SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI
Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin
[email protected] Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung
Abstrak Masjid kesultanan merupakan sebuah peninggalan warisan dari Sultan yang menjadi ikon suatu daerah, karena memiliki keunikan tersendiri yang pada dasarnya bercampur dengan budaya di suatu tempat. Masjid-masjid kesultanan ini cukup banyak tersebar di Indonesia, salah satunya berada di Ternate, Maluku Utara, yakni Masjid Sultan Sigi Lamo. Masjid tersebut memiliki keunikan bentuk dan karakter khas Maluku Utara yang hanya sebagian orang saja yang paham dan mengetahuinya, karena masih kurangnya informasi mengenai masjid ini. Bahkan penelitian-penelitian arsitektur terkait masjid inipun masih sangat sedikit dan jumlahnya bisa dihitung jari. Padahal masjid-masjid ini perlu untuk dilestarikan dan layak dijaga keasliannya sebagai warisan khas budaya masyarakat Maluku Utara. Karenanya diperlukan penjagaan dan perawatan agar masjid ini bias tetap dilestarikan sebagai masjid peninggalan zaman kerajaan Sultan di Maluku Utara. Kata-kunci : masjid, pelestarian, penelitian, sultan, warisan
Pendahuluan Penyebaran islam di Nusantara sudah cukup menjarah sampai ke wilayah Maluku pada abad ke-15. Kerajaan Ternate yang bertahta di wilayah tersebutlah yang pertama menganut islam, yakni sekitar akhir tahun 1480-an Masehi. Sejak abad tersebut mulailah ada rencana pembangunan Masjid Sultan Ternate yang sampai hari ini masjid tersebut adalah menjadi masjid tertua dan pertama yang ada di Ternate dan merupakan masjid terbesar di jamannya. Meskipun dalam beberapa sumber belum ada yang memaparkan secara valid dan jelas kapan bangunan masjid ini dibangun, Sultan Zainal Abidin yang merupakan raja kedua di kerajaan ternate inilah yang memulai masa kesultanan di wilayah tersebut. Rumornya, Masjid Sultan Ternate atau yang biasa disebut dengan Masjid Sigi Lamo ini dibangun pada zaman kekuasaan beliau. Masjid ini berada di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara. Arsitektur masjid yang memiliki ciri khas pada bagian atap masjidlah yang menjadi menarik untuk dibahas karena memiliki bentuk yang cukup unik yang dibuat berundak-undak bak sirip seekor ikan. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Sejarah didirikannya Masjid Sultan Ternate dan karakteristik Arsitekturnya yang indah sehingga perlunya pelestarian pada bangunan ini. Sejarah Masjid Sultan Ternate Raja Pertama kesultanan Ternate merupakan Kolano Marhum yang memulai masa kesultanan islam di Ternate yang semakin dimantapkan setelah pergantian kekuasaan oleh anaknya yakni Zaenal Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 409
Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan
Abidin sekitar tahun 1486 s.d 1500 M. Pada masa inilah awal mula jabatan Kolano diganti menjadi Sultan dan menetapkan agama islam sebagai agama resmi kerajaan. Sejak saat itu, Sultan Zaenal Abidin memberlakukan syariat islam di kerajaan dan membentuk lembaga-lembaga kerajaan sesuai hukum islam dengan melibatkan para ulama. Dari masa Sultan Zainal Abidinlah mulai ada rencana pembangunan masjid besar sebagai tempat ibadah warga di daerah tersebut. Namun dalam direktori masjid bersejarah Departemen Agama RI menyatakan bahwa pendirian Masjid Sultan Ternate ini baru mulai dibangun pada awal abad ke-17, atau sekitar tahun 1600-an yakni saat berkuasanya Sultan Mudafar dan baru selesai pada tahun 1648 Masehi oleh Sultan Hamzah. Dengan berbagai kejadian yang mengatakan pernah terjadi kebakaran juga pada bangunan masjid ini sehingga harus direnovasi pada tahun 1818 Masehi. Kemudian dilakukan pemugaran terakhir pada tahun 1983 dengan dilakukan perombakan total namun tidak merubah bentuk asli masjid. Bila berpegang pada pendapat kedua yang menyatakan bahwa Masjid Sigi Lamo ini baru dibangun pada masa Sultan Mudafar, maka timbul suatu pertanyaan besar, mengapa ada jarak waktu yang cukup lama dari kekuasaan kolonel Marhum dan Zaenal abidin yang berkuasa pada sekitar tahun 1400an sampai abad ke-17 pada masa kekuasaan Sultan Mudafar. Lalu bagaimana Sang Sultan, keluarga dan masyarakatnya melakukan ibadah sholat, apakah mungkin hanya dilakukan di rumah? Selain karena kurangnya informasi terkait sejarah dan asal-usul masjid ini, usia masjid yang sudah terhitung sangat lama pun membuatnya semakin buyar terkait data-data yang ada, teumata dengan kepentingan urusan ibadah yang telah dijelaskan tadi. Wallahu’alam, hanya Allah yang tahu. Karakteristik Arsitektur Masjid Sultan Ternate ini dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu dengan bahan perekat dari campuran kulit pohon kalumpang. Bahan-bahan tersebut adalah material yang digunakan untuk bangunan masjid pada zaman sekitar abad ke-18, karena bangunan masjid yang sekarang sudah menggunakan material bata-beton dana tap corrugated yang disesuaikan dengan pola-pola bentuk sebelumnya, sehingga tidak merusak ataupun mengganti wujud asli masjid tersebut. Jika dilihat baik-baik, nampaknya gaya arsitektur bangunan masjid ini mengadaptasi bangunan-bangunan gaya arsitektur khas masjid nusantara yang tidak memiliki bentuk kubah lingkaran sebagai atapnya, namun hanya menggunakan kubah atap yang berbentuk limas.
