MATEMATIKA DASAR (Himpunan Terurut Parsial (Poset)) Antonius Cahya Prihandoko University of Jember Indonesia Jember, 2015
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
1 / 26
Outline
1
Himpunan Terurut Parsial
2
Himpunan Terurut Total
3
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
4
Himpunan Bagian Terurut Total
5
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
2 / 26
Outline
1
Himpunan Terurut Parsial
2
Himpunan Terurut Total
3
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
4
Himpunan Bagian Terurut Total
5
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
2 / 26
Outline
1
Himpunan Terurut Parsial
2
Himpunan Terurut Total
3
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
4
Himpunan Bagian Terurut Total
5
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
2 / 26
Outline
1
Himpunan Terurut Parsial
2
Himpunan Terurut Total
3
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
4
Himpunan Bagian Terurut Total
5
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
2 / 26
Outline
1
Himpunan Terurut Parsial
2
Himpunan Terurut Total
3
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
4
Himpunan Bagian Terurut Total
5
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
2 / 26
Himpunan Terurut Parsial
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
3 / 26
Ingat
Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1
refleksif
2
antisimetris
3
transitif
Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) ∈ R dinyatakan dengan a ≤ b (dibaca a mendahului b)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
4 / 26
Ingat
Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1
refleksif
2
antisimetris
3
transitif
Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) ∈ R dinyatakan dengan a ≤ b (dibaca a mendahului b)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
4 / 26
Ingat
Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1
refleksif
2
antisimetris
3
transitif
Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) ∈ R dinyatakan dengan a ≤ b (dibaca a mendahului b)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
4 / 26
Contoh 1
2
3
Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi ”subset” pada keluarga himpunan 2A merupakan urutan partial pada 2A . Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi ”≤” merupakan urutan parsial pada K . Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x ≤ y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut:
maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
5 / 26
Contoh 1
2
3
Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi ”subset” pada keluarga himpunan 2A merupakan urutan partial pada 2A . Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi ”≤” merupakan urutan parsial pada K . Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x ≤ y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut:
maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
5 / 26
Contoh 1
2
3
Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi ”subset” pada keluarga himpunan 2A merupakan urutan partial pada 2A . Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi ”≤” merupakan urutan parsial pada K . Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x ≤ y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut:
maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
5 / 26
Definisi
POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ≤). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a ≤ b dan a 6= b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b ≥ a berarti a ≤ b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
6 / 26
Definisi
POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ≤). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a ≤ b dan a 6= b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b ≥ a berarti a ≤ b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
6 / 26
Definisi
POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ≤). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a ≤ b dan a 6= b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b ≥ a berarti a ≤ b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
6 / 26
Definisi
POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ≤). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a ≤ b dan a 6= b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b ≥ a berarti a ≤ b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
6 / 26
Komparabel dan Urutan Invers
Dua anggota a dan b dari POSET dikatakan tidak komparabel jika a ≤ b dan b ≤ a, yaitu jika tidak ada elemen yan mendahului elemen lainnya. Jika relasi R pada himpunan A mendefinisikan urutan parsial (refleksif, antisimetris dan transitif) maka relasi invers R −1 juga mendefinisikan urutan parsial di A, dan disebut urutan invers.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
7 / 26
Komparabel dan Urutan Invers
Dua anggota a dan b dari POSET dikatakan tidak komparabel jika a ≤ b dan b ≤ a, yaitu jika tidak ada elemen yan mendahului elemen lainnya. Jika relasi R pada himpunan A mendefinisikan urutan parsial (refleksif, antisimetris dan transitif) maka relasi invers R −1 juga mendefinisikan urutan parsial di A, dan disebut urutan invers.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
