Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
STRATEGI PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN PETA:NI PETERNAK SEBAGAI POTENSI DAN PELUANG PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN ROOSGANDA ELIZABETH
dan WAHYUNING K .
SEJATI
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 10, Bogor 16151
ABSTRAK Partisipasi petani adalah pendekatan strategis untuk mewujudkan pemberdayaan petani di pedesaan. Sebagai tujuan akhir, pemberdayaan petani merupakan target yang hendak dicapai, sedangkan partisipasi petani adalah alat mencapai target dan tujuan program pembangunan di pedesaan . Berbagai manfaat partisipasi sebagai upaya pemberdayaan petani dalam program integrasi usahatani-ternak, terutama meningkatnya pengetahuan mereka mengenai : pemilihan bibit temak yang baik dan benar; pemberi,,n clan penyediaan pakan yang berkesinambungan ; "perkandangan menetap ; pemeliharaan kesehatan ternak ; reproduksi temak; pasca panen ternak; dan pemasaran temak. Peningkatan pendapatan rumahtangg,i juga diperoleh melalui pemanfaatan nilai tambah dari limbah hijauan sebagai pakan serta limbah (kotoran)ternak sebagai pupuk organik. Manfaat partisipatif petani adalah pemberdayaan mereka mengatasi permasalahan usahatani dengan meningkatnya produktivitas usahatani, beragamnya jenis tanaman, yang akitimya meningkatkan pendapatan yang dapat diperoleh petani peternak setiap tahunnya . Diperlukan dukungan aparat pemerintahan yang baik, transparatif, dan akuntukabel . Kata kunci : Partisipatif, pemberdayaan, program integrasi usahatani-ternak, petani
PENDAHULUAN Kebutuhan daging sapi Nasional pada tahun 2000 adalah sekitar 390 ribu ton atau 1,9 kg/kapita/tahun, sementara pada tahun yang sama produksi daging sapi nasional hanya sekitar 205 ribu ton atau defisit produksi sekitar 185 ribu ton . Seiring berjalannya waktu, kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani utama bagi manusia diperkirakan bakal mengalami peningkatan di masa mendatang . Keadaan tersebut sebagai konsekuensi semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peran sumber protein dan gizi bagi kesehatan, terutama setelah terjadinya pemulihan kondisi ekonomi pasca krisis moneter . Sementara itu, kebutuhan daging sapi pada tahun 2010, diprediksi akan mencapai sekitar 527 ribu ton atau sekitar 2,21 kg/kapita/ tahun . Sedangkan produksi nasional hanya sekitar 223 ribu ton atau masih defisit sekitar 304 ribu ton . Bila terjadi penambahan demand daging sekitar lkg/kapita saja per tahun, maka akan setara dengan penambahan lebih dari 1 juta ekor sapi potong per tahun .
306
Meningkatnya kuantitas impor daging yang dimulai sejak tahun 1990-an mengindikasikan kekurangmampuan produksi daging dalam negeri untuk memenuhi permintaan pasar domestik sekalipun masih relatif r ndah (kurang dari 2 kg/kapita/tahun) . Kondisi tersebut sangat logis terjadi apalagi bila membandingkan dengan impor daging clan sapi bakalan yang dilakukan pemerintah pada .ahun 1996 yang mencapai 500 ribu ekor ( :,etara dengan Rp . 2,5 triliyun nilai saat itu) . Keterbatasan kualitas dan kuantitas pa : ;okan daging dalam negeri disebabkan belum adanya peternak besar komersial yang mimpu berusaha menghasilkan sapi bakalan, sehingga pengadaan pada umumnya dilakukan peternak kecil (hampir 99%) . Hal tersebut dikarenakan keuntungan usaha breeding yang relatif kurang memadai, buhkan cenderung lebih merugikan . Sebagai perbandingan, bila harga seekor sapi siap l .awin sekitar Rp . 3-4 juta, jarak beranak sekitar 500 hari (15-18 bulan) dengan biaya pakar dan pemeliharaan sekitar Rp. 4000/hari, maka memerlukan biaya sekitar Rp . 2,5 juta untuk
