MANUSIA DAN LINGKUNGAN
DOSEN Hj. NISPU RAHMALIA, M.pd
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 13 ANGGOTA ARIF DAVID ACANG BAHRUDIN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN 2015
Manusia dan Lingkungan
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allsh SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan rekanrekan semua atas bimbingan dan masukannya dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini bertemakan “ Manusia Dan Lingkungan “ dibuat sebagai syarat presentasi dan diskusi dari dosen pembimbing pendidikan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para rekan mahasiswa dan mahasiswi STKIP Banten semester 1. Kami sadar bahwa pembuatan makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima masukkan dan kritikan yang membangun kepada rekan-rekan dan dosen pembimbing guna penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Serang, 20 Januari 2015
Kelompok 13
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar i
Manusia dan Lingkungan
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
.......................................................................................................................
i
.....................................................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
.......................................................................................................................
1.1
Latar belakang
........................................................................................................
1.2
Rumusan masalah
1.3
Tujuan
1.4
iii iii
..........................................................................................
iii
........................................................................................................
iii
Sasaran yang ingin dicapai ..........................................................................................
iii
BAB II : MANUSIA DAN LINGKUNGAN......................................................................................................
1
A. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA YANG DIHADAPI MASYARAKAT ...................
1
B.
1.
Interaksi dalam Lingkungan Sosial
............................................................................
1
2.
Pranata dalam Lingkungan sosial
............................................................................
1
3.
Problema dalam Kehidupan Sosial
..............................................................
2
ISU-ISU PENTING PERSOALAN LINTAS BUDAYA DAN BANGSA ...............................................
4
1.
Isu Tentang Lingkungan
..........................................................................................
4
2.
Isu Tentang Kemanusiaan
..........................................................................................
6
BAB III : PENUTUP
.........................................................................................................................
10
3.1.
KESIMPULAN
...........................................................................................................
10
3.2.
SARAN .........................................................................................................................
10
3.3.
PENUTUP
...........................................................................................................
10
..........................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
ii
Manusia dan Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Lingkungan (milleu) memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan kehidupan manusia sudah diakui para pemikiraan tokoh dunia sejak dahulu. Aristoteles mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek geografi dan lembaga politik. Montesquieu menyatakan bahwa iklim mempengaruhi perilaku politik dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradban manusia akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh tantangan sehingga melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle mentakan bahwa iklim, tanaman, dan tanah saling berkaitan dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia. 1.2
Rumusan masalah 1. Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat. 2. Isu-isu penting persoalan lintas budaya dan bangsa.
1.3
Tujuan Setelah melaksanakan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. 2. 3. 4.
1.4
Menjelaskan berbagai interaksi sosial beserta pranata dan problematikanya Menguraikan pentingnya interaksi sosial dalam masyarakat Mengidentifikasi masalah lingkungan sosial budaya Mengemukakan isu-isu penting persoalan lintas budaya dan bangsa
Sasaran yang ingin di capai
Pembuatan makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada mahasiswa sebagai tugas akhir semester. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis selaku penyampai materi dan bagi rekan-rekan semua pada umumnya dalam menambah wawasan dalam bidang karya ilmiah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
iii
Manusia dan Lingkungan
BAB II
MANUSIA DAN LINGKUNGAN A. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA YANG DIHADAPI MASYARAKAT Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsugnnya berbagai kegiatan dan interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanyadengan simbol dan nilai serta terkait dengan ekosistem ( sebagai komponen lingkungan alam ) dan tata ruang atau peruntukan ruang ( sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan ). Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik ( alam dan buatan ) maupun lingkungan sosial. 1. Interaksi dalam Lingkungan Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia dalam bentuk akomodasi kerjasama, persaingan, dan pertikaian. Interaksi sosial tersebut bisa dalam sistuasi persahabatan maupun permusuhan ( kerjasama atau konflik ), bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau bahkan tanpa kontak fisik. Bahkan hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi sosial karena telah mengubahperasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer ( face to face ) dan dapat berbentuk sekunder ( melalui media perantara, koran, radio, tv, dan lain-lain ). Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lain. Tanpa komuniksi tidak mungkin terjadi interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama ( coopertion ), akomodasi ( accomodation ), persaingan ( competition ), dan pertikaian ( conflict ). 2. Pranata dalam Lingkungan Sosial Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat memiliki beragam pranata. Makin besar dan kompleks kehidupan masyarakat makin banyak jumlah pranata yang ada. Penggolongan pranata bedasarkan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Beberapa ragam pranata tersebut sebagai berikut ( koentjaraningrat, 1996 ) : a. Pranata-pranata untuk memenuhikebutuhan kehidupan kekerabatan. Misanya : perkawinan, pengasuhan anak, pergaulan antar kerabat, dan sistem istilah kekerabatan. b. Pranata-pranata ekonomi,antara lain pertanian, pternakan, barter, industri, dan perbankan c. Pranata-pranata pendidikan, misalnya model pendidikan, jenjang pendidikan, pers, pemberantasan buta aksara, dan perpustakaan. d. Pranata-pranata ilmiah;antara lain metodologi ilmiah, penelitian, dan pengukuran. e. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan seni, seperti olahraga, berbagai kesenian, dan kesusastraan.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
1
Manusia dan Lingkungan
f.