Gambar 1. (Kanan) foto bangunan Masjid Sultan ternate dekitar abad ke-18, sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Moskee_TMnr_60052424.jpg Gambar 2. (Kiri) foto bangunan Masjid Sultan ternate sekarang, sumber: https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Depan_M_S_Ternate.jpg&filetimestamp=20120809150942& 410 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Muhammad Fadhil Fathuddin
Bangunan utama masjid memiliki atap tumpang yang bersusun menjadi 5 tingkat yang terbuat dari rumbia. Pada tingkat teratasnya berbentuk kerucut dan memiliki bukaan sebagai lubang angin di keempat sisi bawah kerucut dengan bentuk persegi panjang yang diatasnya diberi penutup . Dibagian puncak kerucut yang diberi tiang dan masyarakat menyebutnya sebagai tiang alif. Isi di dalam ruangan masjid ini terdapat serambi tiang, mihrab dan mimbar yang terbuat dari kayu berukir. Tiang kolom yang terdapat di ruangan kurang lebih sekitar 313 batang. Pada bagian depan terdapat serambi dengan dinding di bagian utara dan selatan. Pada kiri dan kanan serambi terdapat bagian yang menempel dengan dinding serambi yang berfungsi sebagai tempat wudhu.
Gambar 3. foto bangunan bagian dalam Masjid Sultan Ternate. Sumber: https://www.beautifulmosque.com/Sultan-Ternate-Mosque-in-Ternate-Indonesia/
Salah satu keunikan dari masjid ini adalah di bagian halaman depanmasjid yang tepat pada sumbu garis mihrab yang terdapat bangunan kecil bertingkat yang menjadi gerbang utama masjid. Di bagian atas dari pendopo tersebut digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bedug yang dibunyikan jika waktu shalat telah tiba, yang dilanjutkan dengan kumandang adzan. Bangunan kecil bagian depan ini berbentuk bujur sangkar, dengan atap yang berbentuk sama seperti bangunan utama masjid, namun hanya memiliki dua susun atap saja. Tradisi, Larangan Sampai Pelestarian Masjid Tradisi Salah satu tradisi yang setiap tahun diadakan di Masjid Sultan Ternate adalah malam qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan Ramadhan. Dalam tradisi ini, sultan dan para kerabatnya dibantu oleh dewan keagamaan kesultanan yang mengadakan upacara ritual khusus yang bernama Kolano Uci Sabea, atau yang berarti turunnya sultan ke masjid untuk shalat dan berdoa. Dalam satu tahun, ritual Kolano Uci Sabea dilaksanakan empat kali, yakni pada Malam Qunut, Malam Lailatul Qadar serta pada Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Tradisi yang telah dilakukan sejak masa kesultanan itu ternyata telah dilakukan secara turun temurun , bahkan hingga saat ini pun tradisi tersebut masih berlangsung. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, dalam kondisi apapun, sang sultan haruslah melakukan Sabea (shalat) di Masjid Sultan Sigi Lamo tersebut. Larangan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 411
Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan
Salah satu tradisi lainnya yang terkenal di Masjid Sigi Lamo ini adalah larangan bagi kaum wanita atau muslimah untuk masuk ke dalam Masjid Sigi Lamo tersebut. Namun larangan ini telah dihapuskan pada tahun 2009 silam. Pada malam di tahun tersebut tepatnya pada tanggal 16 September 2009, Sultan Mudaffar Sjah mengajak peraisuri Nuta Budhi untuk juga ikut shalat di dalam Masjid Sigi Lamo. Selain itu pun, yang dulu-dulunya hanya sulta saja yang ditandu dari isatana menuju masjid, mulai saat itu permaisuri juga ikut ditandu bersama sultan. Meskipun tindakan sultan tersebut banyak yang tidak setuju terutama dari msyarakat ternate sendiri, namun sang sultan masih tetap kukuh dengan pendiriannya untuk menghapuskan tradisi tersebut. Karena beliau berusaha untuk menegakkan hokum islam sesuai ketentuan dan yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad bahwa Shalat itu tidak hanya untuk Pria saja dan masjid pun bukan hanya untuk pria, tapi wanita juga wajib menunaikan sholat dan boleh melaksanakannya di dalam masjid. Pelestarian Selain karena salah satu peninggalan sulta, Masjid Sigi Lamo ini perlu dilestarikan juga karena keunikan arsitekturnya itu sendiri, banyak yang berpendapat bahwa bentuk arsitektur Masjid Sigi Lamo ini merupakan gabungan antara Arsitektur Romawi dan Persia. Jika dilihat lebih rinci dan setelah dibandingkan, ternya memang ada beberapa kemiripan dengan Arsitektir Romawi dari sisi proporsi antara bangunan kecil di bagian depan dan bangunan utama yang memiliki fungi utama dengan bentuk yang lebih besar.