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
dapa . menghasilkan sapi bakalan (pedet/anak sapi) yang berharga sekitar Rp . 1-1,5 juta/ekor. Oleh karena itu, perlu diupayakan secara konkrit, (i) peningkatan populasi sapi produktif dan produktivitasnya melalui pencegahan pengurasan/pemotongan sapi produktif, (ii) peningkatan mutu genetik ternak, (iii) peny,diaan pakan lokal murah dan berkualitas, (iv) Demanfaatan limbah tanaman (usahatani) sebagai pakan utama, (v) memperbaiki dan meningkatkan kualitas sistem manajemen peme liharaan (termasuk pence-gahan, (vi) pemberantasan penyakit dan reproduksi) ternak, serta (vii) penerapan sistem kandang koleltif (sebagai basis pengembangan pusat pemhibitan ternak) di pedesaan . Terkait dengan pelaksanaan program kebijakan pembangunan pertanian yang salah satunya adalah integrasi usahatani-ternak, make partisipasi sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan sangat diharapkan demi terlaksana dan tercapainya tujuan dari program tersebut. Fokus utama adalah pemberdayaan petani agar mampu mem anfaatkan limbah tanaman (usahatani) sebagai pakan utama ternak, serta pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai pupuk kandang (pukan) untuk mernacu peningkatan unsur hara tanah sebagai sumber utama kesuburan lahan, agar dapat meningkatkan produksi usaha-tani mereka . Selain itu, nilai tambah lain yang diperoleh petani adalah bertambahnya pendapatan petani yang diperoleh dari basil penjt alan kelebihan kotoran ternak tersebut kepada petani lain yang membutuhkannya sebagai pupuk tanaman mereka . Makalah ini bertu,juan untuk mengemukakan dengan lebih komprehensif pentingnya peran serta (partisipasi) petani dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian dan pedesaan yang dapal dijadikan sebagai salah satu strategi pemberdayaan mereka terhadap cengkeraman kemi ikinan, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga petan i di pedesaan . JUSTIFIKASI DAN KERANGKA KONSEPTUAL Berkembangnya kecenderungan yang bersi'at involutif pada prinsip ekonomi uang dewasa ini dalam hubungan produksi yang
lebih menekankan resiprosilas (bentuk pertukaran) makin melemahkan peran lembaga tradisional di pedesaan . Penetrasi dan tekanan ekonomi kapitalis (dalam bentuk sistem pasarisasi yang mengutamakan efisiensi dan penerapan teknologi modern) (KORTEN dan SJAHRIR, 1984), yang semakin kuat ke pedesaan, menyebabkan norma dan nilai ikatan sosial yang terjalin dalam kelembagaan di pedesaan semakin longgar. Partisipasi merupakan hak dan tindakan setiap orang termasuk stake holder yang ada dalam setiap kebijakan publik, untuk ikut berperan aktif terlibat dalam segala proses pembangunan . Melalui partisipatif, sentimen individu yang masih kuat dalam kelompok untuk merespon perkembangan teknologi menumbuhkan kemampuan petani mengadaptasi program pembangunan . Partisipasi masyarakat petani sebagai strategi pemberdayaan mereka dalam proses pembangunan mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi mengindikasikan upaya mewujudkan kemandirian daerah yang transparan dan akuntukabel antara komponen pemerintah, swasta, dan masyarakat (ONNY, dan PRANARKA, 2000) . Semua aspek terkait tersebut dilandasi aturan kebijakan untuk berpartisipasi sesuai proporsi dan kompetensinya secara terukur dan berkelanjutan . Kondisi tersebut dapat berlangsung dengan : partisipatif; tranparansi ; dan akuntabilitas yang merupakan prinsip dasar pemerintahan yang baik (good governance), dimaksudkan agar dapat menjembatani antara aspirasi dan kebutuhan masyarakat petani di pedesaan . Partisipatif diharapkan dapat menggugah kesadaran publik bahwa terjadinya keberhasilan maupun kegagalan