Pranata-pranata keagamaan sebagai kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib. Misalnya, upacara, semedi, bertapa, penyiaran agama, dan ilmu gaib. g. Pranata-pranata untuk menjaga dan mengatur kekuasaan di masyarakat, seperti kepolisian, kehakiman, pemerintahan, demokrasi, tentara, dan lain-lain. h. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan hidup, seperti pemeliharaan kecantikan, kebugaran, kesehatan, dan kedokteran. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah pranata (institution) sering tumpang-tindih atau dikacaukan penggunaannya dengan istilah lembaga (institute). Istilah social-institution, ada yang diterjemahkan sebagai pranata sosial atau sebagai lembaga sosial. Koentjaraningrat menganjurkan agar dibedakan secara tegas antara pranata sosial dan lembaga sosial. Pranata sosial adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan lembaga sosial adalah badan atau organisasi yang melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan suatu bentuk kelompok atau perkumpulan sosial yang khusus. Lembaga dan pranata sosial mungkin tidak bisa dipisahkan, karena di dalam lembaga sosial terdapat pranata sosial, dan pranata sosial berjalan dalam suatu lembaga sosial sebagai wadahnya. Lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia. Iembaga sosial memiliki beberapa fungsi. Pertama, memberi pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku dalam menghadapai masalah. Kedua, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendafian sosial. (Syarial Syarbaini, dkk. 2002), 3. Problema dalam Kehidupan Sosial Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak Problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral yang menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan mungkin untuk dihilangkan. Problema-problema sosial timbul dari kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor ekonomi, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki sejumlah norma-norma yang menyangkut kesejahteraan, kebendaan, kesehatan dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Penyimpangan terhadap norma-norma tersebut memunculkan gejala abnormal yang mengarah pada terciptanya problema sosial. Problema sosial yang terjadi dan dihadapi masyarakat banyak ragamnya. Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1982) a. b. c. d.
Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, dan pengangguran. Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan disorganisasi. Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti kejahatan, kenakalan anak, konflik ras, dan konflik
Sering kali suatu problema sosial dapat digolongkan lebih dari satu kategori. Kemiskinan misalnya, mungkin sebagai akibat dari penyakit paru- paru sehingga tidak bisa mencari nafkah (faktor biologis), atau karena sakit jiwa (faktor psikologis), atau dapat pula bersumber dari faktor budaya, yaitu tidak adanya pekerjaan atau ditolak bekerja.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2
Manusia dan Lingkungan
Sosiologi berusaha menentukan kriteria apakah suatu permasalahan dapat dikatakan problema sosial atau tidak. Ukuran atau kriteria untuk menentukan tersebut adalah sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1982). a. Kriteria utama untuk menentukan suatu problema sosial adalah tidak adanya persesuaian antara ukuran atau nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial yang terjadi. Unsur utama dan pokok dari problema sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai atau ukuran dengan kondisi nyata dari kehidupan. Adanya kesenjangan antara anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi. b. Sumber-sumber sosial dari problema sosial. Sebab dari problema sosial haruslah bersifat sosial. Berdasarkan hal ini maka kejadian-kejadian menyimpang (abnormal) yang tidak bersumber dari perbuatan manusia bukanlah merupakan problema sosial. Gejala seperti gempa bumi, angin topan, dan gunung meletus yang disebabkan alam bukanlah problema sosial. c. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan problema sosial. Ukuran di atas sebenarnya bersifat relatif. Mungkin banyak orang yang harus mengatakan atau sekelompok orang yang berkuasa yang mengatakan. Dalam suatu wilayah misalnya, masyarakat di daerah tersebutlah yang menyatakan apakah suatu gejala merupakan problema sosial atau tidak. d. Manifest social problems dari latent social problems. Perlu dibedakan antara manifest social problems dan latent social problems. Manifest social problems merupakan problema sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan dalam masyarakat karena tidak sesuainya tindakan dengan norma atau nilai di masyarakat. Masyarakat umumnya tidak menyukai tindakan Latent social problems merupakan problema sosial yang jugu menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyaraklit, tetapi diterima juga. Manifest social problems diyakini dapat diperbaiki, dibatasi, bahkan dihilangkan. Sedangkan latent social problems sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi merasa tidak berdaya untuk mengatasinya. e. Perhatian masyarakat terhadap problema sosial. Suatu kejadian yang merupakan problema sosial belum tentu mendapat perhatian masyarakat. Sebaliknya, hal yang mendapat perhatian masyarakat belum tentu merupakan problema sosial. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa semakin jauh jarak sosial antara korban dari problema sosial itu dengan orang-orang yang mengetahui hal itu, semakin kecil simpati dan semakin kecil pula perhatian yang timbul, Contohnya, kasus kelaparan yang terjadi di NTT mengundang simpati dan perhatian banyak warga kita dibanding kasus serupa yang terjadi di Sudan, Afrika. Hal ini karena jarak sosial yang berbeda. Pada kasus pertama, memiliki jarak sosial yang dekat dengan kita sebagai sesama warga Indonesia; sedangkan pada kasus kedua, jarak sosialnya sudah jauh. Hidup manusia dalam lingkungan sosialnya, pada dasarnya menginginkan terciptanya lingkungan sosial yang harmonis, damai, tenteram, dan bisa mendukung pemenuhan kebutuhan hidupnya. Lingkungan sosial diharapkan menjadi tempat terjadinya keserasian dalammelakukan interaksi sosial, berlangsungnya pranata sosial yang mantap, dan mampu diatasinya berbagai problema sosial yang timbul.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
3
Manusia dan Lingkungan
Keserasian adalah kesesuaian hubungan timbal balik antara komponen serta berbagai aspek dalam lingkungan tersebut. Keserasian lingkungan sosial adalah kesesuaian pola tindakan manusia dalam suatu sistem hubungan timbal balik antara berbagai aspek kehidupan sosial dan jaringan unsurunsur pokok yang ada dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap dan pola perilaku individu serta kelompoknya, proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial. Keserasian antar orang atau kelompok akan memengaruhi daya tampung lingkungan sosial. Sebaliknya, daya tampung lingkungan sosial akan memengaruhi keserasian hubungan antara orang dan kelompok sosial. Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda itu untuk hidup bersama-sama sebagai suatu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib, dan aman. B. ISU-ISU PENTING PERSOALAN LINTAS BUDAYA DAN BANGSA Berikut ini akan kita ketengahkan isu-isu global yang terdiri atas isu mengenai lingkungan dan isu mengenai kemanusiaan. Isu tentang lingkungan antara lain mencakup kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi, dan perubahan iklim. Isu tentang kemanusiaan antara lain mencakup kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit. 1. Isu Tentang Lingkungan a. Kekurangan Pangan Pangan merupakan komoditi penting dan strategis, mengingat pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki. Kebutuhan pangan di setiap permukiman perlu tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Problema kekurangan pangan masih saja menghantui umat manusia, kendati tingkat pertumbuhan ekonomi dunia meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dunia yang cepat tidak seimbang dengan produksi pangan. Selain itu, masalah keadilan dan distribusi sumber-sumber pangan yang tidak merata. Kekurangan pangan menciptakan kekhawatiran berbagai pihak. Dunia pun diliputi kekhawatiran itu, karena pertambahan penduduk yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Menurut FAO, saat ini di dunia terdapat sekitar 200 juta orang yang kekurangan pangan. Penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan bertambah menjadi 2 kali lipat dari jumlahnya sekarang, menjadi sekitar 400 juta jiwa. Kekurangan pangan menciptakan gejala serius berupa kelaparan. Mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kofi Annan pernah menegaskan, walaupun saat ini ada kemajuan yang luar biasa di bidang teknologi dan pertanian, namun penderitaan yang paling tua dan paling mendasar, yaitu kelaparan, masih saja ada. Setiap hari setidaknya 840 juta orang tidak punya bahan pangan untuk dimakan. Di Afrika Selatan, satu dalam setiap empat orang mengalami kelaparan. Di Afrika Sahara, proporsinya lebih tinggi lagi, satu dalam setiap tiga orang. Sedangkan jumlah penduduk yang kekurangan pangan di wilayah Asia Pasifik sekitar 525 juta.
