MARKETING POLITIK H. M SANI DAN NURDIN BASIRUN PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
EDI BASUKI NIM : 100565201113
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
MARKETING POLITIK H. M SANI DAN NURDIN BASIRUN PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EDI BASUKI Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Secara sederhana marketing politik dapat dipahami sebagai kegiatan marketing di dalam ruang politik yang umumnya terkonsentrasi pada saat pemilu. Menurut Philip Kotler, konsep marketing politik merupakan suatu kegiatan pemasaran untuk menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial, tema isu-isu, gagasan, ideologi dan pesan-pesan bertujuan program politik yang ditawarkan memiliki daya tarik dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi setiap warga negara secara efektif. Pada tanggal 9 Desember lalu, Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan pemilihan kepala daerah. Semua pergerakan Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad Sani-Nurdin Basirun terkonsolidasi dalam satu sistem. Padahal jika dilihat fenomenanya, pasangan ini tidak membuat kampanye besar-besaran seperti yang dilakukan lawannya, namun pasangan ini mampu membuat masyarakat memilihnya Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui tentang marketing politik H. M Sani dan Nurdin Basirun pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Dalam penelitian ini informan terdiri dari 5 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa dalam kemenangan Sani-Nurdin pasangan calon ini bersama partai pengusung menggunakan marketing politing dengan baik. Gaya komunikasi kandidat Sani-Nurdin yang lebih mengedepankan silaturrahim, menyapa dan mendatangi warga. Meski usia calon gubernur Muhammad Sani terbilang tua, semangat dan fisiknya tidak kalah dengan yang berusia muda. Pasangan ini memiliki kelebihan masing-masing di mata masyarakat. Dengan karakter dan cara kerja mereka digabungnya menjadi cukup sempurna. Hal yang paling menarik dari masyarakat adalah Pak Sani sangat terkenal dengan merakyatnya. Dengan siapapun beliau bertemu, hal ini membuat pada saat pemilihan Sani-Nurdin tidak membutuhkan biaya yang banyak karena masyarakat sudah mengenal sejak sebelum pemilu dilaksanakan. Kata Kunci : Pemasaran Politik, Kepala Daerah, Pemilihan Umum Kepala Daerah
1
ABSTRACT In a simple marketing political marketing activities can be understood as in the political space that is generally concentrated at the time of the election. According to Philip Kotler, the concept of political marketing is a marketing activities for successful candidates or political parties with all his political activity through the development program campaign to the economy or social care issues, themes, ideas, ideology and messages aimed at political programs offered have the appeal and influence of each citizen effectively. On 9 December, the Riau Islands province carry out the election of the head of the region. All movements of candidate Governor and Vice Governor of Riau Islands province, Muhammad Sani-Nurdin Basirun consolidated in one system. But if seen fenomenanya, the couple did not make a massive campaign as did his opponent, but the couple was able to make the community elected him The purpose of this research is basically to find out about marketing politics of h. m. Sani and Nurdin Basirun on election of Governor and Vice Governor of Riau Islands province by 2015. In this study the author uses Descriptive types of Qualitative research. Informants in this study consists of 5 people. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results can then be analyzed that in victory SaniReport of candidate with party poles use marketing politing well. Communication style a candidate the more Sani-Barcelona proposes silaturrahim, greet and go to the citizens. Despite the age of the prospective Governor Muhammad Sani is older, his physical vigor and not less with younger. The couple have their respective advantages in the eyes of the community. With the characters and the way their work digabungnya to be quite perfect. The most interesting thing from the public is very famous with Sani Pak merakyatnya. With anyone he meets, it is made at the time of the election of the Sani-Nurdin don't cost that much because the public already knows since before the election.
