Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan – materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia



Pedoman Pokok Penulisan (2)


Jaga kesinambungan

ide suatu paragraf dengan ide paragraf berikutnya

-- Bridge


Gagasan yang dinyatakan dalam satu paragraf haruslah tersambung atau dilanjutkan oleh gagasan di dalam paragraf sesudahnya. Kesinambungan itu sudah harus direncanakan sejak (ketika) menyusun outline. Ketika menulis, perlu dipikirkan “kata kunci” atau bridge yang tepat yang “mempertautkan ide” kedua paragraf berurutan itu.


Rangkaian ide atau pikiran dalam paragraf yang sambungbersambung dengan baik, akan memudahkan pembaca memahami bangunan persoalan yang diceritakan atau pesan yang disampaikan.


… bersaing merebut hati konsumen. Begitu pula dengan bank, dan bahkan sekolah-sekolah swasta. Di gelanggang politik, kompetisi terjadi dalam mengejar kekuasaan.

Bendera, spanduk, dan poster partai-partai politik yang terpampang di seantero kota adalah alat persuasi buat merebut hati khalayak. Publik diingatkan dan diimbau untuk memberikan dukungan. Janji yang diberikan mirip satu dengan yang lain: berjuang untuk memperbaiki taraf hidup.


… Celana saya sempit, karena itu ketika hendak sujud, saya terpaksa menarik-narik celana itu ke atas terlebih dulu. Akibatnya kaki saya bergerak-gerak seperti orang berjalan di tempat. Buya melihat ini sebagai kesalahan, lalu menegurnya.

Walau teguran itu disampaikan di hadapan orang ramai saya tidak merasa malu, sebab …


… perang selesai, dan kami kembali ke kota. Tetapi kehidupan terasa amat sulit. Ayah belum kembali bekerja. Lebih dari satu tahun sesudah di-screening dia tak kunjung dipanggil untuk kembali menjadi pegawai Dinas Kehutanan. Hasil yang dia peroleh sebagai tukang jahit, pekerjaan yang dilakoni ayah selama hampir sepuluh bulan, tidak mencukupi biaya hidup kami sekeluarga.

Satu per satu perhiasan emas ibu dijual untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pembeli pakaian, buku, dan biaya sekolah aku bersama dua adikku. “Ini adalah gelang terakhir yang dapat kita jadikan uang, buat …


Kaitkan: fakta dengan fakta – fakta dengan opini secara jelas/jernih/logis


Kejelasan uraian atau jalan pikiran yang hendak dikemukakan di dalam tulisan antara lain ditentukan oleh kejelasan kaitan antara suatu fakta dengan fakta yang lain, jelasnya kaitan opini dengan fakta pendukung opini itu.


Hujan yang turun selama tiga jam Rabu sore, menimbulkan genangan di Jalan Thamrin Jakarta Pusat dengan kedalaman sekitar 30 centimeter.


Untuk memperbaiki gedung SD yang rusak di Jawa Barat, sebelumnya sudah ada kesepakatan bahwa pemerintah pusat akan menyediakan dana Rp 1,42 triliun, provinsi Rp 851,6 miliar, dan pemerintah kabupaten/kota Rp 567,8 miliar. Kabupaten Bandung adalah kabupaten dengan jumlah ruang SD rusak paling banyak: 6.285 ruang. Dua bulan lalu ada kabar bahwa dana role sharing dari pusat itu belum jelas. Karena ketidakjelasan itu, DPRD dan Pemerintah Kabupaten Bandung kini memetakan kembali sekolah mana yang akan diprioritaskan.


Sebelum pasar itu terbakar satu setengah tahun yang lalu, harga sebuah kios berukuran 3 x 4 meter hanya sekitar Rp 70 juta. Kini setelah pasar itu dibangun kembali, untuk kios dengan ukuran yang sama para pedagang harus menebusnya seharga Rp 125 juta. “Tidak banyak dari kami yang mampu mengeluarkan biaya sebesar itu, walau dapat dicicil dalam waktu enam bulan,” kata Salamun, pedagang alat-alat tulis. Pedagang yang lain, Ny. Ani Triani, mengatakan, jika kios itu dapat dicicil lima tahun, mereka masih mungkin sanggup melunasinya.


“Tidak banyak dari kami yang mampu mengeluarkan biaya sebesar itu, walau dapat dicicil dalam waktu enam bulan,” kata Salamun, pedagang alat-alat tulis. Pedagang yang lain, Ny. Ani Triani, mengatakan, jika kios itu dapat dicicil lima tahun, mereka masih mungkin sanggup melunasinya. Pedagang yang tadinya menjadi korban kebakaran selalu mendapat kesulitan untuk kembali mendapatkan tempat mereka berjualan, setelah pasar yang terbakar itu dibangun kembali.


Kaitan: fakta dari dokumen - fakta hasil inverview fakta hasil observasi


Perhatikan fakta dari dokumen dan fakta hasil wawancara serta fakta hasil observasi, yang punya hubungan satu sama lain, dan sajikan dalam satu kesatuan uraian.


