Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
MANFAAT EKONOMI PEMBERIAN DAUN KALIANDRA PADA SAN PERAH DI KAWASAN PERHUTANAN SOSIAL KECAMATAN CISURUPAN, KABUPATEN GARUT SUATU PENDEKATAN EX-ANTE ELAN MASBULAN, BA&mANCi R PRAwiRADIPLJTRA,
dan T.
SUCiIARTI
Balai Penelitian Terttak, P.O. Bar 221, Bogor 16001
ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mendapatkan teknologi yang dapat meningkatkan daya dukung HTI (Hutan Tanaman Industri) seoptimal mungkin agar dapat dimanfiatkan oleh petani petemak melalui kesempatan untuk dapat meningkatkan skala usalla sapi perah, produktivitas, serta kualitas susu yang dillasilkan . Melode yang digunakan adalah penelitian panisifatif (on farm client oriented research) dengan mengglmakan ternak sapi milik KUD serta lahan percobaan milik Perum Perhutani di Desa Karamahvangi, Kecamatan Cisumpan, Ganlt. Hasil penelitian menunjukkan : (a) melalui perhutanan sosial untuk pengembangan hijauan pakan, petemak sapi perah mendapat kesempatan untuk meningkatkan skala usalla, produktivitas, serta kualitas susu, dan (b) daun Kaliandara dapat diberikan kepada sapi perah sebagai pakan tambahan . Pemberian 10 kg/ekor/llari cukup baik untuk diterapkan, disamping dapat meningkatkan produksi, juga dengan adanya tambahan biaya sebesar Rp. 255 .500,-/periode laktasi dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 658.312,-/periode laktasi . Dengan demikian penlballan terduganya sebesar Rp. 402.812,- . Kata kunci : Kawasan perhmtanan, daun kaliandra, sapi perall PENDAHULUAN Salall saw masalah yang perlu mendapat perhatian series di P. Jawa adalah tingginya kepadatan penduduk . Selain itu, P. Jawa juga menghadapi masalah tidak seimbangnya populasi temak dengan perasediaan hijauan pakan, kllususnya pada saat musim kemarau (PRAwtRADIPIrrRA et al., 1986). Untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan, peternak sering mencari hijauan ke hutan-hutan . Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan nlsaknya ekosistem hutan sebagaimana yang dilaporkan di beberapa tempal di P. Jawa, antara lain di DAS Konto (Dliv, 1990) . Di samping itu, tingginya pcrmintaan hasil pertanian tanaman pangan, kllususnya sayuran dataran tinggi, menyebabkan minat petani untuk mengusallakan komoditas sayuran semakin tinggi. Dengan berbagai keterbatasan sumberdaya lallan yang dimiliki petani di kawasan hutan, menyebabkan sebagian petani merambah areal kplnltanan di daerall tersebut . Sehingga tereksploitasinya lahan-lahan kehutanan melliadi lallan pertanian tanaman pangan semusim (saytlran) yang rawan erosi . Permasalahan tersebut di samping menlgikan Penlm Perhutani, juga dalam jangka waktll mendatang akan menyebabkan kenlsakan lingklnlgan kawasan kehutanan yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya substitusi komoditas yang dapat berintegrasi dengan komoditas kelurtanan yang tidak menyebabkan kenlgian bagi Penun Perhutani serta dapat memperbaiki dan mempertallan stmktur produktivitas lallan dan ekosistem di kawasan 493
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1999
tersebut . Komoditas peternakan di kawasan tersebut sebagian besar sapi perah, nampaknya dapat diintegrasikan dengan komoditas perkebunan . Melalui pendapman hijauan pakan dan leguminosa pohon sebagai substitusi tanaman pangan di areal perlurtanan, diharapkan integrasi ini mempunyai manfaat ekonomi baik bagi petani sendiri melalui peningkatan produktivitas sapi perah, juga bagi pilialc Perhutani bentpa keuntungan kemanan tanaman hutannya, tidak erosi lahan, juga pupuk kandang dari sapi perah dapat digunakan unltik meningkatkan kesuburan laltan kehutanan . Sejalan dengan hal tersebut, perlu ditelaah manfaat ekonomi dari pemberian daun kaliandra (tanaman legtuninosa polion yang dikembangkan di kawasan kehutanan) terhadap nilai tambah dari usaha sapi perah yang dikembangkan olelt masyarakat perhutaltan sosial . Dalam kajian ini digunakan pendekatan analisis ex-ante untuk melihat kelayakan teknis yang sekaligus menggambarkan kelayakan ekonomis dari pemanfaatan teknologi pemberian Kaliandra . MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada TA 1998/1999 di Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Ganit . Bekerja-sama dengan KUD Mandiri Cisumpan clan Pentm Perhutani . Metode ini merupakan penelitian partisipatif dengan mengikutsertakan petani, baik dalam merancang perlakuan maupun dalam menentukan petani koperator . Secara teknis, penelitian dibagi menjadi tiga taliap, yaitu (a) taliap sun,ai potensi wilayah dan diagnosis dengan menggimakan gabungan metode analisa agroekosistem clan Partisipatory Research Appraisal (PRA), (b) studi integaksi HTI dengan ternak sapi perah milik anggota KUD Clsunlpan, yaitu hubungan timbal balik lnrtan dengan ternak dalam bentuk penyediaan hijauan pakan dari hutan dan pengembalian pupuk kandang ke lahan kehutanan maupun lahan pertanian di kawasan tersebut, dan (c) pendamatan parameter ekononii meliputi stniktur biaya produksi, harga, dan pendapatan peternak dari 30 ekor sapi perah laktasi milik 10 peternak anggota KUD yang diberi perlakuan pemberian hijauan Kaliandra dengan berbagai macam takaran, sebagai berikut a) b) c) d) e)
Kontrol (rumput clan konsentrat sesuai dengan kebiasaan petani) Perlakuan (a) ditambah 20 kg daun Kaliandra Perlakuan (a) ditainbali 15 kg daun Kaliandra Perlakuan (a) ditambah 10 kg daun Kaliandra Perlakuan (a) ditambah 5 kg daun Kaliandra HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis pola alir Untuk metnenuhi kebutuhan hidupnya para petani cendentng memanfaatkan setiap surnberdaya alam yang tersedia Secara tidak terkendali clan kurang mempertimbangkan aspek kelestariannya . Kondisi pemanfaatan yang kurang efisien dan masili rendalinya pengetaluian petani dalam mengelola usaha pertaniannya, serta terdapatnya perbedaan pendapatan antara usaha sayuran dengan usalta sapi perah, dapat mempenganihi aliran input-output ntmah tangga petani di Desa Karamatwangi (Gambar 1). Pada Gambar 1 dapat dililiat bahwa kelika pelaksanaan Partisipatory Research Appraisal (PRA) clan Analisa Agoekosistem pendapatan yang dapat menjadi andalan petani dalam jangka pendek adalah dari usalia sapi perah. Kondisi ini cukup mempengandu persepsi petani terhadap 494
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
usalla ternak lainnya, tenitania usalla ternak domba . Dengan rtiastiknya ternak sapi perah talntn 1986 sebagian besar petani nitilai enggan menteliliara ternak domba kecuali bagi peternak yang tidak berminat niengantbil kredit sapi dari KUD. Pada usalla ternak domba di samping lama sampai mendapatkan ltasil, juga liasilnya relatif kecil clan peniasarannyapun agak susah . Sedangkan tanaman semusim lainnya, antara lain kentang, tomat, dan cabe biaya produksi relatif tinggi. Hanya sebagian kecil petani yang mampu mengusaliakan dalain skala besar.
Hasil tanaman
Konsumsi
Penampung (penjualan)
Tenaga kerja
Usaha Mengelola perhutanan sosial
~HMT Lahan Kering " Kobis " kentang " petsai " Tomat Palawija
Tenaga kerja
Pu uk kandan 6-8 ton/ k
Tenaga kerja
Petemakan " Sapi perah " Domba
Una- nttlli-'NIT_
Camhar 1. Diagram alir input-output sisteni usalla pertanian di Desa Karamatwangi Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan penggtuiaan faktor produksi tidak optimal dan sebagian besar petani sclalu ntcndapatkan modal dari tengkulak, kesempatan petani tuerailt insentif usaliatani relatif kecil . Untuk nieningkatkan skala usalla, iiatttpaknya terdapat kesempatan lain yang cukup berntanfaat bagi petani, yaitu adanya perhutanan sosial yang bekerjasania antara KUD Mandiri Kecantatan Cisunipan dcngan Peruni Perluitani . Melalui perlurtanan sosial diliarapkan dapat nietneliltara tananian Inrtan nielalui pengenibangan nimput unggul dan leguntinosa polion yang dapat mendukung usalla ternak sapi perah. Nanitin pada kenyataannya sangat perlu pendekatan persuasif, karena sebagian besar petani sttdah nienanant tanaman sayuran di areal lalian perltutani. 495