Keywords: Marketing Politics, Elections, Regional Head Of The Head Area
2
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah merupakan suatu peristiwa politik. Mensukseskan Pilkada dan memenangkan Pilkada membutuhkan analisis untung rugi dan kalkulasi ekonomi yang akurat yakni bagaimana mengurangi resiko-biaya sosio-ekonomi dan sosio-politik. Efisiensi penting dalam berbagai bidang baik dalam pelaksanaan Pilkada maupun cara memenangkan Pilkada. Tim sukses kandidat Pilkada seharusnya berpikir strategik-efisien bagaimana mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan/manfaat. Hal ini diperlukan agar Pilkada dapat dilaksanakan secara efisien bukan sekedar efektif dengan mengurangi beban dibandingkan dengan manfaat politik. Saat ini pemasaran politik bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk parpol. Parpol menjanjikan pengharapan kepada para konstituennya, dengan pamrih untuk meraup apresiasi dan dukungan dari mereka. Tiga hal utama yang mereka tawarkan adalah organisasi parpol itu sendiri, sosok tokoh partainya, dan acara-acara (events) yang mereka selenggarakan. Tujuan aktivitas pemasaran mereka ada dua, yaitu untuk meraih pendukung baru dan mempertahankan pendukung, baik yang lama maupun baru, setidak-tidaknya sampai pemilu berikutnya. Penerapan marketing yang paling nyata di Indonesia adalah positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman masyarakat Indonesia, maka posisi seorang kandidat ataupun parpol harus dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Pemahaman profil pemilih atau calon pemilih di suatu wilayah
menjadi sebuah keharusan bagi parpol untuk bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di satu wilayah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa jadi berbeda dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang dapat mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia, diantaranya adalah popularitas dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai pendongkrak suara. Jurnal Endang (2012) dijelaskan bahwa Penggunaan metode pemasaran dalam bidang politik dikenal sebagai pemasaran politik (political marketing). Pemasaran politik merupakan pendekatan dan metode yang digunakan untuk membantu politikus dan partai politik agar dapat membangun hubungan dua arah dengan konstituen. Hubungan ini dapat dibangun dengan merancang bauran pemasaran politik yang terdiri dari produk, promosi, harga dan tempat. Bauran pemasaran politik ini dirancang sesuai dengan segmentasi pemilih dan positioning yang ingin ditanamkan dalam benak pemillih. Strategi bauran pemasaran yang tepat akan membangun citra partai dan mempengaruhi minat memilih dan akhirnya akan mempengaruhi konstituen memutuskan memilih calon anggota legislatif atau partai. Pengadopsian strategi dan teknik marketing oleh para politisi, partai, dan konsultan politik terlihat dari semakin seringnya cara pandang dan jargonjargon teknis dunia marketing digunakan dalam menganalisis peluang politik dan merancang strategi pemenangan pemilu. Misalnya, pemilih dilihat dan diperlakukan sebagai pembeli. Dan sebagaimana layaknya dalam dunia marketing, jargon teknis pun diambil alih dimana politisi dan
partai – yang dibantu konsultan profesional – untuk mengenali segmen pemilih. Pemetaan segmen pemilih ini akan memberikan arah bagi srategi pemenangan untuk merancang prioritas segmen pemilih yang dibidik. Penerapan prinsip marketing ini pada gilirannya membantu para petarung politik itu untuk merancang strategi pemenangan secara lebih efektif dan efisien. Contoh lain selalu bisa ditambahkan. Product image atau citra produk adalah konsep pokok marketing yang dikembangkan para ahli pemasaran untuk menginduksi sentimen positif pembeli agar membeli produk itu. Citra produk ini bisa direkayasa dan diformat seraya dicocokkan dengan predisposisi psikologis pembeli yang menyukai aspek tertentu dari sebuah produk. Hal yang sama bisa dilakukan pada rekayasa citra kepribadian kandidat atau citra kelembagaan partai. Sejumlah atribut personal yang melekat pada seorang kandidat bisa dipilih dan ditonjolkan salah aspeknya, yakni aspek yang diminati pemilih dan lebih berpotensi untuk menangguk suara. Berbagai prinsip, teknik, dan strategi marketing itu nampaknya kini mulai mengubah cara politisi dan partai dalam berpolitik. (Sumber : http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id diakses pada tanggal 5 Juli 2016) Berdasarkan jurnal Muhammad Burhanudin (2015) diketahui bahwa Teori marketing politik digunakan untuk menganalisa temuan data yang ada sehingga dapat diketahui bagaimana implementasi marketing politik terhadap strategi yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caleg cenderung variatif dalam melakukan strategi marketing politiknya. Antar caleg terdapat perbedaan dalam