proses pembangunan pertanian di pedesaan sangat bergantung pada keberhasilan keterlibatan masyarakat petani dalam penyelenggaraan pembangunan, dan bukan tanggung jawab pemerintah semata dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani (SUMODININGRAT, 1997) . Kelompok tani dan lembaga lain dapat dimanfaatkan dan diberdayakan sesuai adat budaya sebagai salah satu aset potensi dan pembangunan di pedesaan (HAYAMI dan KIKUCHI, 1987) . Selain itu, dapat dikembangkan menjadi lembaga, baik yang adop teknologi maupun berorientasi pasar, serta bermanfaat wadah untuk menampung dan
307
Lokakaiya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
mengembangkan diri petani di pedesaan (BUDIMAN, 1991) . Implikasi lain adalah masyarakat desa sangat rapuh terhadap faktor di luar pengendaliannya . Pada kondisi tersebut, akar etika subsistensi dalam kebiasaan ekonomi dan pertukaran sosial tidak dapat difungsikan dalam pembangunan di era modernisasi (globalisasi) (SCOTT, 1981 disitasi RACHMAN, 1998) . Di samping itu, terjadi memudarnya jaminan kehidupan sosial bermasyarakat bagi kaum petani yang selama ini hidup eksis di pedesaan akibat sistem ekonomi moral yang sebenarnya telah pudar (SUMODININGRAT, 1999) . KERAGAAN RESPONDEN DAN PROFIL LOKASI Di Desa Mojorejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, petani reponden umumnya mengusahakan lahan yang relatif sempit (0,5-1 patok atau 0,166-0,33 ha) dan merupakan agroekosistem lahan sawah irigasi . Sementara itu, Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak lebih kurang 50 km di sebelah Timur Laut Kota Surakarta (Solo), membutuhkan waktu selama lebih kurang 3,5 jam untuk tiba di Desa Mojorejo . Kabupaten Sragen memiliki luas wilayah sekitar 999 km2 , dan terbagi dalam 21 kecamatan dan sekitar 212 desa . Salah satu adalah Kecamatan Karang Malang dan salah satu desanya adalah Desa Mojorejo . Wilayah Kecamatan Karang Malang terletak pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut . Temperatur udara berkisar antara 18-35 °C, dengan jumlah curah hujan 60 hari, yang banyaknya 377 mm/tahun . Dari data monograf (potensi) tahun 2005/ 2006, diketahui bahwa penduduk desa Mojorejo sekitar 1308 KK dimana jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berimbang yaitu masing-masing 2772 orang, dengan tingkat pendidikan yang relatif merata karena setiap KK umumnya mengupayakan agar anak mereka sedikitnya dapat mengenyam pendidikan SD (sekolah dasar) . Tingkat pendidikan tersebut relatif bervariasi antara tamatan SD hingga tamatan SMU serta ditemukan beberapa yang tamatan S 1 (sarjana), yang dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi
3 08
suatu rumahtangga petani responden . Petani responden umumnya berpendapat bahwa tingkat pendidikan maupun kondisi ekonomi mereka termasuk lebih baik dib, .nding orangtua mereka terdahulu . Penguahaan dan pengusahaan lahan d Desa Mojorejo sangat bervariasi antara 0,166-1,7 ha (1 - 5 patok), yang mayoritas merupakan lahan sawah irigasi . Luas tanah sawah irigasi teknis adalah 316 ha ; tanah kering (pekarungan, bangunan, emplasement seluas 139 ha ; tegal/ kebun seluas 5 ha ; tanah basah (rawa/lasang surut) seluas 12 ha; tanah keperluan fasilitas umum seluas 2 ha ; tanah keperluan fasilitas sosial sekitar 6,2 ha. Ketersediaan sara ia air untuk mengairi sawah dapat dii enuhi sepanjang tahun, karena Desa Mojorej .) dan sekitarnya memiliki dua buah waduk (12 ha) dengan kondisi baik ; dam/embung sebanyak 6 buah ; pompa air (untuk mengairi sawah pada musim kering) sebanyak lebih dari 6 buah ; dan dialiri dua buah sungai/kali . Kondisi te -sebut mengindikasikan pengusahaan tanaman padi di sawah dapat dilakukan penduduk sept njang tahun (lima musim tanam per dua tahun) . POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK Para petani umumnya berpenghasilan relatif rendah dengan pendapatan rumahtangga sekitar Rp. 1,2 juta-Rp . 