2.3
Konsep Konsenrasi dan Pengeblaan Kawasan Pesisir
miatan kmservas~,menurut Saedhama (1998) adalah usaha untuk
manyisakan kantong-kantong wilayah alami yang dapat mawakili bart3agai macam ekosistem yaw representatif yang mamenuhi sprat untuk dikelola sebagai kawasan k o m a s i aIarni &lam
barbagai twntuk Konservasi
okosistsrn wiiayah pesisir rneiiputi (tiga) sastaran, yaitu .
a.
Menjamin terpeliharanya prases ekalgis wiiayah pesisir yang menunjaw sistern penyangga kwdupan bagi kelangsungan pernbangunan den
kesajahteraan manusia (perlindungan sistam penyangga kahidupan) b.
Menjamin tspeiiharanya keanekaragarnan sumber genetik dan tiptige ekosistemnya,
sehingga
dapat
menunjang
pembangunan,
iimu
pengatahan dan teknologi untuk pemenuhan kebutuhan rnanusia yang
menggunakan akusistem di suatu wrlayah bagr kesejahtetaan fp~sngawetan
s u m h plasma nutfah). c.
Mengenddikan care-cam pemanfaatan wilayah psisir sehingga terjamin
kelestariannya (petmanfaatansecara festari) Oengan demikian tujuan konservasi &asistern wilayah pssisir pada
dasamya adalah mtuk mergelola sebagian dari kekayaan alam danqan pendekatan ekobgis gum memenuhi kesejahtwaan rnasyamkat
lest$&,
d m tmdimy8 sarana bagi pangembangan pendidifcan, pen~titian,pEwiwisata
dan budaya. Kawsan pesisir menrpakan kawasan yang memilikl karakteristlk yang unik
dan kompleks. Kmpleksitas ditunjukkan oleh kaberadaan bsftx3gai pmgguna dan berbagai entitas pangelala kawasan yang mempunyai kepsntingan dan cara
pandang yang berbeda r n e n p a i pernanfatran dan pngsblaan sumbercfaya dl
kawasan pesisir. Dengan mrnpertimbangkan karaktcaristik tamebut, maka
muncul suatu kansep pengelolaan sumhrdaya pasisit terpadu (Intqmied CmsfaIZone ManagemniV ELM). lCZM adalah pengeldaan surnbedap aiam dan jasajasa lingkungan png brdapat d h w a m pesisir de-n
cara
mhkulran pmiletian menyduruh fentang kswasan pesisrr dan swntwrdaya atam
dan jasa-jasa lingkungan yang tampat di datarnnya, rnenantukan tujwn dan
wswm pmaslfaatara wlanjutnya metencanairan serta mngslola segrrraap kegiatan pemanlaatannya guna mncapai pernbangunan yang optimal dan
hrkelanjutan {Dahuri &&. l.1996). Penclflkatan pengelolaan sumberdaya pesisir swam terpadu mwpakan suatu psndekatan yang melibatkan dua atau bbih skosistem, surnberdaya dan
kegiatan pemanfaatan secara terpadu. Keterpaduan rneliputi tiga ckmensi, yaitu dimnsi sektoral, ireitmuan dan ketarkaitanekologis. Ketepaduan sehtoral dapat
dipandang ssbagai kesdaan dirnana proses kcwrdinasi tugas, wewenang dan
4anggunEXfwab antar s e ! d ~atau instand penwintah pada tingkat teftmtu (hudxuntal integration) dsan pada ssmua tingkat pemerintahan sefak dad tingkwt
dew hingga tingkat pusat (veFtdcaI integration) dijaIankan secara terpadu. Ksterpaduan ksilrnuan dlartikan sebagai keterpaduan dalam sudut pendang
pengelohan W a s a n pesisir yang dilaksanaican atas dasar pendekatan interdisiplh Mu (interdisciP,ilinary appmcfms) yaw mdibatkan bid-
&nu
ekologf, ekanomi, tebik, wsio1ogi, hutarm dm satragainya yang relevan. Pendekatan interdmlplin #mu didasari kenyataan tashwa wllayah pedsir pacia dasamya terdiri dad slstem aosiai dan sisEwn abrn yang tarjalm s e a m bmpleks
dan dinamis. Mengingal ekosistern yaw menyusun kawasan pesisir adaiah sangat beragam (mulai dad tafumtxr keirmg, mangrove, estuarla, Pmtai, dan binnya) make ketMkatEin ekologis
pengalolaansewm terpadu.
hams rnandapat perhatian dalarn
2.2 Pangelolaan Surnbardaya Posislr Berl3asta Masyarakat, W
n
d Pengalelaan ~ Sumberdaya Alam dritpat dilakukan melalui dua
jalan yatkr psndekatan berbasis masyarakat (mmunf&rbased) dan pendekatan berbasis pmrirrtah (gavemental appmxhes). W u s pendekatan hi m % k 4
kebbihan dan kekumngan, sehingga pemilihan pmdakatan yang kurang tepat dalam pengelohan suatu kawasan pesisir dan lautan aka# dapa b m k i k fatal
h g i kelestarian sumberdaya alem yang hrsangkutsan maupun terhadap pencapIan kesejahtemn masyarakat lokal. Pangelolaan #umberday# berbsrsis
masyarakat (Community Based
Resourn
Management) olsh Carter (1996)
didefinisikan sebagai suEatu stmtegi untuk mencapai pmbangunan yang
batpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan rnenganai pernanfaatan sumberdaya secara krkelanjutan di suatu d a m h berada di
tangan organisasi dl dalam rnasyarakat di daerah tersebut. Pengelalaan sistem ini melihtkan masyamlcat lokal
semra aktif sejak proses pe-,
pelaksanaan deul pemanfeatan hasif4aslnya. M a m hal hi masyarakat dibri kasampatan dan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya alam yang mapjadi miliknya. Damikian pula kebutuhan, tujuan, aspimi, maupun keputusan
untuk kasajaMeraannya atan dimmuskan aendiri sasuai kehxltuhannya, dan Mmpjr tidsk a& camput t-n
j~mrlntah.