menggunakan strategi termasuk dalam memanfaatkan isu sebagai startegi marketing politiknya. Strategi marketing politik yang diterapkan oleh para caleg cenderung variatif dan adaptif terhadap pemilih. Selain itu temuan juga menunjukkan bahwa yang bekerja sebagai mesin pencalonan caleg lebih memanfaatkan jaringan politik pribadi daripada jaringan eletoral partai. Secara sederhana marketing politik dapat dipahami sebagai kegiatan marketing di dalam ruang politik yang umumnya terkonsentrasi pada saat pemilu. Menurut Philip Kotler, konsep marketing politik merupakan suatu kegiatan pemasaran untuk menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial, tema isu-isu, gagasan, ideologi dan pesan-pesan bertujuan program politik yang ditawarkan memiliki daya tarik dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi setiap warga negara secara efektif. Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah, telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik political marketing dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali bisa melihat dan mengukur pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya maupun pimpinan politiknya. Political marketing merupakan bagian dari masyarakat dengan ciri lebih khas. Pada intinya political marketing adalah segala cara yang dipakai dalam kampanye politik untuk mempengaruhi pilihan para
4
pemilih. Dimana cara yang digunakan akan membentuk suatu rangkaian makna politik secara otomatis didalam pikiran para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya. Makna politis inilah yang menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak mana yang akan dicoblos pemilih. (Toni : 2006 : 204) Pelaksanaan Pilkada telah membawa beberapa harapan baru masyarakat untuk pengembangan demokrasi di tingkat lokal. Diantaranya adalah secara emperik, pilkada langsung memiliki nilai strategis dalam rangka mengurangi kelemahan yang menjadi ciri perpolitikan lokal saat ini. Pada tanggal 9 Desember lalu, Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan pemilihan kepala daerah. Pasangan calon yang maju adalah 2 orang, pasangan Sani-Nurdin dan Suryo-Anshar. Masing-masing pasangan calon tentu mempunyai strateginya masing-masing. Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad Sani-Nurdin Basirun dinyatakan sebagai pemenang Pilkada versi hitung cepat dan rekapitulasi sementara C1 KPU. Sani-Nurdin unggul dengan selisih sekitar 50.000-an suara atau sekitar 7 persen dari pesaingnya Soerya-Ansar, yakni 53,4 persen berbanding 46,6 persen. Tim pemenangan terorganisir secara rapi dari tingkat provinsi, kota, kecamatan, kelurahan atau desa hingga TPS. (Sumber : KPU Provinsi Kepulauan Riau, 2015) Semua pergerakan Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad SaniNurdin Basirun terkonsolidasi dalam satu sistem. Padahal jika dilihat fenomenanya, pasangan ini tidak membuat kampanye besar-besaran
seperti yang dilakukan lawannya. Kampanye yang mereka lakukan juga tidak semeriah yang dilakukan lawannya, namun pasangan ini mampu membuat masyarakat memilihnya. Market Orientation adalah pendekatan marketing politik dengan memanfaatkan teknik riset pasar untuk mengetahui seperti apa kehendak pemilih sehingga partai politik maupun kandidat dapat membuat kebijakan dan program yang sesuai dengan keinginan pemilih. Product Orientation merupakan orientasi marketing politik yang lebih menekankan kepada platform dan ideologi partai yang hendak ditawarkan kepada pemilih, selain itu produk politik berupa program kerja juga menjadi komoditas utamanya. Sales Orientation adalah pola orientasi yang menekankan penggunaan alat-alat partai maupun simbol-simbol kepartaian yang digunakan selama kampanye. Untuk melihat marketing seperti apa yang dilakukan maka penulis melanjutkannya dengan melakukan penelitian mendalam dengan mengedepankan judul: “MARKETING POLITIK H. M SANI dan NURDIN BASIRUN PADA PEMILIHAN GUBERNUR dan WAKIL GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 B. Perumusan Masalah Pada tanggal 9 Desember 2015 lalu, Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan pemilihan kepala daerah. Pasangan calon yang maju adalah 2 orang, pasangan Sani-Nurdin dan SuryoAnshar. Masing-masing pasangan calon tentu mempunyai strateginya masingmasing. Jika dilihat fenomenanya, pasangan ini tidak membuat kampanye besar-besaran seperti yang dilakukan lawannya. Kampanye yang mereka
5
