Masjid Baitul Wahid di Hanau, Hessen, Jerman
Masjid Baitul Aman, Nida, Hessen, Jerman
Susunan Redaksi SINAR ISLAM Penasehat H. Abdul Basit Pemimpin Umum Mahmud Mubarik Ahmad
Pemimpin Redaksi Fazal Muhammad
Redaktur Pelaksana Sukma Fadhal Ahmad
Khaeruddin Ahmad Jusmansyah Distributor Asep Nasir
Penerbit
Jln. Tawakal Ujung Raya No. 7 Jakarta Barat 11440
[email protected] ISSN 2355-1135
Daftar Isi: Dari Redaksi Struggle of Life Al Quran Tafsir Kabir Kutipan Hadits Sajian Utama W.R. Supratman Antara Sumpah Pemuda, Sin Po dan Ahmadiyah Artikel 1. Korelasi Antara Agama, Akhlak dan Kesuksesan Manusia 2. Pengutusan Nabi saw. untuk Memisahkan Baik-Buruk Terjemah Buku Masih Mau‟ud as. Haqiqatul Wahyi Bag. 12 Sabda-sabda Masih Mau‟ud as. Malfuzat Kenangan dengan Mushlih Mau‟ud ra. Contoh Nyata Amalan Hadhrat Mushlih Mau‟udra.
4 6 12 12 20 39 45 49 52
Bagi para pembaca SINAR ISLAM yang ingin mengirimkan naskah essai, opini, tinjauan buku, ataupun surat pembaca dapat dikirim melalui surat ke alamat redaksi di
Jln. Tawakal Ujung Raya No.7 Jakarta Barat 11440 atau ke alamat Email:
[email protected] Cover depan : Patung W.R. Supratman (Sumber photo: https: ranggayudhika.files.wordpress.com/2013/06/rry_4084.jpg) Cover halaman 2 : Masjid Baitul Wahid dan Masjid Baitul Aman di kota Hessen, Jerman (sumber: www.ahmadiyyamosque.info.com)
DARI REDAKSI
Struggle of Life Struggle of life. Yah Omran adalah seorang anak laki-laki dari Suriah berusia 8 tahun. Demi melanjutkan hidup, ia melakukan perjalanan panjang, eksodus dari Suriah ke daratan Eropa. Belum jelas di mana ia akan menetap nanti, tapi usahanya untuk bertahan hidup sangat memilukan. Rescue Committee, sebuah lembaga non-profit yang menangani para pengungsi, mewawancarai dan melihat apa saja isi tas Yah Omran saat mengungsi. Ternyata yang dia bawa hanya permen, dua baju ganti, perban, sikat gigi serta sebungkus manisan. Balita Aylan Kurdi tak seberuntung Yah Omran. Ia ditemukan tewas di tepi pantai Turki, dengan posisi tertelungkup, sebagian wajahnya terrendam air laut yang menerpa pasir pantai. Tapi kematian anak berusia 3 tahun itu telah meyulut rasa iba umat manusia di seluruh dunia. Kematiannya berdampak pada kencangnya kucuran dana bantuan untuk para pengungsi itu. Bahkan akhirnya negara-negara Eropa bersimpati dan mau membuka perbatasan untuk dimasuki para pengungsi, termasuk Yah Omran sendiri. Lebih dari seabad yang lalu, Charles Darwin berteori bahwa hanya mahluk yang mampu bertahan dari segala tantangan alam dan persaingan hidup yang akan berhasil melanjutkan kehidupan dan keturunannya. Adapun yang lemah, akan musnah. Teori Struggle of life dari Charles
4
Darwin terlihat nyata dalam tragedi yang menimpa kawasan Timur Tengah dan Afrika dewasa ini. Perang saudara yang hampir merata terjadi di negara-negara itu memperlihatkan siapa yang kuat, dia yang menang, jadi pembuktian teori tersebut. Kita bisa saksikan, dalam konflikkonflik itu aneka kekejaman dan kebrutalan diperlihatkan secara vulgar, dan parahnya disebarkan ke seluruh dunia via internet, tanpa sensor. Tujuannya jelas, ingin memperlihatkan superioritas sekaligus menteror lawan. Pihak yang merasa paling kuat, merasa berhak berkuasa dan bebas berlaku apa saja kepada yang lemah, walau bertentangan dengan latar belakang agama yang mereka anut. Pembunuhan massiv yang mengarah pada genosida menjadi „alat‟ propaganda hitam dari satu kelompok untuk mengintimidasi kelompok lainnya. Apakah berhasil? Sangat berhasil. Buktinya, serbuan pengungsi dari negara-negara yang berkonflik di Timur Tengah dan Afrika itu kini membanjiri dan menjadi masalah baru bagi Eropa. Mereka yang merasa lemah dan hampir tidak mungkin melanjutkan hidup di negara-negara yang berkonflik itu berusaha mencari kehidupan baru di dunia yang dirasa bisa menjamin masa depan mereka itu. Ironisnya, negeri-negeri yang dianggap damai dan mampu memberikan keselamatan tersebut adalah negerinegeri yang dulu mereka benci, yang
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
DARI REDAKSI disebabkan faktor keyakinan dan memori masa lalu. Wajar jika kemudian muncul ketakutan dari pemerintah negara-negara Eropa terhadap aksi-aksi negatif berlatar belakang keyakinan di masa yang akan datang, yang pelakunya para pengungsi itu. Aneka konflik itu seolah mengembalikan umat manusia kepada masamasa ketika manusia belum memiliki agama. Dalam konflik yang terjadi di Suriah, Irak, Libiya, atau perang Arab -Yaman, kita akan bingung menyebut siap yang mewakili kebenaran dari kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Karena faktanya, dalam perang itu hanya kemarahan, dendam, rasa benci, gengsi kesukuan, taklid dan fanatisme buta, serta kemunafikan yang benar-benar dipraktekkan oleh semua pihak yang bertikai. Fakta Islam sebagai ajaran agama yang mereka anut, yang di dalam ajarannya sangat menjunjung tinggi perdamaian global dan cinta kasih antar sesama manusia sama sekali tidak terlihat di sana. Sejatinya Islam adalah agama yang menjadikan umatnya sebagai pelopor perdamian di dunia. Bukan tanpa sebab, ini karena Islam sebagai agama yang namanya langsung diberikan oleh Allah Ta‟ala memiliki arti damai, selamat, tentram, kepatuhan atau ketaatan. Di samping itu, Muslim sejati menjunjung tinggi sabda Nabi saw. bahwa sesungguhnya kaum Muslim bagai satu tubuh, jika satu bagian tubuh sakit maka seluruh tubuh merasakan sakitnya juga. Namun nampaknya sabda Nabi saw. ini sama
sekali tak terlihat di kawasan konflik di Timur Tengah. Muncul pertanyaan, kenapa negara-negara Timur Tengah yang mayoritas seiman dengan para pengungsi itu tidak memiliki niat untuk menolong saudara seiman mereka? Bukankah kekayaan yang mereka miliki sangat mampu untuk menjamin hidup puluhan ribu pengungsi itu? Atau apakah hanya karena fanatisme golongan saja maka mereka tidak mau menolong? Ironis! yang terjadi malah sebalik nya, sekelompok orang yang menyebut diri Muslim melakukan kejahatan terhadap kelompok Muslim lainnya dengan mengatasnamakan mazhab Islam tertentu. Perdamaian, keselamatan, dan ketentraman hilang berganti ketakutan dan putus asa. Struggle of life memang akan terus berlangsung selama mahluk hidup masih bernafas di atas planet Bumi ini. Tapi bagi seorang Muslim, bertahan hidup itu tidak semata untuk kelangsungan hidup jasmani, tetapi juga untuk ruhani. Jalan terbaik bagi seorang Muslim untuk tetap menjaga kelangsungan hidup jasmani dan ruhaninya adalah menjadi duta perdamaian sebagai implementasi agama Islam itu sendiri. Bukan memelihara perang yang membuat Islam, perdamaian, keselamatan dan ketentraman tercabut dari negeri-negeri yang berperang itu. Jika ajaran Islam benar-benar dipraktek secara lurus di kawasan Timur Tengah itu, niscaya negara-negara di sana berdiri dan berjalan dengan penuh kedamaian. Red [][]
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
5
Al-Quran Tafsir Kabir
Al Quran Tafsir Kabir adalah salah satu karya fenomenal dari Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. Khalifah Kedua Jemaat Ahmadiyah. Surah Al-Fatihah Dari Sahabatpun makna ini terbukti banyak. Misalnya, Ibnu Abbas, َ ََ َ َُ َ Abdullah bin Mas‟ud, Ibnu Abi Hatim, berkata َوالا ْعل ُم َب ْين املف ِ ّع ِشٍْ ًَ فى هزا
ًَ ْ ِاخ ِخالفاsemua mufasir sepakat atas makna ini dan dalam hal ini saya
tidak melihat suatu pertentangan apapun (Ibnu Katsir). Ayat-ayat Qurānpun untuk makna ini dapat dipakai sebagai dalil, َ َغberulang karena berkenaan dengan Yahudi di dalam Qurān kata ضب kali dipakai. Misalnya, di dalam surah Al-Baqarah, Allah Ta‟ala َ ضب َعلى َغ َ َ ُْ ََ berfirman )11 ع: ضب (البلشة ٍ فبأءو ِبغYahudi berulang kali kena murka Allah hingga keadaannya seolah-olah murka Tuhan hanya unَ seperti tuk mereka. Kebalikannya untuk Nasrani dipakai kata ض َّل
ْ
َ
َ ًَ ًْ لزDemikian juga di ُّ الح َُىة َ ض َّل َظ ْع ُي ُهم فى berfirman: .)12الذه َُا (الىهف ع ِ ِ dalam surah Al-Maidah menyinggung orang-orang Kristen dan Al Masih serta ibu beliau setelah menjelaskan perihal menjadikan mereka sebagai tuhan, Allah berfirman: َ َّ َ َ َ َ َ ) ًَ َإ ْه َل الى َخب َال َح ْغ ُل ْىافى د ًْى ُى ْم َغ ْي َر01ع: العب ُْ َل (املائذه َ َ َّ الح ِ ّم َوال جد ِب ُع ْىاا ْه َى َآء ك ْى ٍم ك ْذ ِ ِ ِ ِ ظى ِآء َ ُّ ّ َّ ً ْ َ ْ ُّ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُّ َ ًْ ضل ْىا َع ضلىا ِمً كبل واضلىاه ِثيرا و Hai Ahlulkitab (yakni Nasrani, karena di sini tentang mereka) janganlah berlebihan dalam urusan agama kalian, dan janganlah mengikuti pikiran dan kehendak orang-orang yang sebelumnya sudah tersesat, dan telah banyak menyesatkan orang-orang serta telah menyimpang dari jalan yang lurus. Nasihat ini ditujukan kepada orang-orang 6
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Al-Quran Tafsir Kabir Nasrani umumnya. Tidak semua orang Nasrani dikatakan berakidah syirik. Di antara mereka ada yang bertauhid ada juga yang musyrik. Golongan musyrik adalah mereka yang menjadikan Al-Masih sebagai tuhan. Ia sendiri sesat dan ia mulai menyebarkan akidahnya yang sesat itu kepada orang-orang Kristen lainnya. Sebagian besar dibawanya kepada akidah kesesatan dan meninggalkan tauhid jalan yang benar. Jelaslah sudah, baik dari Qurān Karīm maupun dari sabda-sabda Raَ ُ َم ْغkhusus tertuju kepada sulullah saw. telah terbukti, bahwa ض ْى ِب َعل ْي ِهم
ّ
َ َ khusus kepada Nasrani. Dhomir هُنpada ayat الذيْن Yahudi dan ض ِأل ْين ْ ِ atau ا ْنع ْوت عل ْي ِهنadalah penggantinya. Dan mafhum-nya adalah “Ya Allāh bimbinglah kami pada jalan Mun‟am alaih yakni jalan orangorang yang telah mendapat nikmat. Mun‟am alaih yang kami maksud adalah yang setelahnya tidak terkena murka Engkau. Atau yang tenggelam dalam kecintaan lain lalu meninggalkan Engkau.” Di dalam perkara ini tersedia sarana yang sangat besar bagi orangorang Mukmin. Hendaknya diingat bahwa selama manusia belum sampai pada kedudukan ini yang setelahnya tidak ada kesesatan, ia hendaknya jangan tinggal diam dan terus berjuang. Sebanyakbanyaknya dengan kekuatan penuh hendaknya langkah mereka tetap teguh pada jalan ketaqwaan, supaya jangan sampai hanya karena sedikit saja kelengahan ia terjatuh dan hancur dari kedudukannya. Di dalam ayat ini ada satu kabar suka yang sangat besar, yang bagi setiap orang yang berpikir bisa menjadi penyebab kemajuan iman. Kabar suka itu adalah, di saat surah ini turun, waktu itu Yahudi dan Nasrani tidak berada di depan Rasulullah saw. bahkan kufar Mekkah yang sedang berhadapan dengan beliau saw.. Jumlah Yahudi dan Nasrani di Mekkah saat itu bagaikan sebanyak garam di dalam adonan tepung gandumpun tidak, dan tidak pula mereka berpengaruh. Lalu apa sebabnya di dalam surah ini tidak diajarkan berdoalah supaya Allah Ta‟ala melindungi kamu dari menjadi orang musyrik, bahkan yang diajarkan adalah berdoalah supaya Allāh Ta‟ala melindungi kamu dari mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Masalah orang-orang musyrik diabaikan. Karena sudah dikabarkan bahwa mazhab musyrikin Mekkah akan hilang sirna untuk selamanya. Karena itu tidak perlu diajarkan berdoa supaya Tuhan melindungi orang-orang Mukmin agar tidak menjadi orang-orang musyrik. Tetapi Yahudi dan Nasrani akan tetap ada. Karena itu untuk menghadapinya perlu berdoa supaya Allāh Ta‟ala melindungi orang-orang Mukmin supaya tidak mengikuti orang-orang Yahudi dan Nasrani.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
7
Al-Quran Tafsir Kabir Di dalam ayat ini perlu diperhatikan. Yakni, orang-orang Kristen berusaha memasukan orang-orang Muslim ke dalam agama mereka. Karena itu doa ini diperlukan supaya Allāh Ta‟ala melindungi orangorang Muslim dari fitnah Nasrani. Tetapi pada umumnya orang-orang Yahudi tidak berusaha memasukan pemeluk agama lain ke dalam agama mereka. Lalu apa perlunya berdoa supaya Allāh Ta‟ala melindungi orang-orang Mukmin dari menjadi Yahudi. Kalam Tuhan tidak bisa dikatakan salah dalam hal mengajarkan suatu doa, tidak bermakna, dan sia-sia. Dan tidak pula bisa diterima bahwa Muhammad Rasulullah saw. dengan hukum Allah akan memerintahkan membaca doa yang sia-sia semacam itu 30, 40 kali dalam sehari. Orang-orang Muslim perlu memperhatikan sungguh-sungguh bahwa fitnah Yahudi tidak akan zahir dalam suatu bentuk lain bagi mereka. Apakah tidak mungkin terjadi bahwa disebabkan pengingkaran terhadap Al-Masih yang akan datang keadaan kaum Muslim akan sama seperti keadaan Yahudi? Keadaan ini akan terjadi ketika fitnah Kristen melanda Islam dengan hebatnya. Maka, di satu sisi mengingkari Matsil Masih keadaan mereka akan mirip dengan keadaan Yahudi. Mereka akan mahrum (luput) dari pertolongan Allah. Di sisi lain, ajaran Kristen menyerang mereka, ribuan hati kaum Muslimin akan direbut dan dibawa oleh mereka. Apakah ayat ini bukan satu kabar gaib yang hebat. Apakah dengan mengambil faedah darinya mereka tidak bisa mendapat perlindungan terhadap dua bahaya api tersebut. Dengan memperhatikan surah ini sungguh-sungguh dapat diketahui satu keindahan lain yang Allāh Ta‟ala letakan di dalam ayat-ayat surah ini. Yaitu, sifat Ilahiyah dan doa-doa yang saling berpasangan. ِالح ْو ُد ِ هِل yakni, segala puji hanya bagi Allāh berpasangan dengan اِيَّاك ن ْعبُ ُدhanya kepada Engkaulah kami beribadah. Yang darinya diketahui bahwa begitu manusia tahu Allāh Ta‟ala adalah kumpulan semua kebaikan maka segera ia berkata “hanya kepada Engkaulah kami beribadah”. رب هberpasangan dengan ُ أِيَّاك نسْت ِعيْن.Karena ketika Kemudian العل ِويْن manusia sudah yakin bahwa Tuhan kami adalah Khaliq setiap zarrah dan dan Dia Muhsin, maka serta-merta manusia berkata “hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. Demikian pula الزَّحْ وه نyang berarti Maha Pemurah, berpasangan dengan اِ ْه ِدناالصزاط ال ُوسْتقِيْن. Karena ketika manusia melihat bahwa Allāh Ta‟ala mencukupi semua keperluan manusia tanpa suatu amal, maka serta-merta manusia berkata “keperluanku yang terbesar adalah sampai kepada Tuhan, maka berilah aku sarana untuk menyempurna-
8