b. Kekurangan Sumber Air Bersih Sejak dulu air diakui sebagai sumber kehidupan. Air, khususnya air bersih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, terutama sekali untuk minum. Dengan demikian, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
4
Manusia dan Lingkungan
ketersediaan air bersih merupakan keharusan bagi penduduk di suatu wilayah. Sumber-sumber air bersih bisa didapatkan dari mata air, atau sungai yang telah dilakukan proses penyulingan. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan air bersih juga meningkat tajam. Seiring dengan itu, sumber-sumber air bersih menjadi berkurang atau justru semakin habis. Dewasa ini, penduduk dunia dilanda kekurangan air bersih. Padahal masalah kekurangan air berdampak langsung terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan laporan resmi WHO, disebutkan bahwa setiap tahun lebih dari 1,6 juta orang meninggal dunia karena rendahnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Kurangnya ketersedian air bersih berarti telah terjadi kelangkaan air sebagai sumber kehidupan. Kelangkaan air bersih menyebabkan orang terpaksa bergantung pada sumber air yang mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit, seperti kolera, tifus, malaria, demam berdarah, dan penyakit lain yang menular. Kelangkaan air juga menjadikan orang kehabisan waktu dan dana untuk mendapatkan air bersih. Perubahan iklim, kekeringan, dan banjir yang sering kali terjadi, ditengarai berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih. Contohnya, kekeringan pada sebagian sungai-sungai besar di dunia. Berdasarkan laporan dari yayasan suaka margasatwa untuk alam (WWF) yang berkantor pusat di Swiss menyatakan bahwa sebanyak 10 sungai besar di dunia yang ada di setiap benua mulai mengering dan terancam kekurangan pasokan air. Di antara sungai besar tersebut adalah Yangtze, Mekong, Salween, Gangga, dan Indus, Sungai Danube di Eropa, La Plata dan Rio Grande diAmerika, Sungai Nil di Afrika, dan Sungai Murray-Darling di Australia. Indonesia juga dilaporkan mulai terancam kekurangan air bersih. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia melonjak menjadi 247,5 juta jiwa. Jumlah tersebut mengakibatkan pemenuhan kebutuhan air meningkat menjadi 9.391 miliar m3 atau naik 47% dari tahun 2000. Padahal ketersediaan air cenderung menurun setiap tahunnya. Di Pulau Jawa misalnya, ketersediaan air hanya 1.750 m3 per kapita per tahun, jauh di bawah standar kecukupan, yaitu 2.000 m3 pet kapita per tahun. Jika hal ini tidak ditanggulangi, dipastikan Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2020. Diperkirakan, ketersediaan air pada tahun tersebut hanya 1.200 m3 per kapita per tahun. Hal ini sangat ironis, mengingat Indonesia termasuk dalam 10 negara yang kaya akan air (Tempo, Maret 2007). c. Polusi atau Pencemaran Polusi atau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah. Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya, gas H S, Gas CO, CO , dan batu bara. Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, antara lain pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, sampah organik, dan fosfat. Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, seperti sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintetis, pecahan kaca, dan kaleng; detergen yang bersifat nonbiodegradable (secara alami sulit diuraikan) dan zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida. Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
5
Manusia dan Lingkungan
Salah satu penyebab polusi udara di Indonesia saat ini adalah seringnya terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang sering terjadi adalah di hutan-hutan Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan merupakan bencana yang setiap tahun terus terjadi. Kebakaran hutan skala besar adalah fenomena yang menjadi sebuah kecenderungan yang rutin dalam 20 tahun terakhir. Dampak buruk kebakaran hutan amat terasa. Polusi udara melanda di kota-kota sekitar hutan. Kebakaran hutan di Riau menyebabkan penduduknya mulai merasakan mata perih dan berkurangnyajarak pandang karena kabut asap. Di samping itu, ancaman penyakit ISPA mulai beredar. Polusi udara akibat kebakaran hutan di Indonesia juga berdampak bagi masyarakat luar, yaitu penduduk Malaysia dan Singapura. d. Perubahan Iklim Sumber energi fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang dihasilkan oleh banyak pembangkit energi mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. Hal ini karena pembangkit tersebut mengeluarkan gas dan zat-zn( pencemar, seperti gas sulfurdioksida (S02) dan gas-gas rumah kaca (GRK), seperti karbondioksida (C02). Banyak penelitian menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya pemanasan global akibat adanyli efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul di atmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga tidak dapat lepas ke atmosfer. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO , CFC, metana, ozon, dan N O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya, panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate change). Perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang tidak terkirakan sebelumnya, seperti peningkatan suhu, melelehnya gunung es, permukaan air laut naik, banyaknya banjir dan badai, serta musim panas yang semakin panjang. Perubahan-perubahan iklim yang ekstrem ini dapat mengancam kehidupan manusia di bumi. Ancaman tersebut antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Panasnya suhu menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, dan malaria. Wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terancam tenggelam oleh naiknya air laut. Maraknya banjir dan badai topan yang sewaktu-waktu melanda pemukiman manusia. Berkurangnya ketersediaan air bersih karena kekeringan dalam jangka waktu lama. Kegagalan panen karena cuaca yang tidak mendukung.
2. Isu Tentang Kemanusiaan a. Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah global yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan, dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahamannya mencakup. 1) Gambaran akan kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. 2) Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
6
Manusia dan Lingkungan
informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 3) Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda, melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Kemiskinan penduduk dunia kebanyakan terdapat di negara-negara berkembang. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin". Misalnya, negara-negara di kawasan Asia Selatan, seperti India dan Bangladesh. Kawasan negara miskin lainnya adalah negara-negara di kawasan Afrika, seperti Sudan, Rwanda, dan Mali. Kemiskinan tampak menjadi problema serius yang harus segera ditangani. Saat ini, masih lebih dari 1 miliar warga dunia hidup dengan pendapatan di bawah satu dolar sehari. Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput pula dari ancaman kemiskinan. Meskipun persentase penduduk miskin semakin berkurang setiap tahun, namun jumlah penduduk miskin semakin besar karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2006, pada periode 1996—1999, jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999, Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 23,43% pada periode yang sama. Pada periode 1999—2002 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 9,57 juta, yaitu dari 47,97 juta pada tahun 1999 menjadi 38,40 juta pada tahun 2002. Secara relatifjuga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,43% pada tahun 1999 menjadi 18,20% pada tahun 2002. Penurunan jumlah penduduk miskin juga terjadi pada periode 2002—2005 sebesar 3,3 juta, yaitu dari 38,40 juta pada tahun 2002 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Persentase penduduk miskin turun dari 18,20% pada tahun 2002 menjadi 15,97% pada tahun 2005. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Februari 2005, sebagian besar (64,67%) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2006 persentase ini turun sedikit menjadi 63,41%. b. Konflik atau Perang Konflik berasal dari bahasa Latin, yaitu configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinandan lain sebagainya. Selain itu, konflik juga dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda serta perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok. Konflik dalam pengertian luas mencakup konflik secara fisik dan nonfisik (lisan, pendapat, ide, kepentingan). Konflik dalam derajat yang longgar atau lemah, misalnya perbedaan ide dan pendapat. Konflik dalam derajat yang tinggi, seperti pertentangan fisik, kerusakan, revolusi, bahkan perang. Konflik sering kali diterima secara negatif karena dianggap merusak keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Namun, konflik dalam derajat yang longgar dapat memicu kemajuan. Oleh karena itu, konflik tidak harus dipersepsikan hal yang buruk. Konflik sosial (termasuk konflik politik) adalah sebuah fenomena sosial penting yang memerlukan penyelesaian konflik (conflict resolution). Konflik sosial juga merupakan fenomena yang
