PEMETAAN POTENSI EKONOMI PADA SEKTOR USAHA TERNAK SAPI POTONG DI PULAU JAWA Rizki Irvani, Iman Murtono Soenhadji, Ph.D Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui provinsi di Pulau Jawa yang paling potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong dan Mengetahui pengaruh pengeluaran stok daging sapi, pemasukan stok daging sapi dan konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa. Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Jawa Timur dan Banten merupakan provinsi yang signifikan dan memiliki potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong karena angka signifikannya untuk masing-masing provinsi tersebut < dari 0,05. Untuk provinsi DKI Jakarta satu-satunya provinsi yang tidak signifikan dan tidak memiliki potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong karena angka signifikannya sebesar 0,817 > dari 0,05. Berdasarkan pada hasil perhitungan uji F, variabel pengeluaran stok daging (X1), pemasukan stok daging (X2) dan konsumsi daerah (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) (Y). Angka signifikannya sebesar 0,000 < dari 0,05 untuk masing-masing variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah. Namun berdasarkan pada hasil perhitungan uji t, dari ketiga variabel tersebut yang paling mempengaruhi adalah variabel pemasukan stok daging (X2) dan variabel konsumsi daerah (X3), yang mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap PDRB daerah (Y). Karena pemasukan stok daging angka signifikannya sebesar 0,014 < dari 0,05 untuk nilai thitungnya sebesar 2,709 dan konsumsi daerah angka signifikannya sebesar 0,004 < dari 0,05 untuk nilai t-hitungnya sebesar 3,272. Sedangkan variabel pengeluaran stok daging (X1) mempunyai pengaruh yang sama namun tidak signifikan, karena angka signifikannya sebesar 0,741 > dari 0,05 untuk nilai t-hitungnya sebesar 0,336. Variabel yang paling dominan adalah konsumsi daerah, hal ini ditunjukkan dari nilai beta yang lebih besar dari variabel lainnya yaitu sebesar 1,036. Kata Kunci : Konsumsi daerah, PDRB daerah (atas dasar harga berlaku), Pemasukan stok daging, Pengeluaran stok daging, Potensi Ekonomi.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
MAPPING THE POTENTIAL ECONOMIC SECTOR BUSINESS IN CATTLE LIVESTOCK IN JAVA ABSTRACT The purpose of this study was to determine the province on the island of Java, the most economic potential for the business of beef cattle and know the effect of spending on beef stock, beef stock income and regional consumption of regional GDP (at current prices) in Java. This study uses secondary data obtained from various relevant agencies like Central Bureau of Statistics and Directorate General of Animal Husbandry. The results of this study stated that. Province of West Java, Central Java, Yogyakarta Yogyakarta, East Java and Banten is a province and has significant economic potential for the business of beef cattle because of significant figures for each province
of 0.05. Based on the calculation result F test, meat stock expenditure variable (X1), intake of meat stock (X2) and local consumption (X3) has a significant influence on regional GDP (at current prices) (Y). Figures significance of 0.000 0.05 for values of t-count of 0.336. The most dominant variable is local consumption, this is indicated from the beta value greater than any other variable that is equal to 1.036. Keywords: Consumption of local, regional GDP (at current prices), import of meat stock, meat stock Expenditures, Economic Potential.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
PENDAHULUAN Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan daerah dibidang ekonomi yang salah satunya pada sektor peternakan sapi potong. Pembangunan peternakan sapi potong bertujuan untuk meningkatkan produksi daging sapi guna memenuhi kebutuhan pangan nasional, meningkatkan populasi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan taraf hidup, menciptakan lapangan pekerjaan dan mendukung swasembada pangan. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta mata pencaharian dan pekerjaan masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Menurut Sukirno (1994:10), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga atau pendapatan terus menerus bertambah. Sektor peternakan secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat telah merubah pola konsumsi masyarakat dari kuantitas (bahan pokok tinggi karbohidrat) menjadi kualitas (bahan pokok tinggi protein). Ini dapat dimengerti karena adanya peningkatan pendapatan yang mempengaruhi daya beli dan tingkat pendidikan serta kesadaran masyarakat akan makanan bergizi untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
peran yang penting di dalam kehidupan masyarakat. Sapi potong dapat di manfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, jeroan, kulit, tulang, pupuk kandang dan lain sebagainya. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Apakah Pulau Jawa merupakan provinsi yang paling potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong ? 2. Bagaimana pemetaan provinsi di Pulau Jawa yang paling potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong ? 3. Bagaimana pengaruh pengeluaran stok daging sapi, pemasukan stok daging sapi dan konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) di Pulau Jawa ?