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Al-Quran Tafsir Kabir kannya.” Kemudian ال َّز ِح ْي ُنyakni Maha Penyayang berpasangan dengan صزاط ِ ال ِذيْن انع ْوت عل ْي ِهنyakni tunjukilah kami jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Yakni, dengan tetap berjalan di atas jalan lurus jadikanlah aku pewaris nikmat-nikmat yang telah diterima oleh orangorang sebelumnya. Karena rahimiyyat menghendaki jangan sampai ada suatu pekerjaan menjadi sia-sia. Kemudian ل يىْ ِم الديْن ِ ِ هه لberpasangan dengan ب عل ْي ِه ْن ول الضَّاليْن ِ ْغي ِْزالو ْغضُى sebab ketika manusia yakin bahwa amal perbuatannya akan dihisab, maka segera di dalam hatinya timbul rasa takut. Maka dengan memperhatikan ل يىْ ِم الديْن ِ ِ هالseseorang berdoa agar terhindar dari kemurkaan Allāh Ta‟ala. Jika ayat-ayat surah ini diperhatikan sungguh -sungguh dan disatukan dengan tertibnya maka akan nampak jelas sekali bahwa di dalamnya bagi manusia ada tingkatan-tingkatan ruhani yang setelah melaluinya akhirnya ia mencapai hidayah qurub Ilahi. Ketaatan dan ibadah terhadap sesuatu zat bisa terjadi karena dua sebab. Yaitu karena rasa cinta atau karena rasa takut. Karena itu Allāh Ta‟ala di dalam surah ini mengarahkannya kepada dua sifat-Nya ini. Pada sebagian orang di dalam tabiatnya terdapat potensi kadar ihsan lebih besar. Bila ia melihat ihsan maka ia cendrung mentaatinya. Dan pada sebagian orang sedikitpun tidak perduli terhadap ihsan, akan tetapi rasa takut memaksanya menjadi taat. Tetapi orang yang cerdas berbuat lebih dahulu oleh rasa cinta. Jika tidak bisa dengan rasa cinta maka rasa takut mulai bekerja. Ternyata di dalam surah inipun yang pertama diterangkan oleh Allāh Ta‟ala adalah sifat-sifat-Nya ini. Yang bila dengan sungguh-sungguh merenungkan hal itu hati manusia akan penuh dengan rasa cinta terhadap Allāh Ta‟ala. Allah, nama Zat kumpulan semua keindahan suci dari kelemahan. Pencipta semua benda dan sumber rezeki bagi semua mahluk-Nya. Pemelihara bagi semua baik ia mukmin maupun kafir. Dialah yang menyediakan semua sarana yang kita belum tahu. Kita yang beramal salih dibalasnya dengan sebaik-baik ganjaran. Orang-orang yang menyaksikan keindahan atau kebaikan-Nya biasa mentaati-Nya. Melihat sifatsifat itu serta-merta berkata اِيَّاك ن ْعبُ ُدseraya sujud di hadapan-Nya. Tetapi orang-orang yang tidak punya rasa cinta dan biasa berlaku keras bila mereka memperhatikan sifat ل يىْ ِم الديْن ِ ِ هالdan tahu bahwa Allāh adalah pemilik hari pembalasan dan di suatu hari ia harus hadir di hadapan-Nya untuk dihisab semua amal perbuatannya, maka disebabkan oleh rasa takut serta-merta sambil menundukkan kepala di hadapanNya ia berkata اِيَّاك ن ْعبُ ُد. Pendek kata bila seseorang membaca ayat-ayat permulaan surah ini
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
9
Al-Quran Tafsir Kabir baik oleh karena rasa cinta ataupun oleh karena rasa takut dengan mengucapkan اِيَّاك ن ْعبُ ُدmaka di satu sisi ia menyadari kelemahan dirinya dan di sisi lain ia mengetahui Keagungan dan Kegagahan Tuhan maka tanpa disadarinya selain mengucapkan اِيَّاك ن ْعبُ ُدia juga akan mengucapkan ُ واِيَّاك نسْت ِعيْنYakni, kepada Engkaulah aku taat dan kepada Engkaulah aku beribadah. Tetapi aku belum tahu ibadah yang haq, karena itu kepada Engkaulah aku memohon pertolongan, yakni tolong lah aku dalam pekerjaan ini, berilah aku taufiq untuk dapat menunaikan ibadah yang benar. Bila rasa cinta ini telah sampai pada kondisi seperti itu dan keagungan Ilahi telah meresap ke dalam jiwa seorang hamba, maka sesuai tuntutan fitrat insani tanpa disadari ia berdoa اِ ْه ِدنا الصزاط ال ُوسْتقِيْن tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan lurus yang lebih dekat daripada jalan yang lain. Kalam ini menzahirkan kesempurnaan rasa cinta. Yakni, wahai Allah sekarang aku tidak bisa jauh dari Engkau. Tunjukilah aku jalan yang suci bersih dan terdekat yang dengan berjalan di atasnya bisa cepat sampai kepada Engkau. Di istana kerajaan biasanya terdapat bermacam-macam tingkatan manusia. Ada orang kelas biasa, ada orang khusus bil khusus (VIP). Oleh karenanya untuk dapat memenuhi tuntutan yang sesuai fitrat maka diajarkanlah doa yakni, “Wahai Tuhan tunjukilah aku jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang telah mendapat nikmat. Yakni, aku masuk ke istana Engkau bukanlah seperti orang-orang umum bahkan masukanlah aku sebagai orang khusus kesayangan-Engkau dan jadikanlah aku orang yang ma‟syuq fana kepada Engkau. Sebagaimana aku mencintai Engkau maka cintailah pula aku” (karena golongan mun‟am alaih-lah yang menjadi golongan kekasih Allah, Jamaat yang berhak menerima nikmat itulah yang menjadi jama‟at kesayangan Allah). Dengan demikian seorang hamba yang menginginkan maqami mahabbat yang di dalamnya tidak ada pardah pemisah telah menjadi kenyataan. Asyik dan ma‟syuq telah menjadi satu. Tetapi iman karena bainal khauf wa rijāi (antara takut dan cinta), karenanya ketika manusia telah meraih kelezatan ruhani maka ia mengharapkan kedudukan itu tetap menjadi miliknya dan tetap berada di atasnya. Tuhan mengajarkan manusia berdoa supaya Tuhan menurunkan karunia setelah pertemuan ini janganlah aku berpisah lagi dari Engkau. Umumnya perpisahan terjadi karena dua hal yaitu ma‟syuk marah lalu pergi, atau āsyik berpisah meninggalkan isyk. Karena itu untuk menjelaskan kedua keadaan itu Dia berfirman - ب عل ْي ِهن ِ ْيزالو ْغضُى ِ غyakni, jangan sampai dikarenakan oleh suatu kesalahanku Engkau marah ّ ول الdan jangan pula setelah sampai ke tempat tujuan kepadaku. ضآليْن
10
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Al-Quran Tafsir Kabir di dalam hatiku tumbuh kecintaan lain dan pergi meninggalkan Engkau. Doa ini jami doa yang sempurna. Semata-mata hanya karena kasih sayang-Nya, Dia mengajarkan manusia berdoa kepadaNya. Tidak ada agama lain dapat menandinginya. Perhatikanlah sungguh-sungguh, bagaimana fitrat manusia telah dibimbing dari awal hingga akhir. Bagaimana segala macam perbedaan pendapat solusinya telah diberitahukan di dalam surat yang singkat ini. Wahai orang-orang yang mengerti dan wahai orang-orang yang cerdas ketahuilah bahwa untuk menyelamatkan dunia, untuk menghidupkan agama Islam, dan untuk mengobati penyakit ruhani tidak ada yang lain selain al Qurān. Terdapat di dalam hadits shahih bahwa Rasulullah saw. di dalam shalat ketika membaca ayat ب عل ْي ِهن ول الضَّاليْن ِ ْ غي ِْز الو ْغبُىbeliau mengucapkan ه آ ِهيْنyang artinya اللّهُ َّن اسْت ِجةْ لناYa Allāh kabulkanlah permohonan kami ini. Berdasarkan sabda Nabi saw. ini terbukti bahwa inilah amalan yang dilakukan oleh para Sahabat ra.. (Bersambung) Fazal M. [][]
Hadits Tentang Perumpamaan Kaum Muslim َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َّ ُّ َ:صلى الل ُه َعل ْي ِه َو َسل ََم َقال رسىل الل ِه:ال َ َع ْن الن ْع َم ِان ْب ِن َب ِش ٍير ق ْ َ ُ َ َ ُ َم َث ُل ْاْلُ ْؤمن َين في َت َى ّاده ْم َو َت َر اح ِم ِه ْم َوت َعاط ِف ِه ْم َمث ُل ال َج َس ِد ِإذا ِ ِ ِ ِِ َ ْ ْ َ َ َ ٌْ ُ ُْ ََ ْ َّ اعى ل ُه َسائ ُر ال َج َسد ب الس َه ِر َوال ُح َّمى اشتكى ِمنه عضى تد ِ ِ ِ .)َ( َر َو ُاه ُم ْس ِل ٌَم “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
11
Wage Rudolf Supratman: Antara Sumpah Pemuda, Sin Po dan Ahmadiyah Minggu,
malam Senin di musim hujan akhir bulan Oktober tahun 1928, di Gedung Katholikee Jongelingen Bond Jalan Kramat Raya 106, Batavia, seorang pemuda dengan biola di tangannya menunggu penuh cemas. Di sekitarnya, orang sibuk membagikan kertas berisi lirik konsep sebuah lagu. Waktunya tiba. Gesekan biola menggema. Sebuah lagu yang mengungkapkan kebanggaan, harapan, dan semangat maju demi tanah air menghentak rasa kebangsaan dan persatuan hadirin. Lagu „Indonesia Raya‟ untuk pertama kalinya dibawakan oleh Wage Rudolf Supratman saat penutupan Kongres Pemuda Ke-2 pada hari Minggu, 28 Oktober 1928. Lagu yang mempunyai daya gugah luar biasa dalam membangkitkan rasa cinta tanah air itu menjadi penutup acara yang sangat tepat. Semangat kebangsaan untuk bersatu di bawah sebuah negara yang merdeka telah lahir. Kongres Pemuda Ke-2 menghasilkan tiga (3) keputusan; Pertama, 12
Tanah Air Indonesia; Kedua Bangsa Indonesia; dan ketiga, Bahasa Indonesia. Tiga keputusan itu tertuang dalam sumpah berikut ini: 1. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. 2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. 3. Kami poetra dan poetri In-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Sajian | utama donesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Tiga keputusan itu tersebut dikemudian hari disebut dengan "Sumpah Pemuda". Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres itu, melainkan diberikan setelahnya. Sumpah Pemuda menjadi momen penting bagi perjuangan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Semangat untuk lepas dari penjajahan dan hidup merdeka dalam satu negara kesatuan menjadi cita-cita yang terus digaungkan di tahuntahun yang akan datang. W.R. Supratman sendiri, kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dan lagu ciptaanya, „Indonesia Raya‟, ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan Negara Republik Indonesia.[][]
W.R Supratman sebagai Wartawan Harian Sin Po Majalah Detik, edisi 19-25 Agustus 2013, memuat laporan khusus tentang W.R. Supratman. Dalam salah satu laporan yang berjudul „Jejak Sang Komposer Tersapu di Warung Contong‟ disebutkan, rumah yang berada di Jalan Warung Contong Timur RT 01/RW 09, Kelurahan Setiamanah, Cimahi, Jawa Barat adalah rumah milik ayah Supratman, Djoemeno Senen Sastrodihardjo, seorang yang bekerja di Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), yang dibangun pada tahun 1910. Kemudian pada tahun 1914, Supratman meninggalkan rumah untuk ikut kakaknya, Roekijem Soepratinah, ke Makassar. Supratman kembali lagi ke rumah itu ketika meniti karier di Jawa. Ia diterima sebagai wartawan di Surat Kabar Harian Bin-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
13
Sajian | utama tang Timur yang berkantor di Bandung. Namun karier ini tak bertahan lama lantaran ia tak betah. Lantas, ia pun beralih profesi menjadi pemusik di gedung Societet, tempat pertemuan orang Belanda, di Bandung. Tahun 1925, ia kembali meninggalkan rumah di Cimahi. Supratman diterima sebagai wartawan Surat Kabar Sin Po di Jakarta. Pada masa inilah W.R. Supratman menciptakan lagu Indonesia Raya. Saat Kongres Pemuda ke-2, Supratman berusia 25 tahun dan bekerja sebagai wartawan surat kabar harian Sin Po. Supratman telah menjadi wartawan harian Sin Po sejak tahun 1925, ketika usianya baru 22 tahun. Surat kabar Sin Po merupakan surat kabar pertama yang menyiarkan lagu Indonesia Raya pada awal bulan Nopember 1928. Lagu karya Supratman itu mendapat izin terbit dari Kwee Kek Beng (1900-1975) yang saat itu menjabat sebagai pemimpin redaksi. Sebelum syair lagu Indonesia Raya dimuat di Sin Po, Supratman bertanya kepada Kwee Kek Beng: "Bila syair lagu ini dicetak di Sin Po, Belanda pasti marah. apakah anda berani?" Mendengar pertanyaan itu Kwee Kek Beng bahkan mencetak Sin Po 5000 eksemplar, lebih banyak dari biasanya. Loyalti dari penjualan diberikan kepada Supratman. Surat kabar harian Sin Po adalah surat kabar politik berbahasa Me14
layu yang memiliki konsumen pembaca dari kalangan Tionghoa yang ada di Jakarta. Surat kabar ini pertama kali terbit pada tanggal 1 Oktober 1910 dengan pendirinya Lauw Giok Lan dan Yoe Sin Gie. Pertama kali diterbitkan di Jakarta sebagai mingguan pada Oktober 1910, Sin Po berubah menjadi surat kabar harian dua tahun kemudian (1912). Di samping menjadi harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, harian Sin Po pun turut mempelopori penggunaan nama "Indonesia" untuk menggantikan "Hindia Belanda" sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Di harian Sin Po, Supratman bertugas sebagai wartawan yang banyak meliput suasana persidan-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Sajian | utama gan di kantor pengadilan dan berbagai kegiatan di Batavia Centrum. Saat terjadi perdebatan kedua antara Ahmadiyah dan Pembela Islam di gang Kenari, Salemba, Batavia Centrum pada tanggal 29 September 1933, harian Sin Po menjadi salah satu yang meliputnya. Setelah meliput acara Verslag Debat itulah Supratman mulai mengenal Jemaat Ahmadiyah dan beberapa waktu kemudian menyatakan diri berbaiat kepada Imam Mahdi dan Al Masih Mau‟ud, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.. [][]
W.R. Supratman dan Perkembangan Ahmadiyah di Batavia dan Bogor Periode Tahun 1930-an Dalam buku Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun, karya Soejono Tjiptomihardjo dan buku Lagu Kebangsaan Indonesia Raya karya wartawan senior Bondan Winarno disebutkan bahwa W.R. Supratman adalah anggota Jemaat Ahmadiyah yang bergabung sekitar tahun 1934. Bondan menyebut, Supratman bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah setelah sebelumnya mempelajari ajaran Ahmadiyah
Naskah asli lagu Indonesia Raya yang dimuat di surat kabar harian Sin Po. [][] SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
15
Sajian | utama
selama beberapa bulan. Faktor mencari ketenangan batin jadi dorongan utama Supratman untuk mempelajari Ahmadiyah. Dalam sejarah Jemaat Ahmadiyah, periode tahun 1930-an memang merupakan periode mulai berkembangnya Jemaat Ahmadiyah di Pulau Jawa. Hal ini dipengaruhi oleh sosok Mln. Rahmat Ali HAOT sebagai Mubaligh Islam Ahmadiyah yang pertama kali ditugaskan di Indonesia. Mln. Rahmat Ali yang mulai bertugas di Batavia pada tahun 1931 telah melakukan berbagai cara untuk menyampaikan Tabligh Islam Ahmadiyah. Cara-cara tersebut sesuai dengan arahan dari Khalifatul Masih II, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. 16
yang disampaikan saat melepasnya bertugas ke Sumatera pada tanggal 15 Agustus 1925, yaitu: 1. Jangan memakai cara-cara berdebat. 2. Berbicaralah dengan ulamaulama yang memiliki ilmu. 3. Bicaralah dengan ulamaulama yang memusuhi secara ber-empat mata. 4. Bertablighlah kepada pemuka-pemuka masyarakat. 5. Bertablighlah secara bertahap dan teratur, pertama kepada golongan orang baikbaik dan kemudian kepada orang yang kurang atau tidak baik. 6. Setia dan taatlah pada kebijaksanaan pemerintah. 7. Jangan mengambil muka kepada pemerintah, tetapi mintalah apa yang menjadi hak kamu. 8. Di mana telah ada orangorang Ahmadi bentuklah badan pengurus. 9. Sibuklah berdoa setiap waktu. 10. Kirimlah laporan secara teratur kepada Khalifatul Masih supaya situasi dapat dipantau. 11. Ciptakanlah kebiasaan bertabligh pada orang-orang Ahmadi baru dan jadikanlah mereka contoh yang baik supaya orang-orang mengerti hakikat Ahmadiyah. 12. Ciptakanlah perdamaian un-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Sajian | utama
13. 14. 15. 16. 17.
18.
tuk keamanan umum dan pemerintah. Jauhilah politik supaya dapat berhubungan dengan masyarakat secara bebas. Bertablighlah dengan suratmenyurat. Tentukan tempat pertablighan. Jangan lalai dalam menjalankan tugas. Jagalah kewibawaan dan kehormatan diri sendiri dengan keagungan iman. Orang -orang akan masuk Ahmadiyah setelah melihat contoh yang baik. Majukan Jemaat dengan penuh keikhlasan.