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
7
Manusia dan Lingkungan
memengaruhi pembuatan keputusan. Semakin hebat konflik, semakin sulit membuat keputusan yang mengikat semua pihak. Konflik dalam derajat tinggi, yaitu perang antarmanusia itulah yang mengancam sendi-sendi kehidupan manusia. Perang hanya menyisakan beragam penderitaan, kesengsaraan, kehancuran, dan kehilangan segalanya. Namun, anehnya kehidupan umat manusia sejak masa lalu sampai sekarang tidak pernah sepi dari kasus-kasus peperangan. Umat manusia di dunia ini telah merasakan betapa kejamnya Perang Dunia I maupun Perang Dunia Il. Perang Dunia I telah menyebabkan lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang. Hampir sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak sengaja dalam suatu pertempuran. Perang Dunia Il adalah peperangan yang paling meluas dan mengakibatkan kerusakan paling banyak dalam sejarah dunia modern. Perang Dunia Il telah mengorbankan sekitar 50 juta nyawa. Setelah era perang dingin usai, dunia ternyata tidak segera aman dan damai, tetapi justru muncul konflik atau perang dalam skala kecil yang tersebar di banyak wilayah. Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis, seperti konflik Bosnia-Kroasia, konflik di Rwanda, konflik di Kazakhstan, dan konflik di Darfur, Sudan. Konflik juga masih saja berkecamuk di Timur Tengah. Dengan demikian, konflik dan perang telah menyebabkan tragedi kemanusiaan yang luar biasa yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. c. Wabah Penyakit Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata, melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sumber penyakit dapat berasal dari manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah. Penyakit yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali menyebar menembus batas-batas wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya melanda sebuah negara atau suatu kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain di bumi. Tepat kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi penyakit. Globalisasi penyakit merupakan dampak negatif dari semakin cepatnya pergerakan manusia, hewan, tumbuhan, dan barang-barang yang dibawa. Wabah penyakit menyebar sedemikian cepat. Penyakit yang menyebar sekarang ini makin banyak dan beragam. Jika dulu orang hanya mengenal sakit malaria, sekarang telah munculvirus polio, sindrom pernapasan akut (SARS), AIDS, flu burung (avian influenza), sapi gila, mulut dan kuku, demam berdarah, dan Ebola. Virus polio yang menyebar di Indonesia misalnya, diduga berasal dari Arab Saudi yang dibawa oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Arab Saudi, atau oleh jemaah haji Indonesia, atau mungkin pula oleh orang asing, seperti dari Afrika, yang saat ini banyak mondar-mandir ke Indonesia. Sedangkan Arab Saudi sendiri menduga virus itu berasal dari Sudan (Afrika Barat), dibawa oleh jemaah haji Sudan yang menunaikan haji di Arab Saudi. Virus yang muncul di Sudan diyakini berasal dari Nigeria. Kasus SARS pertama kali muncul pertengahan November 2002 di Provinsi Guangdong, Cina. Penyakit ini mulai menyebar ke berbagai belahan dunia pada 21 Februari 2003 ketika seorang dokter dari Guangdong yang terinfeksi virus SARS melakukan check in di kamar 911 lantai 9 Metropole Hotel, Hongkong. Dari hotel ini, diduga kontak virus dengan dunia dimulai. Sedikitnya 14 tamu dan pengunjung hotel yang terinfeksi di hotel tersebut membawa virus itu ke rumah sakit yang berbeda,
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
8
Manusia dan Lingkungan