Nkijuluw (zQU2) rnemandang h h w 8 pengeiolwn aumberdaya
abm
bemsfs msyarakat rneteWkan pengatahuan cfern kessdartnn Ingkungan msyarakat lokal s-i
dasar p q p b h m y d t , di mana mereka memitiki akw
budaya yang kuat dan tarkait dsngan kepercayaannya (digion). Oafam penmian ini mka kelembagaan sasi di masyambt Malutcu d#n sistem wba&
maupun banjar pacia masyarakat BaIi tergolang sebagai pangelolaan sumberdaya ahm behasis masysmkat.
Mad& p%ngddaan surnbgldaya alam bsrbasls mssyarakat ( C m u n i t y
&w&Mwagem~tJkmyataamtya tidak dapat sepenuhnya
bertrPrsit (PKSPL
IPB 1098). Tanpa keterlibetan pernen'M8h cfabrn implemantmsinya tmytlts
terjadi banyak ketimpangan Dapat dimengerti bmna masysrakat datam
bebrapa ha! rnasitr sangat banyak kehtrangan, bnrtama dad segi tingbt
pendldikan, kesadamn ekan pentiwnya lingkunpn, keuanganlpdatan dan wbagainya.
Kmm itulah m k a dicari altemtif p W & a h n yang mampu
rnengakomodlr bsrbagai kepentingan dalam pengelalpran sumberdaya sfam
disabut pendekatan Coopemfive Management (Cu-Management). Pornomy and Williams (1994) menganggap Co-Management set>agai pembgBian tanggurtg
jawab dan wewnang antara psmerintah dan pengguna sumberdaya alam !aka1 {masymkat) dalarn pangelolaan sumberdaya alam. Konsep Comanagement digambarkan sabagai jembatan penghubung antara psmarintah dan rnasyarakat dssa pantai daiarn rnengelola sumberdaya pasisir den lautan.
Dalam Co-
Management k e d pthak, ~ pemefitatr dan masymkat, d h i m g k a n s m g g a memungkktkan terjadinya interaksi. Pemtdrintah diparanican sabagai pernggafig
kebfakan dan rnaqamkat =bag4
subjek pengelohan swrlberdaya a b
tersebut, diantara keduanya ada komunikasi clan kerjasama dalarn proses
pmncftnaan pngglolaan hingga evalussi. Dalam pendekatan Co&!ansgmnt dikwlal adanya hierrirki pfnngeldsan
sumberdaya elam, dimam urrtuk pengelohan berbasia pemrintah Mrarici t-ggi
&&ah
hanya msmberikan informasi k a p f a msysrakat dan
salanjutnya dilakukan oteh pemerintah. Sedangkan pad@pengsldaan berbasis masyarakat, hbmM itertinggi adatah kontrol M a t dad masyamat dan koordinasi antar daerah yang dlakukan OW rnasyarakst itu sendid. Antam kedua M
I
taratas dari k d u a pendekahn terclapat tatanan kegMan yang msnunjukkan
tingkai koiabwsi antam pernerintah dan masyarakat (PKSPL IPB 1990).
sosial budaya lokasi. Namun darnikian &a iwiikator yang dapaf &@maltan
rumusan PKSPL IPB (1 998) yang dkaskan pada tabel 2.1.
--
Pendiskan
rnenaikuti aeMidikan -,
Kesadaran rnasyarakat
I
Msningkatnya kesadawn dan tang6)ungjxwabrnasyarakat datarn
I
masyarakat
II
rnenjagtn dan mernslihara SOA
KreativHas dan f Wltmingkatnya Wrrtukk=
Prosram
bmgan klhmaslssebefum irqtiatm Oengan metihat kirams hidup masyamkat datam memenuhi balk kebutuhan primer rnaupun sekunder. Psmndhgan jurnlah miatif blusan dsri wndidikan formal rnauaun informal Semakin befkumngnya tregiatankeglatan yang Imdfat rnerusak dan sebaliknya sarnakin ba-nyaknys kegiatsn-kwhtan yang menunjeng
pelakaanaan pengeb~aan
dan
--I
I rn-m f Jumtah Matif dwi v&& pemanfamn
1
1 T%mntuknva~ r ~ m r n - ~ m r e mEfislsnal dan lntansRas dad m r a m -
hendaknya tidak dipandang sebagai strategi tunggat dalam mmyebsaikan
yang sescrai untutc situzlsi dsn lokasi brtentu. Pensrapan Co-management yang
1
baik dan barbasil memsdukan waMu, biaya dan
upaya b~at.tun-tahun. Ada
dehpm lcunci kmksesm model Co-managemant yakni: (1) B a ~ ~ 8 s kawasan yang @lets terdeflnisi, (2) Kejetasan keanggoiaan, (30 KetMkatan
datarn kdompok, (4) Manfaat h a m lsbih beard& Maya, (5)Pen@&aan yang)
se-ana,
(6) Ketjasama dan kepemimpinan dalam masyarakat, (7)
Desentrelisasi dan psndelegasiasnn wewmng, dan (8) Koordinasi antara
pemarintah dengm myarakat
2.3 Pernberdayaan Masyarakat Lokal Menurut Matyunani (7 9991, pamberdayaan masyarakat iokal merupakan
hasii kerja dari proses dialaktika baik di tingkat ideologis maupun prams, tidak hanya sebatas pada lingkup ekanorni namun juga secara politis, xhingga rnasyarakacat mrniIiki pasisi tawar yang lebih baik. Di tingkat ideologis, model
pembrdayaan merugakan hasil diakktika antara konsep top-down dan bottom-
up,maupun antara g M I , stmfegy cfan popbxntersd strategy. Pada tataran praktis dialeMika tejadi dari partwangan antar atommi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Chamber (1995) batrwa paradigma barn pembangunan haw W i h bemifat peoplwnfered, participatory, empowering and srrstaina#%. Karena itu
pub Chambers (1945) beranggapan baWa pmberctayaan rnasyarakat bkal diiujukaf~p d a dua sasaran, ystikr (1) rnalepaskan klenggu kerniskinan dan
ketw%elakangan (2) marnpaFkuat posisi lapisan masyarakat lokal dalarn struktur kekuasaan. K a m itu pemberdayaan merupakan proses dm praktek untuk
mnjadikan manusia sebagal dirinya ssndki dengan msnanamkan kssadam, kcsfemrnpitan dan kemampuan sehinggs mernperoletr kekuafan rtfl yang d a p t
digunabn sews afftktif melakukan pembahan. hnsep pambarrtayaan maayafakat bka! dapat dibangm mhlui
peninwan kemampuan rnasyarrtkat tokal berpmdapatan rendah untuk dapat
mngakses terhadap kegiatan akonmi. PWngkatm kemampuan (day@
masyamkat bkal dbmhkan pads sumber y m g dapat mengkwiihan daya
(Puwer) yaifu kakayraan, status sosia t, pdidikan, penguasaan infwmasi den ketmpilan. Untuk itu paling tidak h a w adn pemikan: ( I ) akses fwhadap
sumberdaya (2) akses tmadap tefmotogi dengan mra atau #I& yang Iebih baik dan iebih efisian, {3) akses terhactap pasar dan (4)
akses tadwdap pendanaan
(Ham 1998 ck'kutlp dalam P u m m a t i 2001). Model pernberdsyaan mrasyarakat lokal dahm konteks pernbangunan
hrkdanjutan berpendirian tidak menjadaan masymkat lokd sebagi &jek berbagai proyek pembangunan miainkan sebagai subjek pemkngunan itu sendiri. Bert,agai kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan rakyat tidak berarti mewhambat
upaya mempsrtahankan #tau meningkatkan perturnbuhan
ekonorni yang tinggi. DiyaWni batrwa kebijaksanaan tarssbut akan bartangsung
secara berkelanjutan dsnlarn jangka panjang jika surnber utarnanya bsmsal dad pnguatan skonomi rakyat (Surnodlningrat 1997).