Di Batavia, Mln. Rahmat Ali yang saat itu baru berusia 37, melakukan langkah awal pertablighannya dengan mendirikan kursus gratis bahasa Arab bagi anakanak dan kaum remaja. Namanama Sumarna, R. Hidayat, R. Moh. Anwar, R. Moh. Tohamiharja, Undun Abdullah, Abdul Djalil, Tahir St. Maharajo dan Hasan Delais adalah murid-murid kursus tersebut. Metode ini sangat berhasil, terbukti dari masuknya semua peserta kursus itu ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Mereka, yang saat itu masih berusia remaja, menjadi cikal bakal berdirinya cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah di berbagai kota di Jawa Barat, seperti Bogor,
Bondan Winarno
Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan lain-lain. Adapun di Bogor, cara bertabligh Mln. Rahmat Ali yang sangat elegan, mampu membuat seorang Guru Besar Tarikat Qadariah wa Naqsabandiyah yang berdomisili di Leuwi Sadeng, Bogor, bernama Haji Damiri, bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Haji Damiri yang wafat pada tahun 1942 diusia 86 tahun, semasa mudanya pernah belajar dan bermukim di Makkah Arab Saudi selama 8 tahun. Sepulang dari Makkah, ia kemudian menjadi guru Tarikat Qadariyah wa Naqsabandiyah, dengan ribuan murid yang tersebar di berbagai kota di Jawa Barat. Ia diangkat sebagai guru Tarikat Qadariyah wa Naqsabandiyah, setelah guru sebelumnya, bernama H. Abdurrahman
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
17
Sajian | utama
Jemaat Ahmadiyah Cisalada Tempo Doleoe
dari Cisalada, wafat. Pada tahun 1931, Haji Damiri mengutus tiga (3) orang kepercayaannya menyelidiki kabar dari para muridnya yang berada di Batavia tentang seorang ulama dari India yang mengajarkan ajaran Islam yang bersumber dari seseorang yang mengaku sebagai Imam Mah di. Ketiga orang itu adalah Lurah Ata (Ciherang), Haji Daif (Cisalada) dan Abdul Muti yang merupakan putra Haji Damiri sendiri. Bagi Haji Damiri, kabar tentang datangnya sosok Imam Mahdi sangatlah menarik. Pasalnya, sudah sejak dahulu para guru Tarikat Qadariyah wa Naqsabandiyah memberikan wasiyat kepada para pengikutnya untuk mengikuti 18
Imam Mahdi, jika suatu hari ia muncul. Oleh karenanya Haji Damiri sangat antusias dan berusaha untuk mengetahui lebih banyak lagi kabar tentang ulama dari India itu. Haji Damiri menjadi tokoh agama Islam pertama yang bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah setelah Mln. Rahmat Ali bertugas di Batavia. Saat itu usianya sekitar 80 tahun atau terpaut 40 tahun dari Mln. Rahmat Ali. Adapun muridmurid kursus bahasa Arab yang dikelola Mln. Rahmat Ali, yaitu Sumarna dari Garut dan R. Hidayat dari Cikalong, Cianjur adalah murid Haji Damiri. Mereka biasa datang ke rumah Haji Damiri dalam perayaan-perayaan agama Islam aliran Tarikat Qadariyah wa
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Sajian | utama Naqsabandiyah, terutama pada acara Malam Syuro. Baiatnya Haji Damiri diikuti pula oleh para muridnya. Hal ini membuat semangat pertablighan Jemaat Ahmadiyah di Batavia, Bogor dan sebagian daerah di Jawa Barat semakin kencang. Pada tahun 1932, ketika Jemaat Ahmadiyah mulai berkembang di Batavia dan Bogor, muncul gagasan untuk menerbitkan majalah bulanan yang berfungsi untuk menyebarkan paham-paham Islam Ahmadiyah. Ide membuat majalah itu disambut dengan antusias. Kemudian pada tanggal 21 September 1932 SK Majalah SINAR ISLAM muncul dengan pengurus redaksi yang ditetapkan adalah Hasan Delais, Taher Marajo, Abdul Aziz Shreef, Zakaria, Atmika, Lurah Ata, Sastra, Ahmad Satiri, Toyyib, Abdul Samik, Yahya Pontoh, Th. Dengah, Abdul Razak dan Abdul Gani. (Sumber: Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000), Jemaat Ahmadiyah Tahun 2000) Perkembangan pesat Jemaat Ahmadiyah memunculkan reaksi dari kelompok Muslim lainnya, salah satunya dari kelompok yang menamakan diri Pembela Islam pimpinan A. Hasan dari Bandung. Penentangan ini menghasilkan debat terbuka antara Ahmadiyah dan Pembela Islam sebanyak dua kali, yaitu pertama debat di gedung Societ Ons Genoegen Naripanweg, Bandung pada bulan April 1933 dan
yang kedua di gang Kenari, Salemba, Batavia Centrum pada tanggal 29 September 1933. Debat yang memfokuskan pada masalah Kewafatan Nabi Isa as. Masalah Kenabian dan Kebenaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Imam Mahdi yang Dijanjikan itu membuat Ahmadiyah semakin populer. Jika debat pertama di Bandung dihadiri oleh 1000 orang, maka debat di Batavia dihadiri lebih banyak lagi, lebih dari 2000 orang. Argumentasi yang meyakinkan dan penalaran logika yang gampang diterima membuat ajaran Islam dari Ahmadiyah sangat diminati terutama oleh kaum muda dan kaum terpelajar. Tidak heran jika R. Muhammad Muhyiddin yang menjadi pemimpin acara debat itu terpengaruh dan dikemudian hari menyatakan diri bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Bukan hanya R. Muhammad Muhyiddin, W.R. Supratman yang biasa meliput berbagai acara di Batavia Centrum, tempat acara debat itu terjadi, juga terpengaruh. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh Soejono Tjiptomihardjo dan Bondan Winarno yang menyebut Supratman bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah pada tahun 1934, atau beberapa bulan setelah peristiwa debat di gang Batavia Centrum. Sukma Wfa[][]
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
19
Artikel
Korelasi Antara Agama, Akhlak dan Kesuksesan Manusia Oleh: Dildar Ahmad Dartono* fatul Masih II, yang merupakan Imam Jemaat Ahmadiyah sejak eberapa waktu yang lalu kita tahun 1914-1965. Pribadi yang lahir saksikan dalam berbagai berita pada 1889 di Qadian, India ini memengenai Xi dan ketertarikannya rupakan putra dari Hadhrat Mirza pada Confucius (Khonghucu) dan Ghulam Ahmad as., pendiri Jemaat ide serta pengaruhnya. Berbagai Ahmadiyah. Pernyataan tersebut media cetak dan elektronik mengu- ialah bahwa kebutuhan dan pas hal dimaksud. Sebagai contoh perkembangan jasmaniah, moraliialah Time, the Economist, Huffing- tas (akhlak) dan spiritualitas tonpost, Bloomberg dan media terke- (kerohanian) adalah hal-hal yang nal tingkat dunia lainnya. secara fitrati telah ada dan memang Memang benar, jauh sebelum ada dalam diri manusia. Ia tidak RRT (Republik Rakyat Tiongkok) bisa dipisah-pisahkan, juga tidak berdiri, di kalangan jutaan, bahkan bisa dihilangkan. Penjelasan beliau ratusan juta rakyat Tiongkok, ide- ini dijelaskan kembali oleh cicit ide, nilai-nilai dan spiritualitas beliau, SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS /Hadhrat Oktober 2015 Mirza Masroor yang berasal dari ajaran, ujaran dan Ahmad Khalifatul Masih V atba. teladan guru Khong telah hidup pada khotbah Jumat beliau tanggal dan dijalani selama lebih dari dua 24 April 2015 di Masjid Baitul Furibu tahun. Tentu saja, itu jauh se- tuh, Morden, London, UK, sebagai belum lahirnya dinasti Ching, di- berikut: nasti Ming, dinasti Tang, bahkan “Sebuah pertanyaan yang sedinasti Han, bahkan sebelum la- makin banyak meningkat dan mehirnya Shih Huang Ti, pemersatu luas timbul hari-hari ini, khususCina. nya di dalam benak kaum mudaMenyaksikan fenomena ini mudi dan umumnya di kalangan membuat saya teringat salah satu masyarakat. Khususnya lagi ialah pernyataan Hadhrat Mirza Bashi- dari kalangan yang menentang ruddin Mahmud Ahmad ra., Khali- agama atau dari kalangan mereka
B
20
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel yang belum mendapat bimbingan yang tepat dan orang-orang yang tidak mengikuti sesuatu agama. Pertanyaan tersebut ialah, „Karena pendidikan duniawi dapat menyebabkan tumbuhnya moral atau akhlak yang baik lalu apa gunanya mengikuti sesuatu agama? Bukankah agama dan para pemeluk agama menyatakan bahwa agama mengajarkan akhlak yang baik?‟ Mereka katakan, „Akhlak dapat kami tanamkan dalam diri kami tanpa mengikuti agama apapun.‟ Bahkan, mereka menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mengikuti agama apa pun memiliki moral yang lebih baik daripada orang-orang religius (yang mengikuti agama). Secara khusus tuduhan ini ditujukan kepada penganut Islam. Para penganut agama lain kebanyakan telah menjauhkan diri dari kepercayaan mereka, tetapi kebanyakan orang Muslim, bahkan yang tidak mengamalkan ajarannya, mengaitkan diri atau menyatakan diri deng an jelas sebagai orang Muslim yang merupakan agama asal mereka sejak lahir (yaitu Islam). Oleh karena itu, pada kenyataannya tuduhan tersebut ditujukan terhadap Islam dan berbagai upaya, berbagai cara dan berbagai tema bahasan diajukan [oleh penentang agama] untuk mempengaruhi generasi muda kita agar berupaya menentang terhadap agama atau memisahkan diri dari agama. Secara khusus, ini terjadi di negara-
negara Barat yang aspek baik dari pendidikan mereka adalah banyak menekankan pada percobaan, tahqiq (penelitian) dan eksplorasi, tapi ini perlu dilakukan secara metodologis, dalam corak yang benar. Maka dari itulah, ketika para remaja bertanya kepada para orang tua dan orang-orang dewasa di rumah mereka membahas tentang bagaimana jawaban berbagai pertanyaan yang timbul di dalam pikiran mereka tersebut, maka para orang tua tersebut tidak menjawabnya baik karena kurangnya waktu sebab mereka sibuk memikirkan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan -kebutuhan lainnya atau karena mereka tidak memiliki pengetahuan. Bukannya meluangkan bany ak waktu guna menjawab pertanyaan para remaja itu, para orang tua malah menekan mereka [para muda-mudi yang bertanya seperti itu] agar mereka diam dan tidak mengajukan pertanyaan semacam itu.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
21
Artikel Hal ini menyebabkan para remaja yang mengajukan pertanyaan itu beranggapan meski agama, baik itu Islam menyatakan diri benar yang menyediakan semua solusi (pemecahan) berbagai masalah, namun tidak memiliki jawaban yang praktis dan sesuai dengan perkembangan jaman. Terjadi juga hal ini bahwa perbuatan orang-orang dewasa bertentangan dari apa-apa yang mereka nasehatkan kepada anak-anak dan para remaja. Bersamaan dengan para remaja itu dalam diam mendengarkan nasehat dan pengajaran dari orangorang dewasa, tetapi ketika mereka menikmati sebuah kebebasan, mulailah mereka menjauhkan diri dari agama. Mereka pun menyertai orang-orang yang menjadikan mereka jauh dari agama. Sebagai akibatnya, kendatipun Islam itu agama yang hidup dan mempunyai ajaran yang indah, namun kita menemukan terdapat di kalangan umat Islam yang menolak agama dan menolak keberadaan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini setiap dari kita semua harus mengarahkan perhatian pada bagaimana kita menjadikan diri kita masing-masing mengamalkan agama kita dan juga menginspirasi (mendorong) anakanak keturunan kita untuk menjalankannya juga. Suatu hal yang pasti, Islam adalah agama yang sempurna dan menjelaskan berbagai macam persoalan. Al-Quran adalah kitab yang lengkap dan sempurna, dan teladan sempurna penuh berkat Nabi Muhammad saw., yang meru22
“Para muda-mudi kita yang mengajukan pertanyaan itu, bahkan secara khusus sebenarnya orangorang dewasa pun yang bertanggung jawab memberikan pemahaman kepada generasi penerus pertanyaan seperti itu ada pada mereka, harus berusaha memahami pertalian antara akhlak yang benar, kesuksesan materi dan agama dan kemudian menempatkan mereka semua dalam amal perbuatan di kehidupan seharihari.” Khutbah Jumat Khalifatul Masih V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. tanggal 24 April 2015 di Masjid Baitul Futuh Morden, Inggris
pakan perwujudan dari Al-Quran ada di depan kita, dan keteladanan beliausaw. itu telah menghasilkan perubahan revolusioner dalam diri para Sahabat ra.. Mereka mengerti apa itu agama. Mereka mengerti apa itu akhlaq (moralitas) dan mereka juga meraih kemajuan dalam segi materi (jasmaniah). Namun, mereka meraih pemahaman tiaptiap hal itu sesuai dengan tempatnya masing-masing, agama itu dimana? Akhlak itu di mana? Dan apa itu kemajuan jasmani? Para muda-mudi kita yang mengajukan pertanyaan itu, bahkan secara khusus sebenarnya orang-orang dewasa pun yang bertanggung jawab memberikan pemahaman kepada generasi penerus pertanyaan seperti itu ada pada mereka, harus
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel berusaha memahami pertalian antara akhlak yang benar, kesuksesan materi dan agama dan kemudian menempatkan mereka semua dalam amal perbuatan di kehidupan sehari-hari. Ketika para orang dewasa memahami titik pandangan (noktah ataupoint) ini maka tentu mereka akan dapat membuat anak-anak keturunan mereka paham akan hal tersebut. Ketika para muda memahaminya, itu akan membuka jalan kesuksesan bagi mereka dalam segi agama dan juga duniawi, dan mereka akan menyadari betapa indah ajaran Islam, dan mereka akan mengakui kebohongan pencela Islam. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul saat ini yang diajukan oleh orang-orang yang tidak beragama atau memusuhi agama bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya, ini telah terjadi di masa lalu, waktu demi waktu. Orang-orang yang berkeberatan dengan agama senantiasa mengangkat masalah ini dan juga masalah lainnya. Dengan mengangkat soal ini, keberatan mereka terhadap agama menjadi terbukti. Hal demikian ini karena mereka tidak berusaha memahami agama dalam corak yang benar, dan juga karena mereka yang disebut para pembesar dan pemuka agama, dengan menyajikan hal-hal atau solusi yang salah dari penemuan (dibuatbuat) mereka sendiri, atau karena ketidakpahaman mereka atas agama, telah membuat orang-orang berpendidikan menjadi terjebak ma-
suk dalam kebingungan dan kerumitan lebih lanjut tentang agama. Allah Ta‟ala telah berbuat baik kepada kita pada jaman ini dengan mengutus Hadhrat Masih Mau‟ud (Imam Mahdi) „alaihis salaam untuk menjauhkan kerumitan masalah ini. [Dengan memberi pemahaman kepada kita], beliau as. menciptakan kekuatan dalam diri kita untuk mengerti secara mendalam atas masalah itu dan membuatnya terasa mudah bagi kita, setelah kita memahaminya dan solusinya terselesaikan. Pada suatu waktu Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. menyampaikan khotbah Jumat perihal korelasi (kaitan, hubungan) antara moralitas (akhlak), kemajuan materi (capaian duniawi) dan agama, serta sudut pandang Islam tentang masalah ini dan bagaimana Baginda Nabi Muhammad saw. menjelaskan hakikat hal ini melalui keteladanan dan perbuatannya. Maka dari itu, sebagaimana telah saya katakan beliau ra. telah menjelaskan topik ini dalam salah satu khotbah beliau, dan menjelaskannya secara ringkas. Dalam rangka mengambil manfaat dari penyampaian beliau ra. ini, pada hari ini saya hendak menyajikannya kepada hadirin semua. Kita berkata kepada dunia dengan sungguh-sungguh bahwa Islam adalah sebuah agama yang dikirim Allah Ta‟ala sesuai dengan fitrah (sifat dasar dan suci) kemanusiaan sepenuhnya. Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. menguraikan Islam adalah agama fitrah.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
23
Artikel Beliau ra. bersabda, “Agama, akhlak dan kebutuhan manusia – yang terkait dengan jasmaninya – saling mempengaruhi, saling menyerap dan merasuk satu dengan yang lain, sehingga sulit untuk memisahkan itu semua. Seseorang yang meyakini suatu agama tidak bisa memisahkan moralitas dari agama dan ia juga tidak bisa berpikiran, „sesungguhnya agama telah membuatku merasa cukup dari dunia dan tidak peduli dengan dunia sehingga aku tidak memerlukannya.‟ Hal demikian karena menghentikan pemikiran untuk memerlukan kebutuhan duniawi akan menghentikan siklus kemajuan materi. Oleh karena itulah semua hal tersebut -- yaitu agama, akhlak dan kemajuan materi itu -- saling berhubungan. Namun, meskipun berkorelasi tetapi juga ada perbedaan. Di satu pihak, orang-orang yang tidak meyakini agama guna tetap dalam pendapat bahwa moral yang baik dan kesuksesan materi dibutuhkan manusia. Namun seorang Muslim sejati akan mempertahankan pendapat bahwa disamping itu semua, manusia juga membutuhkan agama karena itu mengantarkannya pada Tuhan. Pendeknya, inilah perbedaan pemikirannya, yaitu bagaimana memandang ketiga soal tadi dan bagaimana hubungan antara ketiganya. Agama-agama yang lain telah mengalami stagnasi (kemandegan). Islam sajalah yang dengan tegas 24
m a m p u m e mb u a t k o r e l a s i (hubungan) antara satu dengan yang lain (spiritualitas, moralitas dan kesuksesan materi). Namun, sebagian besar umat Islam tidak memahami hakikat realitas (kebenaran) agama sehingga mereka mengait-ngaitkan antara agama dengan moralitas dan keuntungan materi dengan cara yang salah dan berlebihan sedemikian rupa, sehingga mendorong orangorang menjauh dari agama, bukannya menyajikan agama dalam corak yang indah. Selain hal yang esensial (pokok mendasar) dalam Islam seperti shalat dan puasa, beberapa ulama bersikeras berpendapat bahwa halhal kebutuhan fisik seperti membuat anjuman (organisasi), konvensi atau rapat umum dan sebagainya juga merupakan bagian dari Islam dan mereka yang tidak berpartisipasi di dalamnya adalah orangorang kafir atau murtad.1 Inilah yang kita saksikan di dunia Islam. Bahkan, sikap ini sekarang ini bertambah terus dan setiap golongan mengeluarkan fatwa menentang fatwa golongan yang lain dan konflik pun berlanjut hingga berbentuk perang fisik. Setiap golongan mempunyai fatwa -fatwanya masing-masing. Semua ini menjadi penyebab berbagai kelompok ekstremis sibuk dalam pembunuhan dan penganiayaan satu sama lain dalam rangka menyesuaikan diri dengan akhlak dan hukum Islam dalam gambaran yang mereka pahami, jalani dan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel nyatakan. Situasi pembunuhan warga masyarakat atas nama agama oleh kelompok garis keras di Suriah, Irak, Afghanistan dan Pakistan muncul akibat lahirnya hukum-hukum fiktif (yang dibuatbuat) oleh mereka. Ada Negara Islam yang berdiri di Iraq dan Suriah (ISIS atau ISIL). Seorang wartawan Prancis (Didier Francois) yang dibebaskan dari penahanan ISIL melihat berbagai praktek perbuatan mereka yang bertentangan dengan pengetahuan tentang Islam yang dimilikinya. Ia melihat mereka tidak membaca Al-Qur‟an dan Hadits. Ia bertanya kepada beberapa individu pengurus atau pejabat ISIL, “Apaapa yang kalian amalkan bukanlah ajaran Al-Qur‟an.” Mereka mengatakan, “Kami tidak tahu apa yang Al-Quran dan Hadits katakan, apa yang kami ikuti adalah hukum kami sendiri.”2 Demikianlah mereka merusak Islam. Situasi saat ini di Yaman juga merupakan gambaran dari pelaksanaan fatwa populer dalam kedok agama untuk membunuh orang yang tidak bersalah melalui serangan udara. Ini benar, bahwa dalam kedua belah pihak terdapat kesalahan, tetapi tidak berarti seseorang tanpa sebab dapat atau boleh membunuh yang lainnya yang tidak bersalah! Jika kita renungkan bahasan ini lebih lanjut, niscaya akan kita temukan bahwa – sebagaimana terekam dalam sejarah Islam dan praktek ini berlangsung hingga
sekarang - setiap ulama membangun madzhab khusus buat mereka sendiri. Maulana fulan atau Alim fulan membangun madzhab masing-masing. Dengan demikian, hakikat kebenaran sudah tidak ada lagi di dalam Islam, yaitu di dalam Islam yang mereka klaim telah mereka amalkan itu. Akibatnya, sebagian besar orang Islam menjauh dari Islam yang sebenarnya, dikarenakan sikap taqlid (mengikuti begitu saja) terhadap para ulama dan pemberi fatwa. Tidak mereka ketahui apa itu ruhaniyyat (kerohanian hakiki) dan apa itu sesuatu yang didengungkan atas nama Islam atau agama. Bertentangan dengan itu, dunia Barat yang maju berkembang tetapi non-agamis atau menjauh dari agama, berusaha untuk membuat moralitas dan spiritualitas sebagai bagian dari dunia jasmaniah. Jika mereka memandang fenomena wahyu, mereka katakan itu adalah unsur dinamis manusia (bagian dari perbuatan manusia). Jika mereka memandang moralitas (akhlak), mereka memandangnya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi mereka secara duniawi. Jika mereka merenungkan soal agama, mereka katakan orang-orang yang mengikuti agama adalah yang tidak berpendidikan, tidak berperadaban atau berperadaban rendah, dan itu ada gunanya dalam batas tertentu, yaitu dengan mengatasnamakan agama dapat sedikit menyelamatkan orang-orang yang berperadaban rendah itu dari melaku-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
25
Artikel kan kejahatan-kejahatan karena [kata filosof Barat itu] orang-orang berperadaban rendah itu takut dengan agama. Itu pun jika mereka mengamalkan agama dengan corak yang benar. Dan mereka mengatakan bahwa orang-orang yang sudah bermoral tidak perlu (tidak membutuhkan) agama. Tetapi, dengan merenungkan moralitas (akhlak), spiritualitas (ruhaniah) dan kesuksesan materi (capaian duniawi), hal itu memberitahu kita bahwa itu semua terjalin begitu dekat sehingga tidak semua orang menyadari awalnya dari mana dan akhirnya ke mana. Guna memahami korelasi tersebut kita harus melihat kehidupan penuh berkat Baginda Nabi saw.. Beliau saw. adalah pembaharu dunia untuk aspek spiritual, moral dan juga material. Kehidupan beliau nan penuh berkat adalah gabungan dari itu semua. Pada satu segi beliau saw. bersabda, ُّ ُ َ ُّ «الع َب َاد ِة ِ „ »الذع ُاء مخad-du‟aa-u mukhkhul ibaadah‟ “Doa adalah sumsum ibadah.”3 Sementara di segi lainnya, beliau saw. menekankan perihal penyempurnaan kerohanian. Artinya, sementara di satu segi ibadah Allah itu penting, beliau saw. juga menekankan pada pengembangan spiritual. Tidak cukup hanya mengerjakan shalat saja lalu segala masalah selesai, melainkan harus menapaki tingkat-tingkat shalat dan memaju26
kan kerohanian. Hubungan antara Allah Ta‟ala dengan hamba-Nya terkait doa adalah seperti hubungan antara ibu dan anak. Kata bahasa Arab du‟a berarti memanggil (menyeru) seseorang. Seseorang memanggil ketika yakin yang dipanggil akan membantunya. Tidak ada satu pun yang memanggil musuh guna mengharapkan bantuannya. Saat kita berdoa atau hendak berdoa ada beberapa hal yang hendaknya kita lakukan dan perlihatkan. Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. menjelaskan bahwa ada tiga hal yang harus diketahui dalam berdoa. Pertama, seseorang harus yakin bahwa permohonannya akan didengar dan dikabulkan; Kedua, seseorang harus memiliki jaminan bahwa siapa yang kita sebut dalam panggilan itu memiliki kekuatan untuk membantu (menolong); dan Ketiga, seseorang harus memiliki cinta yang melekat dan pengabdian kepada siapa yang ia panggil, dan mau tak mau untuk berpaling kecuali hanya ke orang itu dan tidak kepada yang lain. Dua yang pertama adalah elemen (unsur) yang berkaitan dengan pikiran. Jika salah satu tidak yakin bahwa panggilannya akan didengar, dan jika seseorang tidak memiliki jaminan bahwa orang