lakukan juga tidak semeriah yang dilakukan lawannya, namun pasangan ini mampu membuat masyarakat memilihnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana marketing politik H. M Sani dan Nurdin Basirun pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Kepulauan Riau tahun 2015?. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang marketing politik H. M Sani dan Nurdin Basirun pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna memperkaya hasilhasil penelitian yang berkaitan dengan Political Marketing Dalam pemasaran politik H. M Sani dan Nurdin Basirun pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Kepulauan Riau tahun 2015. b. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan kepada para partai pendukung tim pemenangan agar dapat lebih efektif dalam menjalin komunikasi politik. D. Konsep Operasional
partai politik dan lain sebagainya. Dengan strategi political marketing ini kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat untuk mendapatkan dukungan. Bagi masyarakat sendiri, penerapan political marketing dalam pilkada dapat membantu dan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi yang lebih luas tentang kehidupan politik. Dengan adanya persaingan antara kandidat kepala daerah, masing-masing kandidat mencoba bersaing untuk mempengaruhi opini publik. Konsep operasional yang penulis gunakan adalah menurut Firmanzah (2007 : 203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu: 1. Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. Hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Platform Partai berisikan konsep. b. Program kerja dari pasangan calon. 2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di kemas sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan. Hal ini dapat
Kandidat kepala daerah dan tim pemenangannya meyakinkan pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih. Produk politik ini dapat berupa atribut kandidat seperti latar belakang kandidat, program kerja, ideologi,
6
dilihat dari indikator: Peran media massa 3. Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara. Hal ini dapat dilihat dari indikator : Biaya kampanye yang ekonomis Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis. Hal ini dapat dilihat dari indikator : Komunikasi politik yang terbangun dengan seluruh masyarakat. E. Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Menurut Sugiyono (2001 : 6) “Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau dengan menggabungkan dengan variabel lain.” Sedangkan menurut Moleong (2004 : 03) ”Penelitian Kualitatif adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
F. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu dengan melakukan terlebih dahulu mendeskripsikan, memverifikasi, menginterpretasikan untuk kemudian dianalisis sehingga memperoleh suatu kesimpulan. Dalam rangka memberikan rangka yang jelas,logis dan akurat mengenai hasil pengumpulan data, data yang diperoleh dihimpun menurut jenis dan kelompoknya, maka selanjutnya dilaksanakan pengelolaan dan analisis data yang dilakukan dengan cara deskriptif, kualitatif yaitu mengemukakan masalah menurut apa adanya. Moleong (2002 : 35) menyatakan analisa dan kualitatif adalah proses pengorganisasian, dan pengurutan data kedalam pola dan kategori serta satu uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang seperti disarankan oleh data. Adapun langkah – langkah analisa data yang dilakukan adalah : Reduksi Data Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya ( melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan ). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan,
7
penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. Penyajian Data Penyajian data ( display data ) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian- bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilahpilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.
perkembangan demokrasi di Indonesia, terutama di tingkat lokal yang mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, baik Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota secara langsung oleh rakyat, yang merupakan perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. Dengan itu rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa intervensi (otonom). Menurut Firmanzah (2007 : 203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu: 1. Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan konstituen. Produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. 2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan. 3. Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga
II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Marketing Politik Permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia dapat dipelajari dari sudut kekuasaan, struktur politik, partisipasi politik, kebudayaan politik, konstitusi, pendidikan dan sosialisasi politik, pemikiran politik, dan juga political marketing (pemasaran politik). Pemilihan terhadap pendekatan political marketing antara lain didorong karena
8
persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara. 4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.