TELAAH PUSTAKA 1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996:13). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. 3. Potensi Ekonomi Daging khususnya daging sapi potong merupakan sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan oleh konsumen. Indonesia sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan daging tersebut, sehingga sebagian dari kebutuhan masih harus di impor. Kondisi yang demikian mengisyaratkan peluang untuk pengembangan usaha budidaya ternak terutama sapi potong. Namun demikian, kenyataan menunjukkan hal lain, dimana masih banyak hambatan dan kendala yang harus dihadapi baik oleh peternak maupun pengusaha. Pulau Jawa merupakan kawasan potensial untuk pengembangan sapi potong, karena pulau ini memiliki potensi ketersediaan limbah pertanian sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ternak sapi potong. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pulau Jawa disamping sebagai lumbung pertanian juga sekaligus sebagai lumbung ternak nasional. Hal inilah yang menjadikan usaha Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
pengembangan ternak sapi potong dapat berkembang. Dengan demikian akan dapat memberikan peluang usaha, lapangan pekerjaan dan dapat memberikan tambahan pendapatan sebagian masyarakat di pedesaan yang mengusahakannya. 4. Kajian Penelitian Sejenis Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh Surya Amri Siregar (2009). judul “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat”. Dari hasil analisis didapatkan hasil uji hipotesis pertama bahwa variabel skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak dan jumlah tenaga kerja secara simultan atau bersama-sama berpengaruh nyata pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa faktor skala usaha (jumlah ternak sapi) secara parsial berpengaruh signifikan dan dominan terhadap pendapatan peternak sapi potong. Mujiyanto (2001) judul “Analisis Permintaan Daging Sapi Di Kota Manokwari”. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa faktor harga daging sapi, harga barang substitusi, harga barang komplementer, tingkat pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh secara bersama-sama terhadap permintaan daging sapi di kota manokwari. Secara parsial harga telur, harga tahu, harga tempe, harga barang komplementer, tingkat pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan daging sapi di kota manokwari sedangkan harga daging sapi dan harga ikan memberikan pengaruh yang negatife terhadap permintaan daging sapi di kota manokwari. Rony Istanto (2009) judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali”. Dari hasil analisis didapatkan hasil uji hipotesis pertama bahwa variabel makanan tambahan, ongkos setiap bulan, penggunaan air dan ketinggian tempat secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi produksi susu sapi perah dapat diterima atau teruji. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa faktor makanan tambahan secara parsial berpengaruh signifikan dan dominan terhadap produksi susu sapi perah.
METODE PENELITIAN Obyek yang dimaksud adalah provinsi yang paling potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong di Pulau Jawa. Untuk menentukan daerah penelitian digunakan cara purposive yaitu memilih daerah dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut obyek yang menarik untuk diteliti karena Pulau Jawa merupakan daerah yang menghasilkan produksi daging sapi terbanyak di Indonesia dan memiliki populasi ternak serta jumlah peternak yang banyak. Data yang di peroleh dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Peternakan (ditjennak). Pada penelitian ini data sekunder dipakai untuk mengetahui data produksi daging sapi, konsumsi daerah, PDRB menurut provinsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
populasi sapi potong, pengeluaran stok daging sapi dan pemasukan stok daging sapi di Pulau Jawa tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 (data terbaru). Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka dan internet. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linier Berganda, Analisis Korelasi Ganda (R), Analisis Determinasi (R2), Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (uji F) dan Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (uji t).