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel yang disebut-sebutnya dalam panggilan itu datang dengan memiliki kekuatan untuk membantu maka itu adalah hal yang sia-sia untuk memanggil orang itu. Unsur ketiga, bagaimanapun adalah keinginan alami, kecintaan fitri melekat pada sifat dasar manusiawi. Unsur ketiga ini adalah cinta kasih yang melekat dan pengabdian yang membuat orang mengabaikan orang lain, dan membuatnya hanya berpaling ke obyek yang ia cintai. Seperti cinta yang melekat antara ibu dan anak sebagaimana telah saya sebut tadi. Bahkan, jika seorang anak yang tengah tenggelam di lautan mengetahui ibunya itu tidak bisa berenang, jika si ibu ada di sekitar itu, maka sang anak akan memanggilnya supaya ia menolongnya, dan tidak memanggil orang lain. Ikatan ini ini lahir dari hubungan emosional. Tentang hal ini, Baginda Nabi saw. mengatakan, ُّ „ad-du‟aa-u mukhkhul «»الذ َع ُاء ُم ُّخ ال ِع َب َاد ِة ibaadah‟ - “doa adalah sumsum ibadah.” Itu artinya, iman seseorang tidak dapat menjadi sempurna tanpa doa. Pendeknya, beliau saw. mempersamakan hubungan antara Allah dan manusia sebagai hubungan antara ibu dan anak, hal mana seorang anak senantiasa berlari dan berjalan ke arah ibunya dan mengabaikan orang lain. Elemen (unsur) kedua adalah moral (akhlak). Kita melihat aspek indah ini dalam kehidupan penuh
berkat Baginda Nabi saw.. Kita melihat kelakuan baik dan ekspresi cinta beliau saw. atas istri-istri beliau, sesuatu yang penting agar memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia. Ini termasuk akhlak mendasar. Cinta dan kepedulian beliau bagi istri-istrinya adalah sampai-sampai jika seorang istri beliau minum air dari suatu perkakas untuk minum, ketika beliau saw. ingin minum, beliau menempatkan mulutnya di tempat istrinya telah menempatkan mulutnya untuk minum.4 Dalam corak itu, ini adalah sesuatu yang nampaknya kecil tapi itu merupakan suatu pokok pandangan yang sangat halus lagi mendalam. Hal ini menandakan bahwa cinta tidak hanya diungkapkan dengan sikap-
“Kata bahasa Arab du‟a berarti memanggil (menyeru) seseorang. Seseorang memanggil ketika yakin yang dipanggil akan membantunya. Tidak ada satu pun yang memanggil musuh guna mengharapkan bantuannya.” Khutbah Jumat Khalifatul Masih V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. tanggal 24 April 2015 di Masjid Baitul Futuh Morden, Inggris
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
27
Artikel sikap dan perkara-perkara yang besar, tetapi benar-benar terlihat dari gerakan-gerakan kecil. Tidak cukup hanya itu. Kehidupan penuh berkat Baginda Nabi saw. penuh dengan peristiwaperistiwa menakjubkan yang berkaitan dengan akhlak sedemikian banyak, sehingga tampaknya semua hidup beliau hanya untuk mempelajari perihal akhlak dan mengajarkannya kepada orangorang. Beliau adalah teladan tiada taranya dalam setiap hal, seperti misalnya hubungan dengan umat manusia, hubungan antar kerabat, rincian kelakuan dan perlakuan t e rh a da p se s a ma m a n u si a , menghindari kepalsuan, pengkhianatan, prasangka buruk dan ketidakpercayaan. Keteladanan beliau saw. itu mencapai derajat yang mana tidak ada seorang pun yang dapat memperlihatkannya sejumlah 1/10 (sepersepuluh) nya saja dari yang beliau saw. telah perlihatkan pada kita meskipun andai bisa mengalami puluhan kehidupan. Unsur ketiga yang beliau saw. ajarkan ialah memandu dalam aspek materi (jasmaniah). Misalnya, membuka atau memperluas jalan-jalan baru bagi warga masyarakat, pasokan air bersih, dan saat mendirikan sebuah kota atau pemukiman baru. Beliau saw. menaruh perhatian atau memikirkan perihal para pembangunnya dan perancangnya. Beliau saw. mengarahkan perhatian pada kebersihan jalan-jalan di pe28
rumahan. Saran dan petunjuk dari beliau saw. agar membuat rumah yang lapang sehingga udara dapat masuk ke dalamnya.5 Beliau saw. mengarahkan perhatian pada semua hal materi dan duniawi, baik itu yang berhubungan dengan pemerintahan dan kemasyarakatan, maupun juga perdagangan dan pertukangan. Tiap-tiap sesuatu beliau jelaskan pada waktu dan tempatnya masing-masing sebagaimana kita dapati rincian besarnya dalam Sirah (riwayat hidup) beliau saw.. Namun, meski demikian, bertentangan dengan orang-orang yang disebut ulama (pemimpin agama) hari ini, Nabi saw. tidak menganggap segala sesuatu itu sebagai bagian dari agama. Misalnya, suatu kali saat melewati suatu kebun kurma, Baginda Nabi saw. melihat beberapa petani melakukan penyerbukan pohon kurma dengan membawa bagian benih jantan dari pohon ke dalam kontak dengan bagian benih betina dari pohon ُ َّ َ tersebut. Beliau saw. bersabda, ” ل َعلى ْم َ َ َ َُ ْ َ ْ َ ْ َ "ان خ ْي ًرا “ لى لم جفعلىا وAku menduga, andai kalian tidak melakukannya, mungkin lebih baik”, dan membiarkan penyerbukan terjadi secara alami melalui angin. Para petani meninggalkan praktek itu tetapi pada musim panen tahun berikutnya itu mereka tidak memperoleh panen yang baik. Ketika Nabi saw. diberitahu penyebab hasil panenan yang lebih rendah, beliau saw. mengatakan bahwa
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel beliau saw. tidak memerintahkan mereka untuk meninggalkan praktek tersebut, beliau saw. bersabda, َْ َُ ْ َ ْ ُ ْ َ ُْ َ ْ ُ ‘“ ؤهخم ؤعلم ِبإم ِش دهُاهمKalian lebih mempunyai pengetahuan tentang hal-hal duniawi kalian.”6 Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. mengatakan, “Jadi, jelas dalam hal ini, bahwa beliau saw. telah memisahkan aspek materi dari masalah agama. Itu jugalah sabda beَ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ liau saw., "ان خ ْي ًرا لعلىم لى لم جفعلىا وAku menduga, andai kalian tidak melakukannya, mungkin lebih baik‟. Sabda beliau saw. sendiri diucapkan sesuai dengan perintah-perintah Allah.” Sementara ini adalah sebuah sabda dari lisan seorang Rasul Allah Ta‟ala yang menganggap halhal materi sebagai materi dan berkata kepada manusia, “Kalian lebih tahu daripadaku perihal urusan duniawi kalian.” Namun, kita saat ini mendapati para Maulwi (ulama) yang selalu siap menyatakan orang-orang sebagai kafir dan murtad hanya karena bertentangan pendapat dengan mereka. Dan kemudian di sisi lain, kita melihat bangsa-bangsa Barat – atau mereka yang menamakan diri bangsa-bangsa maju berperadaban tidak menganggap penting beriman kepada agama, tidak menghormati ajaran agama dan juga akhlak, tetapi mereka hanya menekankan segala hal yang bersifat materi (jasmaniah). Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. mengatakan, “Para filsuf (ahli filsafat) mereka (bangsa
Barat) mengatakan, „Persoalannya bukanlah bagaimana Tuhan menciptakan manusia, melainkan bagaimana manusia (na‟uudzu biLlaah) telah menciptakan Tuhan.‟ Mereka menganggap pertanyaan mengenai Tuhan adalah akibat kemajuan manusia, dan jika memang Tuhan itu Ada maka itu hanyalah lingkaran akhir kemajuan akal manusia. Mereka beranggapan manusia mencari model (rancangan, contoh, teladan) yang sangat baik dan ketika model ini tidak ditemukan di antara umat manusia, pikiran melampaui alam kemanusiaan dan secara bertahap sesuatu yang sempurna dibayangkan, dipikirkan dan pemikiran itu terus mengalami kemajuan dan ini mereka anggap sebagai konsep Tuhan.” Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. mengatakan bahwa demikianlah bagaimana orang-orang itu telah membuat konsep Tuhan sebagai aspek material. Secara bertahap mereka berpaling dari agama, dan para filsuf jaman ini cenderung untuk menganut atheisme. Sebagian besar orang di Barat, atas nama pencerahan dan pendidikan, tidak percaya adanya Tuhan. Mereka hanya menganggap moralitas (perilaku yang baik) dan kesuksesan materi sebagai segalanya. Sementara itu, para maulwi jaman ini [sadar atau tidak justru] menambah dukungan atau mendorong meningkatnya pandanganpandangan bersifat atheisme terse-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
29
Artikel but yaitu dengan membuat (menetapkan) segala pemikiran mereka (para ulama) sendiri itu sebagai bagian dari agama. Sebagai akibatnya mereka tengah menyebarluaskan kejahilan (kebodohan) yang mengherankan. Bila kita memandang bahasan ini dari segi ini, kita dapati para ulama jaman sekarang juga salah, dan salah juga orang-orang yang menganggap agama sebagai hal-hal materi dan yang menolak agama. Kita beruntung dan berbahagia sebagai Muslim Ahmadiyah karena Allah Ta‟ala telah mengutus Hadhrat Masih Mau‟ud as. dan menyelamatkan kita dari masalah ini serta menuntun kita untuk mengikuti teladan penuh berkat Baginda Nabi saw., karena kebenaran ada pada beliau. Beliau saw. mengajarkan i‟tidaal (moderasi, keseimbangan) dalam segala hal dan menunaikan haq-haq (tanggungjawab) kita dan inilah agama yang benar. Beliau saw. mengajarkan ibadah kepada Allah adalah penting, bahkan teramat penting, itu tujuan penciptaan kita sebagai manusia; namun bersamaan dengan itu, setiap diri juga berkewajiban memenuhi hak atas dirinya sebagaimana ia berkewajiban menunaikan hak istri dan tetangga.7 Dalam rangka memenuhi hak-hak ini kita harus menggunakan tiga macam sumber atau sarana. Pertama, doa dan ibadah kepada Allah; kedua, pengendalian diri dan menahan emosi dan merenungkan serta 30
mempelajari psikologi (kejiwaan) manusia, dan ketiga, berpegang teguh pada kejujuran dalam pekerjaan atau profesi dan keuangan serta mencari dan menuntut ilmuilmu keduniaan dan adalah penting untuk meraih ilmu sains.9 Jika kita merenungkan, kita akan menyadari bahwa demi memenuhi hak (menunaikan kewajiban) bagi diri kita sendiri, doa dan hubungan dengan Tuhan itu keduanya berfaedah seperti halnya mengendalikan emosi dan hawa nafsu. Hal demikian karena, perasaan emosional sering membuat kita menghilangkan hak-hak kejiwaan kita sendiri. Jika ia keluar tanpa pertimbangan, atau keluarnya emosi tanpa kendali juga mengakibatkan ketidakadilan dan sikap aniaya. Maka penambahan ilmu dan berpegang teguh pada kejujuran dalam pekerjaan dapat membimbing kita menuju peningkatan kehidupan moral, spiritual dan juga materi kita. Demikian pula, dalam rangka memenuhi hak-hak keluarga kita, kita berdoa, mengendalikan emosi kita dan memenuhi kebutuhan materi mereka. Nabi saw. juga bersabda bahwa hak tetangga atau masyarakat harus kalian penuhi. Itu akan tertunaikan dengan doa-doa kepada -Nya dalam hal itu lalu berusaha menunaikan kewajiban-kewajiban (memenuhi hak-hak) terhadap mereka kemudian berusaha memahami pola pikir dan kejiwaan mereka dan berdasarkan hal itu menyampaikan pesan Islam apa
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
“Jika kita merenungkan, kita akan menyadari bahwa demi memenuhi hak (menunaikan kewajiban) bagi diri kita sendiri, doa dan hubungan dengan Tuhan itu keduanya berfaedah seperti halnya mengendalikan emosi dan hawa nafsu.” Khutbah Jumat Khalifatul Masih V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. tanggal 24 April 2015 di Masjid Baitul Futuh Morden, Inggris
saja yang dapat mereka sampaikan. Termasuk menunaikan hak terhadap masyarakat yaitu dengan membuat mereka menelaah agama, kemudian dengan sarana kemajuan ilmu pengetahuan dan bekerja keras di tempat kerja, kita berperan serta dalam kemajuan negara secara umum. Hal ini juga termasuk dalam pemenuhan hak terhadap tetangga. Jika setiap anggota masyarakat melakukan upaya sembari memiliki pemikiran seperti ini, dan maka masyarakat akan menjadi teladan terbaik dalam hal kemajuan moralitas, spiritualitas dan kesuksesan materi. Kemunduran dunia Muslim saat ini ialah dikarenakan mereka melalaikan semua ini – sebagaimana telah saya sebutkan tadi – mereka begitu terpengaruh dengan nama
Allah dan agama Allah sedemikian rupa tetapi mereka telah memberikan nama pada hasrat-hasrat keakuan mereka sebagai agama. Mereka sebenarnya tidak terkesan, terpengaruh dan mengedepankan agama sebagaimana mestinya karena jika demikian tentu mereka akan menaruh perhatian pada halhal yang saya sebutkan tadi. Sebagai hasil menamai semangatsemangat egoisme (keakuan) sebagai agama dan berperilaku atas dasar itu, bukannya menyampaikan kualitas istimewa Islam kepada orang lain, mereka malah mengikuti keyakinan yang mereka buat-buat atas dasar semangat keakuan itu dan membunuh satu sama lain. Mereka telah kehilangan baik dari segi duniawi dan dalam hal-hal ukhrawi (spiritual) serta terhina dengan mengemis kepada pihak lain (non Islam) dalam setiap masalah. Inilah yang kita saksikan di dunia Islam sekarang ini. Iya, memang benar bahwa dunia Barat menjadikan agama sebagai pengikut duniawi mereka dan memberi prioritas (pengutamaan) pada hal-hal duniawi melebihi keimanan (agama), bagi mereka agama tidak ada apa-apanya bahkan menjadikan duniawi sebagai segalanya bagi mereka. Tetapi, setidaknya mereka berhasil mencapai tujuan duniawi mereka, bahkan meski itu melalui cara-cara yang salah. Sementara kaum Muslim telah gagal dalam bidang duniawi maupun agama.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
31
Artikel Pendek kata, Allah Ta‟ala telah mengutus Hadhrat Masih Mau‟ud as. untuk ishlaah (perbaikan) pada kedua segi ekstrem tersebut [berlebihan dalam hal duniawi dan berlebihan dalam hal agamawi, atas nama agama]. Pada saat-saat seperti itulah Allah mengirimkan orang-orang pilihan-Nya kepada dunia guna menjaga hal-hal dalam suatu perspektifnya masingmasing, menjadikan agama dalam konteks (sudut bahasan) agama, moralitas (akhlak) dalam konteksnya dan hal-hal duniawi dibahas dalam konteks duniawi. Secara kasat mata, orang-orang pilihan Allah terlihat hanya membawa risalah ruhaniah (pesan spiritual) tetapi ketiga aspek tersebut tetap berkorelasi demikian eratnya (sangat berkaitan, yaitu akhlak, ruhaniah dan jasmaniah). Keunggulan dalam spiritualitas pasti mengarah ke reformasi moral, dan penjagaan moral yang baik pasti menyebabkan kondisi materi yang lebih baik. Namun, seseorang yang perkara-perkara duniawinya baik, tidak berarti bahwa ia telah mendapatkan segalanya, dan tidaklah menjamin bahwa orang yang maju dalam hal duniawi itu menjadi benar dalam akhlaknya, juga tidak pasti benar mengatakan siapa yang akhlak (moralnya) baik maka agamanya juga pasti benar. Hal demikian karena Allah berkehendak membawa manusia senantiasa kembali kepada-Nya. Inilah tujuan hidup manusia. Guna me n c a p a i n y a , D i a j a di k a n 32
“Keunggulan dalam spiritualitas pasti mengarah ke reformasi moral, dan penjagaan moral yang baik pasti menyebabkan kondisi materi yang lebih baik.”
[petunjuk berupa] reformasi moral dan kesuksesan materi sebagai pengikut agama yang dengan itu setiap orang yang mengusahakannya akan meraih segala sesuatunya. Allah menyatakan bahwa seorang Mukmin sempurna diberikan segala macam kesuksesan dan kemajuan (jasmani, akhlak, ruhaniah). Sementara mereka yang hanya menaruh perhatian pada َ ًً َ َّالز duniawi, firman-Nya, ض َّل َظ ْع ُي ُه ْم ِ ُّ في ْال َح َُاةYaitu, seluruh usaha َالذ ْهُا ِ ِ mereka sia-sia dalam meraih keduniaan. (Surah Al-Kahfi, 18:105). Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. membuat permisalan, “Mereka yang datang dari yang paling atas menuju yang terendah meraih keselamatan, sementara yang datang dari yang terbawah ke paling atas
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel tidak akan ada keselamatan padanya.” Pendek kata, telah diketahui bahwa ada berbagai cara yang berbeda dan tersendiri untuk mencapai keberhasilan dalam hal moral, spiritual dan material, tetapi ada juga cara bersama dan itu adalah menjalin hubungan yang sempurna dengan Allah. Moralitas dicapai dengan mengusahakannya. Kesuksesan materi diperoleh dengan mengusahakannya. Tetapi, hasil dari kedua upaya ini terbatas dalam lingkup mereka sendiri. Tidak keluar dari domain masing-masing. Namun, berkebalikan dari itu, mereka yang berupaya memperbaiki dan meluruskan ruhaniyatnya (spiritualitasnya) akan diberikan segalanya. Sebagai contoh, para Sahabat Nabi ra.. Pada waktu mengambil baiat kepada Nabi Muhammad saw., mereka tidak berpikiran karena mereka ingin membuat jalan lebar atau ingin memiliki kebersihan di sekitar lingkungannya atau hal-hal duniawi lainnya. Sebaliknya, mereka dibacakan dan membaca, ال َّ ‘ ' إله ِإال هللا ُم َح َّمذ سظىٌ هللاTidak ada yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah RasulNya' dan dengan hal ini mereformasi akhlak mereka dan dengan akhlak yang lurus juga pasti akan membuat baik dan lurus hal-hal duniawi mereka. Kaum Muslim jaman itu menjadi teladan dalam hal kebenaran dan kejujuran. Dalam perdagangan, mereka
dapat dipercaya sehingga penduduk dunia mempercayakan harta mereka tanpa rasa cemas. Mereka sedemikian menegakkan keadilan sehingga b erb agai rakyat menginginkan berada di bawah pemerintahan orang Muslim. Pada jaman Hadhrat Khalifah Umar ra., umat Muslim harus meninggalkan suatu wilayah di Syam (Suriah) karena besarnya jumlah tentara Romawi yang hendak menyerang mereka. Kaum Kristen Suriah yang menjadi rakyat pemerintah Islam menangis ketika umat Islam berangkat pergi meninggalkan mereka. Warga Kristen tersebut menghentikan pasukan Muslim seraya mengatakan, “Kami akan membantu kalian jika tetap tinggal di sini.” Mereka orangorang Syam itu adalah Kristen seperti halnya orang-orang Romawi juga [yang sebelumnya memerintah mereka], tetapi ikatan mereka dengan umat Islam itu karena moral yang tinggi dan tata kelola pemerintahan yang sangat baik dari kaum Muslim. Hal demikian membuat mereka bersedia membantu kaum Muslim melawan pemerintahan Romawi yang sama-sama beragama Kristen. Meskipun pemerintahan adalah pencapaian duniawi, pemerintahan umat Muslim waktu itu bukanlah semata-mata duniawi. Umat Muslim waktu itu dianugerahi hal ini sebagai buah dari keistimewaan keimanan mereka sehingga dengan me nj alank an hukum - huku m agama, mereka terhiasi dengan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
33
Artikel keindahan dan keistimewaan sampai-sampai rakyat dari beberapa agama yang berbeda menghendaki agar pemerintahan tetap tegak di tangan kaum Muslim. Tak diragukan lagi umat Muslim waktu itu meraih hal ini sebagai buah dari َّ ikrar ‘ ال إله ِإال هللا ُم َح َّمذ سظىٌ هللاLaa ilaaha illAllah, Muhammadur rasuluLlah‟ – “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah.” Namun, itu bukan ikrar hanya di lidah saja melainkan sebagai karunia dari kebenaran keimanan mereka karena mengikrarkan hal ini hanya dengan lidah saja, juga akan kehilangan dunia. Sementara itu, orang yang mengikuti agama yang benar secara benar lalu menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak maka ia akan mendapatkan dunia juga. Para pemegang pemerintahan di kalangan umat Muslim di masa kontemporer ini (masa sekarang) tidak memahami hal ini, sehingga mereka tidak menjalankan pemerintahan dari segi ini. Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. meriwayatkan bahwa dalam kerangka penjelasan perihal hubungan yang kuat dengan Allah Ta‟ala, Hadhrat Masih Mau‟ud as. biasa menceritakan kisah tentang seorang Taajir (pengusaha, saudagar, pedagang) yang akan berangkat pergi melakukan sebuah perjalanan dan meninggalkan sejumlah besar uang yang dititipkannya kepada seorang Qadi (hakim) kota itu. Setelah kembali, ia meminta sang 34
Qadi untuk mengembalikan tas uangnya, tapi Qadi hanya menyangkal pernah diberi uang sebagai kepercayaan atau titipan. Sang pedagang sangat gelisah dan memberi Qadi dengan banyak petunjuk dan informasi untuk mengingatkannya perihal tas uangnya, tapi Qadi mengatakan bahwa ia tidak pernah menyimpan barang kepunyaan orang lain sebagai kepercayaan (amanat). Mereka diperintah oleh seorang raja yang sangat mudah didekati. Pedagang pergi menemuinya dan menjelaskan ceritanya. Raja memintanya beberapa bukti bahwa ia telah meninggalkan uangnya. Pedagang mengatakan dia tidak mempunyai bukti. Raja memikirkan rencana dan meminta pedagang untuk berdiri di samping Qadi pada hari prosesi penghadapan raja. Pedagang setuju dan mengikuti rencana pada hari prosesi. Raja berkata, “Saya akan berbicara dengan anda dengan cara tak resmi seperti dengan kawan dekat dan ramah. Anda harus menanggapinya dalam keramahan yang sama.” Pada hari prosesi, raja dan pedagang keduanya secara terbuka mengobrol dengan ramah dan pedagang menceritakan perihal tas uangnya yang tertinggal pada seseorang sebagai kepercayaan (amanat) dan ia menderita kesulitan dalam mengambilnya kembali. Raja berkata, “Kalau anda menyampaikan hal ini sebelumnya tentu saya akan menyelesaikan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel masalah anda sehingga tas uang anda dapat kembali. Jika anda terus mengalami kesulitan dalam mendapatkan kembali uang anda, saya harus datang dan menemui anda.” Qadi melihat semuanya. Ketika prosesi berlalu Qadi berkata kepada si pedagang, “Ingatan saya tidak sangat baik dan saya mungkin sudah lupa tentang tas uang. Coba Anda sampaikan beberapa petunjuk dan ciri-ciri barang anda.” Ketika sang pedagang memberinya petunjuk, Qadi berkata, “Kenapa kau tidak beritahu saya tanda-tandanya sebelumnya? Barang titipan anda tersimpan pada saya. Saya akan pergi dan mendapatkan tas anda lalu akan saya serahkan pada anda." Sekarang, jika persahabatan dengan sumber kekuasaan duniawi yang terbatas kekuatannya dapat memberikan begitu banyak keuntungan kepada seseorang, maka bagaimana persahabatan dengan Allah? Bagaimana dunia tidak akan takluk pada manusia yang demikian, yang bersahabat dengan Allah. Dengan mengikuti agama yang benar secara benar memungkinkan seseorang untuk menang atas dunia seluruhnya. Para Sahabat Nabi saw. memperoleh itu semua berupa keduniaan melalui Nabi saw., bukan dengan cara mengikuti sarana-sarana materi, melainkan dengan mengikuti agama. Tapi keyakinan (iman) sempurna diperlukan untuk ini, keyakinan yang menarik ridha (kesenangan) Allah.