pengertian Political Marketing adalah: “Suatu penggiatan pemasaran untuk menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial, tema, isu-isu, gagasan, ideologi, dan pesan-pesan bertujuan program politik yang ditawarkan memiliki daya tarik tinggi dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi setiap warga negara dan lembaga/organisasi secara efektif.” Political marketing memiliki peran untuk menentukan proses demokratisasi. Para anggota tim pemenangan pemilihan mengarahkan kemampuan marketing mereka untuk merebut sebanyak mungkin konstituen dan berusaha menjual kandidat mereka dengan berbagai cara, yang seringkali kita di rasakan tak ada bedanya dengan mengiklankan produk di media, mempromosikan outdor maupun indoor. Segala teknik dipakai agar rating kandidat mereka tinggi dan rakyat memilihnya di bilik-bilik suara. Selain itu, political marketing dapat memperbaiki kualitas hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan yang dihadapi. Political marketing meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan sebagai objek manipulasi dan eksploitasi.
Menggunakan 4Ps marketing dalam dunia politik menjadikan marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau Partai Politik ketika menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah, 2007 : 211). Dalam hal ini tujuan marketing dalam politik adalah bagaimana membantu partai politik untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu politik yang sesuai dengan aspirasi mereka.
Cangara (2009 : 276) memaknai pemasaran politik (political marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi orientasinya lebih banyak pada tataran
Kotler and Neil (1999 : 3), bahwa konsep political marketing, atau
9
penyadaran, sikap dan perubahan perilaku untuk menerima hal-hal baru. Menurut Nursal (2004 : 2) political marketing (marketing politik) bertolak dari konsep makna. Pada dasarnya marketing politik adalah serangkaian aktifitas terencana, strategis tapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada pemilih.
seseorang kontestan diperlukanlah seperangkat instrument fasilitas yang dapat mendekatkan seseorang kontestan kepada konstituen tersebit dipilih oleh konstituen, pemahaman marketing politik oleh Firmanzah maupun Adnan Nursal adalah merupakan dua konsep yang sama, yang berbicara tentang perjuangan untuk menjadikan seseorang kontestang dapat dipilih melalui pemilihan umum kepada konstituen. Tapi ini bukanlah sebuah garansi yang menghasilkan sebuah kemenangan akan tetapi apabila konsep marketing politik yang dibentuk serta diaplikasikan secara trampil akan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan.
Adnan Nursal (2004 : 9) memiliki konsep seperti konsep marketing politiknya Firmanzah. Adnan Nursal memandang political marketing adalah strategi kampaye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Maka polits ini inilah yang menjadi output penting marketing politk yang menentukan, pihak mana yang akan dicoblos dalam pemilih. Produk poltik yang dimaksud oleh Adnan dapat diartikan sebagai figure, gagasan politik dan visi misi yang terangkum dalam identitas khas dan konsisten berupa nama, logo. Push marketing pada dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih costumized (personal). Pull marketing adalah penggunaan media dengan dua cara yaitu dengan membayar atau tidak membayar. Pas marketing ialah pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok yang bepengaruh besar terhadap pemilih yang dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu infulencer aktif dan infulencer pasif. Paid marketing adalah penggunaan media yang lazim digunakan untuk memasang iklan adalah televisi, radio, media cetak, website dan media luar ruang. Dalam tujuannya untuk mempengaruhi kosnstituen agar dapat berpihak kepaa
2. Kampanye Politik Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. (Antar Venus, 2004 : 9) Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga Departemen Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud dengann Kampanye memiliki dua arti, diantaranya: 1. Gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi) 2. Kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang memperebutkan kedudukandalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara. Pendekatan kampanye politik atau political campaign approach untuk mendukung penggiatan pemasaran politik atau political marketing activity
10
tersebut sebagai upaya selain bertujuan untuk: Membentuk preferensi bagi pihak setiap pemilih dalam menentukan suaranya, tujuan lainnya adalah; Ingin merangkul simpati pihak kelompokkelompok atau the third influencer of person and groups seperti tokoh masyarakat, agama, adat, eksekutif dan artis atau selebritis terkenal lainnya. Memiliki daya tarik bagi kalangan media massa baik cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan penggunaan atribut kampanye, poster, spanduk, iklan politik di media-massa, termasuk melalui situs atau blog internet untuk mempengaruhi pembentukan opini publik dan citra secara positif demi kepentingan membangun popularitas tinggi atau menebar pesona sang kandidat dan aktivitas parpol yang bersangkutan sebagai kontestan yang siap berlaga dalam setiap siklus pelaksanaan Pemilihan Umum.
ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan. Merujuk pada definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan Kampanye adalah sebuah tindakan doktet bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi. Kampanye juga memiliki ciri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (dalam Venus: 2004 : 7) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann & Rommele, 2002). Hal
Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselengarakannya kampanye juga
11
terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.
pemerintah adalah melalui pelaksanaan pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil, khususnya untuk memilih presiden / kepala daerah. Bahkan dinegara yang tidak menjunjung tinggi demokrasi sekalipun, pemilihan umum diadakan untuk memberi corak legitimasi kekuasaan (otoritas). Rusli karim (1991 : 37) menyebutkan bahwa pemilihan umum yang demokratis haruslah diselenggarakan dalam suasana keterbukaan, adanya kebebasan berpendapat dan berserikat, atau dengan perkataan lain pemilihan umum yang demokratis harus memenuhi unsurunsur sebagai berikut: sebagai aktualiasi dari prinsip keterwakilan politik, Aturan permainan yang fair, Dihargainya nilai-nilai kebebasan, Diselenggarakan oleh lembaga yang netral atau mencerminkan berbagai kekuatan politik secara proporsional, Tiadanya intimidasi, Adanya kesadaran rakyat tentang hak politiknya dalam pemilihan umum, Mekanisme pelaporan hasilnya dapat dipertanggungkawabkan secara moral dan hukum.
3. Pemilihan Umum Pemilihan Umum merupakan bagian yang tidak lepas dari suatu kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Pemilu merupakan sarana yang tak terpisahkan dari kehidupan politik negara yang menganut sistem demokrasi modern. Indonesia yang merupakan adalah satu negara yang menganut sistem ini, sejak tahun 1999 menggelar Pemilu untuk memilih anggota legislatif maupun Presiden dan Wakil Presiden secara langsung yang diamanatkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum menurut Marzuki (2007 : 143) adalah merupakan institusi pokok pemerintahan perwakilan yang demokratis, karena dalam suatu negara demokrasi, wewenang pemerintah hanya diperoleh atas persetujuan dari mereka yang diperintah. Mekanisme utama untuk mengimplementasikan persetujuan tersebut menjadi wewenang
Yusdianto (2010 : 44) menyebutkan bahwa Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan prinsip demokrasi di daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa kekuasaan tertinggi untuk mengatur pemerintahan Negara ada pada rakyat. Melalui Pemilukada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi pemimpin dan wakilnya
12
dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan arah masa depan sebuah negara. Secara normatif, berdasarkan ukuran-ukuran demokrasi, pemilukada langsung menawarkan sejumlah manfaat dan sekaligus harapan bagi pertumbuhan, pendalaman dan perluasan demokrasi lokal.
Thailand. Dengan letak geografis yang strategis ini, diharapkan dapat menjadi salah satu potensi bagi Provinsi Kepulauan Riau dalam peningkatan pembangunan. Provinsi Kepulauan Riau terletak 04º15’ bujur Lintang Utara dan 0º45’ bujur Lintang Selatan serta antara 103º11 bujur sampai dengan 109º10’ Bujur Timur. Wilayah Provinsi Kepulauan Riau seluas 251.810,71 km2. Sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yaitu seluas 241.215,30 km2 (95,79%) sedangkan daratannya hanya seluas 11.936,91 km2 (4,21%)., dengan luas wilayah daratan kurang lebih 11.936,91 km2, atau sekitar 0,43 % dari luas Indonesia. (Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang dalam angka, 2015)
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Provinsi Kepulauan Riau dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Undang-Undang ini disahkan di Jakarta tanggal 25 Oktober 2002, tetapi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau secara resmi beroperasi menjalankan roda pemerintahan pada tanggal 1 Juli 2004.