Dalarn konteks pernhdayaan masyamkat pesisir, Kusurnastanta (2002) rnerekornendasikan model yang pertu dikernbangkan yaitu pembrdayaan
masyarakat y a q brorientasi pa& pangambangan ekonomi rnasyarakat iokal ( I W economic development) namun terkait dangan pasar dan sektor skmomi lalnnya ~ M n g g aterjadi perluwm Mivita8 e k m l . Bwtuk pemberclayaan ini
merniikl karakterfstik entara lain: (i) orienteei kebutuhan (need orient@ artlnya model ysng h e m tiiterapkan didasarkan pad# kebututaan suatu ketornpok
mesyamkat pesisir, (ii) prakafsa loketl (local iniwativbs) artinya bentuk pamberctayaan
hams
Wrcjasarkan
pmkarsa
masyamkat
lakal;
pengembangan wmberdaya bkal (low # s o u r n Mfbaik ~
#lam rnaupun sumberdaya manusia yaw
~
(iii)
a
ketrarnpilan dan budaya, artinya
WmtPerdayaan hams dliakukan dalarn rangka pengembangan kapasiteis
y
a
pemngsn dan lembaga swta beys bisnis kelompok mesyarakst pesisir, dan f iv) kelestarian dan keberlanjutan lifighungm (sustainable and
envimnmnfal
fMndFyI. Madaf ini akan rnengfiinderi kekayaan sumbrdaya alam p n g dimiliki
ssk&ofqsk )redl masyarakat
masyamkat hanya diM8atiran rn-ya
yang mmilitci modal dm Irepandaiian feMh hat dari masyarakat: (kwtgtmrasi) dan mmaflnalkan kalumpok masyamhat lainnya yang lernah.
Wuk
mmperinral pembardayaan
myarakat
Wardoyo
(1992)
mamandang dipeFlukan agen pembangunan yang merniliki peran sshgai
katallsatar, pernberi pmecahan, pembam proses pengubahm, penyebaran inovasi dan sebagai penghubung dengan sumbr-sumber yang dipariukan.
MelaIui agsn prnbangunan ini diharapkan dapat dikerntwngkan model pemberdayaan (seif propdling growth).
2.4 KarrtktRrisDk Mrrsyarakat Pesisir Wfasymhat pespasisir memitihi karMwis#ik t&entu yang khss a&
unik.
Masyarakat padsir Mrdaaarkan hubungan, adaptasi dan gsrnahaman terhadap
daermp menumf Pwba .ef a/ (2002) &pat W k a n m j a d i tie Qxya& :
peiama, masyarakat parairan yaitu kasatuan sosial yang hidup dari sumberdaya perairan, cendanmg. ternsing daFi kontak dengan rnasyarakat iain, lebitr banyak
Mdup di HRgkungm perairan d-ada
di darat,
ah dari
satu
terffoFist perairan fefsnfu. Golongan ini candanrng egalifer dan rnengerornpok
&lam
kskeratrplm satingkat Man Wl. WUQ, w y ~ r a b nelayan, t gdmgan
hi umumnys s u m f w m h sews Map di cfasrati y m g mudah mengalmi
kontak dengan masyarakat lain, sistem ekonominya bukrsn lclgi subsisten tetapi suciah )re sistem perdagangan yaHu
&sit tidak dikonsumsi sendiri namun sudah
distrihsikan riengan i m h l ekonomis &pacia pifiak law. Meski memanfaatken
sumbsrdaya perairan, namun kehidupan sosiainya bbh banyak ciihabiskan di
dam. K m a , msyarakat pssisir tradisianal. Memka brdiarn dekat perairan laut,
tetap! sedikit W a k rnenggantmgkm hidupnya dad taut. Memka kebanyakan hidup dari pemanfaatan sumiwrdaya di daratan sebagai Wani, psrnburu atau
peramu. Pengatahurn tentang tinghcungan d m Iabih mendominasi daripada
pengetahuEln tantang lautan. Satria (2002) telah mengidentiikasi masyarakat psisir yaw hidup di d m a h terpencil, ssperti mmasyarakat pulau kecil atau dasa tarperrcil seperti Segara Anakan yeng merniiiki beberepa ciri sebagai berikut:
Mmpunyai identitas yang )Fhas (disinctivenessj, TerdH dari jumfah penduduk yang cukup tarbatas ((smaIIness)sehingga masih saling mengenal sebagai individu yang berkepribadian,
Bersifert sersgam dangan dif~rensiasiterbatas {homogenity),
Ksbutuhan hidupnya sangat terbatas sehingga sernua dapat dipatruhi sendiri tanpa tergantung peda pasar di luar (ail p v i d i n g self sufficiency). Ada kelompok masyarakat peslsir p n g lain yaitu rnaayarakat petamhk
Petamt3etk memiliki kesejahtman ralatlf febih baik cfaripada kelompok
masyarakat Wsisir yang iain karma memiiiki kasernpatsn rnempsmleh hadl dad budidaya perikanan yang bernilai ekonornis tinggi seperti udang, sshingga katergantungan pada kegiatan yang b e h i s pada laut relMif d a h . Keadmn tersebut mernberikan aItarnati yeng lebih baik -3
me-.
pengembangan ekonomi
Sun& (997) I menjataskanfaktar ymg msmbuat P-kk
petuang Wuk meningkatkm perekonomian sews
mernpunyai
sistamert'i kmna bas$
pmduksinya d a t a stabil, di mane maw panen &pst tsbih cliatur targantung dad
permintaan pasar, Di sisi sosial pmhk juga mempunyai kewmpatan W h
has untuk bersasialisasi dengan ketuarga dan tetangganya s&agalrnana masyarakat lain yang berorientasi kapada hehidupan &rat.