“Dengan mengikuti agama yang benar secara benar memungkinkan seseorang untuk menang atas dunia seluruhnya.”
Jika seseorang telah mempunyai keyakinan sempurna, ia tidak akan pernah bisa meninggalkan moral yang tinggi (akhlak fadhilah). Jika dia mengusahakan penerapan semua aspek moral dan mempraktekkan semuanya, maka dia akan meraih kejujuran, kebenaran, kepercayaan, kesalehan dan kesucian. Dan ini tentu akan membuat diri nya memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesadaran, kemampuan serta ketekunan, dan ia akan mencapai kesuksesan duniawi juga. Seorang Mukmin hendaknya harus paling banyak fokus pada hubungan rohani. Tidak seperti orang-orang yang berucap bahwa hanya pernyataan lisan saja sudah cukup. Kecintaan kepada Tuhan tidak hanya bisa dengan lisan saja, melainkan dengan hati dan jika telah demikian, maka manusia dapat memperoleh segala sesuatunya.9
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
35
Artikel Manusia tidak akan mendapat anugerah hingga dia mencapai puncak (keunggulan atau keistimewaan) dan kesempurnaan pada sesuatu hal yang ia kerjakan. Seseorang juga hanya dapat meraih manfaat dalam hal agama, terkecuali dengan kesempurnaan dan pencapaian puncak keunggulan. Maka dari itu, seseorang harus berusaha untuk itu. Hadhrat Masih Mau‟ud as. biasa bersabda, “Orang-orang yang mendapatkan keuntungan dariku hanyalah mereka yang memiliki asosiasi (ikatan) yang kuat dan erat denganku; baik mereka yang sangat menentang, seperti Maulawi Tsana Ullah Sahib dan mereka lainnya yang menjadi terkenal terutama karena sempurna dalam menentangku, atau mereka yang benar-benar tulus dan sempurna dalam mengikuti dan menaatiku. Hubungan lemah (hubungan yang lemah denganku) tidak menguntungkan sama sekali. Jika seseorang berpaling dan berjalan kepada Allah, ia akan diperlakukan sebagaimana orang lain diperlakukan pada jaman dulu. Pada jaman ini pun bisa terjadi. Dengan syarat seseorang benarbenar mencoba (berusaha) untuk ini dengan sepenuh usaha yang sungguh-sungguh dan benar hingga ia akan mencapainya. Allah tidak bermusuhan dengan siapa pun. Apa yang dibutuhkan kita membawa diri kita kehadapan Allah sepenuhnya, bersujud di istanaNya dengan ketulusan yang sem36
“Allah tidak bermusuhan dengan siapa pun. Apa yang dibutuhkan kita, membawa diri kita kehadapan Allah sepenuhnya, bersujud di istana-Nya dengan ketulusan yang sempurna. Kita akan meraih segala sesuatu di istanaNya, dan ini membawa kita meraih kesuksesan yang kita perlukan.” purna. Kita akan meraih segala sesuatu di istana-Nya, dan ini membawa kita meraih kesuksesan yang kita perlukan. Sebagaimana seseorang yang duduk di dekat api maka semua anggota tubuhnya akan merasakan panas dari api tersebut, bagaimana mungkin orang yang telah meninggalkan segala sesuatu demi Tuhan, tidak mendapatkan sesuatu apa pun dari karuniakarunia-Nya? 10 Kita harus melakukan upaya sungguh-sungguh untuk mencapai Tuhan, berusaha memahami agama yang dikirim oleh-Nya dan membuat kecintaan pada-Nya menjadi bagian terdalam dari diri kita. Hal ini secara terus-menerus akan menjadikan tinggi moral kita dan kita juga akan meraih kesuksesan materi. Jika kita mencoba dan mengambil bagian dari cahaya Ilahi, kita akan benar-benar menerima kebaikan-Nya. Jika kita mencoba dan mengambil bagian dari cahaya Ilahi guna menyinari diri dan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel keadaan kita dengan kesungguhan, kecintaan dan kesetiaan maka secara otomatis itu akan menghilangkan kepalsuan yang merupakan salah satu dari sekian banyak kegelapan. Ketahuilah, kemalasan, penipuan, merampas hak orang dan penyakit keburukan lainnya adalah kegelapan. Secara otomatis, itu semua akan kita bersihkan dengan keberkahan Nur Ilahi, dan kita akan tinggikan taraf moral dalam diri kita, dan kita meraih kemajuan jasmaniah juga. Jika kita ingin menyelamatkan generasi keturunan berikutnya dari efek buruk materialisme/ kebendaan, dan kita hidup dalam masyarakat, maka mau tak mau kita harus menjelaskan kepada mereka korelasi (hubungan/ keterkaitan) antara agama dan moralitas. Kita ikatkan mereka dengan agama seraya kita tegaskan dengan amal perbuatan kita bahwa kesuksesan materi merupakan pengikut agama yang benar. Untuk itu, kita juga harus berusaha menjalin hubungan yang benar dengan Allah. Semoga Allah memberi kita taufik untuk itu.[][] *Dildar Ahmad Dartono Staf Redaksi Khutbah Jumat 1. Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 462-463. 2. 2. Didier Francois 10 bulan dalam penahanan ISIL. Ia tidak pernah melihat mereka membaca Al-
Qur’an. Bahkan, penangkapnya tidak mempunyai salinan AlQuran. Fakta ini dapat dilihat di berbagai media yang memuat wawancaranya, baik media internet maupun media cetak. 3. Jami’ at-Tirmidzi, Kitab tentang doa-doa, riwayat Anas ibn Malik. Juga tercantum dalam Bulughul Maram. Hadits lainnya yang seُ ُّ rupa, «»الذ َع ُاء ُه َى ال ِع َب َادة. 4. Shahih Muslim, Kitab tentang ْ َقا َل،َ َعنْ َعا ِئ َ َش َة ُ ت ُك ْن haidh, no. 300. ت َّ ُث َّم ُؤ َهاو ُل ُه،ض ٌ ؤ ْش َش ُب َوؤ َها َحا ِئ الى ِب َّي صلى هللا علُه ِ َ َ َ َ َ ََ َ ض ُع ف ُاه َعلى َم ْى ِض ِع ِف َّي ف َِ ْش َش ُب َوؤح َع َّش ُق ُوظلم ف ُ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َق ُ َّ َ َّ ٌ َّ العش وؤها حا ِئض ثم ؤه ِاوله الى ِبي صلى هللا علُه َ َ َ ََ ض ُع ف ُاه َعلى َم ْى ِض ِع ِف َّي ُ وظلم فDari Aisyah Ra, ia berkata, “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi saw mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum beliau juga makan daging yang telah kugigit.” 5. Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 4032), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (9556). Di dalam sebuah hadits dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqosh ra, Rasulullah ُ ٌ saw bersabda, املشؤة: الععادة ًَ ؤسبع ِم ِ ُ ُ ُ ُ ُ واملشهب الصال ُح والجاس الىاظع ًواملعى الصالحت ِ ُ ٌ ُ ُ العىء واملشؤة الجاس : الشلاوة ًم وؤسبع ،الِه ْي ُء ِ ِِ ْ ْ َ َ َ َ ُ َّ ُ َ َ ْ ْ ْ ُّ العى ُء واملعىً الض ُّم وامل ْشه ُبAda “ العى ُء ِ empat diantara kebahagiaan: istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk”. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw pernah berdoa di suatu ma-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
37
Artikel َّ ْ َْ lam seraya berkata, ( ،الل ُه َّم اغ ِف ْش ِلي ره ِبي َْ “ ) َو َب ِاس ْن ِلي ِف َُما َسصك َخ ِني، َو َو ِ ّظ ْع ِلي ِفي َد ِاسيYa Allah, ampunilah dosa-dosaku, berilah keluasan bagiku dalam rumahku dan berkahilah bagiku dalam sesuatu yang Engkau berikan kepadaku”. [At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3500). 6. Shahih Muslim, Kitab al-Fadhail (keutamaan), no. 2363. Dari Thalhah Bin ‘Ubaidillah ra, ia berkata “Aku bersama Rasulullah berjalan melewati beberapa kebun kurma, Kemudian Rasulullah bertanya “Apa yang mereka lakukan?” Orang-orang sekitar pun menjawab “Mereka menyerbukkan dengan menjadikan benih pejantan masuk kedalam benih betinanya, hingga jadilah penyerbukan”. Rasulullah bersabda “Aku menduga, Andai mereka meninggalkannya, mungkin lebih baik”, Lalu mereka membiarkannya, dan hasil panen kurmanya berkurang. Mereka bertanya kepada Nabi, dan Rasulullah pun bersabda “Apabila penyerbukan tersebut memang bermanfaat bagi mereka, maka lakukanlah! Sesungguhnya aku hanya menduga saja, janganlah kalian mengambil dugaan yang kubuat, Namun apabila aku mengabarkan pada kalian sesuatu yang datangnya dari Allah, maka ambillah, sesungguhnya aku tidak akan pernah berbohong atas apa yang datang dari Allah.” Dalam riwayat no. َ َ ََ 2362 beliau bersabda, " ِإ َّه َما ؤها َبش ٌش ِإرا َ ُُ َ ُ ُ َ ُ َ ُُ َ ؤ َم ْشجى ْم ِبش ْى ٍء ِم ًْ ِدً ِىى ْم فخزوا ِب ِه َوِإرا ؤ َم ْشجى ْم ْ َ َ َ ََ “ ِبش ْى ٍء ِم ًْ َسؤ ٍي ف ِئ َّه َما ؤها َبش ٌش Sesungguhnnya aku adalah manusia. Jika aku memerintahkan kalian sesuatu perkara agama,
38
7.
8. 9. 10.
maka ambillah. Jika aku memerintahkan sesuatu dari pendapatku sendiri, sesungguhnya aku juga manusia.” Nasehat Nabi saw dan seorang Sahabat terhadap sahabat Nabi saw lainnya yang terlalu keras dalam ibadah shalat nafal dan puasa sampai-sampai mengabaikan istri, keluarga dan bahkan badannya sendiri. Tercantum dalam berbagai kitab hadits. Para sahabat yang mendapat nasehat tersebut ialah Abu Darda ra, Abdullah ibn Amr ibn Ash ra dan Utsman ibn Mazh’un ra. Dalam Shahih al-Bukhari, Kitab tentang Nikah, bab tentang hak istri, Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah ibn Amr ibn Ash: "Wahai Abdullah, bukankah telah tersebar berita bahwa kamu berpuasa sepanjang siang hari dan qiyamullail/tahajjud semalam suntuk?" aku menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Janganlah kamu melakukan hal itu. Berpuasalah dan juga berbukalah. Tunaikanlah qiyamullail namun sisihkan pula waktu untuk tidur. Sebab bagi jasadmu juga punya hak atas dirimu, kedua matamu juga punya hak atasmu dan bagi isterimu juga punya hak atas dirimu." Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 466-467. Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 467-470 Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 470-471
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel
Pengutusan Nabi saw. untuk Memisahkan Baik-Buruk Bagian 2
Oleh: Ruhdiyat Ayyubi Ahmad*
Pengutusan Rasul Allah yang Dijanjikan--Terutama Nabi Besar saw. Muhammad -- merupakan “The Big Bang” (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani guna melakukan pemisahan yang “Baik” dari yang “Buruk” di Kalangan Umat Manusia, khususnya Umat Beragama. Dalam bagian akhir edisi yang lalu telah dibahas mengenai proses penciptaan tatanan alam semesta jasmani melalui peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar), dan Sunnatullah yang sama terjadi pula dalam proses penciptaan tatanan alam semesta ruhani, firman-Nya: َ لالعللملى ِث ل َلو ل َ َ َس َّ َا َو ل َللل َلم ل ل َلذل َلش ل َّلالل ِلز َذل َلً ل ل َلسل َلف ُلش َوا ل ل َلا َّن ل ل َ َ َ َ َ َ ُ ََٓ کاه َخا َسج ًلا ف َف َخ َلن ُہ َما ؕ ل َلو ل َلل َلعلل َلىلا ل ِلم َلً للامللا ِء للک َّلل ل ل ل َلى ٍء ل َ ل ٍ ّ ؕل ََ َ افال ُذ َؤ ِم ُى َى َن “Tidakkah orang-orang yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah mereka mau beriman?” (Al-Anbiya, [21]:31).
Peristiwa “Ledakan Besar” di Alam Ruhani Berupa Pengutusan Rasul Allah Berikut adalah peristiwa the Big Bang dalam proses penciptaan tatanan alam semesta ruhani, firman -Nya: َ ُ َ َ ّٰ َ َ َ ََ ان الل ُہ ِل َیز َس امل َؤ ِم ِى َي َن َعل َما اه ُخ َم َعل َی ِہ ل َلحل ّٰ لى ما ک َ َ َ ُ َ َ ُ ُ ّٰ َ َ َ َ ّ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ذ ِميز الخ ِبیث ِمً الط ِی ِب ؕ و ما کان اللہ ِلیط ِلعکلم للعللل َ ٓ َ ّٰ ََ الغ َی ِب َو ل ِک ًَّ الل َہ َذ َج َخ ِب َى ل ِلم َلً ل ُّلس ُظ ِلل یلہ ل َلم َلً ل َّلَشلا ُء ل للفلا ِم ُلى َلىا َ ُ ََ ّٰ َ ُ ِبالل ِہ َو ُس ُظ ِل یہ ۚ َو ِا َن ج َؤ ِم ُى َىا َو ج َّخ ُل َىا فلک َم ا َل ٌش َع ِظ َی ٌم Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekalikali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih diantara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali „Imran [3]:180). ُ َ َ ّٰ َ َ َ ََ Ayat ان الل ُہ ِل َیز َس امل َؤ ِم ِى َي َن َعل َما اه ُخ َم ما ک َّ َ َ َ َ َ َ َ ّٰ َ َ َ َ َ ّ “ – علی ِہ ح ى ذ ِميز الخ ِبیث ِمً الط ِی ِبAllah sekali-kali tidak akan membiarkan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
39
Artikel orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik”, maksudnya adalah bahwa setelah terjadi proses “pemecahan gumpalan” di kalangan umat manusia melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., percobaan dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terusmenerus datang, hingga orangorang beriman sejati, akan benarbenar dibedakan dari kaum muna fik dan yang lemah iman, firmanNya: َ ذ َا ُّی َہا َّالز َذ ًَ ا َم ُىىا َّ لالص َلولر ل َلو ل َّ اظ َخ ِع َی ُى َلىا للب لالصلللى ِ ؕل ل ِلا َّن ِ ِ ِ ّٰ َ َ َُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُّ ّٰ الل َہ َم َع ُ َ الص ِو ِرذلً للوَ للو للال للجلللىللىا ل ِلمللً للذلللخلل ل ِلفل للظ ِلبلی ِلل ٓ َ َ َ َّ ٌ الل ّٰللللہ ل َلا َمل َلى اث لؕ ل ل َلبل َلل للا َحل َلیللا ٌء ل َّلو لللل ِلکل َلً للال للحشل ُلعل ُلش َو َن للوَ ل َلو ِ ًََلل َلىل َلبل ُللل َلى َّهل ُلکل َلم للب َش ل ل َلىء ل ّلمل َلً ل َلالل َلخل َلىِّ ل َلو ل َلالل ُلجل َلىع ل َلو ل َلهل َللل ل ّلملل ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ّٰ َ َ َمل َلىاٌ ل َلو ل َ َ َهل ُلفللغ ل َلو للالل َّلثل َلمللش ِث لؕل ل َلو ل َلب ّشللش ل َلالصل ِلول ِلرَذل َلً للو ِ ِ ِ ِ َ َّ َ ّٰ َّ َ ُ َ ٌ َ َ ُّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ال ِزذً ِارا اصابتہم م ِصیبت كلاللىا ل ِلاهلا ل ِلللل ِلہ للو ل ل ِلاهلا ل ِلاللی ِلہ َ َ َ َََ َ ٓ ُ ٌ َ صلللى ٌث ل ِّلم َلً ل َّلسِّ ِلہ َلم ل َلو ل َلس َح َلملت ل ل َلو س ِل ُع َىن وَؕ اول ِئک علي ِہم ٓ ُ َ َُ َاول ِئ َک ُہ ُم امل َہ َخ ُذ َون و “Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka itu mati, tidak bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari. Dan Kami niscaya akan menguji kamu dengan sesuatu 40
berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata: „Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami kembali‟. Mereka itulah orangorang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah [2]:154157).
