa produksi adalah masa yang paling menuntukan hasil atau kualitas, biaya atau harga, waktu yang diperlukan untuk meghasilkan sebuh produk industri mebel. Tahapan-tahapan yang lalui adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Pembahanan. Adalah proses pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi sebelum dirakit, adapun hal tersebut yakni meliputi: pengeringan (kiln dry), pemotongan pembelahan, perataan, penghalusan, pelubangan, dan sebagainya.
2. Perakitan (Assembling). Sebuah desain hendaknya juga memikirkan biaya perakitan atau design for assembly (DFA). Terkait dengan desain industri mebel, hal yang perlu mendapat perhatian pada tahap perakitan di antaranya adalah tenaga, peralatan, dan biaya yang harus dikeluarkan (Ulrich and Steven, 2003;18). Semakin sedikit peralatan dan tenaga yang dibutuhkan, maka semakin besar peluang tercapainya efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Assembling atau perakitan pada industri mebel terbagi dalam masa produksi dan masa pakai. Perakitan pada masa produksi (manufacturing) dilakukan oleh perusahaan melalui karyawannya. Perakitan masa pakai adalah perakitan yang dilakukan oleh customer, hal tersebut dikarenakan produk mebel menggunakan sistem knock down. Sistem atau konstruksi knock down, dengan demikian hendaknya tidak merepotkan atau memungkinkan ada biaya tambahan karena harus menggunakan jasa tambahan tenaga perakit.
3. Finishing. Finishing bagi produk mebel sangat penting bagi peningkatan nilai jual, nilai tambah finishing bagi produk mebel bahkan dapat mencapai dua kali lipat dari total biaya produksi. Finishing pada produk mebel adalah pelapisan yang berfungsi untuk melindungi (protektif) dan memperindah lapisan (dekoratif). Sistem finishing pada kayu (wood finishing system) terdiri dari sitem opaque atau duco, semi transparan atau fancy, dan transparan. Pada industri mebel yang paling populer adalah jenis
transparan. Jenis finishing transparan yang terdapat di pasaran terdiri dari politur, polyurethane, nitrocelulose (NC), water base, dan melamine. Finishing jenis water base adalah termasuk jenis finishing ramah lingkungan. Hal tersebut karena cara kerja finishing water base yakni dengan menguapkan resin degan air, tidak seperti halnya pada jenis finishing lainya yang menggunakan thinner. Reaksi resin dan air pada dasarnya ialah memiliki sifat (alkyd), yakni dua cairan yang tidak dapat bercampur, namun dengan teknologi tertentu, kedua bahan tersebut justru tidak larut namun justru mengalami penguapan (Insufiie, 2011; 192-130). Jenis finishing water base sangat populer pada pembeli (buyer) Amerika dan Eropa. Tuntutan sertifikasi finishing pada kerajinan dan mebel adalah meliputi sertifikasi mengenai lapisan film dan sertifikasi ramah lingkungan atau kesehatan. Sertifikasi ramah lingkungan pada finishing umumnya adalah terkait dengan hal-hal sebagai berikut: a. Penggunaan bahan berbahaya yang tertinggal dalam lapisan film, terdiri dari: - Larutan kimia campuran cat, misalnya preservatif, fungisida dan biosida. - Tepung atau pigmen yang mengandung logam berat seperti Plumbum (Pb) dan Cuprum (Cu).
b. Zat yang keluar sebagai emisi atau gas beracun, yaitu: - Zat yang keluar saat dilakukan aplikasi maupun saat bereaksi membentuk film. Misalnya gas formaldehida, clorinated hidrocarbon dan diisocyanates. - Emisi yang keluar saat cairan pelarut (solvent) menguap dan dihirup oleh pekerja, contoh cairan pelarut (solvent) aromatik. - Zat lain yang keluar dari emisi atau menguap dan tidak baik bagi kesehatan, tercakup dalam daftar VOC (Volatile Organic Compound) atau B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya. (Iensufiie, 2011: 193 – 94) (lebih detai akan di lanjutkan pada workshop finishing ramah lingkungan pada modul 8 dengan PT. Propan yang diselenggarakan secara berkala).