Kusumastanto
(2002) memberikan gambamn karaktaristik umum
masyarakat pEwislr a&lah sebagal brikut : kondtsi ekosisbm dan lingkungan.
pftema, ketqantungan pada
Kaadaan in1 brirnplikasi pada kmdisi sosial
ekonorni masyamkat pesisir yang sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan khususnya pencemaran, karena dapat msnggumng send-sendi kehidupan sosial ekmmi mesyamkat. Kedua, ketergantungw pa& rnusim. Ini karakteristik
yang msnonja1 di masyamkt pwisir, terutarna bag1 para nebyan kecil. Pada musim paceWik kegiatan melaut menjadi Mrkurang sehingga banyak ndayran yang tepksa manganggur, dan
kef@a, katergsnhngan pada pasar. Karma
gomoditas yang mereka hasilkan hams sogera dijual barn bisa digunalran untuk memnuhi kebutuhan hldup, maka nelayan dan petambak haws menjual
sebagian besar hasPnya dan bersifat segera agar tidak nrsak. Kondisi ini
rnanyebabkan nelayan dan patambak sangat peka ierhadap harga. Penrbahan
harga produk perikanan sangat mernpenganrhi kmdisi sosial ekanomi mereka. Terdspat pda fiubungan sosiai ekonomi tertentu
yang sangat umum
dijurnpai di kabngan nslayan dan juga petambak, yakni pola hubungan yang
bemifa pfmn-clknf (PKSPL-IPB 1998 dan Satria 2002). Hal ini rnerupakan konsekwensi siiert kegiatan penangkapan ikan yang wnuh resiko dan penuh ketidakpsstian. Menurut Sunato (1937) kondisi tersebut terjadi kacarana rnarsks
bergantung sepenuhnya terhadap kebaradaan sumbardaya alam yang tldak
dapat dikantroI mpsnuhy8 dah nelayan. Kamna keadsan skmomi yang buruk, m a k para fielayan kecil, bumh nelayan, petani teirnbak kacil dan bunrh tarnbak seringkalt terpaksa rneminjarn uang dan barang-barang kebutuhan hidup sshsri-
hari kepada juragan atau para pedwang pengumpul. Konsekuensinytn, para peminjam tenebut menjadi tergantung dengan pihak jumgan atau pertagang, yaitu fierupa kshanrsan rnenjual praduknya. Pola hukngan yang tidak simetris ini akan sangat mudah barubah manjadi atat daminasi dan eksploitasi.
Siat tangkapan nelayan ssnantiasa bewrak dan berpir;Ejah-pi-h
tampat
sehingga rnenjadikan tingkat pandapatan mmka
bmperasi di suatu &emh penangkapan ibn (fishing groun@. Di d a m h psisir
padat penduduk seperti pantai Utara Jawa, sudah tejacii keiebihan tangkap (ovemshing) yang beraklbat psda kacilnya volume hasil tangkapan yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan (PKSPL IPB 1998). Daiam msnangm ilcan tidak jamng nelslyan haws barpisah dad kduarga brhari-hari bahkan W u i a n -
bulan. Hal ini mnyebabkan pulangnya mareka ke rumah sering dipergunakan
sebagai kesempatan untuk bedstirahat daripada berproduksi.
2.5 Persepsli dan Sikap Masyamkat Terhadap Sum bordaya Alam Persepsi tehadap surnberdaya &lam dapat dijelaskan dengan pendekatan psikologi lingkungan (ekologi). Sawono (19921, rnenjaiaskan bahwa persepsi
dictasari pengalaman rnanusia, yakni hasil tangkapan temadap suatu at>j&
yang
diterirna penginderaan manusia yang kemtidian disatukan, dikoardinasikan di dalam pusat syaraf yang ietrih tlnggl
(otak) sehlngga manusia bks mengenali,
rnanilai dan memaknai objsk, keadaan
Inilatr dinarnakan pewpsi. Dalarn
pendekatan akalogis, intepretasi terhadap hasil proses pengindsraan inilah yang akwmya rnmentukan persapsi, bukan proses penginderaannya. Dipoburno (1999)
rnengartlkan =ra
letlah jelas bshwa pen;epsi
rnerupakan suatu panclangan pengertlan dan interpretmi sesemryl tentang suatu objek yang diinfomasikan kapadanya, terutarna car8 orang tersebut
mmandrtng, mangartikan dan rnenginte~pretasikanInfwmasi tersebut dengan cam msmpertimbangkan hal tersebut dengan dirinya clan lingkungannya tarnpat di
mana ta berada dan brinteraksi. Dengan dernikian persepsi dipandang
sebagai prows pernberien atti (kognisi) terhadap tingirungan oleh saseorang dan
karena %etiap orang msrnbri arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda akan melihat ha1 yang sams dewan cara yang brbeda sehingga setiap individu mamjliki berbagai macam byarat yaw &pat mernpenganrhi
garsepsinya
tertradap m n g bin afau stimulus, #peFti obyek dan tartda-tanda. Oleh kmna ifu maka sering terjadi ketidakssirnbangan a h atau pembsrian arti SMngga
terjadi sstish parsepsi tarfiadap orang lain atau abyek, Orang sering menafsirkan perilaku orang lain disesuaikan dengsn keadaaan sendiri. (Nord 1976 dikutp
dahm Susiatik 1998).