Makna Perintah Sabar Mendahului Perintah Shalat (Doa) Karena penciptaan alam semesta ada di bawah sifat Rabbubiyat Allah Ta‟ala, yakni melalui rangkaian proses hukum sebab-akibat yang berkesinambungan, bukan melalui firman-Nya: “Kun fayakun -- Jadilah! Maka terjadilah”, karena itu dalam ayat tersebut Allah Ta‟ala telah menekankan masalah sabar mendahului masalah shalat (doa). Shabr (sabar) berarti: (1) tekun dalam menjalankan sesuatu; (2) memikul kemalangan dengan ketabahan dan tanpa berkeluh-kesah; (3) berpegang teguh kepada syariat dan petunjuk akal; (4) menjauhi perbuatan yang dilarang oleh syariat dan akal. (Al-Mufradat) Contohnya, pasangan suamiistri yang baru menikah yang mengharapkan lahirnya seorang anak mereka mereka harus bersabar menunggu kelahiran anak
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel mereka sekitar 9 bulan selain terus menerus berdoa kepada Allah Ta‟ala agar memperoleh keturunan (anak) (QS.7:190). Doa kepada Allah Ta‟ala perlu terus menerus dipanjatkan seb ab dalam menunggu selama 9 bulan tersebut banyak kemungkinan yang akan terjadi pada janin (bayi) yang dikandung istrinya. Jadi ayat tersebut mengandung satu asas yang hebat sekali untuk mencapai keberhasilan: Pertama, seorang Muslim harus tekun dalam usahanya dan sedikit pun tidak boleh berputus asa. Di samping itu ia harus menjauhi apa-apa yang berbahaya dan berpegang teguh kepada segala hal yang baik. Kedua, ia hendaknya mendoa kepada Allah Ta‟ala untuk keberhasilan, sebab hanya Allah Ta‟ala sajalah Sumber segala kebaikan. Kata Shabr (sabar) mendahului kata Shalat dalam ayat ini dengan maksud untuk menekankan pentingnya memahami dan melaksanakan hukum Ilahi yang terkadang diremehkan karena tidak mengetahui. Lazimnya, doa akan terkabul hanya bila didampingi oleh penggunaan segala sarana yang dijadikan Allah Ta‟ala melalui Sifat Rahmāniyat-Nya (Maha Pemurah-Nya) untuk mencapai sesuatu tujuan. َ ُ َ َ Ahya dalam ayat َو ال ج ُل َىل َىا ِمل ًَ ُّذ َل َخ ُل ٓ َ ّٰ َ َ َّ ٌ اللہ َا َم َى َ اث ؕ َب َل ا َح َیا ٌء َّو ل ِک ًَ ال حش ُع ُش َو َن ِ ِف َ ظ ِب َی ِل “Dan janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka itu mati,
tidak bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari”, kata Ahya itu jamak dari hayy yang antara lain berarti: (1) seseorang dengan amal yang diperbuat selama hidupnya tidak menjadi sia-sia; (2) orang yang kematiannya dituntut balas. Ayat ini mengandung suatu kebenaran agung dari segi ilmu jiwa yang diperkirakan memberikan pengaruh hebat kepada kehidupan dan kemajuan suatu kaum. Karena suatu kaum yang tidak menghargai pahlawan-pahlawan yang telah syahid secara sepatutnya dan tidak mengambil langkah-langkah untuk melenyapkan rasa takut mati dari hati mereka, sebenarnya telah menutup masa depan mereka sendiri.
Pentingnya Sikap Istiqamah (Teguh) Melangkah di Jalan Allah َ َ ُ ُ َ َ َ Ayat َو ل َى َبل َى َّهک َم ِبش َى ٍء ّ ِم ًَ الخ َى ِِّ َو ال ُج َى ِع َو َّ َ ُ ََ َ َ ََ َ ََ َ َ ّ “ الث َمش ِث غ و ِ هل ٍ ِمً مى ِاٌ و هفDan Kami niscaya akan menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan”, merupakan kelanjutan yang tepat dari ayat yang mendahuluinya. Kaum Muslimin harus siap-sedia bukan saja mengorbankan jiwa mereka untuk kepentingan Islam tetapi mereka harus juga bersedia menderita segala macam kesedihan yang akan menimpa mereka sebagai cobaan atau ujian di jalan Allah sebagai resiko beriman kepada Rasul Allah
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
41
Artikel yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta‟ala. Selanjutnya Allah Ta‟ala berfiّ ّٰ man: “ ًَ الص ِو ِرَذ َو َب ِش ِشDan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang saُ َ ٌ ّٰ َ َّالز َذ ًَ ِا َرا َا bar.” ص َاب َت ُہ َم ُّم ِص َی َبت كال َىا ِا َّها ِلل ِہ َو ِ َ َّ َُ َ ن َ “ ِاها ِالی ِہ س ِلعىYaitu orang-orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata: ”Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami ََ َ َََ َ ٓ ُ ٌ kembali.” صلى ٌث ّ ِم ًَ َّ ِسّ ِہ َم َو َس َح َمت َو اول ِئک علي ِہم َُ ٓ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ ن “ -اول ِئک ہم املہخذوMereka itulah orang-orang yang dilimpahi berkatberkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah, [2]:156157) Allah Ta‟ala adalah Pemilik segala yang manusia miliki, termasuk dirinya (jiwanya). Bila Sang Pemilik itu, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang tidak ada batasnya, menganggap tepat untuk mengambil sesuatu dari manusia maka manusia tidak punya alasan untuk berkeluh-kesah atau menggerutu serta menghujat Allah Ta‟ala, lalu meninggalkan-Nya. Oleh karena itu, tiap-tiap kemalangan yang menimpa manusia -khususnya orang-orang beriman -daripada membuat putus asa, sebaliknya hendaknya menjadi dorongan untuk mengadakan usaha yang lebih hebat lagi untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hidupnya. Jadi rumusan َ ّٰ yang ada dalam ayat ِا َّها ِلل ِہ َو ِا َّها ِال َی ِہ َ ” – س ِل ُع َىنSesungguhnya kami milik 42
Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali” bukan sematamata suatu ucapan bertuah belaka, melainkan suatu nasihat yang bijak dan peringatan yang tepat pada waktunya. Firman Allah Ta‟ala ayat selanّٰ َ َ َ َ ََ َ ُ َ jutnya ًَّ ان الل ُہ ِل ُیط ِل َعک َم َعل الغ َی ِب َو ل ِک و ما ک ٓ َ َّ َ َ ُ ُّ َ َ َ َ َ َ ّٰ ُ “ -- اللہ ذجخ ِبى ِمً سظ ِل یہ مً َشاءDan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki” itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasulrasul adalah terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Ta‟ala sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk jaman tertentu, di jaman rasul Allah itu dibangkitkan. Berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.: َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ ُ ُ ُّ َ َ ًض ۘ ِم َن ُہ َلم ل َّلم َل ٍ ِجلک الشظل فضلىا بعضہم عل بع ّٰ َ َّ َ َ َ الل ُہ َو ل َلس َف َلع ل َلب َلع ًلض ُلہ َلم ل ل َلد َسل ٍلذ ؕل ل َلو للاج َلی َلىلا ل ِلع َلیل َ ل لى ل ل َلاب َل ک لم ََم َشَی َم َال َب ّیي ِذ َو َا َّذ َذه ُہ ب ُش َوح َال ُلل ُلذط ؕل ل َلو ل َلل َلى ل َلش ٓلا َء للال ّٰلل ُلہ للملا ِ ِ ِ َ ٓ ۡۢ ِ ۡۢ َّ َ اك َخ َخ َل ال ِز َذ ًَ ِم ًَ َب َع ِذ ِہ َم ّ ِم ًَ َب َع ِذ َما َلا َء َت ُلہ ُلم للال َلب ِّلیلي ُلذ ل َلو َ َ َ َ َ ل ِک ًِ اخ َخل ُلف َلىا للف ِلم َلن ُلہ َلم ل َّلم َلً للا َم َلً ل َلو ل ِلم َلن ُلہ َلم ل َّلم َلً ل للس َلف َلش ؕل ل َلو للل َلى ُ َ ّٰ ّٰ ٓ َ شا َء الل ُہ َما اك َخ َخل َىا َو ل ِک ًَّ الل َہ َذ َف َع ُل َما ُذ ِشَی ُذ “Itulah rasul-rasul yang telah Kami lebihkan sebagian dari mereka di atas yang lain. Di antara mereka ada yang Allah bercakap-cakap dengannya, dan Dia meninggikan sebagian dari mereka dalam derajat, dan Kami memberi Isa ibnu Maryam bukti -bukti yang nyata dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Dan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Artikel seandainya Allah menghendaki, orangorang yang sesudah mereka sekali-kali tidak akan saling memerangi setelah bukti-bukti yang nyata datang kepada mereka, akan tetapi mereka tetap berselisih, maka di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Dan seandainya Allah menghendaki mereka tidak akan saling memerangi, tetapi Allah melakukan apa yang Dia inginkan.” (Al-Baqarah [2]:254).
Nabi Besar Muhammad saw. Himpunan Keistimewaan Seluruh Rasul Allah dan Gelar Khātaman Nabiyyīn Karena Nabi Besar Muhammad merupakan Rasul Allah pembawa syariat yang terakhir dan tersempurna (QS.5:4) maka dalam diri beliau saw. terhimpun semua kelebihan dari para Rasul Allah tersebut baik dalam kuantitas maupun kualitasnya yang paling sempurna, sehingga Allah Ta‟ala memberi gelar Khātaman Nabiyyīn kepada beliau saw., firman-Nya: saw.
َ َ َ َما َک ٌَ ان ُم َح َّم ٌذ ا َبا ا َح ٍذ ّ ِم ًَ ّ ِس َل ِلال ُلک َلم ل َلو للل ِلک َلً ل َّلس ُظ َلى َ ُ ّٰ َ َ َ َ ّ َّ َ َ َ َ ّٰ ان الل ُہ ِبک ِ ّل َى ٍء َع ِل َی ًما الل ِہ و خاجم الى ِب یين ؕ و ک “Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Alَ َ َّ lah -- الى ِب یّي َن َو خاج َمdan meterai sekalian nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab [33]:41). Firman Allah Ta‟ala tersebut menceritakan “bapak-keruhanian”
Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab saja (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), karena itu nikmat-nikmat ruhani yang disediakan Allah Ta‟ala bagi para pengikut hakiki beliau saw. pun tidak terbatas hanya bagi bangsa Arab saja (QS.3:32; QS.4:70 -71;QS.33:22; QS.61:10; QS.63:3-5). Berikut gambaran keadaan ratqan (menggumpal) yang terjadi di kalangan umat manusia – termasuk umat beragama – menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. sebagai sarana “pemecah gumpalan” yang dijanjikan Allah Swt. (QS.3:180; QS.72:27-29; QS.2:128130; QS.62:3-5): “Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa as. di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang. Peradaban laksana pohon besar yang daundaunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasil-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
43
kan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”). Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw., Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan -- teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan. Kata-kata “daratan dan lautan” َ َ َ َ dalam ayat ظ َہ َش ال َف َع ُاد ِف ال َو ّ ِر َو ال َب َح ِش ِب َما َ َ َّ “ اط س َع َب َذ ا َذ ِذیKerusakan telah ِ الى meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia” (QS.30:42) dapat diartikan: (a) Bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) Orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia saat itu telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki. 44
Itulah keadaan ratqan (mengumpal) yang dikemukakan dalam QS.21:31 sebelum ini mengenai keadaan awal alam semesta dalam dunia keruhanian yang “dipecahkan” oleh Nabi Besar Muhammad saw., sehingga tercipta tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53; QS.39:69-71), firman-Nya: َ لالعللمللى ِث ل َلو ل َ َ َس َّ َا َو ل َللل َلم ل ل َلذل َلش ل َّلالل ِلز َذل َلً ل ل َلسل َلفل ُلش َوا ل ل َلا َّن ل ل ََ َ َ َ َ َ َ َ ُ َٓ َ کاه َخا َسج ًلا ف َف َخ َلن ُہ َما ؕ َو َل َعل َىا ِم ًَ املا ِء ک َّل َى ٍء َ ٍ ّ ؕ افال ُذ َؤ ِم ُى َى َن “Tidakkah orang-orang kafir melihat bahwa seluruh dan bumi keduanya dahulu massa yang menyatu lalu pisahkan keduanya? Dan jadikan segala sesuatu yang dari air. Tidakkah mereka beriman?” (Al-Anbiya [21]:31).
yang langit suatu Kami Kami hidup mau
(Bersambung) *Ruhdiyat Ayyubi Ahmad Editor Bulettin Bulanan DARSUS Rujukan: The Holy Quran Editor: Malik Ghulam Farid
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Karya: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani as. Penterjemah: Tim Penterjemah Dewan Naskah JAI*
َ الص ّفه ط َو َما َا ْدس ّ اصحاب ًً َما صحاب َّ ًَ ض م ْ َ ْ َُ ْ َ َ ّ ّ ط - الذ ْم ِع ِ ُ ُ جشي اعُن ُهم ج ِف- الصفه َ َ ُّ َ ُ َسَّب َىا ِا َّه َىا َظ ِم ْع َىا ُم َى ِاد ًًا ًُ َى ِادي- ًَ ُْ صل ْىن َعل ً ْ ّٰ ط َ َ َ ًا- الا ُمى ْي ًرا ً الله َوظ َش ْ ً َ ِ ِ و د- ِل ِالًم ِان ِ ِ اعُا ِالي َ َّ َا ْح َم ُذ فاضذ ًَ ِا َّه- الش ْح َمت علي شفخًُ ط َ ّٰ َ ّ ُ ًَ ْشف ُع الل ُه رهشن َو- ِبا ْع ُُ ِي َىا َظ َّم ُْ ُخ ًَ امل َخ َى ِو ُل ط ْ ْ ُّ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ ُ الذه َُا َو ِخ َش ِة ط – ُب ْىسه َذ ً ِخم ِوعمخه علًُ ِفي ّٰ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ط ًّ َ ُ َ ْ - ًًُا احمذ و وان ما باسن الله ِفًُ حلا ِف ُ َ ْس- َشاهً َعج ُْ ٌب ط و الشن َكشٍْ ٌب ط ِ ِ ٓ َّ َ َ الع َما ُء َم َع ًَ ه َما ُه َى َم ِع َي طاهذ ولُه ِفي و ّٰ َ َ ُظ ْب َح- حضشحي اخترجً ل َى ْف ي ان الل ِه ج َب َاس َن َو ِ ِ َ ۛ ًَ ح َعالي َص َاد َم ْج ُذ َن ًَ ْى َل ِط ُع ا َب َاء َن َو ًَ ْب َذ ُء ِم ْى Artinya: “(Orang-orang yang akan masuk dalam Jemaat engkau adalah) Penduduk Shuffah. Tahukah engkau apa penduduk Shuffah itu? Engkau
Bagian 12
akan melihat air mata mengalir dari mata mereka. Mereka mengirim shalawat atas engkau dan mengatakan: „Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru yang menyeru kepada keimanan, penyeru kepada Allah dan ia adalah lentera yang bersinar‟. Wahai Ahmad, rahmat telah dialirkan pada bibir engkau. Engkau berada dalam pengawasan Kami. Kami menjuliki engkau „Mutawakkil‟. Tuhan akan memasyhurkan nama engkau dan Dia akan menyempurnakan nikmat-Nya atas engkau di dunia dan di akhirat. Wahai Ahmad, Engkau telah diberkati. Berkat apa pun yang dianugerahkan pada engkau, sungguh layak bagi engkau. Kharisma engkau menakjubkan dan ganjaran engkau dekat. Bumi dan langit menyertai engkau sebagaimana keduanya beserta
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
45
Haqiqatul Wahyi Aku. Engkau mulia di hadhirat-Ku. Aku telah memilih engkau untuk-Ku. Maha Suci Allah yang Maha Berberkat dan Maha Mulia. Dia akan menambah tinggi martabat engaku. Silsilah nenek moyangmu akan terputus dan akan dimulai dari engkau. 1
َ ْ ّٰ َ َ َ َ َ َ ان الل ُه ِل َُت َره ًَ ط َح ّٰ ي ًَ ِم ْي َز الخ ِب ِْث و ما و
ّٰ ْ َ َ ٓ َ َ َ َّ ّ ط َ ص ُش الل ِه َو الف ْخ ُح َو ِمً الط ُِ ِب ِارا لاء ه َّ َ َ َّ ْ َ َ ُ َ ّ َ ط ُ ُ ْ ْ جمذ و ِلمت سِبً هزا ال ِزي هىخم ِب یه ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ح ْع َخ ْع ِجل ْىن ط‑ ا َس ْد ُث ا ْن ا ْظ َخخ ِلف فخلل ُذ َ َ َ َ َ َ َ َ ّٰ َ َ َ َ َ َ ط اب ك ْى َظ ْي ِن ا ْو ا ْدوي دوي فخذلي فيان ك- ادم َّ ْ َ ط ّ ًُ ْحيالذ ًْ ًَ َو ًُ ِل ُْ ُم الش ِشَع ِت ِ ِ Artinya: “Tidak mungkin Allah meninggalkan engkau, hingga Dia
1.
Ingatlah bahwa jika ditinjau dari sisi keluhuran dan kehormatan duniawi, dulu keluarga hamba yang lemah ini sangat masyhur. Saat ini kehormatan duniawi keluarga ini hampir pudar. Kakekku memiliki 82 desa di sekitar tempat tinggalnya. Sebelum ini beliau pernah menjabat sebagai wali negeri dan tidak berada dalam kekuasaan suatu kesultanan apapun. Lambat laun atas hikmah dan kehendak Tuhan, setelah beberapa kali peperangan pada jaman kekuasaan Sikh, beliau kehilangan semuanya dan hanya tinggal 6 desa yang dikuasai. Lalu dua desa lagi lepas dari kepemilikan beliau, dan hanya empat desa yang tersisa. Demikianlah kemunduran terjadi pada kehormatan duniawi yang tidak pernah setia pada siapapun. Singkatnya, keluarga ini sangat masyhur di daerah-daerah sekitarnya. Tapi Tuhan tidak menghendaki kehormatan ini hanya terbatas pada kedudukan duniawi saja, karena tidak ada buah yang dihasilkan dari kehormatan duniawi selain kesombongan, ketakaburan dan keangkuhan yang keliru. Untuk itu, sekarang Allah Ta’ala berjanji dalam wahyu-Nya yang suci dan berfirman kepadaku bahwa keluarga ini statusnya akan berubah, dan silsilah keluarga ini “akan bermula dari engkau” dan kenangannya akan terputus. Dalam wahyu Ilahi tersebut, ada isyarat pada banyaknya keturunan (pada keluarga ini) yakni silsilah keturunan akan sangat banyak dan sebagaimana dipahami secara zahir. Keluarga ini terkenal dengan sebutan keluarga Mughal, tetapi Tuhan yang Maha Mengetahui yang gaib yang mengetahui akan hikmah dari hakikat sesuatu telah memberitahukan berulangkali melalui wahyu suci-Nya bahwa keluarga ini adalah keluarga Farsi dan menyebut saya dengan sebutan “Abna-e Faris” (Keturunan Farsi), sebagaimana Dia berfirman, Innalladzīiina Kafarū wa Saddū ‘an Sabīlillāh Radda ‘alaihim Rajulun min Fāris Syakarollāhu Sa’yahu, (“Orang yang ingkar dan menghalangi (manusia) pada jalan Allah, seorang yang berasal dari Farsi menolak mereka. Tuhan berterima kasih atas upayanya”). Dalam wahyu lain Dia berfirman mengenai diriku, Lau Kānal-Īmānu Mu’allaqan bits-tsurayyā lanā lahū Rajulun min Fāris, (“Jika iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seseorang yang berasal dari Farsi pasti akan mengambilnya kembali.”) (hal. 81) Dalam wahyu yang lain, Dia berfirman kepadaku: Khudzū at-Tauhīd, at-Tauhīd, Yā Abnā-il Fāris, (“Peganglah tauhid, peganglah tauhid, wahai keturunan Farsi”) Dari Firman-firman Allah Ta’ala ini terbukti bahwa keluarga hamba yang lemah ini sebenarnya adalah keluarga Farsi, bukan Mughal. Entah karena kekeliruan apa, kemudian dikenal sebagai keluarga (marga) Mughal. Sebagaimana yang telah diberitahukan kepada kami bahwa silsilah keturunan keluarga kami adalah: Ayahku bernama Mirza Ghulam Murtadha, ayah beliau bernama Mirza Ata Muhammad, ayah Mirza Ata Muhammad bernama Mirza Ghul Muhammad, ayah Mirza Ghul Muhammad bernama Mirza Faiz Muhammad, ayah Mirza Faiz Muhammad bernama Mirza Muhammad Qaim, ayah Mirza Muhammad Qaim bernama Mirza Muhammad Aslam, ayah Mirza Muhammad Aslam bernama Mirza Dilawar, ayah Mirza
46
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Haqiqatul Wahyi memisahkan yang buruk dari yang baik. Apabila pertolongan Allah dan kemenangan telah datang dan janji Tuhan engkau sempurna. Akan dikatakan, „Inilah yang dahulu kalian minta untuk disegerakan.‟ Aku telah berkehendak untuk mengangkat seorang khalifah, maka Aku menciptakan Adam. Ia menjadi dekat dengan Tuhan lalu ia cenderung kepada makhluk. Lalu antara Tuhan dan makhluk pun sedemikian dekatnya bagaikan tali yang berada di antara dua buah busur. Ia akan menghidupkan agama dan menegakkan syariat.”