Catatan di kantor kepala desa menunjukkan bahwa ada 87 warga yang bekerja di kota. “Kebanyakan mereka di Jakarta menjadi pedagang makanan di kaki lima,” kata Narso, carik desa itu. Dia menyebutkan, pada hari pemungutan suara setiap kali pemilihan umum, hampir semuanya pulang. Desa ini berada di daerah yang menjadi andalan PDIP dalam memperoleh dukungan.


Tahun lalu serombongan mahasiswa UGM yang menyelenggarakan bakti sosial di desa ini, mengajarkan pembuatan pupuk kompos. Herlin, salah seorang mahasiswa itu mengatakan, usaha tersebut tidak mendapat sambutan dari warga. “Proyek kompos” ini gagal. Bahkan bekas-bekas pembuatan kompos itu kini tidak terlihat sama sekali.


Bedakan dengan jelas uraian berupa pernyataan faktual dengan pernyataan yang sifatnya berpendapat.


Perhatikan “irama” – corak yang berselang-seling dalam uraian


Selang-seling kutipan dengan paraphrase


Terlalu banyak kalimat kutipan yang ditulis berturut-turut, dapat menimbulkan gangguan pada “keindahan” uraian. Ia dapat membuat pembaca jemu. Paraphrase yang terlalu panjang juga demikian. Kutipan dan paraphrase hendaknya disajikan berselang-seling, yang menimbulkan irama yang menarik, bahkan --kalau mungkin-- menjadi lebih hidup.


Produsen alas kaki lokal hendaknya memahami selera konsumen, konsisten berinovasi, dan memasarkan produknya sampai merek produk itu tertanam di benak konsumen. ”Sayangnya, mereka belum terbiasa memasarkan mereknya di pasar domestik. Padahal, pasar itu sangat menjanjikan," kata Yongki. Menurut dia, pangsa pasar dalam negeri kini naik 5 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Itu adalah bukti bahwa produk lokal tetap disukai meski produk Cina dan Taiwan terus masuk.


Saya terakhir datang ke desa itu lima tahun yang lalu. Kini banyak perubahan yang tampak. ”Ketika kamu ke sini dulu, kan belum ada listrik,” kata Ruslan. Saya mengangguk. “Memang, waktu itu belum ada listrik,” kata saya. Sekarang desa itu sudah “terang”. Di beberapa rumah penduduk ada antena parabola. Di samping balai desa ada lapangan badminton. Di situ belasan anak muda bermain bulu tangkis pada malam hari. Ruslan berkata, “Ketika merayakan 17 Agustus yang lalu pertandingan dilakukan malam hari.”


Selang-seling kutipan langsung dengan kutipan tidak langsung


Dalam menulis kutipan, akan lebih baik jika kutipan langsung dan kutipan tidak langsung ditempatkan berselang-seling. Ia diharapkan dapat menghidupkan irama dan tempo uraian.


Angka produksi tahun lalu merosot jauh dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Produksi tahun 2003 hanya 63% produksi tahun 2002,” kata Wijaya. Penurunan yang drastis itu, katanya, terjadi karena berbagai penyebab.

Penyebab pertama adalah kondisi air yang buruk, yang membuat banyak benih udang mati setelah dua minggu. Selain itu, ada juga kesulitan mendapatkan benih itu sendiri. “Sepanjang 2003 itu,” kata Wijaya, “dapat dikatakan kami tidak memperoleh keuntungan sama sekali walaupun juga tidak rugi.”


Hindari pengulangan yang tidak perlu


Hindari pengulangan suatu fakta atau pendapat yang tidak diperlukan. Pengulangan seperti ini hanya akan membuang-buang tempat dan menimbulkan pemborosan kata. Ia pun dapat menjemukan pembaca. Pengulangan hanya dimungkinkan untuk penegasan atau untuk mengingatkan pembaca pada fakta atau opini yang sudah disebut sebelumnya dan berada di dalam paragraf yang “jauh” di bagian awal.


Akurasi: Sesuatu yang Amat Penting


Kekeliruan menuliskan apa saja akan terekam selama-lamanya dalam suatu tulisan yang dipublikasinya. Walau ia kemudian dibetulkan (ralat), pembetulan itu akan terpisah dengan tulisan tersebut. Orang yang membaca tulisan itu, tetapi tidak pernah membaca ralat, akan terkicuh. Dia mendapat informasi yang keliru. Karena itu, dalam hal menuliskan apa saja, akurasi harus dijaga seteliti mungkin.


Hindari Monotoni


Monotoni atau bunyi yang monoton dapat terjadi jika beberapa kalimat yang berurutan diakhiri dengan kata yang sama; jika beberapa kalimat yang berurutan diawali dengan kata yang sama; jika beberapa paragraf yang berurutan diakhiri dengan kata yang sama; jika dalam satu kalimat muncul kata yang sama secara berulang.