Wilayah perairan Provinsi Kepulauan Riau meliputi Laut Cina Selatan (Laut Natuna) yang berbatasan dengan wilayah perairan Negara Thailand. Malaysia dan Vietnam. Perairan Kabupaten Bintan berbatasan dengan wilayah Provinsi Kalimantan Barat di bagian Timur, perairan Kabupaten Lingga berbatasan dengan Selat Karimata, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi dan Provinsi Riau di bagian Selatan. Sedangkan dibagian Barat Kabupaten Karimun dan Kota Batam berbatasan dengan Selat Singapura, Selat Malaka dan Provinsi Riau.
Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari, yaitu : Kabupaten Bintan Dengan Ibu Kota Kijang. Kabupaten Karimun dengan Ibu Kota Tanjung Balai Karimun. Kabupaten Natuna dengan Ibu Kota Ranai.Kabupaten Lingga dengan Ibu Kota Daik. Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan Ibu Kota Tanjungpinang. Pemerintah Kota Batam dengan Ibu Kota Batam. Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Ibu Kota Tarempa. Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada posisi yang sangat strategis yaitu berada pada dua jalur pelayaran international yang menghubungkan antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, serta melalui Selat Malaka dan Selat Karimata dan berbatasan langsung dengan Negara tetangga seperti negara Singapura, negara Malaysia dan negara
Secara geografis, Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan daerah, yaitu :
13
a. Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan, Negara Vietnam, Negara Kamboja, Negara Malaysia dan Negara Singapura. b. Sebelah Timur berbatasan dengan negara Malaysia dan Prov. Kalimantan Barat. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan. d. Sebelah Barat berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau.
domestik maupun asing menanamkan modalnya.
untuk
Dengan letak geografis yang strategis (antara Laut Cina Selatan, Selat Malaka dengan Selat Karimata) serta didukung potensi alam yang sangat potensial, Provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau (Batam, Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang penuh dengan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain letak geografisnya yang sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah Timur juga berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni Singapura. Disamping itu Provinsi ini juga berbatasan langsung dengan Malaysia. Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia. Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik
Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun, merupakan bentuk kerjasama yang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan partisipasi dunia usaha. KEK ini nantinya merupakan simpulsimpul dari pusat kegiatan ekonomi unggulan, yang didukung baik fasilitas pelayanan prima maupun kapasitas prasarana yang berdaya saing internasional. Setiap pelaku usaha yang berlokasi di dalamnya, akan memperoleh pelayanan dan fasilitas yang mutunya dapat bersaing dengan praktik-praktik terbaik dari kawasan sejenis di Asia-Pasifik. IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1. Produk (product) Produk ditemukan bahwa program yang diusung oleh Sani Nurdin adalah mulai dari pendidikan, kesehatan, konektivitas antar pulau dan pengembangan wisata. Dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan diharapkan daerah dan 14
satuan pendidikan lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. program kerja yang disusun Sani dan Nurdin adalah program kerja yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program-program tersebut disusun setelah menganalisa permasalahan yang saat ini sedang terjadi, kemudian melihat kebutuhan masyarakat. Tingkat kesejahteraan tidak hanya dilihat dari pendapatan nasional, namun dapat juga dilihat dari pendapatan per kapita masyarakatnya, pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, tingkat pengangguran, serta taraf hidup masyarakat dalam daerah tersebut. 2. Promosi Promosi ditemukan bahwa saat kampanye berlangsung di Provinsi Kepulauan Riau media massa sudah menjalankan perannya dengan baik, mereka ikut membantu memberikan informasi mengenai Sani dan Nurdin sebagai calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju untuk duduk menjadi pemimpin Kepri 5 tahun kedepan 3. Kondisional Harga atau Price ditemukan bahwa secara umum Sifat kampanye Sani Nurdin sudah memiliki sifat laten, bersikap kritis dan bersifat menarik masyarakat. Pasangan ini memiliki kelebihan masing-masing di mata masyarakat. Dengan karakter dan cara kerja mereka digabungnya menjadi cukup sempurna. Hal yang paling menarik dari masyarakat adalah Pak Sani sangat terkenal dengan merakyatnya. Dengan siapapun beliau bertemu, hal ini membuat pada saat pemilihan Sani-Nurdin tidak membutuhkan biaya yang banyak karena masyarakat sudah mengenal sejak sebelum pemilu dilaksanakan.
