e. Obat-obatan Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadangkadang digunakan untuk mengobati diare
Obat-obatanObat-obatan untk meningkatkan defekasi telah tersedia . Laksatif dan katartik melunakan feses dan meningkatkan peristaltic . Walaupu sama, kerja laksatif lebihringan daripada kartartik yang mempertahankan pola eliminasi normal denganaman . N amun, penggunaan katartik dalam jangaka waktu yang lamamenyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsipterhadap stimulasi yang berikan oleh laksatif . P enggunaan laksatif yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare yang berat yang dapat menyebabkandehidrasi dan kehilangan elektrolit . Obat-obatan, seperti disiklomin H C l atau (bentil) menekan gerakan peristaltic danmengobati diare . B eberapa obat memiliki efek samping yang dapat mengganggueliminasi . Obat analgesic narkotik menekan gerakan peristaltic . Opiat umumnyamenyebabkan konstipasi . Obat-obatan antikolinergik, seperti atrofin atauglikopirolat (robinul), menghambat sekresi asam lambungdan menekan motilitassaluran G I . Walaupoun bermanfaant dalam mengobatiu gangguan usus, agenantikolinergik dapapt menyebabkan konstipasi . B
anyak antibiotic menyebabkandiare dengan mengganggu flora bakteri normal didalam saluran G I . Apabila diaredan keram abdomen yang terkait dengan diare semakin parah, obatobatan yangdiberikanpoada klien mungkin perlu diubah
MASALAH ELIMINASI FECAL 1. A.
Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya : 1) Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain 2) Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang 3) Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama. 4) Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang. 5) Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi. 6) Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. 7) Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. 8) Keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
1. Flatulens, Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.
3. Hemoroid, Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadangkadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN ELIMINASI A. Pengkajian 1. Pola berkemih Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual 2. Frekuensi Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orangorang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya
berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan. 3. Volume Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. 4. Usia Jumlah / hari
Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml 1–3 tahun 500–600 ml 3–5 tahun 600–700 ml 5–8 tahun 700–1000 ml 8–14 tahun 800–1400 ml 14 tahun-dewasa 1500 ml Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor. 5. Pengkajian fisik Pengkajian fisik memungkinkan perawat memperoleh data untuk menentukan keberadaan dan tingkat keparahan masalah eliminasi urin. Organ utama yang ditinjau kembali meliputi kulit, ginjal, kandung kemih dan uretra
2. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan enuresis 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine 2. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria 3. Risiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter 4. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi 5. Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi 6. Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi 7. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat 2. Berhubungan dengan proses penyakit 1. Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi urinary ostomy 3. Perencanaan & Intervensi
Tujuan : 1. Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi. 2. Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan. 3. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit 4. Membantu mempertahankan secara normal berkemih. 5. Mencegah kerusakan kulit 6. Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih 7. Memberikan kebebasan untuk pasien 8. Mencegah infeksi saluran kemih. 9. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat. 10. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional 11. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi 12. fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal) 13. Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
4. IMPLEMENTASI Tindakan secara umum
Tuangkan air hangat dalam perineum Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan membantu relaks otot Letakkan tangan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung kemih pada waktu berkemih Menenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.
Tindakan hygienis Untuk mempertahankan kebersihan di daerah genital Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi
Tindakan spesifik masalah-masalah perkemihan Retensi urin, membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal, jika tejadi pada post operasi —- berikan analgetikà Kateterisasi urin
Inkontinensi
Menetapkan rencana berkemih secara teratur dan menolong pasien mempertahankan pola eliminasi urin Mengatur intake cairan, khususnya sebelum pasien istirahat, mengurangi kebutuhan berkemih Meningkatkan aktifitas fisik untuk meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah, selanjutnya menolong pasien mengontrol berkemih Merasa yakin bahwa toilet dan bedpan dalam jangkauannya Tindakan melindungi dengan menggunakan alas untuk mempertahankan laken agar tetap kering Untuk pasien yang mengalami kelemahan kandung kemih pengeluaran manual dengan tekanan kandung kemih diperlukan untuk mengeluarkan urine Untuk pasien pria yang dapat berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi tidak dikontrol dapat menggunakan kondom atau kateter penis.
Enuresis Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan psikologi, selain itu juga urinalisis (fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis) untuk mengetahui penyebabnya. Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur / secara teratur.
Peningkatan kesehatan
Penyuluhan klien tentang masalah eliminasi urin Meningkatkan perkemihan nirmal Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap Pencegahan infeksi
Perawatan akut
Mempertahankan kebiasaan eliminasi Obat-obatan Kateterisasi Pencegahan infeksi
Perawatan restorasi
Menguatkan otot dasar panggul Bladder retraining Melatih kebiasaan Kateterisasi mandiri Mempertahankan integritas kulit Peningkatan rasa nyaman
5. Evaluasi Untuk mengevaluasi hasil akhir dan respon klien terhadap asuhan keperawatan, perawat mengukur keefektifan semua intervensi. Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yang dilakukan ialah kemampuan klien untuk berkemih secara volumter tanpa mengalami gejalagejala ( misalnya urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan memiliki ph serta berat jenis dalam rentang nilai yang normal. Klien harus mampu mengidentifikasi factorfaktor yang dapat mempengaruhi perkemihan normal. Perawat juga mengevaluasi intervensi khusus, yang dirancang untuk meningkatkan fungsi berkemih normal dan mencegah terjadinya komplikasi akibat perubahan pada system perkemihan.