PEMBAHASAN Hasil Analisis Menggunakan Regresi Linier Berganda Berikut hasil Analisis Korelasi Ganda Tabel 1. Hasil Analisis Korelasi Ganda Model Summary
Model 1 2 3
R ,984a ,983b ,983c
R Square ,967 ,967 ,967
Adjusted R Square ,951 ,953 ,955
Std. Error of the Estimate 4986483426 4860898218 4753211725
a. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, D1, konsumsi daerah, D4 b. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4 c. Predictors: (Constant), D6, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4
Berdasarkan Tabel 1. Model Summary di atas dapat diketahui bahwa : a. Terdapat hubungan antara variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah dengan variabel PDRB daerah (atas dasar harga berlaku), yaitu sebesar 0,984 (R pada tabel Model Summary). Hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent sangat kuat dan searah. Artinya jika pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah ditingkatkan maka PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) akan meningkat. Prov. Banten, pengeluaran stok daging, prov. Jateng, prov. Jabar, pemasukan stok daging, prov. Jatim, prov. DKI Jakarta, konsumsi daerah, prov. DI Yogyakarta. b. Terdapat hubungan antara variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah dengan variabel PDRB daerah (atas dasar harga berlaku), yaitu sebesar 0,983 (R pada tabel Model Summary). Hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent sangat kuat dan searah. Artinya jika pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
ditingkatkan maka PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) akan meningkat. Prov. Banten, pengeluaran stok daging, prov. Jateng, prov. Jabar, pemasukan stok daging, prov. Jatim, konsumsi daerah, prov. DI Yogyakarta. c. Terdapat hubungan antara variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah dengan variabel PDRB daerah (atas dasar harga berlaku), yaitu sebesar 0,983 (R pada tabel Model Summary). Hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent sangat kuat dan searah. Artinya jika pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah ditingkatkan maka PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) akan meningkat. Prov. Banten, prov. Jateng, prov. Jabar, pemasukan stok daging, prov. Jatim, konsumsi daerah, prov. DI Yogyakarta. Analisis Korelasi Bivariate Pearson Berikut hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Tabel 2. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Correlations Pdrb daerah (harga berlaku) pdrb daerah (harga Pearson Correlation 1,000 berlaku) Sig. (2-tailed) , N 28 pengeluaran stok Pearson Correlation ,125 daging Sig. (2-tailed) ,525 N 28 pemasukan stok Pearson Correlation ,460* daging Sig. (2-tailed) ,014 N 28 konsumsi daerah Pearson Correlation ,410* Sig. (2-tailed) ,030 N 28 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pengeluaran stok daging ,125 ,525 28 1,000 , 28 ,203 ,301 28 ,176 ,370 28
Pemasukan stok daging
Konsumsi daerah
,460* ,014 28 ,203 ,301 28 1,000 , 28 -,249 ,202 28
Berdasarkan Tabel 2. Correlations di atas menunjukkan bahwa pemasukan stok daging dan konsumsi daerah angka probabilitasnya < dari 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan dengan PDRB daerah (harga berlaku), sedangkan pengeluaran stok daging angka probabilitasnya > dari 0.05 maka terdapat hubungan yang tidak signifikan dengan PDRB daerah (harga berlaku).
