HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERKULOSIS TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS ATAPUPU KABUPATEN BELU RELATIONSHIP BETWEEN PATIENT KNOWLEDGE OF TUBERCULOSIS INFECTION PREVENTION OF TUBERCULOSIS BEHAVIOR WITH INFECTION PREVENTION TUBERCULOSIS IN HEALTH ATAPUPU DISTRICT BELU
Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³
ABSTRACT Background: Knowledge of TB patients can influence the behavior of TB patients in order to prevent the transmission of TB. TB patient knowledge about prevention of TB transmission that will improve the behavior of TB patients to prevent the transmission of TB. In the preliminary study found 8 patients with TB from 10 TB patients whose knowledge is less supportive behavior prevention of TB transmission in health centers Atapupu Belu. Thus researchers want to learn about the relationship of TB patient knowledge about prevention of transmission of TB to prevent the transmission of TB in behavioral health center Atapupu. Objective: To determine the relationship between knowledge about the prevention of transmission of TB patients with TB prevention of TB transmission in behavioral health center Atapupu Belu. Methods: The study was a quantitative noneksperimen using analytic observational with cross sectional approach. Results: Spearman rank correlation analysis, knowledge about TB prevention of TB transmission in the health center are less well categorized Atapupu of 46.7%, and the behavior of TB patients are less well categorized by 53% the number of those 30 patients. Conclusion: There is a relationship between knowledge about the prevention of transmission of TB patients with TB prevention of TB transmission in behavioral health center Atapupu Belu. Keywords: Knowledge, behavior prevention of TB transmission. ¹ Students of College of Health Sciences Wira Husada Yogyakarta ² Lecturer College of Health Sciences Wira Husada Yogyakarta ³ Lecturer College of Health Sciences Wira Husada Yogyakarta
PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru, tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh lainnya. TB sangat berbahaya, bisa menyebabkan seseorang meninggal dan sangat mudah ditularkan kepada siapa saja di mana 1 orang penderita TB dengan basil tahan asam (BTA) 2 positif bisa menularkan kepada 10 - 15 orang di sekitar penderita tersebut . Pengetahuan pencegahan penularan TB yang harus diketahui supaya tidak menularkan kepada orang lain yaitu sumber penularan penderita BTA positif, meminimalkan percikan dahak saat batuk atau bersin, sinar matahari langsung masuk dalam rumah untuk membunuh bakteri, alat makan dan minum penderita, rumah yang tidak mempunyai ruangan terbuka, manfaat imunisasi bacille calmette guerin (BCG). Pengetahuan seorang penderita TB yang
cukup tentang cara penularan penyakit TB menentukan perilaku orang tersebut dalam 3 pencegahan penularan kepada orang lain . Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang 5 bersangkutan . Perilaku pencegahan penularan penyakit TB yang dapat dilakukan oleh penderita TB di antaranya menutup mulut saat batuk atau bersin, tidak meludah sembarang tempat, membuka pintu dan jendela setiap hari, imunisasi BCG bagi anak yang tinggal serumah, menyendirikan alat makan dan minum. Apabila penderita TB tidak memilikipengetahuan tentang pencegahan penularan penyakit TB dengan baik, maka sulit bagi penderita untuk menentukan perilaku serta mewujudkannya dalam perilakunya setiap hari agar tidak menularkan kepada anggota 3 keluarga yang lain . Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti terhadap 10 penderita TB didapatkan informasi bahwa ada 8 penderita yang tidak tahu tentang sumber penularan TB yaitu melalui percikan air ludah dari penderita TB paru, kuman tidak hidup di dalam ruangan yang tertutup, tidak ada kuman dalam alat makan dan minum penderita TB, tetapi mereka menganggap bahwa sakit TB karena anggota keluarga ada yang sakit TB dan diracun orang, pintu dan jendela rumah tidak perlu dibuka setiap hari, sehingga cenderung berperilaku tidak mendukung pencegahan penularan seperti meludah di sembarang tempat saat batuk, penderita tidak menutup mulut saat batuk atau bersin, penderita sering makan satu piring dengan anaknya, pintu dan jendela tidak dibuka setiap hari, lantai rumah berdebu, rumah tidak ada jendela, kebiasaan membuang air ludah dalam rumah. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu.
METODE Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. 1 Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi sejumlah 30 responden penderita TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu. Pengolahan dan analisis data menggunakan 6 korelasi Spearman rank .