Msnuntt Sarwono (49921, persspsi yang muncut akan rnenimbuikan reaksi. Rsakscsi inbh yang dissbut sikap, yaitu kmndenrngan atau k e d i a a n sasearang untuk bertingkah laku tertantu katau ia rnenghadapi suatu rangsang tertentu. Sikap pada haMkatnya adalah tingkah laku M a s yang tersernbunyi
yang terjadi Iangsung setelah rangsang baik disadari ataupun tidak, Hal ini
sejafan dewan pentfapat Azwar (1988) yang menyatakan bahwa sikap adalah
rsspcwr yang akan timbuf bila individu dibcfapkan pa& suatu stimulus yang mnghsndaki timbulnya reaksi individual. Sikap didasati oleh proses wavaluasi
dahm diri individu yang #embed kasimpuian nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, pasitif atau nagatif, menyenangkan stau tidah, suka #tau
tidak yang kemudian mangkristal sebagai potansi reaksi tmadap &yek sikap. 2.3
PartXsipasi Maiaryartakat
2.6.1 Definlasi PaNstpaal
Pangartian tantang partislpasi antara lain dikernukakan oleh Dussddorf (1981) yang menutis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pdelssaan. Dia
menyatakcan bshwa partisiwi adalah suatu bantuk interaksi dan kamunikasi
khas, yaifu b e h g l dalarn kekuasaan dan tanggung Jawab. Pandangan tersebut mengancfungart! bahwa partisipasi rsebagai pangambilan bagian dalam ksgiatan
bemma (faking part in Mt SFCtIon). Marnun dernikhn patiisfpssi bukan berrirti
bnya ikut sMa m r a fisik namun juga dikmukakan
alah Davis
(1976) yang
kejiiwaan, Saprti yang
mengartikan partisipasi s-gai
keteidibatan mmtaj, pikiran dan perasaan sssaorang dI dalarn s i t m i kelompdc
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan abu bantuan kepada kelompok tersebut dalarn usaha mmpai tujuan Wsama dan tunrt: bertanggungjawab terhadap usaha twrsangkutan.
Sejjalan dengan ha1 ini, Mikkdsen (1999) mengartikan partisipasi sebagai suatu proses yang akW, yang mangmdung euti bafnrva o m g a m h l o m p ~ k yang terkait
rnengmbii i M i f dan menggurrakm kewsannya #tuk
malakukan ha1 itu. Semantara Mubyarto (1984) menyatakan bahwa partisipasi
addah kesediaan untuk mernbantu bFtrasiinya program sesuai dangan kernampun setiap orang tanpa rnengorbankan din sendiri. Dangan dernikian
partisipasi tidak hanya pengeFtian di tingkat lob1 seperti turut serta bemama gtau individu, dafam prayek pernermtah atau tidak h n y a dalarn hubungan pr&uIcsi,
pengarnbllan )reputusan dan pelaksanaan, tetapi herrus lebih luas. Partisipasi yang bemdar di dabm masyarakat tardapat 2 jenis d&ni%i
(Smtrisno 1995). Pertama, partisipasi rnasyarakat diartikan sebagai dukungan W a t temadap rencanalproyek pernkngunan yang dirancang dan ditantukan
ktjuannya W h perencam. Defdsi ini dibefikan otafr para p m c a n a pembangunan formal di Indonesia. rrfiggi randahnya partlsipas'l masyamhi diukur ckmglan kemauan masyarakat but mananggung Maya pembangunan, M k
bermpa uang- maupun tmaga dalm meWanakan groyek pernbangurfah
pemrlntah. Kedua, partisipasi rnasyamkat dalam pembangunan merupakan
b s i l kmjasama yang wat
~ B F Bpmwmm
dan masyarakst Qalm
msrencanakan, mdaksanakan, rnelestarikan dan mengembangkan basil pmhngunan yang talah dimpai. Dsfinisi ini merupakan deflnisl yang berlaku
universal. Tinggi mndahqa partisipasi masyarakat tldak hanya diukur dengan
kemsuan rnasyarakat untuk monanggung biaya pembangunan, tetapi juga
de-n
srja tbknya hak
rakyat untuk ikut rnensntukan arah d m itujuan proyak
yang akan dibangun di kawasan mereka. Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya kmauan masyarakat untuk secara mandiri rnelesta~kan dan
mngembangkan hasit proyek. Dalarn peneiitian ini dsfmisi ysng digunakan mengacu kepda definisi yang kedua yahi partisipasi sabagai hasii ksrjasarna yang amt antara peremna dan
masyarakat
daiarn
mercamkan,
rnela)sksmakan, rndestarikan
dan
mangembangitan hasif yang tdah diapai. Disini ada keseknbangan p m n antam masyarakat dengan proyek sehingga ada kernauan masyarakat untuk sscara mandwi naelestaFi16an dan mengembangkan trail pmyek. 2,6.2 Jsnls, Tlpa dan Tahapan Partislpasi Partisipasi d h d a k a n meqadi tiga jents, yaitu: (?) vdunfary pacticipation
(partTsipasi sukarela), (2) induced participation (partisipasi dengan dotongan), (3) f o d pan'icipetion (pamsipasi dsngan tskanan) {Wang 1981). Vduntary
participation adalah paFtisipasi ymg berasaI dM itPisiatif dan pfakarsa masyarakat sendiri. Induced pattkipation adalah partisipasi
masyarakat satelah
merreka rnemperoleh arahan dafi p i h k lain. Sedangkan forced pamipation
actaiah paftisipasi rnasyamkat yang dilakuftan karena ada paksaan pihak lain. Tipa
partisipas! masyarakat menurut fnfemational institute Rum1
Remnstnrction {IRRJ(1998) dikdumpdrkan menjadi tujuh tipe yaitu : I. Partldpasi pasif. YaHu dengan rnembefitattu tentang hal-ha1 yang sudah jadi. Hal ini menrpakan tindakan sepihak dari sadrninistratur atau manager
pmpk tanpa rnsnghirsuitantanggapan mssyarekat. 2.
ParblsipsX &lam
pembrian Informasl. Yaitu dengan rnesnjawab
prtsnyaan-pertsnyaan yang diajukan aleh pwlltl dengan menggunakan
kueshnw, wwey mu p n d W & m rang sewpa. Masymkat tidak m m W i kesempoxtan untuk rnarnpengaruhi cam kwaa kakerrena brnuan-iernuan para
penallti tidak dibagi atau tidak dlprikss hhpafmnya. 3.