4. Packing (kemasan). Pertama kali kotak kardus komersial dikenalkan di Inggris tahun 1817, atau 200 tahun setelah penemuan kertas di Cina menggantikan kotak kayu (Klimchuk dan Krasovec, 2011: 223). Pada periode berikutnya bermunculan berbagai macam desain dan bahan berbeda-beda. Berbagai macam bahan untuk packing yakni mulai dari kardus, kayu, plastik, kaca, alumunium foil, stereofoam, kaleng atau logam dan sebagainya. Ada pun kemasan pada produk mebel yang umum digunakan adalah kayu, plastik, stereofoam, dan kardus. Jenis packing pada industri mebel meliputi: (1) kemasan utama, yakni kemasan yang diterima oleh konsumen; (2) kemasan sekunder, ialah kotak yang lebih besar atau struktur luar yang digunakan untuk pengiriman atau distribusi; (3) kemasan transport, yakni umumnya berupa palet atau sejenisnya yang berfungsi untuk muatan yang lebih besar (Klimchuk dan Krasovec, 2011: 223). Lebih lanjut Klimchuk dan Krasovec menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kemasan adalah: (a) pemakaian material hasil daur ulang dari kertas sampai plastik; (b) memangkas penggunaan kemasan skunder dan kemasan yang berlebihan; (c) mempelajari model cost-benefit untuk kemasan dan desain yang ramah lingkungan untuk perolehan jangka pendek dan jangka panjang.
Gambar 5: jenis-jenis packing pada industri mebel
c. Pasca Produksi. Pada saat desainer memutuskan desain dari beberapa alternatif terpilih hendaknya dipertimbangkan transportasi produk adalah terkait dengan bahan volume transportasi optimal muatan (load ability) sebuah kontainer. Upaya optimalisai transportasi melalui desain produk yakni dapat ditempuh dengan desain produk mebel yang menerapkan; (a) konstruksi lepasan (knock down); (b) sistem lipat (folding); (c) sistem tumpuk (stacking); (d) dimensi produk mebel yang disesuaikan dengan ukuran kontainer.
Gambar 5: Beberapa jenis dan ukuran kontaier.
d. Masa Pakai dan Purna Pakai Produk. Masa pakai: Produk mebel hendaknya tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan pengguna produk, baik yang diakibatkan oleh penggunaan bahan baku dan bahan pendukung, konstruksi maupun struktur produk mebel.
Menurut Basir 2011, bahwa usia pakai produk mebel yang ditetapkan adalah sepuluh tahun. Sedangakan menurut Sriwarno, desain mebel hendaknya mampu memecahkan masalah gaya (style), dan hendaknya tetap up to date untuk kurun waktu 15 tahun (Andar Bagus Sriwarno, 1998; 139). Dapat di daur ulang (recycle), di guna ulang (reuse) atau setidaknya sebuah produk apabila dimusnahkan tidak berbahaya dan tidak meninggalkan bekas. Penggunaan kayu sebagai bahan baku dan nagel/dowel sebagai sambungan konstruksi merupakan salah satu upaya yang tepat terkait dengan permasalah di atas.
2. Referensi. - Sriwarno, Andar Bagus. Studi Perancangan Fasilitas Duduk, Bandung, Penerbit: ITB. 1998. - M. Rosner Klimchuk & Sandra A. Krasovec, Desain Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep Sampai Penjualan. Terj. Bob Sabran. Cet-5 (Jakarta: Erlangga, 2011). - Tikno Insufi’i, Bisnis Mebel dan Handicraft Berkualitas Ekspor, Penekanan pada Pengetahuan Dasar Cat dan Teknik Pengecatan, Jakarta: Esensi, 2008.
3. Penilaian dan standar penilaian. Modul 2 merupakan materi yang bersifat teori, penilaian materi ini dengan meninjau sejauhmana mahasiswa mampu mendesain produk mebel dengan mempertimbangkan aspek produksi dan desain yang aspek marketable-nya.
MODUL 5 Kode Mata Kuliah SKS Jurusan Program Studi Dosen Pengampu Semester Obyek Pembelajaran Aktifitas pembelajaran Pokok Bahasan
: MKB 07201 : 3 SKS : Desain : Desain Interior : Sumarno, S.Sn., M.A : 5 (lima) : Mahasiswa : Membaca, tanya jawab, dan diskusi. : Lomba Desain
1. Materi. Pola pengembangan ekonomi Indonesia kini menarik untuk dicermati, yakni adanya pergeseran kebijakan pola pengembangan ekonomi kreatif. Menurut (Chatib Basri, 2012; 369) industri kreatif merupakan sekumpulan aktifitas berbasis pengetahuan yang padat ide, padat kreatifitas sebagai input utama menghasilkan barang atau jasa. Adapun sektor industri kreatif yakni meliputi 14 (empat belas) bidang yang terdiri dari: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Periklanan. Arsitektur. Pasar seni dan barang antik . Kerajinan. Desain. Busana. Perfilman dan fotografi. Permainan interaktif. Musik. Seni pertunjukan. Penerbitan dan percetakan. Layanan komputer dan piranti lunak. Radio dan televisi. Riset dan pengembangan.