2,45 juta atau sekitar Rp. 300 ribu-Rp. 600 ribu per bulan pada musim hujan ; dan sekitar Rp . 400 ribu-Rp . 1,4 juta atau sekitar Rp . 100 ribu-Rp. 350 ribu per bulan untuk musim kering . Untuk mengatasi paceklik beras, petani umumnya mengusahakan tanaman jagung, kacang tanah, atau singkong. Namun, produksi jagung yang mereka hasilkan relatif rendah (2 ton/ha), kacang tanah sekitar 650 kg/ha . Untuk menambah pendapatan rumahtangga, para petani kecil tersebut umumnya menjadi buruh tani dan memelihara sejumlah kecil tcrnak . Relatif kecilnya jumlah ternak yang dipelihara lebih disebabkan tujuannya sebagai usaha sampingan, tabungan, pemanfaatan tmaga kerja keluarga, dan keterbatasan modal untuk mengusahakannya lebih dari skala keluar &a . Bila dikaji lebih lanjut, limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk pakan ternal : dan kotoran ternak (pukan) dapat digunakan
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
sebagai pupuk organik untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan dapat mengurangi biay,L pembelian pupuk kimia (anorganik) . Di samping itu, lebih beragamnya komoditas yang diuszhakan petani merupakan sumber pakan ternak menjadi relatif banyak tersedia . Kondisi terse but mengindikasikan terdapatnya potensi dan Deluang usaha ternak serta sebagai salah satu insentif untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan yang dapat terwiijud melalui partisipasi dan pemberdayaan petar i peternak di pedesaan .
Demikan halnya pemeliharaan sapi, kerbau dan kambing, masih tradisional antara 1-3 ekor/KK . Tradisional karena belum memperhatikan ketersediaan pakan (hijauan) ternak, perkandangan berpindah, aspek kesehatan dan reproduksi belum intensif, pengembangbiakan masih secara kawin alami . Kasus kekuraitgan pakan ternak (hijauan) yang diakibatkan kekeringan sering ditemukan, terutama bila musim kemarau (MK) berlangsung . Pemilikan ternak sebagai aset rumahtangga petani responden secara rinci dikemukakan pada Tabel 1 .
Tabe 11 . Pemilikan temak sebagai aset rumahtangga responden di Desa Mojorejo tahun 2000 - 2006 Jenis ternak Sap biasa Kerhau Kanibing Doniba Kuda, babi Ayam Itik Puy ih
Jumlah pemilik (orang) 168 1 96 22 6 283 180 44
Jumlah ternak (ekor) 289 3 393 89 106 798 860 222
Sumber : DATA MONOGRAFI (POTENSI) DESA MOJOREJO (2006)
Terkait dengan program integrasi usahatani -ternak sebagai salah satu program kebijakan pemhangunan pertanian, terpusat pada pemanfaata i limbah usahatani (tanaman) sebagai pakan utama ternak ; serta pemanfaatan kotoran ternak yang selama ini hanya sebagai limbah buan ; ;an sebagai pupuk (pukan) penambah kesuburan lahan usahatani . Di samping itu, petan i peternak juga memperoleh manfaat lain berupa tambahan pendapatan rumahtangga dari hasil penjualan ternak dan kotoran ternak serta limbah tanaman kepada petani lain yang mem outuhkannya. Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah petani peternak memiliki pengetahuan tentang : pemilihan bibit ternak yang baik dan benar ; pemberian dan penye :diaan pakan yang berkesinambungan ; perkandangan menetap ; pemeliharaan kesehatan ternak ; reproduksi ternak ; pasca panen ternak; dan pemasaran ternak . Berbagai manfaat tersebut tentu saja merupakan potensi dan insentif bagi petani peternak disamping tersedianya lahan sebagai penyedia pakan yang dapal menjadi peluang untuk meningkatkan kesadaran dan minat petani untuk sekaligus menj sdi peternak .