Partisipad i(;~naidtaW.Umgm dimintai bnggapan atas sustu hal. Pifrak luar yang menrmuskan pernasalahan, rnengurnpulkan infomasi, den mtakrn
~ ~ l a i i s i s .-auk
konwltEtsi tarsEabtrt t
i
mawan
masyarakat dalarn proses pangambibn kaputusan, dan pihak tuar Ru pada
dasamya tjdak bgrkompeten untuk mwakifi pandangan masyarak;at 4.
Pm%sip&si dgngan Imbafm matsrSal. h?gm m m m M k a n kontfibusi sumberdaya yang dirnilikinya, misalnya dengan tenaga kerja
untuk mmpemleh imbalan makan, uang tunai mupun imbalan material lainnya. Masyarakat balsh jadi rnanyediaksn lahen dsn tsnaga kerjanya,
namun tidak terlibat daiam proses ekspdrnentasi dan proses pmblajarsn. P m 8 s ini1ah ymg d w n a ini la*
d b M sebagai
pattisipasl. Dalarn kanteks sewrti Itu, masyaratkat tidak memeiiiki pijakan
untuk melanjutkan kegiatannya ketika imWm tfintikan. 5.
PaAslp#aX fungsional, Dengan msrnkntuk kebrnpok untuk rnampai
tujuan proyak yang telah ditetapkan wb~wnnys.Ketedibatan msyarakat
Msanya tidak hanya pada M a p wal pruyek
peretwanaan, tetblpi
]uga satelah keputusan dibuat pitaak krar. Wompok rnasyarakat wndentng tidaa teFgarrtwg terhdap pemkam dan M t a t o r luar, tetapi jugs untuk
dam menfad mandid. 6
P&Mslpasl ltarolktlf. Partisipasi rnasyamkat dalam tahapan analisis,
pengembangen m
a Watm dan dalam pmbwtukan
dm
pernbrdayaan lnstitusi lake1. Partisipasl dpanderng s a g a 1 hak, dan h k 8 n saedar sebagsi caw untuk r n w i tujuan pmyek. P
m
t e M metibatkfin metodologi yang multidisiplin p n g membuttlhkan perspktiif yang majemuk sefta m e f n b u t m proses pmWkWm rwng sistamik dan terstrukfur. SeBagai kelampdr, masyamhat memegang ketndali sspenuhnya &as ksputusan-keputusan bkal, sehhgga masywakat
mmiliki kwnangan yang jales untuk rnomditaara stru)rturkegiafwmya. 7.
MobIXisad Swakarsa. Yakni dangan mengambil inisiaM secara mandfri untuk malakukan penrbahan sistem. Merela rnembangun hubungan
konwltati dewan lembaga ekstemal metngenai rnasalah sumkrdaya dan masalah teknlkal y a y mereka butuhkan, tetapi tetap mamegang kendali
menyangkut pdayagunaan sumberdaya. Parfisipasi ini tidak akan rnangganggu distrihsi kesejahtsraandan kekuasaan. Berdasarkan hhapannya psrtisipasi masyarakat dapat dibagi dalarn ernpat
tahapan yaitu : (1) gmrtisipasi dalarn pernbuatan kaputusan, (2) partisipasi &lam
peleksanaan, (3)partisipasi dalam manfaat d m (4) partisipasi dalam evaluasi (Cohen dm Uwff1997) Partisipasi datm pembmhn ireputwan arlakth
paFtisIpasi dakm bentuk tersampaikan atau tersalurkannya aspimsl dan pencfapat masyarakat dalam phangambilan k 8 p u t ~ nterhadap suatu rencana kqiatan. Pamipasi semacarn ini tirnbut karena pengetoh kegiatan mernbuka kernpatan untuk rnenirnbang keputusan yang akan diambil. Partisipersi dalam
pataksmean pembaman addah partisip& d a m M u k masyzmkat ikut wrta daIam kegiatan opwslwtal berc8asadwn rencana yang disspakati
b m m a . Datarn W ini pWrtisipa& dapat diihat daFi : (1) jmhh mggota maayarakat yang krpartisipasi,
12) bentuk hmng atau @$a yang
dipartisipasikan, (3) pelaksanaannya tangsung atau tidak langsung dm 14) m a n g a t wtMr berpartisipasi.
Peasipasi dalarn mmanfaatkan hasil pembangunan cfbrtikan sebagd Wisipasi d&n
wujud rnasycarakat rnenggunakan Wl-hasif pernbangunan
yang telah dilaksanahn sshingga t-dl
pemerataen kasajahteraan dan jugs
pernewan fWli4as yang ads di rnasyerakat atau masyrtrakat Rut mnkmatl atau manggunahn arena hasii pembangunan oalan, jembatan, air minum clan
lain-fain). Pengwtian partrsipasi dalam evaIuasi adalah partisipasi masyarabt
&tarn
bmtuk rnasyamkat ikut serta rnenilai
dm mngawasi kegiatan
pembangunan mrta msmalihafa hasilhasil pembangunan yang telah dicapai. Muhadjiir ($980) Iuga m e l i t f>artisipasi dalam ampat kegiatan yakni : I)
ketetlibatan orang dalam proses pembuatan keputusan, 2) ketertibatan m n g di
dalam plaksanean program dan pengambilan keputusan, 3) ketembafan orang
di dafam menilmati mil rfari kegiam, dan 4 ) k&erlhtan di daiam evaklasi suatu hasil dad program yang sudah tertaksana. Dengan demikian partisipasi
mswmng data# pembangunan dapat dilakukan pa& semua aspak dari suatu proses kegiatan pembangunan, rnulai dad prenwnaan, pernanfaatan hsdl yang dlcapai ssmpai avaiuasi kegiatan parnbangunan. Jika masyarakat sejak awal M
i
n 8 ~ ~ 8 t parmh -a M a m si&u hgiatm make W g a n senciwinya &an
tirnbul rasa memifikl dan tanggung jawab moral tertradap kebettlasilan pkksanaan kegiatan.