Gambar 1. (Kanan) foto bangunan dengan Arsitektur Romawi, sumber: http://architectaria.com/karakteristikarsitektur-italia-pada-abad-renaisans.html Gambar 2. (Kiri) foto bangunan Masjid Sultan Ternate, sumber: http://travel.detik.com/readfoto/2014/04/07/101700/2511331/1026/3/aneka-masjid-keren-di-timur-indonesia
Selain itu proporsi sirip yang ada di atap Masjid Sultan Ternate ini juga memiliki kemiripan dimana bagian puncak atap bangunan memiliki satu bagian yang paling tinggi dengan bentuk dan ukuran yang lebih kecil disbanding bawahnya.
412 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Muhammad Fadhil Fathuddin
Gambar 1. (Kanan) foto bangunan dengan Arsitektur Romawi. sumber: https://stellarclyne.wordpress.com/tag/sejarah-arsitektur/ Gambar 2. (Kiri) foto bangunan Masjid Sultan Ternate. sumber: http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2010/10/sigi-lamo-masjid-sultan-ternate.html
Jika dibandingkan dengan Arsitektur Persia, bangunan Masjid Sultan Ternate ini juga memiliki kemiripan pada bagian gerbang depannya yang memiliki bentuk arcus, khas Arsitektur Persia.
Gambar 1. (Kanan) foto bangunan dengan Arsitektur Persia, sumber: https://www.beautifulmosque.com/Pos tImages/sultan-ternate-mosque-in-tern|ate-indonesia-07.jpg Gambar 2. (Kiri) foto bangunan Masjid Sultan Ternate, sumber: https://www.beautifulmosque.com/PostImages/sultan-ternate-mosque-in-ternate-indonesia-07.jpg
Pelajaran Pelajaran yang didapat dengan analisis yang telah dilakukan cukup memberikan banyak pengetahuan bagi penulis terutama dalam hal bangunan-bangunan bersejarah dan heritage, dimana bangunan-bangunan ini sudah semestinya dijaga karena memiliki nilai budaya yang tinggi yang patut bangsa Indonesia banggakan. Selain itu juga banyak rahasia-rahasia sejarah yang menarik dan bias dijadikan contoh dalam membangun sebuah masjid di Indonesia, sebagaimana bangunan masjid ini yang memiliki ke-khasan arsitektur nusantara. Sehingga bangunan ini sangat perlu untuk dijaga dan terus dilestarikan.
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 413
Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan
Kesimpulan Warisan paling berharga sultan yang tetap menjadi tradisi dan budaya yang bias dilestarikan di daerah Ternate ini salah satunya adalah Masjid Ternate ini sendiri, dimana sejarah kebudayaan islam pun bermula dari bangunan ini. Kebaruan yang telah dituliskan adalah terkait perbandingan antara bangunan Masjid Sultan ternate ini dengan Arsitektur Romawi dan Persia yang ternyata ada kemiripan dalam lagam arsitekturnya yang khas. Acknowledgements Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Arsitektur Islam di Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung, Dr. Eng. Bambang Setia Budi, atas informasi, diskusi, dan rekomendasi terkait referensi yang dibutuhkan selama penulisan makalah ini. Juga kepada teman sejawat saya Arif Satya Wirawan sebagai teman dan Ketua Kelas yang telah banyak memberikan saran dan masukan selama penulisan makalah. Daftar Pustaka https://galeriwisata.wordpress.com/wisata-maluku/wisata-maluku-utara/masjid-sultan-ternate/ http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1358/masjid-tua-ternate-maluku-utara http://2.bp.blogspot.com/_Xpmm0Inq_hI/TL_C1pSQs_I/AAAAAAAAA44/Mi-fVDZGzhA/s1600/P1020979.jpg https://www.beautifulmosque.com/PostImages/sultan-ternate-mosque-in-ternate-indonesia-05.jpg http://jalan2.com/objek-wisata/detail/masjid-sultan-ternate http://1.bp.blogspot.com/_Xpmm0Inq_hI/TL_D-bU1KYI/AAAAAAAAA5I/_HG3yDVQ15Q/s1600/P1020966+(1).jpg https://www.beautifulmosque.com/PostImages/sultan-ternate-mosque-in-ternate-indonesia-07.jpg https://www.beautifulmosque.com/Sultan-Ternate-Mosque-in-Ternate-Indonesia/ http://ternateheritage.com/?p=665 https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Sultan_Ternate
414 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017