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TERNAK SAPI DAN KAMBING Petani memperoleh keuntungan sebagai pendapatan sekitar Rp . 1,25 juta per ekor, dari satu siklus pemeliharaan sapi penggemukan, ditambah perolehan dari penjualan anakan (bila memelihara lebih dari satu ekor sapi jantan dan betina) . Peningkatan pendapatan petani dari usaha ternak dapat diketahui melalui Tabel 2 . Dari pemeliharaan ternak kambing, petani memperoleh pendapatan sekitar Rp . 0,7 juta hingga Rp . 1,15 juta ditambah perolehan dari menjual anakan (sebagai bibit) . Petani peternak juga memperoleh tambahan pendapatan dari hasil menjual kotoran ternak kepada petani lain yang membutuhkannya sebagai pukan (pupuk kandang), di samping perolehan pendapatan dari hasil menjual sapi dan babi (dewasa dan anak/bakalan) . Sebagai tambahan pemikiran dapat dikemukakan suatu gambaran bahwasanya kotoran sapi dapat dijual sekitar Rp . 50 .000/ton .
309
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 2. Perbandingan perkiraan dan pendapatan usaha ternak kambing dan sapi di Desa Mojorejo, Kecamatan Karang Malang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 2006-2007 Uraian
Satuan
Berat awal Hargabakalan Lama penggemukan Tambahan bobot Hijauan Konsentrat Tenaga kerja Obat-obatan Biaya lainnya Bunga Biaya penggemukan Pendapatan Keuntungan Harga maksimal bakalan
kg ekor hari kg kg kg HOK unit unit unit unit kg unit unit
Kambing Volume Rp. (000) 10- 15 1 200--350 200-250 60-85 200 135 1 20 1 20 1 1 240-390 70 - 100 700-1 .150 1 460-950 1 350
Sapi Volume 250 1 300 150-250 1500 780 150 1 1 1 1 400-500 1 1
Rp . (000) 2.00) 450 795,6 900 48 221,6 333,3 4 .748,5 6 .000 1 .251,5 2 .851 .5
Sumber : Data primer diolah dan diimplementasi dari beberapa hasil penelitian
Selama satu siklus pemeliharaan, seekor sapi dewasa rata-rata mampu menghasilkan sekitar 5-10 ton kotoran, sedang dari kotoran kambing petani memperoleh sekitar Rp. 5 .000/kg . Upaya pemberdayaan petani miskin melalui partisipasi bermanfaat baik dari penjualan ternak dan anakan maupun kotoran ternak (pukan/pupuk kandang) . Keadaan tersebut mengindikasikan terjadinya peningkatan pendapatan dari sekitar Rp . 460 ribuRp . 910 ribu (dari usaha ternak kambing, dan Rp . 1,25 juta dari usaha ternak sapi per siklus usaha. Dari data kepemilikan ternak per siklusnya, Desa Mojorejo mampu menyediakan ternak potong jenis ruminansia sekitar 400-an ekor sapi biasa, sekitar 500-an ekor kambing, 100an ekor domba, 200-an ekor kuda dan babi . Data tersebut mengindikasikan jumlah ketersediaan beberapa jenis ternak ruminansia tersebut setiap siklusnya termasuk relatif baik, terlebih bila program pengembangan usaha ternak dapat terlaksana dengan baik . Angka tersebut hanyalah berasal dari satu bagian daerah kecil dari negara Indonesia yang luas ini . Untuk itu, pengembangan pemberdayaan petani melalui partisipasi mereka agar tertarik dan berminat mengembangkan usaha ternaknya patut mendapat perhatian dan penanganan serius dari pihak pemerintah daerah dan pusat . Minat dan ketertarikan tersebut dapat direspon
310
pemerintah melalui berbagai program kebijakan di bidang peternakan, baik dari sisi kredit permodalan lunak, integrasi tani ternak, maupun bantuan langsung mandiri (BLM) usaha ternak (bantuan pemberian ternak ~ecara bergilir) dan berbagai program kebijakan lainnya. PARTISIPASI : STRATEGI PEMBERDAYAAN PETANI - PROGRAM INTEGBASI USAHATANI TERNAK Partisipasi merupakan : 1) suatu roses aktif, dimana petani dapat mengambil irsiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal tersebut; 2) •pemantapan interaksi dan komunikasi di antara setiap iihak terkait dalam proses pembangunan supaya prediksi yang disusun tidak jauh melesei dari kondisi setempat ; 3) terlibat aktif dan sul .arela berkontribusi dalam program pembangunan ; 4) tindakan pemekaan terhadap pihak petani untuk meningkatkan kemauan menerimz . dan kemampuan dalam menanggapi program pembangunan pertanian di pedesaan ; 5) keterkaitan erat pemerintah dan petani peternak dalam suatu tindakan kerjasama untuk merencanakan, memanfaatkan dan melestarikan pencapaian hasil pembangunan . Aksesbilitas petani peternak terhadap suatu program kebijakan pembangunan dapat diper-