26.3 Farm-hktwrang Wtempengaruhi Bartidpasi Madria (1988), menyahkan b a h a tingkat pendldlkan, umur dan
kese~suaiankegiatan dengan k e b u W rnwpakm fMm w a d i y m g dapat
mempmgarW #ngkat parttsipasi sasearang dalarn rnelak&m suatu kegiatan. Sententar# C b k y dan L q (t973) rnmghubungkan p a r t i cJengan pengetahuan. Saamng yang mamitiki pengetatrum dan kesactamn yang ting~fr
tsrhadap kepentingan kelmpok, cendawg seamakin tinmi partlsipasinya dalarn kegiaten pembmgunan, Soaryani 64 EEI. 11987) mematat baMa
#Mar
pendidikm, kemlsklnan juga mempakan $&tor ywng &pat rnempgnganthi
partisipasi rnasyarakat clalsm mengelola lingkungan hidup, Tingkat pendidikan
masyawl&
akan msmpengaruhi tingkat pengetahuan rnemka mengenai
lingkuqan hidup. Hal tewabut selanjutnya &an rnsmpwdalarn parnabman
masymkat @ M a p manfaat yang daprnt memka peroleh dad kelastarian surnberdaya alam.
Kerniskinan akan bwpnganrtr twhadap kanlsakan
lingkungan Hdup. Dalam ha1 ini kerniskinan hrkaitan dengan rendahnya panghadIan dan jenis pekarjaan yang dilakukan sageorang aksn barpengaruh
tefhadap kasempatarr mm&a untuk berpadisipasi, demikian pula tingkat penghssilan akan mempangaruhi kmrtrnpuan brpartisipasi.
Slamet (1585) rnengemukakan batrwa kernauan, kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk bepartisipasi dalarn proses psrnbangunan akan dipengaruhi oleh Mrbagai faktor dl ssputar kehidupan manusia yang saling bednteraksi satu dengan lainnya, tewtama faMor umur, pendidikan {fomai
maupun non fomai), ketramplan, psnghasilan, kelsmbagaan (formal maupun
non formal),kepsrnimpinan (floml maupun non formal), budaya tokal (noma tradisi, adat istlEtd&),
PangestI (19%)
serta pengaturan dan mayanan pemarinbh. Sernentars rnanernukan faktor-faktor ysng brpengaruh tarhadap
partisipasi seseomng rneliputi : a) faktor internal yang menakup ciri-ciri atau karakteristik ind'ivicfu yang rneliputi : umur, pendidikan formal dan non fomat,
luas Iahan garapan, penclapatan, pengalaman bwusab, dan ktakclsmpolitan, %&ang b) faktor e k s t m l meliputi hubungan an&m pengetoh dengan petani
penggarap, pelayanan pengelala dan keglatan panyuluhan. 2.6.4 StrategX Pengamban~anParttslpasi Mssyarakat
Mengharapkan
parlisipasi
aktif
masyarakat
dalarn
mewujudkan
kamsndirian mengandurtg kuconseinrensi Mhwa suatu kggiatan wbaiknya bukan benlpa kegiatan yaw ditumpangkan dari luar dan adng bagi masyamkit,
melainkan montpakan perwujudan daFi tanggapan masyarakat atas masalah-
masalah yang cukup dimengerti masyarakat dan dilaksanakan dengan cam-cam
yang dapat ditarirna masyarakat tersebut. Melibatitan masyarakat seare aktif iwrarti rnmberikan tanggung jawab yaw leblfi b s a r kepada mayarakat untuR mewmuskan rnasalah-masalah rnereka, memobilisir surnh-sumhr setempat
dan mengembangkan kelampok arganisasi seternpat. Pemberian tanggung
jawab ini tidak mudah, oieh karena itu clitakukan =ra
bedatrap rn@talui suatu
proses yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan tersendiri (Bimo 19%). Adanya partisipasi masyarakat akan mrnbawa pmganrfi pasag yaitu
mereka akern trisa mamahami #tau mengerti berbagai pernasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil (Hadi 1995). Untuk msncapai sasaran tersebut, dalam elemen partisipasi masyarakat yang h a m dipenuhi adatah adanya kornunikasi dua amh yang terns menems dan infomasi
yang bekenaan dengan proysk, program atau kebijakan disampaikan dengan berbagai macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aMif dan
infmal. Barpartisipasi dalam program prnbangunan haulah membarlkan
manfaat atau keuntungan. Cerneas (1991) msnjelaskan lima cam untuk menjamin keuntungan dalarn brpartisipasi, baik daiam perencanaan maupun
dalam pelaksanaan su&u propk. Pertama, tingkat partisipasi yang dinginkan harus dibuat jelas sejak w a l dan dapat diteprima wmua orang. Kedua, mrniliki
maran yang realistis untuk berpartislpasi dm harus dlbuat bedasamn fam
p n g sda pad# satiap perenmaan. KetQa, pada umurnnp mmprkenalkan dan mandu)rung partisipasi pedu dilskukan wetlaupun ha1 itu herus sesual dengan
pola arga3nisassi sosbl di tingkst lakal. Keempet, hanrs ada komitmen pndanaan bagi partisipasi rnasyarakat. Kdima, haws eda p r e m n a a n
terlwdap pambaglan tanggung jewab dalam setiap tabawn prayek. Kauntungan
yaw dipedeh bbih ditujukan pada kegiatan pmyek daripada mmbagl-bagikan aset kapada rnasyarakat tanpa kontribusi yang bra#.
Hasil telaah United Nation Environment Pmgmmme (UNEP) dMip daiam
Salim (1995) rnenjekskan adanya lim ha1 pokok yang dipgrfukan unfuk m n g e f e M i n peran serta rnasyarakat dalam pembangunanyaikr : I.
Msngidentifrkaai kalumpok masyarakat yang tertarik atau k k a i dipengaruhi suertu kegiatan.
2.
Menggapai kekmpok masyarakat dengan rnambedrikan infomast tentang pernasalahan, &Itematifdan keputusan p n g m u
3.
Wngambangkan dialog dalam bentuk perttarnuan, lokakarya, dengar pendapat, kontak pararangan, sum menyurat dan pembentukan tim kerja.
4.
Mengasimiiasi beaagai pendapat ini dalam suatu kesirnpulan
5.