َ َ َ ُ ْ َ َ َ َْ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ - ًَا َم ْشٍَ ُم- الج َّىت ط ًًا ادم اظىً اهذ وصول َ َّ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ اظىً اهذ وصولً الجىت- ًا ادم اظىً اهذ َ َ َ ُ ََْ َ َْ ُ ُ ًَ ًَا َم ْشٍَ ُم ا ْظى ًْ اهذ َوص ْو ُل- الج َّىت ط ًوصول َ َّ َ َ َّ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ الجىت- ًا احمذ اظىً اهذ وصولً الجىتْ ِا َّن َّالز ًْ ًَ َه َف ُشوا- ُهص ْش َث َو َك ُال ْىا الث ح ْي َن مىاص ِ ِ ِ َ ْ ٌ ُ َ ْ ْ َ َ ّ ّٰ ْ َ ْ َ ْ ُّ َ َ وصذوا عً ظ ِبُ ِل الل ِه سدعلي ِهم سلل ِمً ف ِاس ِط َ ّٰ َ َ ُ ا ْم ًَ ُل ْىل ْىن ه ْح ًُ َل ِم ُْ ٌع ُم ْى َخ ِص ٌش- شىشالل ِه ظعُه ط ّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ط ُّ ًىلىن - ِا َّه ًَ الُىم لذًىا-الذبش ظيهضم الجمع و ّ الذ ْه َُا َو ُّ َوا َّن َع َل ُْ ًَ َس ْح َم ْي في- َمى ْي ٌن َام ْي ٌن ط ًًَْ الذ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ّٰ َ ُ َط َ َ َ ْ ًحمذن الله و ًم ِش ي- ًٍَو ِا َّه ًَ ِمً املىصىس ََ ً َ َ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ ط ان ال ِزي ا ْظشي ِب َع ْب ِذ یه ل ُْال ط خل َم ظبح- ًُِال ُ ُ ْ ّٰ ُّ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ط ْ َْ َ ٓ ط ُ بششي- ادم فاهشمه ل ِشي الل ِه ِفي حل ِل ه ِبُا ِء َ َ ّ َْ ِا ِو ْي- ل ًَ ًَا ا ْح َم ِذي ط اه َذ ُم َش ِاد ْي َو َم ِع ْي ط
ُ َّ َ َ َ َ ً ط َّ َ ُ َل ك ْل- اط َع َج ًبا ط ِ ِ اوان ِللى- اط ِاماما ِ اعلً ِللى ّٰ َ ُ ْ َال ٌُ ْع َئ ُل َع َّما ًَ ْف َع ُل َو ُهم- الل ُه َعج ُْ ٌب ط هى ِ َُ َ ُ ُ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ط َ َّ ْ َ اط ِ و ِجلً ًام هذ ِاولها بين الى- ٌعئلىن Artinya: "Wahai Adam, tinggallah engkau dan isteri engkau di surga. Wahai Maryam, tinggallah engkau dan pasangan engkau di surga. Wahai Ahmad, tinggallah engkau dan isteri engkau di surga. Engkau akan ditolong dan para penentang akan berkata: „Ini bukan saatnya lagi untuk melarikan diri‟. Orang-orang yang mengingkari dan menghalangi manusia dari jalan Allah, telah dibantah oleh seorang laki -laki dari Persia. Allah menghargai daya upayanya. Apakah mereka menyatakan bahwa kami akan menghancurkan sebuah jamaah yang tangguh ini? Mereka semua ini akan berbalik dan lari tunggang langgang. Pada hari ini engkau berkedudukan tinggi dan dipercaya di sisi Kami. Rahmat-Ku dalam urusan dunia dan agama tercurah atas engkau. Engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa mendapatkan pertolongan Ilahi. Allah memuji engkau dan berjalan ke arah engkau. Mahasuci Dia yang telah memperjalankan engkau dalam satu malam. Dia telah menciptakan Adam itu dan menganugerahkan
Dilawar bernama Mirza Ilah Diin, ayah Mirza Ilah Diin bernama Mirza Jafar Beg, ayah Mirza Jafar Beg bernama Mirza Muhammad Beg, ayah Mirza Muhammad Beg bernama Mirza Abdul Baqi, ayah Mirza Abdul Baqi bernama Mirza Muhammad Sultan, ayah Mirza Muhammad Sultan bernama Mirza Hadi Beg. Ternyata sebutan ‘Mirza’ dan ‘Beg’ merupakan gelar yang mereka dapatkan pada suatu masa, sebagaimana nama ‘Khan’ juga diberikan sebagai gelar. Pendeknya, hal apapun yang dizahirkan oleh Allah Ta’ala melalui firman-Nya adalah benar. Manusia dapat terjerumus dalam kekeliruan disebabkan ketersandungan oleh yang hal yang sepele, akan tetapi Tuhan Mahasuci dari keterlupaan dan kekeliruan. (Penulis) SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
47
Haqiqatul Wahyi kemuliaan kepadanya. Ini adalah Rasul Tuhan yang mewujud dalam jubah para nabi — yakni, di dalam dirinya terdapat satu sifat khas setiap nabi. Kabar gembira bagi engkau, wahai Ahmad-Ku! Engkau adalah tujuan-Ku dan ada beserta-Ku. Rahasia engkau adalah rahasia-Ku. Aku akan menolong engkau. Aku akan melindungi engkau. Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia. Engkau akan menjadi penunjuk jalan mereka dan mereka akan menjadi pengikut engkau. Apakah ini mengherankan mereka? Katakanlah: „Dialah Allah Sumber Keajaiban‟. Allah tidak akan ditanya tentang apa yang Dia lakukan tetapi mereka lah yang akan ditanyai. Kami akan terus mengulang daur hari-hari ini di antara manusia.
َ ُ َ ُ َ ُك ْل ِا ْن ه ْى ُخ ْم ُج ِح ُّب ْى َن-َو كال ْىا ِا ْن هزا ِ َّ ِا ْخ ِخال ٌق ط ّٰ َ َ َ ّٰ َ َ َّ ُ ْ ْ ُ ْ ْ ُ ُ ّٰ ُ ط ص َش الل ُه ِارا ه- الله فاج ِبعى ِاوي ًح ِببىم الله َّالحاظذ ًْ ًَ في ْ َ ْس ط َو َال َ ٓساد َ املُ ْؤم ًَ َل َع َل َل ُه ِ ِ ِ ِ ِ ّٰ ُ َ ْ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ ط ْالل ُه ُث َّم َر ْس ُه ْم في ك ِل- ِلفض ِل یه فالىاس مى ِعذهم ِ ًَ َو ا َرا ك ُْ َل َل ُه ْم ام ُى ْىا َه َما ا َم- َخ ْىضه ْم ًَ ْل َع ُب ْى َن ط ِ ِ ِ ِ ِ َّ ُالع َف َٓه ُاء َ َٓ ِا َّن ُه ْم ُهم ُّ ًَ اط َك ُال ْىا َا ُه ْؤ ِم ًُ َه َما ا َم ُ الى َ َ َ َ َ َّ ُّ َو ِارا ِك َی َل ل ُہ َم ال- الع َف َٓه ُاء َول ِى ًْ ال ٌَ ْعل ُم ْىن ط َ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ط ُ -ص ِل ُح َىن ج َف ِع ُذ َوا ِف س ِ كالىا ِاهما هحً م ُ ْ َ َ َ ّٰ ُ ُ ُ ك ْل َل َاءه ْم ه ْى ٌس ِّم ًَ الل ِه فال جى ُف ُش ْوا ِا ْن ه ْى ُخ ْم ُ ْ ْ َ ط مؤ ِم ِىين
menolong seorang mu‟min Dia akan menentukan orang-orang yang dengki terhadapnya di bumi. Tidak ada yang dapat menghalangi karunia-Nya. Jadi, neraka adalah tempat yang dijanjikan bagi mereka. Katakanlah: „Allah telah menurunkan firman ini,‟ kemudian biarkanlah mereka bermain dalam khayalan gurauan mereka. Apabila dikatakan kepada mereka, „Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang telah beriman,‟ mereka berkata, „Apakah kami akan beriman sebagaimana orang -orang bodoh telah beriman?‟ Ketahuilah sesungguhnya merekalah orangorang bodoh tapi mereka tidak mengetahui; apabila dikatakan kepada mereka, „Janganlah kalian berbuat kekacauan di bumi,‟ mereka berkata, „Sesungguhnya kami hanya melakukan perbaikan.‟ Katakanlah, „Telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, maka janganlah kalian ingkar jika kalian adalah orang-orang beriman.” (Bersambung)
*Tim Penterjemah Dewan Naskah PB JAI: Mln. Munirul Islam Sy., Mln. Abdul Wahab Mbsy., Mln. Ahmad Hidayatullah Sy., Mln. Mahmud Ahmad Wardi Sy., Mln. Ahmad Sutrisna.
Artinya: “Mereka berkata: „Ini tidak lain hanyalah suatu rekayasa.‟ Katakanlah, „Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, Allah pun akan mencintai kalian.‟ Apabila Allah 48
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Penterjemah: Mukhlis Ilyas MENJAGA NAMA BAIK “Seseorang yang memperlihatkan kepada tetangganya perubahan akhlak – yakni sebelumnya dia lain, dan sekarang dia sudah lain lagi – berarti dia memperlihatkan suatu karamah akhlak. Pengaruhnya besar sekali terhadap tetangga. Orang-orang mengecam Jemaatku, bahwa aku tidak mengetahui apa kemajuan yang sudah terjadi. Dan mereka melontarkan tuduhan tuduhan bahwa [warga Jemaat] tenggelam dalam kedustaan dan ke -marahan serta kemurkaan. Bukankah hal ini bagi [warga Jemaat] merupakan satu hal yang disesali, yakni orang-orang masuk ke dalam Jemaat ini karena menganggapnya bagus, seperti halnya seorang anak baik yang menampilkan nama baik ayahnya? Sebab orang yang baiat adalah bagaikan anak, karena itulah
istri-istri Rasulullah saw. disebut Ummahatul-Mukminin (para ibu orang-
Malfuzat adalah kompilasi dari sabda-sabda Imam Mahdi dan Al Masih Yang Dijanjikan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. dari tahun 1891 sampai 1908. Sabda-sabda itu dikumpulkan oleh tiga orang Ahmadi, yaitu Maulana Abdul Karim, Mufti Muhammad Shadiq dan Syekh Yaqub Ali Irfani. Mereka mengumpulkan sabda-sabda itu, baik bersumber dari diri mereka sendiri atau pun dari para Ahmadi lainnya yang pernah bergaul dengan Hadhrat Imam Mahdi as. Pada tahun 1940 hingga 1947, Maulana Jalaluddin Syam melakukan penjilidan terhadap sabda-sabda tersebut. Hasilnya terkumpullah sebanyak 10 jilid buku. Di masa kekhalifahan Khalifah ke IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. Malfuzat dijilid ulang dan dirampingkan menjadi 5 jilid. Kutipan-kutipan Malfuzat yang diterbitkan SINAR ISLAM adalah Malfuzat yang telah dijilid menjadi 5 jilid. SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
49
Malfuzat orang beriman). Rasulullah saw. merupakan ayah bagi orang-orang Mukmin. Ayah jasmani membawa kita ke bumi dan menyebabkan timbulnya kehidupan zahiriah, namun ayah ruhani membawa kita ke Langit dan membimbing kita ke tujuan utama yang sebenarnya. Apakah kalian suka apabila ada anak yang menodai nama baik ayahnya? Anak itu pergi ke tempat perempuanperempuan kotor, dan dia bergaul ke sana ke mari, dia minum arak atau melakukan perbauatan-perbuatan buruk yang menodai nama baik ayahnya? Aku tahu, tidak ada yang menyukai perbuatan itu. Namun tatkala anak yang tidak meneruskan [nama baik sang ayah] tersebut berbuat demikian, maka mulut orang-orang tidak akan dapat ditutup. Orang-orang akan mengingatkan hal itu kepada ayahnya, dan mengatakan, „Ini anak si fulan, dia berbuat buruk‟. Jadi, anak itu dengan sendirinya menjadi faktor yang menimbulkan noda pada nama baik ayahnya. Demikian pula, tatkala seseorang bergabung dalam suatu Jemaat dan dia tidak menjaga keagungan serta kehormatan Jemaat itu serta melakukan hal-hal yang bertentangan, maka dia pada pandangan Allah akan ditangkap. Sebab dia tidak hanya menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan, tetapi juga dia menjadi contoh buruk bagi orangorang lain dan mengakibatkan orangorang luput dari keberuntungan dan hidayah (petunjuk). Jadi, sejauh kemampuan yang kalian miliki, mintalah bantuan dari Allah Ta‟ala, dan berusahalah menjauhkan kelemahan-kelemahan kalian melalui segenap kekuatan dan kemampuan kalian. Apabila kalian tidak berhasil, tengadahkanlah tangan dengan
50
jujur dan penuh yakin, sebab tangan yang ditengadahkan dengan khusyuk, yang digerakkan dengan jujur dan penuh yakin, tidak akan kembali dengan hampa. Aku katakan berdasarkan pengalaman, bahwa ribuan doaku telah dikabulkan, dan masuk terus dikabulkan. Ini adalah suatu hal yang pasti, jika seseorang tidak memiliki gejolak solidaritas (kepedulian) bagi sesama manusia berarti dia itu kikir. Jika aku melihat suatu jalan yang di dalamnya terletak kebaikan dan kikir, maka adalah kewajibanku untuk berteriak memberitahukannya kepada orang-orang. Hendaknya jangan peduli apakah ada yang mengamalkannya atau tidak.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 146-147).
PERUBAHAN NYATA “Jika satu orang saja pun tampil memiliki kalbu (hati) yang hidup sudah memadai. Hal ini aku paparkan secara jelas. Bukanlah kondisi diriku bahwa segala sesuatu yang aku katakan ini kepada kalian, hal itu aku katakan dengan niat supaya aku memperoleh pahala. Tidak. Aku merasakan suatu gejolak [kepedulian] dan keperihan yang amat sangat dalam diriku. Tidak tahu apa yang menyebabkan gejolak [kepedulian] itu timbul, namun tidak diragukan lagi bahwa gejolak ini tidak berhenti. Oleh karena itu pahamilah oleh kalian ucapan-ucapan ini sebagai wasiat seseorang yang mungkin tidak akan berjumpa lagi dengan kalian. Amalkanlah sedemikian rupa, sehingga kalian menjadi satu contoh. Bagi orang-orang yang jauh dariku, jelas-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Malfuzat kanlah kepada mereka melalui pengamalan dan ucapan kalian. Jika tidak demikian dan tidak perlu mengamalkannya, maka katakanlah kepadaku, apakah artinya kalian datang ke sini? Aku tidak menghendaki perubahan terselubung, yang diinginkan adalah perubahan yang nyata, supaya para penentang menjadi malu dan dari satu sisi supaya kalbu (hati) orang-orang memperoleh cahaya, serta supaya tidak ada harapan bagi mereka, sebab penentang itu berada dalam kegelapan. Orang-orang yang sangat bejad datang dan bertaubat di tangan Rasulullah saw.. Apa sebabnya? Sebabnya adalah suri teladan agung yang terdapat di kalangan para Sahabah ra., dan suri teladan mereka yang wajib diikuti itulah yang membuat orang-orang tersebut menjadi malu.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 148).
KEBERHASILAN ORANG BERIMAN “Kalian harus selalu memperhatikan hal ini, bahwa keberhasilan (kesuksesan) yang dicapai oleh seorang Mukmin membuatnya malu. Ia bersyukur atas rahmat-Nya ini. Ini membuatnya meningkat dalam hal ruhani dan dalam setiap ujian dia tetap teguh. Sekilas tampaknya keberhasilan (kesuksesan) milik seorang Mukmin dan seorang kafir sama satu dengan yang lain. Tetapi kalian harus ingat bahwa keberhasilan (kesuksesan) seorang kafir membawanya ke jalan yang sesat, sementara keberhasilan (kesuksesan) seorang Mukmin membuka keridhaan Allah atasnya.
Alasan mengapa keberhasilan (kesuksesan) seorang kafir membawanya ke jalan yang sesat, karena ia tidak menoleh kepada Tuhan, dia menjadikan perjuangan (usahanya), ilmu dan kemampuannya sebagai tuhannya. Di pihak lain orang Mukmin melihat kepada Tuhan dan memperoleh hubungan yang lebih dekat dengan-Nya. Dengan demikian setiap keberhasilan (kesuksesan) menguatkannya untuk memulai hubungan yang baru dengan Tuhan, hubungan kedekatan. Itu permulaan proses perubahan dalam dirinya: Innallāha ma‟al -ladzīna taqau -- “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” Harus diingat bahwa kata takwa seringkali muncul dalam Al-Quran. Setiap tempat di mana kata tersebut muncul pemahaman dan penafsirannya sesuai dengan kata yang mendahuluinya. Di sini kata ma'a mendahuluinya., dengan demikian itu berarti bahwa siapa pun yang memilih Tuhan maka dia dipilih Tuhan, dan dilindungi terhadap segala macam kehinaan di dunia ini. Aku sangat yakin, bahwa jika seseorang ingin dilindungi dari segala macam kehinaan dan kesusahan dia harus bertakwa. Jika dia melakukan hal tersebut dia tidak akan merasa kekurangan. Pendeknya, keberhasilan seorang mukmin membuatnya maju, dia tidak berhenti pada satu tempat”.
(Malfuzāt, jld I, hlm. 149).
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
51
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud
ra.
Contoh Nyata Amalan as. Hadhrat Mushlih Mau’ud Tulisan karya: Hadhrat Mirza Mubarak Ahmad rh.* Penterjemah: Muharim Awwaluddin* Ketika beliau memulai organisasi Khuddamul Ahmadiyah, salah satu tugas yang beliau amanahkan kepada para pemuda Jemaat untuk tarbiyat adalah Wiqari Amal (menghargai kerja keras). Ini diselenggarakan di Qadian dengan sangat teratur dan ayahanda biasa bergabung dengan para khuddam. Mengikuti Khalifah mereka, para sesepuh Jemaat lainnya dan orangorang yang berumur tua juga ikut serta dalam kese mpatan kesempatan itu. Saya tidak dapat melupakan satu kejadian dari salah satu kesempatan itu. Di sebelah barat Qadian, ada satu bagian tempat yang kotor. Sampah-sampah Qadian bertumpuk di sana. Selain itu, itu adalah
Bagian 9 kawasan yang rendah tempatnya dan air hujan mengumpul di sana dan tergenang. Suatu kali, Wiqari Amal diselenggarakan dan ayahanda juga bergabung dengan para khuddam dalam bekerja. Ketika bekerja, beliau menggali dengan sebuah sekop. Beliau mengisi keranjang dengan tanah yang kotor dan mengangkatnya untuk membuangnya. Seorang saudara Ahmadi yang sedang berdiri dekat beliau melangkah maju dan berusaha mengambil keranjang itu dari beliau, katanya, “Tuan, di sini kami melakukan tugas. Mengapa Tuan menyusahkan diri?” Tapi beliau tidak ingin memberikan keranjang itu, kepada orang itu beliau bersabda, “Aku juga seperti kalian. Aku akan melakukan
*Hadhrat Mirza Mubarak Ahmad rh. adalah salah satu putra Hadhrat Mushlih Mau’ud, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra.. Pengalaman masa hidupnya bersama Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. beliau tuangkan dalam tulisan bersambung yang pernah dimuat di majalah bulanan yang terbit di Kanada yang bernama Ahmadiyya Gazette Canada, pada tahun 1992 dan 1993 dengan judul “Yadong ke Drice”. Karena banyak informasi menarik seputar perjalan hidup Hadhrat Mushlih Mau’ud, terutama berkenaan dengan penggenapan wahyu, kasyaf dan ilham yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud as., dari tulisan itu, maka Redaksi SINAR ISLAM menerbitkan kembali karya tulis tersebut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mln. Muharim Awwaluddin dengan judul “Kenang-kenangan dengan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. “ secara berkala sampai selesai. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kemajuan ruhani kita semua. Amin. Selamat Membaca. Red [][]
52
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud tugasku.” Beliau hadir sepanjang hari untuk melakukan kerja kotor itu dengan tangan beliau sendiri. Dan inilah contoh teladan beliau. Siapa yang dapat mengingkari kebenaran bahawa jika orang tidak mengemukakan contoh teladannya sendiri, penyampaian (ucapan) belaka adalah sia-sia dan tak berguna. Beliau akan selalu peduli dan cinta kasih kepada para pelayan beliau dan para pekerja di berbagai departemen dalam Jemaat. Mungkin telah ada kejadian-kejadian dengan saudara-saudara, tapi sebagai contoh, saya akan tuliskan tiga kejadian dalam hubungan ini. 1. Di Sindh, ketika Lloyd Barrage didirikan dan diselesaikan, Pemerintah telah memutuskan untuk menjual tanahnya yang tak subur itu yang akan diairi dengan pengairannya. Karena kurangnya air, di sana tidak ada pertanian dan penanaman di kawasan itu. Beliau membeli tanah itu untuk Tahrik Jadid dan juga Sadr Anjuman. Itu merupakan hari-hari ketika keadaan keuangan Jemaat tidak begitu baik. Sadr Anjuman dan Tahrik Jadid kedua-duanya tidak dapat menyediakan dana yang cukup untuk mengembangkan tanah itu. Oleh sebab itu, ayahanda memikul tanggung jawab ini juga. Beliau memutuskan bahwa beliau secara pribadi akan mengawasi tanah-tanah ini. Satu kantor ditetapkan untuk maksud ini. Karena beberapa kesalahan salah seorang dari para pekerjanya, beliau marah dengan orang itu
ra.
