matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.
8.4. HASIL ANALISIS 8.4. 1. Sub Model Produksi Jeruk Sub model produksi jeruk pada Gambar 8.4 menggambarkan pola produksi jeruk. Inflow produksi jeruk, yaitu penambahan lahan tanam jeruk produktif dan potensial lahan, yang merupakan salah satu titik ungkit dalam meningkatkan produksi jeruk. Sedangkan outflow produksi dipengaruhi oleh produktivitas jeruk dan serangan OPT
Gambar 8.4: Sub Model Produksi
8.4. 2. Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Sub model distribusi dan aliran harga dapat dilihat pada Gambar 8.5. menggambarkan bagaimana pengaruh aktivitas distribusi buah terhadap ketersediaan buah jeruk, serta bagaimana aliran harga dari produsen jeruk di Kabupaten Karo hingga ke Konsumen di DKI Jakarta. Sub model in juga menunjukkan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan
sehingga
mempengaruhi 174
terhadap
harga
di
tingkat
konsumen. Panjangnya rantai pemasaran tidak berdampak positif bagi petani dalam memperoleh keuntungan. Hal ini disebabkan harga jual yang diterima petani sudah mencakup pembiayaan untuk operasional maupun pembiayaan lainnya termasuk pungli. Sehingga dalam hal ini petani merupakan pihak yang selalu dirugikan.
Gambar 8.5: Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Jeruk
175
8.4.3.
Sub Model Impor
Sub model impor pada Gambar 8.6 mendeskripsikan pengaruh aktivitas impor
buah jeruk terhadap ketersediaan buah jeruk, serta
bagaimana aliran harga dari pintu masuk impor hingga ke Konsumen di DKI Jakarta.
8.4.4. Validasi Model Tahap validasi merupakan tahap untuk memastikan apakah model yang dibuat benar-benar merepresentasikan kondisi objek amatan sebenarnya. Proses validasi model dapat dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak ahli untuk memastikan bahwa model yang telah dibuat benar dan sesuai dengan sistem riil. Model dianggap valid apabila perilaku historis variabel-variabel yang dipergunakan dalam model mirip atau memiliki trend yang sama. Model dianggap valid bila MSE < 5% (Suryani, 2006) Berdasarkan hasil uji MSE yang dilakukan, didapatkan MSE jeruk = 0,00402, maka kesimpulannya variable-variabel yang digunakan dalam model mirip dan memiliki trend yang sama, sehingga model dapat dinyatakan valid.
176
Gambar 8.6: Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Jeruk 8.4.5. Skenario Dari model yang telah dibuat diatas diperoleh sembilan sekenario untuk meningkatkan produksi jeruk di Kabupaten Karo. Kesembilan skenario tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.7. 1.
Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana penanggulangan OPT 1 Miliar
2.
Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana penanggulangan OPT 2 Miliar
3.
Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana penanggulangan OPT 3 Miliar
4.
Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana penanggulangan OPT 1 Miliar
5.
Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana penanggulangan OPT 2 Miliar
177
6.
Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana penanggulangan OPT 3 Miliar
7.
Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana penanggulangan OPT 1 Miliar
8.
Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana penanggulangan OPT 2 Miliar
9.
Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana penanggulangan OPT 3 Miliar
400000000 skenario 1
350000000
skenario 2
300000000
skenario 3
250000000
skenario 4
200000000
skenario 5
150000000
skenario 6
100000000
skenario 7
50000000
skenario 8
0
skenario 9 1
2
3
4
5
Gambar 8.7: Skenario Penambahan Lahan dan Penambahan Dana untuk Penanggulangan OPT Skenario dijalankan sebanyak 10 kali sebelum dirata-ratakan, karena serangan OPT yang sifatnya tidak menentu dan bisa terjadi kapan saja. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa skenario yang paling optimal adalah skenario 8 yaitu penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana penanggulangan OPT sebesar 2 Miliar. Skenario
178