Pengembangan ekonomi kreatif melalui konsep triple helix meliputi akademisi, pemerintah, dan pelaku industri. Sejalan dengan pola pengembangan ekonomi kreatif kini banyak diselenggarakan kegiatan lomba desain baik yag diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Beberapa lomba tersebut
diantaranya adalah lomba desain arsitektur, lomba desain lanskap, lomba desain produk, lomba desain batik, lomba desain kerajinan, lomba desain merchandise atau souvenir, lomba desain logo, lomba desain web, lomba desain mebel dan sebagainya. Beberapa kegiatan lomba desain mebel yang telah diselenggarakan baik secara nasional lokal maupun regional diantaranya adalah Balemangu Award, NJFDA (National Jepara Mebele Design Award), IFDC (Indonesian Mebele Design Competition), AFDC (AQSA LIVING Mebele Design Competition), IFDA (Indonesian Mebele Design Award), Kegiatan Lomba Desain Industri Mebel oleh Dinperindag Jateng, akihir-akhir ini juga oleh Dinperindag Jatim dan sebagainya. Adapun beberapa situs yang secara khusus berisi kegiatan lomba desain adalah www. ajangkompetisi.com, www. 99design, www.microbus. Berikut contoh pamflet lomba desain industri produk mebel yang berisi tentang ketentuanketentuan, kriteria, batas waktu dan lain-lain.
Gambar 5: Pamflet lomba desain mebel yang diselenggarakan oleh Dinperindag Jateng dan IFDC 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan lomba desain industri mebel adalah sebagai berikut:
A. Lembaga Penyelenggara. Keguatan lomba desain industri mebel dapat diselenggarakan oleh lembaga pemerintahan maupun swasta. Selanjutnya siapa lembaga yang menyelenggarakan lomba akan sangat berpengaruh terhadap arah dan tujuan kegaiatn lomba desain. Kegiatan lomba desain yang diselenggarakan oleh lembaga non-pemerintahan atau sebuah industri umumnya bersifat non-profit, sedangkan yang diselenggarakan lembaga pemerintahan umumnya lebih bersifat murni pengembangan industri.
B. Bentuk Lomba Desain. Beberapa bentuk lomba desain adalah sebagai berikut: -
lomba desain bersifat terbuka (open competiton). lomba desain terbatas (limited competition). lomba desain berdasarkan undangan (competition invites). lomba desain bertahap (two-stage).1
C. Kategori produk. Kategori produk mebel adalah jenis produk yang dilombakan, yakni umumnya adalah kursi (chairs), cofee table, credensa, kitchen set, bed set, dan dinning set.
D. Mekanisme lomba desain mebel. -
Konsep desain Gambar desain. Prototipe. Presentasi karya.
E. Juri. Juri adalah terdiri dari panel independen yang berpengalaman atau ahli, bertugas untuk mengevaluasi atau menilai peserta lomba dan memilih pemenang, berdasarkan seperangkat aturan tertentu.21 Ahli tersebut dapat terdiri dari akademisi, profesional, pelaku industri atau ekspatriat, dan juri kehormatan yang berasal dari lembaga tertentu atau karena ketokohanya. 1
Jack L. Nashar. Design by Competition: Making Design Competition Work (Cambridge: Cambridge University Press.1999), 22.
F. Waktu Pelaksanaan. Waktu atau pelaksanaan lomba umumnya ditetapkan dengan rentang waktu tertentu, yang terbagi dalam beberapa aktifitas yag meliputi: (a) batas waktu pendaftaran; (b) batas waktu pengiriman desain dan atau prototipe; (c) penentuan finalis; (e) batas pembuatan prototipe; (f) presentasi karya; pengumuman pemenang dan atau penyerahan hadiah.