4. Penempatan Penempatan (place) ditemukan bahwa Calon Gubernur Kepri Muhammad Sani memaparkan tiga strategi dalam memenangkan Pilgub Kepri. Ketiga strategi dimaksud yakni dengan pola vertikal, horizontal, serta pergerakan mesin partai pendukung dan pengusung. Dalam pola vertikal, pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri Muhammad SaniNurdin Basirun (Sanur) menggunakan relawan, mulai dari tingkat kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, desa, hingga Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sedangkan untuk pola horizontal, pasangan nomor urut 1 ini akan melakukan pendekatan secara langsung dengan tokoh masyarakat atau paguyuban yang ada di Provinsi Kepri. Pola ini menurutnya sudah dilakukan sebelum dimulainya tahapan Pilkada. Dalam praktiknya, Sani akan fokus pada pendekatan dengan masyarakat serta paguyuban nusantara yang ada di Tanjungpinang, Batam, dan Bintan. Selain melakukan dua strategi tadi, Sani dan Nurdin meyakini pergerakan motor partai, baik pengusung maupun pendukung juga memiliki andil besar dalam meraup dukungan. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa dalam kemenangan Sani-Nurdin pasangan calon ini bersama partai pengusung menggunakan marketing politik dengan baik. Gaya komunikasi kandidat SaniNurdin yang lebih mengedepankan silaturrahim, menyapa dan mendatangi warga. Meski usia calon gubernur Muhammad Sani terbilang tua, semangat dan fisiknya tidak kalah dengan yang berusia muda. Bahkan
15
dalam sehari, Sani bisa mengunjungi tempat warga di lima titik pulau berbeda. Kepri 96 persen wilayah kepulauan. Tapi beliau biasa saja mendatangi warga dari pulau satu ke pulau lainnya. B. Saran 1. Sebaiknya ada forum khusus untuk masyarakat memberikan kritik dan saran kepada Tim Pemenangan Sanur 2. Diharapkan calon terpilih mampu menepati janji yang telah tersusun dalam program kerja yang di publikasikan pada saat kampanye
Bandung: Simbiosa. Rekatama Media. Budioarjo, Miriam. 2000. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonoesia Cholisin, dkk. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Firmanzah.2007.Marketing Politik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA Abu Nashr Muhammad Al-Iman. 2004. Membongkar Dosa-dosa Pemilu, Prisma Media, Jakarta.
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Adman Nursal. 2004. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT Gramedia.
Marbun, BN, 2003, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya
Agustino, Leo, 2005, Politik dan Otonomi Daerah, Untirta Press : Jakarta Antar,
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Venus. 2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengekfektifkan kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Rozali Abdullah. 2009. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif), PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : PT.Indeks Ardianto, E.L. 2004. Massa: Suatu
Rangkuti, Freddy, 2005, Pemasaran, Elex Computindo, Jakarta.
Komunikasi Pengantar.
16
Riset Media
Silih Agung Wasesa. 2011.Political Branding dan Public Relation. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Yusdianto. 2010. Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) dan Mekanisme PenyelesaiiannyaI. Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2.
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : CV. Alfabeta
Yuniati, Yenni. 2002, “Pengaruh berita di Surat Kabar terhadap Persepsi Mahasiswa tentang Politik”, Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 3 Nomor 1 Tahun 2002, Diterbitkan oleh Fikom Unisba, Bandung.
Sutoro Eko (eds.). 2003. Membangun Good Governance di Desa, IRE Press,. Yogyakarta Sumarno AP, 1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Citraaditya Bakti, Bandung.
Sumber lain : Toni, dkk. 2003. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. (Bandung: Nuansa Cendekia).
http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id diakses pada tanggal 5 Juli 2016
Dokumen : Komisi Pemilihan Umum Kepulauan Riau, 2015
Provinsi
Jurnal : Endang Sulistya Rini. 2012. Peran Pemasaran Politik Dalam Mempengaruhi Keputusan Pemilih. Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012 Muhammad Burhanudin . 2015. Strategi Marketing Politik Calon Legislatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Pdi-P) Pada Pemilu Legislatif 2014 Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Politik Muda, Vol. 4, No. 3, Agustus -Desember 2015, 235 – 241
17