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
luas melalui partisipasi sebagai pemberdayaan mereka untuk mampu merespon segala peluang yang diciptakan pemerintah . Melalui pemberdayaan, petani peternak menjadi cepat tanggap, mandiri merupakan upaya peningkatan kemampuan petani agar tanggap dan kritis terhadap berbagai perubahan, serta mampu mengakses proses pembangunan, aktif berperan dan mampu menentukan nasibnya sendiri . Pemberdayaan mencerminkan upaya mencegah dan melindungi semakin lemahnya taraf kehidupan petani ; menciptakan keberpihakan dalam mengembangkan potensi petani peternak; mendukung modal dan potensi sosial petar i meriuju peningkatan kualitas hidup mereka . Eengan demikian, terlihat peran penting dan keterkaitan hubungan keduanya dalam setiap proses pembangunan . Sebagai tujuan akhir, pemberdayaan petani merupakan target yang hendak dicapai, sedangkan partisipasi petani adalah alat untuk mencapai target dan tujuan program pembangunan di pedesaan . Dari kondisi tersebut dapatlah dipahami bah,Aasanya partisipasi petani dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang cukup strategis kedu lukannya dalam mewujudkan tercapainya pemberdayaan petani di pedesaan . T .-rkait hal tersebut, sebagai salah satu program pembangunan pertanian di bidang peter iakan, program integrasi usahatani ternak bertu,iuan agar petani peternak memiliki kemampuan untuk : 1) menseleksi dan memilih bibit ternak yang sehat dan dapat menghasilkan anak secara baik dan benar (ternak yang sehat dan mampu beranak) ; 2) menyediakan sistem perka ndangan menetap (kandang permanen) ; 3) nenyediakan pakan ternak secara berkesinambungan dari tanaman usahatani mereka term , suk saat musim kering, dengan teknologi pengawetan pakan ; 4) memelihara kesehatan hewan melalui suntikan/imunisasi sesuai umur dan kondisi ternak (balk bila sakit maupun saat sehat ) ; 5) melakukan reproduksi ternak melalui perkawinan suntik (IB) ; 6) menangani kelahiran dan memelihara anak ternak hingga dewa,a; 7) melaksanakan pemasaran ternak bila sudah waktunya dijual . Dengan demikian, petani peternak mampu meningkatkan pendapatan rumahtangganya . Iv anfaat utama lainnya dari peran serta (partisipasi) petani dalam program pengembangan usaha peternakan adalah pemberdayaan
mereka dalam mengatasi berbagai permasalahan usahatani yang umum dialami oleh petani . Meningkatnya produktivitas usahatani setelah memakai pupuk organik (kotoran ternak), beragamnya jenis tanaman yang dapat mereka usahakan, pendapatan dari penjualan ternak, anakan dan kotoran ternak, berkurangnya biaya pembelian pupuk kimia, merupakan sumber pendapatan baru yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga . Lingkungan budaya setempat perlu dialiniasi melalui pendekatan integratif, menyeluruh, berkesinambungan, pemanfaatan local knowledge yang maksimal sebagai daya dukung sumberdaya lokal, dan mampu diadopsi oleh petani peternak . Keikutsertaan di segala dan antar sektor merupakan strategi pembangunan pertanian yang berpotensi untuk pemberdayaan petani merupakan upaya konkrit dalam memandirikan dan memotivasi mereka. Dengan demikian, upaya pemberdayaan yang dapat diaktualisasikan adalah pengembangan dan inovasi kelembagaan dan teknologi pertanian, yang salah satunya adalah program integrasi usahatani-ternak tersebut . Penerapan kedua aspek inovasi tersebut diaplikasikan dengan pelatihan, bimbingan dan pengawasan dalam penyusunan dan proses adopsi teknologi (terutama merancang formulasi pakan ternak sebagai ransum lokal) . Selain itu diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang dapat memfasilitasi pengembangan kelembagaan desa dan kelompok tani agar mampu menangani bantuan langsung mandiri (bantuan modal bergulir) . Seluruh upaya pemberdayaan tersebut berawal dari pengaktualisasian daya dukung lahan yang telah diestimasi disertai penelusuran pergerakan (dinamika) ekonomi daerah sesuai kebutuhan (spesifik lokasi) . KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1 . Sebagai tujuan akhir, pemberdayaan petani merupakan target yang hendak dicapai, sedangkan partisipasi petani adalah alat untuk mencapai target dan tujuan program pembangunan di pedesaan . Dari kondisi tersebut dapatlah dipahami bahwasanya partisipasi petani dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang cukup strategis kedudukan-
311
Lokakarya Nasional Pengenrbangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
nya dalam mewujudkan tercapainya pemberdayaan petani di pedesaan . 2 . Berbagai manfaat yang dapat diperoleh petani melalui partisipasi sebagai upaya pemberdayaan mereka dalam program integrasi usahatani-ternak, adalah meningkatnya pengetahuan mereka mengenai : pemilihan bibit ternak yang baik dan benar, pemberian dan penyediaan pakan yang berkesinambungan ; perkandangan menetap ; pemeliharaan kesehatan ternak ; reproduksi ternak ; pasca panen ternak ; dan pemasaran ternak . Peningkatan pendapatan rumahtangga juga diperoleh melalui pemanfaatan nilai tambah dari Iimbah hijauan usahatani sebagai pakan ternak sapi serta limbah (kotoran) sapi sebagai pupuk organik bagi tanaman mereka. 3 . Penerapan model pembangunan partisipatif pada program pengembangan usaha peternakan, merupakan suatu implikasi yang sangat bijak, yang menjadikannya sangat strategis dalam mengupayakan pemberdayaan petani dalam pembangunan pertanian di pedesaan, menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga petani . 4 . Pemberdayaan melalui partisipasi petani peternak dapat terlaksana dengan dukungan aparat pemerintahan yang baik (good governance), transparatif, dan akuntukabel demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian di pedesaan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani peternak demi tercapainya kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan .
3 12
DAFTAR PUSTAKA
Data monografi (potensi) Desa Mojorejo, Kecamatan Karang Malang, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengali .
ANONIMUS . 2005 .
BADAN PUSAT STATISTIK . 2005 . Data Indonesia Tahun 2005 . BPS, Jakarta .
Slatistik
BADAN PUSAT STATISTIK . 2002 . Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2002. BPS Indonesia,
Jakarta . 1991 . Model Pembangunan Tek iokrat Kita. Yayasan Paramadina dan LP3ES, Jakarta .
BUDIMAN, A .
dan KIKUCHI . 1987 . Dilema ekonomi desa . Suatu pendekatan ekonomi terhadap perubahan kelembagaan di Asia. Yr yasan Obor Indonesia, Jakarta .
I-IAYAMI
D .C . dan SJAHRIR . 1984 . Pembangunan Berdimensi Kerakyatan . Yayasan Obor Indonesia, Jakarta .
KORTEN,
S .P dan A .M.W . PRANARKA . Pemberdayaan: Konsep, kebijakan, implementasi . CSIS, Jakarta .
ONNY,
2000 .
dan
A .M.A . 1998 . Pemberdayaan masy.irakat kecil memasuki era global. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor .
RACHMAN,
J . 1981 . Moral ekonomi petani . Pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara . LP3ES, Jakarta .
SCOTT,
G . 1997 . Pembangunan daerr h dan pemberdayaan masyarakat . Bina Rena Pariwara, Jakarta.
SUMODININGRAT,
. 1999 . Pemberdayaan masyarakat dan jaring pengaman sosial . Gramedia, Jakarta.