G. Kriteria Desain. Istilah kriteria ialah berasal dari krits atau kriterion dalam (bhs. Yunani) yang berarti menetapkan, juga krnein berarti memisahkan, dan dalam bahasa Inggris yakni criteria, criterion, atau criterium. Kriteria desain didefinisikan sebagai segala sesuatu yang merupakan persyaratan bersifat umum yang harus dipenuhi oleh suatu produk atau sistem dalam perencanaan dan perancangan atau desain.2 Kriteria dalam sebuah perencanaan merupakan suatu acuan dasar bagi desainer dalam suatu perencanaan dan perancangan. Menurut Sachari dan Trisnawati, tt; 106) bahwa kriteria desain adalah dasar-dasar kebenaran sebagai tolok ukur keberhasilan pemecahan desain dan batasan-batasan ruang lingkupnya, didasarkan pada aspek obyektif bagaimana tingkat keberhasilan satu pemecahan dinilai.3 Kriteria pada lomba desain industri mebel umumnya adalah sebagai berikut: -
Kreatifitas. Ergonomi. Marketable. Fungsional. Originalitas Estetika Ramah lingkungan dan lain-lain.
Bram Palgunadi, Desain Produk 2: Analisis dan Konsep Desain (Bandung, Penerbit ITB, 2008), 209 – 213. 3 Agus Sachari dan Suranti Trisnawati, Kamus Desain (Bandung: Penerbit ITB, tt), 106. 2
Kriteria desain sebagai dasar penilaian dapat berdasarkan perkriteria maupun berdasarkan seluruh kriteria, sehingga penentuan seorang pemenang lomba dapat sebagai pemenang paling inovatif (the most innovatif), dan sebagainya. H. Prototipe. Istilah prototipe sering disepadankan maket, sample, model, dan mock up, prototipe adalah suatu perwujudan desain sebagaimana terdapat pada gambar desain. Skala perwujudan prototipe umumnya adalah skala 1:1, dan 1:10, prototipe hendaknya disesuaikan dengan desain acuan mulai dari bahan, warna, tekstur, dan konstruksinya. (Marizar, 2005, 225). Perwujudan prototipe pada kegiatan lomba desain ada yang dikelola oleh penyelenggara kegiatan dan ada pula yang diserahkan kepada peserta lomba.
Gambar 5. Prototipe desain kursi karya Suryandari skala 1:5, dan coffee table karya Arif Zainuddin skala 1:1 sebagai nominator lomba desain mebel Jateng. Berikut dibawah adalah salah satu contoh, kegagalan dalam perwujudan desain atau prototipe karya Ahmad Tsani Acsan yang berakibat pada performa hasil akhir sebuah desain.
Gambar 5: Gambar desain tiga dimensi relax chair karya Ahmad Tsani Acsan.
Gambar 5. Prototipe desain relax chair karya Ahmad Tsani Acsan I. Hadiah atau Penghargaan. Besaran hadiah atau uang pembinaan berbeda-beda sangat tergantung dari sponsor atau lembaga penyelengara lomba desain. Sebagai simbolisasi umumya para pemenang juga mendapatkan thropy atau piagam penghargaan. Lebih lanjut untuk keperluan pembinaan penyelanggara ada juga yang mengaja kunjungan industri ke beberapa industri di luar negeri.
J. HAKI. Terkait dengan hak desain, pada kegiatan lomba desain terdapat dua macam yakni ada yang manyatakan bahwa hak desain sepenuhnya milik peserta lomba, dan ada pula yang menyatakan bahwa karta yang masuk adalah menjadi hak milik penyelengga lomba desain. Dengan demikian untuk hati-hati terhadap kondisi tersebut. Terkait dengan HKI yang menjadi permasalahan adalah, bahwa perlindungan atas hak-hak desain hanya diberikan kepada desain yang telah terdaftar melalui sistem pendaftaran. Selanjutnya penyelenggara untuk benarbenar menjamin keamanan desain terhadap pencurian desain.
K. Ketentuan tambahan. Identitas peserta yang menyangkut status peserta mahasiswa atau profesional dan alamat peserta. Surat pernyataan yang berisi tentang originalitas karya, berikut sangsi yang diberikan jika karya yang ikutkan lomba adalah plagiat.