Ketika dia sampai di kantor rapat sudah dimulai. Ketika dia masuk ke ruangan rapat …

Dia sangat suka telur pindang. Kalau pada dia diminta untuk membuat daftar lauk yang paling dia gemari, yang nomor satu pasti telur pindang.


Para alumnus bertanya-tanya tentang rencana reuni, karena kabar tentang waktu reuni ini simpang-siur, ada yang mengatakan reuni dilaksanakan sesudah Idulfitri, dan yang lain mengatakan sebelum bulan puasa.


Tetapi monotoni yang dibuat dengan sengaja adakalanya malah membuat uraian jadi menarik, baik yang berupa pemakaian gaya bahasa repetisi, maupun yang bukan gaya bahasa repetisi.


Pembangunan berlangsung tidak merata. Warso, rakyat jelata, dari desa pergi mengadu nasib ke kota. Peruntungannya sungguh tidak baik dan akhirnya jadi peminta-minta.


Pelanggaran Hukum -Harus Dihindari


Membuat pertimbangan dengan berhatihati adalah sikap terbaik untuk terhindar dari perkara hukum yang boleh jadi dapat ditimbulkan tulisan yang kita buat. Ia dapat saja muncul hanya karena satu phrase dalam suatu kalimat, bahkan hanya oleh satu kata.


Etika -- Harus Terpelihara


Sama halnya dengan mempertimbangkan risiko hukum, masalah etika juga harus senantiasa diperhatikan. Pelanggaran etika tidak mengundang jatuhnya sanksi. Sanksi karena pelanggaran etika adalah penilaian publik, tetapi terkadang ia lebih berbahaya dan lebih “berat” untuk dirasakan dibandingkan dengan sanksi hukum.


Uraian Penutup


Ketaatan pada outline dapat menyelamatkan penulis dari bahaya berbicara “melantur” atau panjang lebar, berbelok-belok tak menentu. Karena itu, apabila uraian yang direncanakan dalam outline sudah disajikan seluruhnya, tutuplah tulisan tanpa harus digoda oleh pemikiranpemikiran baru -- yang meletup begitu saja pada saat menulis-- yang dapat merusak alur cerita.


Sebagaimana paragraf pertama yang hendaknya dibuat mengesankan, pada penulisan populer, paragraf penutup pun hendaknya dibuat mengesankan. Jika kesan yang ditimbulkan paragraf pertama dimaksudkan buat membangkitkan minat audience untuk membaca, paragraf penutup hendaknya memberikan kesan tentang “isi pesan” yang disampaikan naskah itu.


“Isi pesan” yang disampaikan naskah itu di dalam paragraf penutup tidak harus selalu berupa kesimpulan. Kesimpulan dapat saja dibuat, tetapi itu bukan satu-satunya --dan juga bukan keharusan dalam penulisan populer-- cara untuk mengakhiri pembahasan. Paragraf penutup dapat saja dibuat berupa uraian atraktif yang menggiring audience menarik interpretasi. Ia juga dapat dibuat berupa “pengulangan isi lead” (bahkan pengulangan kalimat lead secara utuh).


Di dalam penulisan populer bahkan dikenal cara mengakhiri naskah secara “terjurai”, atau “teruntai” begitu saja. Artinya, uraian terhenti dan naskah selesai ditulis jika semua gagasan dan fakta yang harus dikemukakan sudah diuraikan secara tuntas. Catatan: Sebagian pendapat mengatakan bahwa cara mengakhiri naskah seperti itu tidaklah bagus, dan teknik menyudahi uraian dengan cara seperti itu disebut sebagai teknik “rem mendadak”. Sebetulnya di dalam penulisan untuk jurnalistik, cara seperti itu dibiasakan. Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan – materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Pemeriksaan Akhir


Teliti adalah sifat yang pokok bagi seorang penulis. Periksalah kembali naskah itu dengan berhatihati, kalau-kalau ada kesalahan ataupun kekurangan, dan juga uraian yang berkelebihan (yang tak perlu) di dalam tulisan tersebut.


Jika ditemukan lead baru yang lebih kuat atau lebih atraktif, gantilah lead yang sudah dibuat sebelumnya. Jangan lupa memperhatikan kesinambungan uraian dari lead baru itu ke paragraf (berikutnya) kedua.


Bacalah kembali dengan cermat naskah yang sudah selesai ditulis. Periksalah akurasi fakta, ejaan, pemakaian tanda baca, ketepatan kata maupun istilah yang dipakai, kejernihan serta logika kalimat, pemborosan dan penghematan bahasa, keindahan uraian yang dibuat, dan segi-segi yang menyangkut etika serta aspek hukum dalam penulisan serta publikasi.


Jika ada waktu, dan kalau ada kemungkinan, akan sangat baik kalau naskah itu diberikan pada orang lain (yang dapat dimintai pertimbangannya), diminta untuk membaca dan memberikan komentar. Cara seperti ini biasanya membantu penulis yang pada umunya “sudah terperangkap dalam pemikirannya” sendiri, sulit membebaskan diri atau tidak dapat melihat masalah dengan cara lain selain dari yang dia yakini.



Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Recommend Documents