Mernberi urnpan balik tentang peran serta tewebut. Ada dua langkah yang
dapat dilakukan agar msasyarakat &pat
brpawslpasi daiam pengelolaan berbasiskan masyaraka t (Hidayati 1W9), yaitu: (1) identZftkasi dan inventarisasi serta pemahaman stakeholders dan (2)
psmbarcfayaan maSyaFBk8t. ldentiftkasi dm invantarisasi stakeholders adalah insburnen untuk rnengatahui apa bentuk keterlibatan dan mngapa aletsan stakeholders tersebut terfibat dalam perusakan, pengelolaan dan pdestarian
surnberdaya. Dari pernafrarnan ini dapat diketahui potensi spa p n g dapt
disumbangkan masjng-masing stakeholders untuk manunjang pehksanaan pambangunan brbasls masyarakat. Upaya pelibatan masyamkat yang bemrta' dan twrkdanjutan &lam pengelolaan detn mhabilitasi sumberdaya pasisir tidak dapat dictirpai hanya rnslafui satu program ysng dib-i
olah nrang Iingkup dan area ssrta kerangka
dan tenggat wakkt yang terbatas (Claridge dan O'Calaghan 1997). Namun tsMh
jam, paNsIPgsi masyamkaf yang efektif dalam pengablaan dan mhabiliasl sumberdaya psisir merupakan suPltu proses panjang yaw Mnya &pat rfmpai
mlalui program-program skala besar dengan suatu pandekatan psnirtgkatan
yang krtahap
(Erftemeijer dan Bualuang 1998). Dengan dsmikian
meningkatkan prtbrPipasi mmhtuhkan pandekahn pernbelajaran, bukan
mencetakbirukan s m a t u di tingkat proyek, tetapi membrikan bentuk pada suatu program y a q dimncang fleksibd dan mmiliki komitrnen
Wnjang.
Erfferneijar dan Butaiuang (1998) menjeiaskan pafigaiamannya h h w a dalarn pangambangan patiisipasi masyarakat cialam pengdolaan sumberdaya
pesisir dperlukan suatu p W k a t a n yang fteksibel, sahr dan M u f i waktu untuk rnembsangun pernahaman dan k~yskinan masyarakat terfiadap p n t i n y a pengddaan sumbrctaya tersebut. Meski dapat mmperlarnkt pengukumn pskerjaan, namun Iangkab ini sebanding dongan perolehan hadl cIaIarn Jangka
panjang yaitu teaangunnya
ma
kepemilikan dan kornitmen masyarakat yang
huat yang mentpakan jaminan kebcsrianjutan pengeioiaan surnhrdaya. 2.7, Kelembagaan Kelsmbagaan msnuwt Brinkerhoff et al, (1990) rnelipufi aturan main fmIw of the game] atau p m d u r atau perundangan dan berupa wganbasl dengan struldcturnya. Oua almen kelembagaan ini saling marnbtari dukungan terhadap kebartaasilan suatau usaha pencagaian tujuan. Kalambagaan yaw berupa
aturan msngatur hubungan
i n t e p e m a l ataupun hubungan dengan
lingkunganya yang menyangkut hak dan kwajiban. S9dangkan kalambagaan sebagai organisasi rnamiflkl hierarki sebagai wadah p n g mangkoordinir aMifitas
anggota. Kdembagaan mernliki konsekwensi
(cansequences of InsMutions), yang
menurut Arifin dan Jmaidi (2001) meliputi dua thgkatan yaitu : (1) katembagaan
rnsnhgkatken rutinitas dan keteraturan atau tindakan menMia yang tidak mmetfukan pilihan yang iengkap dan m p u m a , narnun kdembagaan aka#
mempmgaruhi tirqkah l a b individu rndtlalui sistem Insentif dan disintensif. (2)
kalernbagaan mernpenganrhi terciptanya pola interaksi yang stabil cian diintornalisasikan deh setiap individu yang akan rnenghasilkan harapan ketarratumndi masa menciatang dengan ketentuan telah dibatasi olah eransemn
kebmbagaan yang ada, sehingga kelambagaan akan mempenganrhi kinerja suatu kegiatan b i k psrnbangunan maupun proyek.
EfeMifttas suatu kelembagaan &pat di evaluasi melalui suatu analisa
kehrnbagaan. Untuk menganalisa kdembagaan dan pengembangannya dapat dlakukan dsngan suatu framework snalsis kdembagsan hasil modifikasi
Institutrbnal Analysis end Deveiopment (IAD) yang swam sksmatik digambarkan pada Gembar I. a Atibut ftsik dari sistem Aturan kelembagean
Arena Aksi
sn Pefaku !a SLtuasi yang dipufusltan
Atribut
~n
pwfw
+
e Perfom8 kdembagaan o HPIE~ UMjakan
Evaluasl : r
Poia Intaraksi (antar jeringan kej a
n AtursWemdangan
CUeya gnformh Biaya Koosdinasi
t
Biaya Strategis
Performa kelemtgaan aacolra kcesitluruhan
e Efisiemi
aa Reatishfhsi keadilan e AkuntabDbs P Adrrptabks
Evsluasi Dampak ta Menllai hasil dati kebeakan
Earnbar 4.
F m m W analisis dan pengembangan kdembagaan. MocfHkasi dari Ostrom, Gardner dan J. Walker, 1994. §umber : !mpehl, t999.
Dalam
flumework
LAD,
efeMifItas suatu pelforma kelembagaan
salahsatunya dilihat an' tingkat efisiensinya {ff#kiemy)yang deftnisinya dibatasi
pada aspek administrasi dan biays yang berlcaitan dengan pengalalaan adrninistrasi program (Imperial 1999). P e r f o m keiernbagaan juga dapat dilikt
dari aspek keadilan (equity). Dua ha1 yang Mrkaitan dangan keadilan di sini y a k (1)
prinsip kesaimbangan f ~ k a yang l bermanfaat untuk rnenunjang masslah
beban keuangan, clan (2) rsdistribusi keadilsn yang menyangkut pembagiian
stfuktw kegiatstn W swtu pmgm. €%&mi program t i i msmbtduhkan suatu program yang adil. Sadi sfishnsi menantukan bagaimans surnbrdaya dmanfaatkan agar rnemhrikan
m a n f a (benefit) ymg besar dan k W i M
rnentmtukm b a g a i m a mmgafokasikan sumberdaya yang meda-be&. Menurut
Kusurnastanto
{2OQ2),
petforma
mwmikan aspek tdaptabilitas (adaptability}. $&a
kelsmbagaan
hams
Faranmen kebmbagaan
rnerespon wnthhan politik, sosial, budaya, ekonomi, dan kondisi lingkungan
maka performa kelembagaen kemungicinan akan jauh dad mengalami stlafu masalah. Jadi adaptabilitas berhubungan dengan implernentasi suatu program
yang disasuaikan dengan kondisi lingkungan, situasi politik, ekonomi cian budaya.