dan juga memberikan peringatan. Pekerja itu mengetahui bahwa tidak ada satu pun kesalahannya dan dia sangat terpukul. Dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kedudukan itu. Merujuk pada kejadian ini orang itu mengatakan bahwa ketika dia pulang dari kantornya dan hampir masuk ke rumahnya, ketika itu seorang pengawal pribadi Hadhrat Sahib ra. memanggilnya dari luar. Dia memberitahukan bahwa Hudhur telah menyuruhnya. Ketika orang itu membuka pintu, dia melihat bahwa pengawal itu sedang memegang sebuah baki (dulang), tertutup dengan kain yang bagus. Pengawal itu mengatakan bahwa Hudhur mengirim baki itu untuknya. Ketika pegawai itu menerima baki, dia melihat baki itu penuh dengan buah-buahan dan sedikit manisan. Melihat ini tiba-tiba kekecewaannya hilang. Alih-alih, matanya berkaca-kaca ketika dia merasakan kasih-sayang Hudhur kepadanya. 2. Sebagaimana biasa, beliau tinggal sementara di Murree selama satu musim panas. Beliau menerima sepucuk surat penting dari Sadr Anjuman Ahmadiyah. Beliau mengutus Asisten Sekretaris Pribadinya dan menulis beberapa perintah dalam surat dan menyuruhnya untuk segera mengirimkan kepada orang yang bertanggung jawab dengan perintah-perintah itu di Rabwah. Orang yang pergi ke Rabwah itu diperintahkan kembali dengan jawaban tanpa menunda-nunda. Hari berikutnya, tidak ada berita dari Rabwah. Waktu itu hampir
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
53
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud Maghrib dan sedang hujan lebat. Beliau memanggil Asisten Sekretaris Pribadi itu. Ketika dia datang, Hudhur menanyakan kepadanya mengenai jawaban untuk surat itu. Dia mengatakan bahwa dia lupa mengirimkan surat itu dan akan melakukan sekarang tanpa penundaan. Hudhur bersabda, “Aku tidak siap untuk menempatkan orang yang demikian tidak bertanggung jawab di kantorku. Tuan hendaknya segera bertolak ke Rabwah.” Orang itu mulai berangkat ke terminal bis untuk pergi ke Rabwah. Hujan lebat sedang turun di luar. Hanya beberapa menit berlalu, ketika Hudhur melihat hujan lebat itu. Beliau memanggil salah seorang pengawal pribadinya dan membekali dia dengan jas hujan dan payung untuk diberikan kepada Asisten Sekretaris Pribadi yang baru saja berangkat ke terminal bis untuk pergi ke Rabwah. Beliau memerintahkan pengawal itu untuk memberi-tahukan kepada Asisten Sekretaris Pribadi itu untuk kembali dan tidak perlu pergi ke Rabwah. Ketika dia kembali, dia mengirimkan jas hujan dan payung itu ke dalam dan melaporkan tentang kedatangannya kembali. Hudhur mengembalikan jas hujan itu melalui seorang pelayan yang mengatakan bahwa jas itu adalah hadiah untuknya sebab benda itu sering diperlukan di tempat-tempat di bukit. 3. Suatu kali, saya sedang duduk dengan Hadhrat Sahibzada Mirza
54
ra.
Basyir Ahmad ra. ketika seorang pegawai Jemaat datang kepada beliau. Dia mengatakan kepada beliau bahwa Hudhur memarahinya karena satu kesalahan yang sepele. Dia hanya datang untuk mengungkapkan kesedihannya kepada Hadhrat Sahibzada Mian Basyir Ahmad ra.. Hadhrat Sahibzada Mirza Basyir Ahmad tersenyum dan menerangkan satu segi yang sangat indah. Tertuju kepadanya, beliau bersabda, “Tuan tidak mempelajari secara rinci nubuwatan Mushlih Mau‟ud. Mengenai beliau, kata-kata dalam nubuwatan itu adalah bahwa „Dia akan lembut hati‟. Nubuwatan itu tidak berbicara mengenai keadaan lembut belaka. Janganlah khawatir. Tuan akan melihat bahwa Hadhrat Sahib akan lebih berkasih-sayang dan memperhatikan Tuan lebih dari pada sebelumnya.” Dan demikianlah yang berlaku. Kemudian, dia mengisahkan lebih banyak kejadian dari cinta-kasih dan perhatian beliau. Saya telah menuliskan tiga contoh ini sehubungan dengan salah satu dari janji-janji Ilahi mengenai beliau, yakni, “Dia akan lembut hati”. Selain itu, ada ribuan Ahmadi yang menjadi saksi mata dari kepribadian istimewa beliau yang indah ini. Sesudah pembagian anak benua, suasana menjadi suram dan kaum Muslimin India terpaksa menghadapi kesengsaraan dan kemalangan yang kini telah menjadi bagian dari sejarah. Saya ingin mengisahkan salah satu dari mimpi-mimpi saya
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud sebelum melanjutkan pada rincianrincian tanggung jawab yang Hadhrat Mushlih Mau‟ud ra. pikulkan berkenaan dengan kaum Muslimin yang tinggal di kampungkampung sekitar Qadian. Ini secara langsung berhubungan dengan kecemerlangan dan kecerdasan beliau. Tahun 1932 atau 1933, saya melihat mimpi bahwa pertempuran sengit sedang berkobar di sekitar Qadian dan telah sampai pada Mohallah-Mohallah di kota kecil ini. Itu adalah waktu Zhuhur dan sesudah melaksanakan wudhu, saya melihat bahwa saya sedang pergi ke Masjid Mubarak untuk shalat. Saya melihat Maulwi Abdurrahman Jat ra. sedang berdiri di mihrab untuk mengimami shalat. (Pada masa itu beliau hanyalah seorang guru kelas permulaan di Madrasah Ahmadiyah dan pengawas Asrama. Selain dari ini, beliau tak punya kedudukan menonjol lainnya. Pada hari-hari itu, puluhan orang sahabat dan para orang suci (wali) biasa tinggal di Qadian). Sesudah mengimami shalat, beliau berdiri di mihrab dan berpidato kepada orang-orang dalam masjid. Beliau bersabda, “Pada waktu ini, kita sedang menghadapi bahaya yang mematikan. Kita bahkan tidak dapat menyimpan senjata beserta kita, oleh sebab itu, saya galakkan kalian semua untuk paling tidak menyimpan tongkat-tongkat beserta kalian.” Sesudah mendengar pengumuman ini, saya kembali ke rumah, yakni Darul Masih. Saya mengenakan seragam khaki dan mendengar senjata api ditembakkan
ra.
dan suara-suara gaduh di sekitar saya. Pada waktu itu, saya sedang berdiri di beranda lantai satu dari Darul Masih di mana juga ada sebuah sumur. Karena adanya tugas sepanjang waktu saya demikian lelahnya hingga saya bersandar pada sebatang tiang untuk istirahat sejenak. Saya berdoa kepada Allah Ta‟ala dan berkata bahwa jika Darul Masih dan rumah-rumah di sekitarnya tetap dalam pemilikan kita itu akan baik. Mimpi ini mempunyai pangaruh yang mendalam terhadap saya. Kadang-kadang, saya berpikir untuk menceritakannya kepada ayahanda yang terhormat. Tapi lagi-lagi saya berpikir mengenai kedudukan saya yang lemah dan tidak berani menceritakan kepada beliau. Akhirnya, saya putuskan untuk menuliskan kepada beliau. Saya menuliskannya dan memberikannya kepada salah seorang pelayan untuk menyampaikannya kepada ayahanda. Ketika pelayan itu kembali, saya tanyakan kepadanya jika beliau sudah membacanya. Dia mengatakan behwa beliau telah membacanya dan bersabda bahwa itu merupakan satu mimpi yang bermakna dan ingin menyimpannya beserta beliau. Terlepas dari rincian-rinciannya, tak seorang pun bahkan dapat memimpikan bahwa Maulwi Abdurrahman Jat ra. pada suatu hari akan menjadi Nazir A‟la dan Amir Jemaat India. Ini merupakan salah satu dari kebenaran nubuwatan yang mengatakan bahwa Hadhrat
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
55
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud Mushlih Mau‟ud ra. akan cerdas dan bijaksana. Beliau memberikan banyak perhatian pada mimpi seorang anak muda berusia 18 tahun, pada tahun 1932 atau 1933 ketika bahkan tak seorang pun memimpikan bahwa mala-petaka yang begitu mengerikan dapat terjadi. Selain dari ini, mungkin ada ribuan contoh, yang mungkin juga telah dialami oleh yang lain-lain. Ini hanya setetes air di lautan. Tapi lihatlah, bahwa ketika mimpi ini menjadi kenyataan sesudah tujuh belas tahun, mula-mula, beliau mengingatkan mimpi ini. Kedua, se su dah p e mis ah a n [ In dia Pakistan], beliau menunjuk Maulwi Abdurrahman Jat ra. sebagai Nazir A‟la dan Amir Jemaat Ahmadiyah India. Ketika pembunuhan-pembunuh an sedang berlangsung dan ada tindakan-tindakan anarkis, dan tidak ada apa pun untuk menyelamatkan kehidupan dan kehormatan kaum Muslimin, ayahanda mengumumkan bahwa kaum Muslimin yang dapat datang ke Qadian, hendaknya pindah ke sana, dan kita akan melindungi mereka dan menyediakan tempat penginapan dan makanan bagi mereka. Walhasil, ribuan keluarga pindah ke Qadian. Jemaat Ahmadiyah menyediakan bagi mereka makanan dan tempat tinggal. Ayahanda sendiri memegang tanggung jawab itu untuk membawa juga mereka ke Pakistan. Dengan karunia Allah, siapa pun yang berangkat dari Qadian, mencapai Pakistan dengan selamat dan
56
ra.
sejahtera. Bersama mereka, para keluarga Ahmadi juga dikirim ke Pakistan yang tiba dengan selamat. Sesudah melakukan tugas yang berat ini, beberapa ratus orang pria ditetapkan dengan tugas menetap di Qadian untuk mempertahankannya. Selain dari mereka, setiap orang lainnya pergi ke Pakistan. Di antara orang-orang, yang ditinggalkan di belakang, sesuai dengan keputusan ayahanda, kebanyakan dari saudara-saudara lelaki saya tinggal di Qadian. Suasana menjadi lebih buruk. Kebanyakan dari Mohallah-Mohallah dikuasai oleh non-Muslim. Hanya bagian dalam kota, tempat adanya Masjid Aqsa, Masjid Mubarak, Darul Masih, kantor pusat dan beberapa rumah yang berdekatan dengan Mohallah yang tetap dalam kepemilikan kita. Rupanya, terlihat seakan-akan direncanakan untuk membunuh sebagian besar dari kami dan menghalau sisanya ke Pakistan. Ke tika Q a dia n se p e nuh nya terkepung dan keadaan menjadi sangat suram, kami menerima sepucuk surat dari ayahanda yang berada di Pakistan pada waktu itu, ditujukan kepada kami semua bersaudara. (Selama hari-hari itu, Jemaat telah menyewa dua buah pesawat terbang kecil dan Sayyid Muhammad Ahmad rh. dan Mian Latif rh. biasa menerbangkannya dan membawa pesan-pesan dan suratsurat untuk Jemaat di Qadian. Mereka terbang tepat di atas Darul Masih dan menjatuhkan peti-peti
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud kayu dari pesawat ke rumah-rumah itu. Maka kami dapat menyelenggarakan hubungan kami dengan Pakistan). Dalam surat itu yang ditujukan kepada kami bersaudara, beliau menulis: “Dengan jelas keadaan menunjukkan dan menurut informasi kita, segerombolan perusak Sikh akan memulai pembantaian dengan bantuan tentara India. Walhasil, kalian semua akan terbunuh. Aku nasihatkan kalian untuk menyerahkan hidup kalian dengan gembira dan senyum di jalan Allah. Hendaknya jangan ada tanda ketakutan pada wajah-wajah kalian. Mirza Mahmud Ahmad.” Abang saya, Mirza Nasir Ahmad rh. menghimpun semua saudara dan membacakan surat itu kepada kami semua. Saya ingat benar bahwa ketika surat itu sedang dibacakan, tidak ada teror dalam hati kami atau ketakutan pada wajah kami. Kami tidak merasakan ketakutan atau horor. Kami semua, tanpa kecuali, tersenyum. Kami benar-benar siap mengorbankan hidup kami dengan gembira di jalan keyakinan kami. Sesudah beberapa hari, kami mendengar tentang rencana jahat musuh melalui beberapa sumber. Dengan karunia Tuhan, kami telah memasang komunikasi tanpa kabel dan dapat mengetahui tentang gerakan dari gerombolan perusak Sikh dan tentara India serta rancanganrancangan mereka. Intelejen yang kami dapatkan adalah bahwa sekelompok tentara India akan
ra.
mengepung Darul Masih dan akan melakukan pemeriksaan rumahrumah. Mereka diberikan perintah, bahwa setiap orang yang kedapatan dengan (punya) senjata akan ditembak mati di tempat. Pagi berikutnya, ketika kami bangun untuk shalat Tahajjud, kami melihat bahwa tentara India bersenjata lengkap berada di atas atap tempat tinggal kami. Semua jalan keluar juga dijaga. Seorang mayor menjadi kepala regu tentara itu. Sesudah menyelesaikan shalat Tahajjud, kami pergi ke Masjid Mubarak untuk shalat Shubuh dan ketika kami kembali, mayor itu, dua orang subedar dan beberapa orang prajurit, dengan membawa senapan mesin ringan memasuki rumah kami. Kami diperintahkan untuk keluar dari kamar-kamar sebab pemeriksaan akan dilakukan dan jika senjata ditemukan pada seseorang, dia akan langsung ditembak. Seperti tersebut di atas, kami sudah menerima kabar intelejen ini. Mirza Nasir Ahmad rh. yang merupakan kepala administrasi dari semua urusan keamanan Qadian telah memerintahkan kami bahwa setiap senjata harus disingkirkan. Sesudah mencari di semua ruangan, para prajurit India itu kembali dengan kecewa tanpa suatu hasil. Mereka tak dapat menemukan alasan untuk membunuh salah seorang dari kami. Pada hari-hari itu, saya menerima surat berikut dari ayahanda dalam menjawab salah satu dari su-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
57
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud rat saya. Dalam surat saya, saya telah mengeluh bahwa beliau telah menulis kepada saudara-saudara saya yang lain, tapi saya tidak menerima satu surat pun. Mungkin beliau marah pada saya:
“Yang Terkasih Mubarak, Assalamu „Alaikum, Aku telah menerima surat engkau dan sangat sedih mendengar bahwa engkau tidak mendapatkan suratku. Barangkali, aku telah menulis dua pucuk surat buat engkau dan semoga dengan engkau mendapat sepucuk surat ini agar kesedihan hatimu boleh hilang. Tentu saja, aku tidak marah kepada engkau dan sedang mendoakan bagi kesejahteraan engkau. Semoga Allah menganugrahi engkau kekuatan untuk melakukan tugas-tugasmu dan melindungi engkau dari setiap musibah. Engkau hendaknya ingat dengan baik bahwa dosa yang terbesar adalah ragu-ragu mengenai jaminan Ilahi. Allah berfirman: „Jangan putus asa dari rahmat Allah; tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir‟. (Surah Yusuf:88). Kembangkanlah kesadaran ini dalam kalbu-kalbu setiap Ahmadi untuk mengabadikan ruh kegembiraan, keyakinan dan harapannya. Di atas segalanya, Wujud Allah dikenali ketika perjuangan manusia berakhir dan kemudian tibalah per58
ra.
tolongan Allah. P a d a w a k t u - wa k t u l a i n , segalanya adalah harapan. Orang kafir bahkan lebih penuh harapan dari pada orang beriman. Adalah pada masa cobaan dan musibah maka seorang Mukmin memperagakan keyakinan, harapan dan kepercayaannya. Baca dan ajarkanlah wahyu-wahyu Hadhrat Masih Mau‟ud as. kepada orang-orang. Sebutkanlah wahyu-wahyu itu pada setiap fungsinya dan jagalah kewajiban dan berbicaralah mengenai janji -janji dari Al-Quran Suci. Juga, ingatlah bahwa menyerahkan hidup di jalan Allah bukan merupakan hukuman. Itu adalah karunia Tuhan. Jika seseorang ditakdirkan untuk mati sebagai syahid, dia akan mati dengan keyakinan bahwa agama pasti menang. Allah secara pasti adalah Penjaga dan Pelindung yang lebih baik bagi keluarganya dari pada dirinya sendiri. Kehidupan akhirat adalah jauh lebih baik dan mulia dari pada kehidupan [dunia] yang rendah ini. Wassalam, Mirza Mahmud Ahmad.” *Muharim Awwaluddin Mubaligh Ahmadiyah Bertugas Di Benowo, Surabaya, Jawa Timur Sumber: Ahmadiyya Gazette, July 1994, hal. 14-17. Terjemah Inggris: Barakzai.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 10, Ikha 1394 HS / Oktober 2015
A RG 000,A H 50. Rp1
Dapatkan Segera!!!
AL-QURAN TERJEMAH DAN TAFSIR SINGKAT EDISI V Tahun 2014 Al-Quran ini dapat dibeli di Jemaat-jemaat Lokal. Sistem Pembayaran dengan menyetorkan uang ke Maal PB JAI (via Kwitansi M1)
JEMAAT AHMADIYAH Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889 (1306 H). Jemaat Ahmadiyah bukanlah agama baru. Jemaat Ahmadiyah adalah jamaah Muslim. Syahadat Ahmadiyah adalah: ُللا ْ َش َهدُ أَن ُلَ إِلَ ُهَ إِ ُلا للاُ َوأ ْ َأ ِ ُش َهدُ أَناُ م َح امدًا َرسىل Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. lahir pada tahun 1835 di Qadian, India dan wafat pada tahun 1908. Berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah Ta‟ala, beliau as. adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, yang telah dikabarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. akan datang di Akhir Zaman. Beliau as. berpangkat Nabi dan Rasul tetapi tidak membawa syariat baru. Tugas beliau as. adalah untuk menghidupkan agama dan menegakan Syariat Islam. Setelah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. wafat, kepemimpinan dalam Jemaat Ahmadiyah dilanjutkan dengan berdirinya khilafat, sesuai dengan Sunnah Islam. Khalifah pertama dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah Hadhrat Hafiz Al-Hajj Hakim Nuruddin ra. (1908-1914). Kedua Hadhrat Al-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965). Mengenai Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. ini Hadhrat Imam Mahdi as. sering menerima wahyu yang mengabarkan bahwa beliau akan memegang peranan penting dalam perkembangan Islam. Dan terbukti, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. memegang jabatan Khalifah Muslim Ahmadiyah selama 51 tahun. Dalam masa jabatan kekhalifahan beliau inilah Jemaat Muslim Ahmadiyah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Khalifah ketiga adalah Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad ra. (1965-1982). Khalifah keempat adalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh. (1982-2003) dan Khalifah kelima adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. (2003– sampai sekarang). Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Internasional yang berpusat di Qadian, India, lalu pada tahun 1947 pindah ke Rabwah, Pakistan, dan sejak tahun 1984 hingga kini berpusat sementara di London, Inggris. Jemaat Ahmadiyah Indonesia didirikan pada tahun 1925 dan telah diakui sebagai badan hukum dengan ketetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 13 Maret 1953 No. J.A. 5/23/13. Kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan dapat diuji dengan ajaran Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw. Jika penyelidikan demikian tidak memberikan kepuasan batin, maka dapat diminta petunjuk langsung dari Allah Ta‟ala dengan jalan shalat Istikharah yang dilakukan dengan hati yang khusu dan Ikhlas. [][]