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
,410* ,030 28 ,176 ,370 28 -,249 ,202 28 1,000 , 28
Analisis Determinasi (R2) Berikut hasil Analisis Determinasi (R2) Tabel 3. Hasil Analisis Determinasi Model Summary
Model 1 2 3
R
R Square ,967 ,967 ,967
,984a ,983b ,983c
Adjusted R Square ,951 ,953 ,955
Std. Error of the Estimate 4986483426 4860898218 4753211725
a. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, D1, konsumsi daerah, D4 b. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4 c. Predictors: (Constant), D6, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4
Untuk menguji apakah pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah mempengaruhi PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Dalam hal ini menggunakan angka R Square atau disebut dengan Koefisien Determinasi. Berdasarkan Tabel 3. Model Summary di atas besarnya angka koefisien determinasi adalah 0.967 atau sama dengan 96,7%. Artinya bahwa, besarnya pengaruh pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) 96,7% dan sisanya 3,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi tersebut. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Berikut ini adalah hasil uji F : Tabel 4. Hasil Uji F
Model 1
2
Regression Residual Total Regression Residual Total
Sum of Squares 1.3E+022 4.5E+020 1.4E+022 1.3E+022 4.5E+020 1.4E+022
ANOVAd df Mean Square 9 18 27 8 19 27
F
Sig.
1.472E+021 2.487E+019
59,205
,000a
1.656E+021 2.363E+019
70,084
,000b
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
3
Regression Residual Total
1.3E+022 4.5E+020 1.4E+022
7 20 27
1.892E+021 2.259E+019
83,748
,000c
a. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, D1, konsumsi daerah, D4 b. Predictors: (Constant), D6, pengeluaran stok daging, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4 c. Predictors: (Constant), D6, D3, D2, pemasukan stok daging, D5, konsumsi daerah, D4 d. Dependent Variable: pdrb daerah (harga berlaku)
Berdasarkan Tabel 4. ANOVAd di atas, pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi (Sig). Berdasarkan pada hasil perhitungan, diperoleh angka signifikansi sebesar 0.000 (Tabel ANOVA). Angka 0.000 < dari 0.05. Dengan demikian H0 ditolak, dan menerima H1, artinya terdapat hubungan linier antara variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah secara bersama-sama terhadap variabel PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) atau ada pengaruh yang signifikan antara variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah secara bersama-sama terhadap variabel PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Maka model regresi tersebut sudah benar dan layak.
Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Berikut ini adalah hasil uji t : Tabel 5. Hasil Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) pengeluaran stok daging pemasukan stok daging konsumsi daerah D1 D2 D3 D4 D5 D6
Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.7E+010 5.2E+009 162122.88 482204.45 112083.00 41374,681 22536,117 6886,812 6.2E+009 -1E+009 1.1E+010 -4E+010 -4E+010 5.6E+009 -6E+010 2.1E+010 -3E+010 5.6E+099 -5E+010 6.6E+009
Standardized Coefficients Beta ,016 ,218 1,036 -,023 -,697 -,653 -,915 -,461 -,788
t 7,198 ,336 2,709 3,272 -,235 -3,942 -7,378 -2,741 -5,163 -7,575
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
Sig. ,000 ,741 ,014 ,004 ,817 ,001 ,000 ,013 ,000 ,000
2
(Constant) 3.7E+010 3.9E+009 pengeluaran stok daging 165242.51 469881.24 pemasukan stok daging 118854.71 28890,947 konsumsi daerah 21814,352 6005,948 7.3E+009 D2 -4E+010 3.5E+009 D3 -4E+010 1.6E+010 D4 -5E+010 4.2E+009 D5 -3E+010 3.5E+009 D6 -5E+010 3 (Constant) 3.7E+010 3.7E+009 pemasukan stok daging 120670.00 27796,324 konsumsi daerah 21489,603 5803,059 7.0E+009 D2 -4E+010 3.5E+009 D3 -4E+010 1.5E+010 D4 -5E+010 4.1E+009 D5 -3E+010 3.4E+009 D6 -5E+010 a. Dependent Variable: pdrb daerah (harga berlaku)
,016 ,232 1,002 -,666 -,637 -,867 -,448 -,768 ,235 ,987 -,660 -,636 -,848 -,450 -,764
9,468 ,352 4,114 3,632 -5,779 -11,365 -3,381 -6,721 -13,861 9,854 4,341 3,703 -5,924 -11,634 -3,461 -6,968 -14,377