7 / 26
Himpunan Terurut Total
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
8 / 26
Definisi
Urutan total pada himpunan A adalah urutan parsial di A dengan tambahan sifat trikotomi sebagai berikut: a < b,
a = b,
atau a > b
untuk setiap anggota a, b ∈ A. Himpunan A bersama-sama dengan urutan total tertentu di A disebut himpunan terurut total atau totally ordered set (TOSET)
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
9 / 26
Contoh
Misal R himpunan bilangan riil (dengan urutan asal), maka setiap dua elemen dalam R selalu komparabel, maka urutan parsial pada R merupakan urutan total. Misal M = {1, 2, 3, 4, 5} dan didefinisikan relasi R sebagai ”kelipatan dari”, maka R merupakan urutan parsial, tetapi bukan urutan total, sebab 3 bukan kelipatan 2, 5 bukan kelipatan 3.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
10 / 26
Contoh
Misal R himpunan bilangan riil (dengan urutan asal), maka setiap dua elemen dalam R selalu komparabel, maka urutan parsial pada R merupakan urutan total. Misal M = {1, 2, 3, 4, 5} dan didefinisikan relasi R sebagai ”kelipatan dari”, maka R merupakan urutan parsial, tetapi bukan urutan total, sebab 3 bukan kelipatan 2, 5 bukan kelipatan 3.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
10 / 26
Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
11 / 26
Definisi
Jika relasi R mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, dan B subset pada A, maka urutan parsial R di A akan menginduksi urutan parsial R 0 pada B secara alamiah: Untuk a, b ∈ B, (a, b) ∈ R 0 atau a ≤ b berlaku di B jika hanya jika (a, b) ∈ R atau a ≤ b juga berlaku di A. Himpunan terurut (B, R 0 ) disebut himpunan bagian (urutan parsial) dari himpunan terurut (A, R).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
12 / 26
Definisi
Jika relasi R mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, dan B subset pada A, maka urutan parsial R di A akan menginduksi urutan parsial R 0 pada B secara alamiah: Untuk a, b ∈ B, (a, b) ∈ R 0 atau a ≤ b berlaku di B jika hanya jika (a, b) ∈ R atau a ≤ b juga berlaku di A. Himpunan terurut (B, R 0 ) disebut himpunan bagian (urutan parsial) dari himpunan terurut (A, R).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
12 / 26
Contoh
Jika V = {A, B, C, D, E} mempunyai urutan seperti diagram berikut:
Tentukan subset-subset dari V .
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
13 / 26
Himpunan Bagian Terurut Total
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
14 / 26
Totally Ordered Subset Misal A himpunan terurut parsial, maka urutan parsial pada A akan menginduksi urutan parsial pada subset-subsetnya, dan beberapa subset dapat memiliki urutan total.
Subset-subset {b, a, c}, {e, a, c}, dan {e, d, c} merupakan himpunan bagian terurut total. Subset-subset {b, a, e}, {a, c, d}, dan {a, e, d} bukan merupakan himpunan bagian terurut total. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
15 / 26
Totally Ordered Subset Misal A himpunan terurut parsial, maka urutan parsial pada A akan menginduksi urutan parsial pada subset-subsetnya, dan beberapa subset dapat memiliki urutan total.
Subset-subset {b, a, c}, {e, a, c}, dan {e, d, c} merupakan himpunan bagian terurut total. Subset-subset {b, a, e}, {a, c, d}, dan {a, e, d} bukan merupakan himpunan bagian terurut total. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
15 / 26
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
16 / 26
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Misal A adalah himpunan terurut. Elemen a ∈ A disebut elemen awal dari A jika dan hanya jika a mendahului setiap elemen dari A. Elemen b ∈ A disebut elemen akhir dari A jika dan hanya jika b mengatasi setiap elemen dari A.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
17 / 26
Elemen Awal dan Elemen Akhir
Misal A adalah himpunan terurut. Elemen a ∈ A disebut elemen awal dari A jika dan hanya jika a mendahului setiap elemen dari A. Elemen b ∈ A disebut elemen akhir dari A jika dan hanya jika b mengatasi setiap elemen dari A.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
17 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi ”subset” pada himpunan 2A , maka (2A , R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
18 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi ”subset” pada himpunan 2A , maka (2A , R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
18 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi ”subset” pada himpunan 2A , maka (2A , R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
18 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi ”subset” pada himpunan 2A , maka (2A , R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
18 / 26
Elemen Maksi dan Elemen Mini
Misal A merupakan suatu himpunan terurut. Suatu elemen a ∈ A disebut elemen maksi jika tidak ada elemen A yang murni mengikuti a. Suatu elemen b ∈ A disebut elemen mini jika tidak ada elemen A yang murni mendahului b.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