HASIL PENELITIAN 1. Gambaran karakteristik Responden Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penderita TB di Puskesmas Atapupu KabupatenBelu No. 1
2
Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA DIPLOMA/SARJANA Total
Frekuensi (f)
(%)
15 15 30 17 8 4 1 0 30
50 50 100 56,7 26,7 13,3 3,3 0,0 100
3
4
Umur 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun >55tahun Total Pekerjaan Petani Nelayan PNS/Karyawan Total
7 0 5
23,3 0,0 16,7
18 30
60 100 29 0
96,7 0,0
1
3,3 100
30
Sumber: Data Penelitian Terolah, 2013 Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil bahwa penderita TB di Puskesmas Atapupu menurut jenis kelamin frekuensinya sama dan tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Karakteristik pendidikan mayoritas responden yang tidak sekolah sebesar 56,7%. Karakteristik umur responden mayoritas berusia diatas 55 tahun yaitu sebesar 60%. Pekerjaan responden mayoritas adalah petani yaitu sebanyak 29 orang (96,7 %). 2. Pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB Tabel 6 Pengetahuan Penderita TB tentang Pencegahan Penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu Pengetahuan penderita TB tentang pencegahan Frekuensi penularanTB Baik 6 Cukup 10 Kurang 14 Jumlah 30 Sumber: Data Penelitian Terolah, 2013
% 20,0 33,3 46,7 100
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil bahwa pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu dikategorikan kurang baik sebanyak 14 responden atau 46,7% dari total responden. 3. Perilaku pencegahan penularan TB Tabel 7 Perilaku Pencegahan Penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu Perilaku pencegahan penularan TB Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Penelitian Terolah, 2013
Frekuensi 6 8 16 30
% 20 27 53 100
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh hasil bahwa penderita TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu memiliki perilaku pencegahan penularan TB dengan kategori kurang baik sebanyak 16 responden atau 53% dari total responden.
4. Hubungan antara pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu Tabel 8 Hubungan Pengetahuan Penderita TB tentang Pencegahan Penularan TB dengan Perilaku Pencegahan Penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu Sifat Hubungan
Perilaku Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.944 **
Sangat Kuat
.000 30
Sumber: Data Penelitian Terolah, 2013 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui hasil analisis dengan menggunakan korelasi Spearman rho bahwa diperoleh nilai signifikan 0,00 < 0,05 dan berkorelasi positif yaitu 0,944.
PEMBAHASAN 1.
2.
Pengetahuan penderita tentang pencegahan penularan TB Dari Hasil analisis data penelitian pada Tabel 6, dapat diketahui persentase pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB menunjukkan bahwa pengetahuan penderita TB di Puskesmas Atapupu kurang baik dengan persentase 46,7% yang diukur menggunakan kuesioner penelitian. Hal ini terjadi karena mayoritas responden tidak sekolah dan berusia ≥55 tahun serta bekerja sebagai petani sehingga responden lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja dikebun dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendengarkan penyuluhan dari petugas kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: faktor dalam 5 (pendidikan, pekerjaan, umur) sedangkan faktor luar (lingkungan dan sosial budaya) . Perilaku pencegahan penularan TB Hasil analisis data penelitian pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa perilaku penderita TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu dalam rangka pencegahan penularan TB berkategori kurang baik dengan persentase 53% yang diukur menggunakan kuesioner penelitian. Hal ini disebabkan pengetahuan responden di Puskesmas Atapupu kurang baik sehingga mempengaruhi perilaku penderita dalam melakukan pencegahan penularan TB, kurangnya pemahaman responden untuk berubah, responden juga tidak mempunyai rencana dan tidak bersedia untuk merubah perilakunya sendiri sehingga meludah di sembarang tempat saat batuk, tidak menutup mulut menggunakan tissu atau kain saat batuk atau bersin, selain itu juga penderita tidak menyiapkan tempat pembuangan dahak di rumah, tidak perlu menjemur dan mencuci seprei setiap saat, serta pintu dan jendela juga tidak dibuka setiap hari. Perilaku pencegahan penularan TB di antaranya: tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut saat batuk atau bersin, memalingkan muka saat batuk atau bersin ketika berbicara dengan orang lain, menjemur semua peralatan tidur (kasur, bantal, selimut, kain), membakar tisu atau kain yang digunakan saat batuk atau bersin, imunisasi BCG pada bayi, mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur, semua alat makan dan minum yang digunakan penderita harus terpisah dan tidak
3.
boleh digunakan oleh orang lain, semua alat makan dan minum penderita harus di cuci dengan air panas, melarutkan dahak dengan sodium hipoklorit 1% untuk membunuh bakteri dengan 3 cepat . Hubungan pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Spearman rho diketahui bahwa pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 dengan nilai korelasi 0,944. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu dengan hubungan sangat kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh penderita TB tentang pencegahan penularan TB maka semakin baik pula perilaku pencegahan penularan TB, sebaliknya semakin rendah pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB maka semakin rendah pula perilaku pencegahan penularan TB. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan perilaku seseorang terhadap objek tertentu, semakin banyak aspek positif dari objek diketahui, maka menimbulkan perilaku makin positif terhadap objek tersebut. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (perilaku), dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang 5 tidak didasari dengan pengetahuan .
KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB dengan perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu. 2. Pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu dengan kategori baik 20,0%, cukup 33,3%, kurang 46,7%. 3. Perilaku penderita TB dalam pencegahan penularan TB di Puskesmas Atapupu dengan kategori baik 20%, cukup 27%, kurang 53%.
SARAN 1. Puskesmas Atapupu Kabupaten Belu agar memberikan penyuluhan tentang pencegahan penularan TB dan perilaku pencegahan penularan TB dengan menggunakan media berupa gambar-gambar tentang pencegahan penularan TB. 2. Peneliti selanjutnya agar mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan penderita TB dengan perilaku pencegahan penularan TB.
RUJUKAN Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: CV Rineka Cipta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Nizar, M. (2010). Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: CV Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.