2. Referensi.
3. Penilaian dan Standar Penilaian.
BAGIAN III ALASAN PEMILIHAN AKTIFITAS PEMBELAJARAN
Mata kuliah Desain Mebel II merupakan mata kuliah yang bersifat teori dan praktek, kognitif dan psikomotorik. Mengasah kemampuan kognitif yakni bagaimana mahasiswa mampu memecahkan suatu permasalahan melalui sebuah kosep. Sedangkan kemampuan psikomotorik yakni kemampuan memvisualkan konsep desain dan mewujudkannya, lebih dari hal tersebut bahkan juga menyangkut aspek afektif. Hal tersebut tercermin dari bagaimana mahasiswa mampu mengkoordinir pengrajin pada waktu perwujudan prototipe. Demikian banyak dan besar beban yang harus dikuasai oleh mahasiswa, agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal dengan demikian proses perkulian pada mata kuliah Desain Mebel II menggunakan beberapa motode. Adapun beberapa aktifitas atau metode yang digunakan adalah hal-hal sebagai berikut: (a) e-learning; (b) pertemuan atau tatap muka; (c) kunjungan produksi; (d) sarasehan; (e) workshop; (f) presentasi; (g) lomba desain.
A. E-Learning. Metode e-learning sudah sepantasnya diterapkan pada proses belajar mengajar di institusi pendidikan manapun, utamanya adalah materi pembelajaran yang bersifat teoritik. Kelebihan penerapan metode pembelajaran e-learning dengan metode konvensional memungkinkan adanya komunikasi dan interaksi dengan beberapa pihak terkait secara langsung, diantaranya adalah: (a) antar sesama dosen; (b) dosen dengan mahasiswa; (c) dan memungkinkan adanya komunikasi dan interaksi dengan industri terkait. Interaksi antar sesama dosen diperlukan yakni terkait dengan beberapa mata kuliah yang saling terkait sehingga dapat diintegrasikan atau dipadukan. Memadukan mudul yang saling terkait meskipun pada mata kuliah yang berbeda hal ini juga disebut dengan mix and match. Pada kasus mata kuliah desain Mebel II yang dapat di-mix and match-kan adalah dengan mata kuliah Pengetahuan Bahan dan Alat, Ergonomi, Desain Interior, Gambar Teknik, dan Desain Mebel I. Kedua, dengan metode ini interaksi
dapat dilakukan dengan mahasiswa kapanpun, dimanapun, dan materi memungkinkan berkembang. Ketiga, materi dapat di akses oleh pihak terkait utamanya adalah pihak industri selaku pemakai lulusan. Adanya interkasi ini memungkinkan adanya saling koreksi dan saling melengkapi.
B. Pertemuan atau Tatap Muka. Metode pertemuan atau tatap muka tetap diperlukan sebagai kontrol terhadap kelemahan-kelemahan pada metode pembelajaran e-learning. Metode tatap muka yakni dilakukan pada pokok bahasan kunjungan industri, sarasehan, workshop, dan presentasi.
C. Kunjungan Industri Untuk mengetahui secara pasti bentuk alat, cara kerja, dan tahapan pada industri mebel yang dalam proses kerjanya dilaksanakan secara industrial. Selanjutnya perlunya juga mengetahui cara kerja pada perusahaan yang masih beroperasional secara tradisional. D. Sarasehan. Bentuk pembelajaran pada metode ini adalah dengan menghadirkan para ahli atau profesional dibidang masing-masing terkait dengan industri mebel. Adapun bidang yang dimaksud adalah desainer dan marketing. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui secara pasti permasalahan-permasalahan aktual apa saja yang mengemuka dibidang industri mebel. Berpijak dari tukar ilmu dari para profesional tersebut sehingga segala persoalan akan dijadikan pijaan atau solusi dalam mendesain produk mebel.
E. Workshop. Workshop dipilih sebagai salah satu media pembelajaran mata kuliah Desain Mebel II khususnya pada materi finishing. Hal tersebut dikarenakan selama ini finishing masih menjadi salah satu persoalan yang mengemuka pada industri mebel nasional. Lebih lanjut tingginya tuntutan masyarakat global akan produk mebel yang ramah lingkungan dengan demikian perlunya mahasiswa
mengetahui dan dapat mengaplikasikan teknik finishing ramah lingkungan pada produk mebel.
F. Lomba Desain. Materi mata kuliah yang diintegrasikan dengan lomba desain bertujuan untuk mendorong atau memotifasi agar para mahasiswa lebih antusias dalam menempuh mata kuliah Desain Mebel II. Kedua, dengan lomba desain adalah sarana untuk lebih mengasah, mengukur, dan menyalurkan ide dan kreatifitas. Event lomba desain dapat pada kegiatan lomba desain dengan skala lokal, nasional, maupun internasional.