Koefisien regresi : bahwa persamaan regresi untuk pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) yaitu : Berdasarkan Tabel 5. Coefficientsa diatas, Model 1 Y = 162122.88 X1 + 112083.00 X2 + 22536,117 X3 • Koefisien regresi 162122.88 (X1) menyatakan bahwa setiap penambahan 1 pengeluaran stok daging maka akan meningkatkan PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) sebesar 162,122.88 per tahun. • Koefisien regresi 112083.00 (X2) menyatakan bahwa setiap penambahan 1 pemasukan stok daging maka akan meningkatkan PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) sebesar 112,083.00 per tahun. • Koefisien regresi 22536,117 (X3) menyatakan bahwa setiap penambahan 1 konsumsi daerah maka akan meningkatkan PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) sebesar 22,536,117 per tahun. • Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel independent Hipotesis: H0 = Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan H1 = Secara parsial ada pengaruh signifikan Berdasarkan probabilitas Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Secara parsial nilai t-hitung pengeluaran stok daging sebesar 0,336 dan probabilitas pengeluaran stok daging 0,741 > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
,000 ,729 ,001 ,002 ,000 ,000 ,003 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000
parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengeluaran stok daging terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Secara parsial nilai t-hitung pemasukan stok daging sebesar 2,709 dan probabilitas pemasukan stok daging 0,014 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara pemasukan stok daging terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Secara parsial nilai t-hitung konsumsi daerah sebesar 3,272 dan probabilitas konsumsi daerah 0,004 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Model 3 Y = 120670.00 X2 + 21489,603 X3 • • •
Koefisien regresi 120670.00 (X2) menyatakan bahwa setiap penambahan 1 pemasukan stok daging maka akan meningkatkan PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) sebesar 120,670.00 per tahun. Koefisien regresi 21489,603 (X3) menyatakan bahwa setiap penambahan 1 konsumsi daerah maka akan meningkatkan PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) sebesar 21,489,603 per tahun. Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel independent Hipotesis: H0 = Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan H1 = Secara parsial ada pengaruh signifikan Berdasarkan probabilitas Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Secara parsial nilai t-hitung pemasukan stok daging sebesar 4,341 dan probabilitas pemasukan stok daging 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara pemasukan stok daging terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku). Secara parsial nilai t-hitung konsumsi daerah sebesar 3,703 dan Probabilitas konsumsi daerah 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara konsumsi daerah terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku).
SIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Hasil penelitian Pemetaan Potensi Ekonomi Pada Sektor Usaha Ternak Sapi Potong Di Pulau Jawa dapat disimpulkan sebagai berikut : Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Jawa Timur dan Banten merupakan provinsi yang signifikan dan memiliki potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong karena angka signifikannya untuk masing-masing provinsi tersebut < dari 0,05. Untuk provinsi DKI Jakarta satu-satunya provinsi yang tidak Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
signifikan dan tidak memiliki potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong karena angka signifikannya sebesar 0,817 > dari 0,05. Berdasarkan pada hasil perhitungan uji F, variabel pengeluaran stok daging (X1), pemasukan stok daging (X2) dan konsumsi daerah (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB daerah (atas dasar harga berlaku) (Y). Angka signifikannya sebesar 0,000 < dari 0,05 untuk masing-masing variabel pengeluaran stok daging, pemasukan stok daging dan konsumsi daerah. Namun berdasarkan pada hasil perhitungan uji t, dari ketiga variabel tersebut yang paling mempengaruhi adalah variabel pemasukan stok daging (X2) dan variabel konsumsi daerah (X3), yang mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap PDRB daerah (Y). Karena pemasukan stok daging angka signifikannya sebesar 0,014 < dari 0,05 untuk nilai thitungnya sebesar 2,709 dan konsumsi daerah angka signifikannya sebesar 0,004 < dari 0,05 untuk nilai t-hitungnya sebesar 3,272. Sedangkan variabel pengeluaran stok daging (X1) mempunyai pengaruh yang sama namun tidak signifikan, karena angka signifikannya sebesar 0,741 > dari 0,05 untuk nilai t-hitungnya sebesar 0,336. Variabel yang paling dominan adalah konsumsi daerah, hal ini ditunjukkan dari nilai beta yang lebih besar dari variabel lainnya yaitu sebesar 1,036. Implikasi Penelitian ini lebih banyak mengandalkan data sekunder dengan segala keterbatasannya. Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk Pemerintah Kendala utama yang ada yaitu masalah permodalan dan bibit sapi potong, maka untuk itu pemerintah sebaiknya memberikan pinjaman kepada para peternak dan mendukung penuh para peternak dalam meningkatkan populasi sapi potong. Karena konsumsi akan daging sapi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan penyuluhan atau seminar kepada peternak tentang cara beternak yang benar dan efektif, serta cara penanggulangan atau pencegahan penyakit pada hewan ternak. Pemerintah juga harus meningkatkan sektor pertanian untuk menyediakan kebutuhan pakan ternak dari limbah pertanian. Agar terwujudnya swasembada pangan dan tidak lagi ketergantungan pada impor pangan baik berupa beras maupun sapi potong. 2. Untuk Peternak Untuk lebih meningkatkan populasi ternak di daerah yang potensial secara ekonomi untuk usaha ternak sapi potong. Agar dapat meningkatkan taraf perekonomian dan kesejahteraan masyarakat disekitar pada umumnya serta keluarga pada khususnya. Selain itu, menjadikan provinsi yang berpotensial tersebut sebagai swasembada pangan.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
DAFTAR PUSTAKA Adnyana, MO., dkk. 1996. Prospek dan Kendala Agribisnis Peternakan Dalam Era Perdagangan Pasar Bebas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta. Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2002. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), BPS, Jakarta. 2005. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi, BPS, Jakarta. 2008. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2005-2008, BPS, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 2005-2009. Statistik Petrnakan, Departemen Pertanian, Jakarta. Djarwanto, Ps dan Pangestu Subagyo. 1996. Statistik Induktif, BPFE UGM, Yogyakarta. Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional, Terjemahan Paul Sitohang. LPFEUI, Jakarta. Hutabarat, B., dkk. 1998. Potensi dan Peluang Pemanfaatan Sumber-Sumber Pertumbuhan Produksi Pertanian Unggulan Di Kalimantan, Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Ilham, N., dkk. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Jamal, E. 1994. Analisis Pemasaran Sapi Potong di Provinsi Bali. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol.12 No.1, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Key, R. D. dan Edward, W. M. 1994. Farm Management, Mc. Graw-Hill. Inc, Third Edition, Singapore. Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Parakkasi, A. 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia, UI – Press, Jakarta. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS, Mediakom, Yogyakarta. Santosa, Undang. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet, Penebar Swadaya, Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey, LP3ES, Edisi Revisi, Jakarta. Soekartawi, A., dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil, UI – Press, Jakarta. (c), 1995. Analisis Usahatani, Universitas Indonesia, Jakarta. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854
Soepono, Prasetyo. 2000. Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hiterland dari Central Place: Satu Kajian Teoritik, Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. Hal 414-423, UGM, Yogyakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika, Tarsito, Bandung. Sugeng, Y. B. 2000. Sapi Potong, Penebar Swadaya, Jakarta. Sugiono. 2002. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung. 2003. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT raja Grafindo Persada, Jakarta. 1996. Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan), Salemba Empat, Bandung. Suyatno. 2000. Analisa Econimic Base terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2. Hal. 144159, UMS, Surakarta. Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi, Bharata Karya Aksara, Jakarta. Winarso, B. Rosmiyati Sajuti dan Chaerul Muslim. 2005. Tinjauan Ekonomi Ternak Sapi Potong Di Jawa Timur. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 23 No. 1. Hal. 61-71, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi . Universitas Gunadarma (2010) 10206854