19 / 26
Elemen Maksi dan Elemen Mini
Misal A merupakan suatu himpunan terurut. Suatu elemen a ∈ A disebut elemen maksi jika tidak ada elemen A yang murni mengikuti a. Suatu elemen b ∈ A disebut elemen mini jika tidak ada elemen A yang murni mendahului b.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
19 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
Elemen maksi adalah c dan elemen mini adalah b dan e. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki baik elemen maksi maupun elemen mini.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
20 / 26
Contoh Pada himpunan terurut berikut:
Elemen maksi adalah c dan elemen mini adalah b dan e. Jika W = {x ∈ R|0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai ”≤”, maka (W , R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki baik elemen maksi maupun elemen mini.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
20 / 26
Batas Atas dan Batas Bawah
Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b ∈ A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x ∈ B, b ≤ x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a ∈ A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x ∈ B, x ≤ a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(B).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
21 / 26
Batas Atas dan Batas Bawah
Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b ∈ A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x ∈ B, b ≤ x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a ∈ A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x ∈ B, x ≤ a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(B).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
21 / 26
Batas Atas dan Batas Bawah
Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b ∈ A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x ∈ B, b ≤ x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a ∈ A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x ∈ B, x ≤ a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(B).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
21 / 26
Batas Atas dan Batas Bawah
Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b ∈ A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x ∈ B, b ≤ x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a ∈ A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x ∈ B, x ≤ a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(B).
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
21 / 26
Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f , g} merupakan himpunan terurut dengan diagram:
Jika W = {b, c, e} maka 1
batas atas dari W adalah c, a dan d.
2
batas atas terkecil (sup(W )) = c
3
batas bawah dari W adalah g
4
batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
22 / 26
Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f , g} merupakan himpunan terurut dengan diagram:
Jika W = {b, c, e} maka 1
batas atas dari W adalah c, a dan d.
2
batas atas terkecil (sup(W )) = c
3
batas bawah dari W adalah g
4
batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
22 / 26
Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f , g} merupakan himpunan terurut dengan diagram:
Jika W = {b, c, e} maka 1
batas atas dari W adalah c, a dan d.
2
batas atas terkecil (sup(W )) = c
3
batas bawah dari W adalah g
4
batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
22 / 26
Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f , g} merupakan himpunan terurut dengan diagram:
Jika W = {b, c, e} maka 1
batas atas dari W adalah c, a dan d.
2
batas atas terkecil (sup(W )) = c
3
batas bawah dari W adalah g
4
batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
22 / 26
Himpunan yang Similar
Suatu himpunan terurut A dikatakan similar dengan himpunan terurut B dan dinyatakan A = B jika dan hanya jika ada fungsi f : A ⇒ B yang satu-satu dan onto, serta untuk setiap a1 , a2 ∈ A berlaku a1 < a2 ⇔ f (a) < f (b) Pemetaan f disebut pemetaan similar dari A ke B.
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
23 / 26
Contoh Misal A = {1, 2, 5, 10} adalah himpunan terurut dengan relasi ”faktor dari” dan B = {t, u, v , w} juga himpunan terurut dengan diagram sebagai berikut:
maka A dan B merupakan dua himpunan yang similar karena terdapat fungsi f : A ⇒ B dimana f = {(1, v ), (2, u), (5, w), (10, t)}
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
24 / 26
Contoh
Diketahui A = {1, 2, 3, ...} dan N = {−1, −2, −3, ...} merupakan himpunan terurut dengan urutan alamiah ”x ≤ y ”. Kita perhatikan bahwa 1 ≤ 2 tetapi −1 ≥ −2 dan tidak ada elemen awal dari N, sehingga tidak terdapat fungsi similar f . Jadi A tidak similar dengan N. Bagaimana jika A0 adalah himpunan dari 10 elemen pertama A dan N 0 adalah himpunan dari 10 elemen pertama N?
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
25 / 26
Terima kasih
Selamat belajar dan sukses
Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ)
MDAS - Poset
Jember, 2015
26 / 26