di Toronto, Hongkong, Vietnam, dan Singapura, di mana mereka dirawat. Para staf rumah sakit yang tidak menyadari bahaya wabah yang mengintai tidak berusaha melindungi diri mereka dari kemungkinan tertular. Dari rumah sakit di keempat kota di negara yang berbeda inilah kemudian virus SARS menyebar ke seluruh dunia. Virus SARS yang dibawa pasien dari Metropole Hotel, menulari dokter, perawat, dan staf rumah sakit lainnya, pasien lain, pengunjung, keluarga mereka di rumah, dan ke masyarakat yang lebih luas. Dalam hitungan bulan, sedikitnya 30 negara atau kawasan terkena, dengan data terakhir korban meninggal mencapai belasan orang. Virus flu burung pertama muncul di Hongkong tahun 1997 dan kemudian menyebar ke Kamboja, Cina, Indonesia, Jepang, Laos, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Akibat penyakit ini, 14 orang meninggal di Vietnam dan lima lainnya di Thailand. Selain di negara-negara itu, virus yang sama, tetapi dengan strain yang lebih lemah, juga ditemukan di Pakistan dan Taiwan. Di Amerika Serikat, flu burung juga ditemukan di Delaware. Meskipun sudah lebih dari 80 juta ayam dimusnahkan di berbagai negara di Asia, epidemi flu burung ini belum diyakini benar sudah lenyap, seperti ditunjukkan oleh beberapa kasus sporadis yang muncul di Asia. Selain penyakit infeksi di atas, penyakit modern yang muncul akibat perubahan gaya hidup adalah penyakit gaya hidup yang kini juga menjadi penyakit yang mengglobal. Sama seperti penyakit infeksi, penyakit gaya hidup juga tidak mengenal batasan negara atau batasan status ekonomi. Penyakit gaya hidup itu, contohnya serangan jantung, darah tinggi, depresi, stroke, dan kegemukan pada anak-anak (obesitas). Penyakit gaya hidup pada mulanya muncul di negara-negara maju. Akan tetapi, sekarang ini penyakit tersebut melanda pula negara-negara industri baru di Asia, misalnya Cina, India, Korea Selatan, dan Malaysia. Bahkan, penduduk di kota-kota besar di Indonesia juga mengalami hal serupa. Wabah penyakit yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit, cacat, dan kematian, wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Penyakit dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang bisa berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Banyak produktivitas yang hilang akibat serangan penyakit. Di Sisi lain, pendapatan yang diperoleh banyak dikeluarkan untuk biaya pengobatan.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
9
Manusia dan Lingkungan
BAB III
PENUTUP 3.1.
Kesimpulan
Lingkungan sosial manusia ( individu ) pada dasrnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan segala aktivitas dan pranata yang dibentuknya. Seorang manusia pastilah akan hidup di tengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial mereka. Kehidupan dalam lingkungan sosial manusia ditandai dengan adanya beragam aktivitas, aneka ragam interaksi, berbagai pranata yang dibentuk, serta berada dalam satu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat kehidupannya. Isu-isu penting yang mcnjadi persoalan lintas budaya dan bangsa pada umumnya merupakan isu global yang menjadi keprihatinan umat manusia sedunia. Merupaknn isu global karena persoalan ini tidak hanya dihadapi umat manusia dalam suatu negara atau wilayah tertentu, tetapi melanda ke berbagai belahan dunia, Berikut ini akan kita ketengahkan isu-isu global yang terdiri atas isu mengenal lingkungan dan isu mengenai kemanusiaan. Isu tentang lingkungan antara lain mencakup kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi, dan perubahan iklim. Isu tentang kemanusiaan antara lain mencakup kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit. 3.2.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak sekali menemui kesulitan-kesulitan, terutama dalam memperoleh tambahan bahan dan rujukan materi selain yang telah diberikan oleh dosen pembimbing. Oleh karena itu materi yang disajikan mungkin banyak kekurangan dan kelemahan. Sudi kiranya kepada rekan-rekan dan kepada para pembaca umumnya untuk dapat maklum dan berbesar hati memberikan kritik dan sarannya guna penyempurnaan makalah ini untuk kedepannya. 3.3.
Penutup
Sebagai penutup kami haturkan terima kasih kepada rekan-rakan dan dosen pembimbing atas bantuan partisipasinya guna terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami juga rekan-rekan dan para pembaca semuanya.
Penulis
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
10
Manusia dan Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA Hermianto; Winarno. 2013. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
11