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Analisis pola kcllutusan Pola keputusan ninlall tangga nlasyarakat Desa Karalnatwangi ditentukan olell beberapa faktor yang meliputi kondisi kualitas lallan, modal, tenaga kerja, serta produktivitas pertanian itu sendiri . Jika kualitas lallan mendukung, maka keputusan yang dianlbil olell nlasyarakat desa adalah usalia tani. Kastis desa penganlatan nlenunjukkan bahwa petani yang memiliki lahan, modal usaha, dan tenaga kerja tersedia mereka menitituskan untuk usalia kentang, tomat, dan cabe sebagai sunlber nafkah utanla yang didukung oleh usalia tani lainnya . Sementara itu, pada petani yang tidak memiliki modal usalia tani domlnan adalah palawija (jagung, ubijalar, dan ubikayu) , serta tananlan hutan seperti kayu eucaliptus, afrika, dsb . Nanlun sayangnya produktivitas komoditas ini relatif masill rendah, sehingga untuk nlenlenuhi kebutuhan hidupnya, umunlnya petani mencari sunlber pendapatan lain yang lnemerlukan sedikit modal atau llanya berbekal tenaga inisalnya usalia ternak . Bagi petani yang tidak nlemiliki modal dan tidak mau nlenganlbil kredit, mereka nlenntuskan menlelillara donlba atau sebagai bunh menlelihara sapi (maro). Pada peternaak sapi perah yang memiliki tenaga cukup, n<mnpaknya akan menlpenganhi baik prodttksi maupun kualitas susu. Hal ini berkaitan dengan kesunggullan peternak dalam menlelillara sapinya . Semakin baik tingkat penlelillaraannya, semakin baik pula kuantitas dan kuantitas susu yang dihasilkan Pcrmasalahan dan lmmecallannya Paradigma yang paling menlberi harapan dalanl pendekatan pembangunan atau penlecallan suatu pernlasalahan di pedesaan yang diawali dengan Fariuing System Research/extension (FSR/E) adalah PRA, Adalah suatu metoda pengkajian yang bersifat llolistik, dimana pengunlpulan datanya dilakukan oleh tim bersanla-sanla dengan nlasyarakat/kelonlpok sasaran . PRA nlemiliki karakteristik ; (1) tidak nlenlbutullkan waktu terlalu lama, (2) lnenpakan kegiatan kerjasanla antara tim PRA dengan partisipasi penuh dari masyarakat, (3) nlengglulakan berbagai disiplin ilmu (multidisciplinary approach) sesuai kebutullan, (4) analisis dilakukan secara interaktif oleh masyarakat bersama-sanla tim PRA, dan (5) pelaksanaan mungkin dilaksanakan lebill dari satu kali, tergantung perkembangan hasil pengkajian di lapangan . Pelaksanaan PRA di suatu lokasi akan nleninlbulkan harapan bagi nlasyarakat setempat akan adanya penballan/kegiatan penlbangman di daerallnya . Oleh karena itu, disarankan agar PRA dilaksanakan di suatu lokasi di mana kegiatan pembangunan sedang berjalan atau sedang dalam proses pengusulan (MASCARENHAS, 1991) . Sesuai dengan kebutullan data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan waktu (time related data), data lapangan lainnya sesuai dengan kebutullan bersanla-sanla dengan tim PRA beserta petugas teknis setempat yang dillarapkan akan sangat berguna dalam menlbantu kelancaran dan efektivitas proses penentuan peringkat (ranking) lleluang penlecallan masalah . Setelah itu nlenentukan stnktur dari sintetis dan analisis data . Untuk identi(ikasi masalah dan peluang penlecallannya, maka langkah selanjutnya dilakukan diskusi awal untuk penyusunan daftar (listing) masalah yang dilladiri oleh anggota masyarakat yang ikut partisipasi, wakil-wakil kelompok peternak dan penluka masyarakat untuk menyusun daftar awal (prelitninai-y list) dari masalah bidang k~tjian . Daftar awal masalah ini llanya menpakan bahan untuk penentuan peringkat masalah dan peluang penlecallannya . Langkah selanjutnya nlenentukan prioritas masalah, yaitu digunakan analisis GMP (Gawat, Mendesak, dan Penyebarannya) . Gawat nlaksudnya adalah besar/kecilnya akibat (kengian) bagi masyarakat setempat; Mendesak adalah ketersediaan waktu bagi penlecallan masalah tertentu . Apabila tidak bisa ditunda lagi berarti
49 6
Seminar Nasional Peternakon don Veteriner 1999
semakin mendesak; dan Penyebar innya adalah merata atau hanya parsial saja niasalah tersebut muncul. Semakin merata, maka tingkat penyebaranuya semakin tinggi .
kentang Kobis cabe tomat tan. hutm
- kentaag Tammm hutan - wmat Cabe dan kobis - Bwuh bangunan - Kebun terlanter -Tanaman hutan
Lahan Terbutar Non-pertanian Ubijalar Ubikayu jam
Hasil susu baik kuantitm map= kualitas relatif baik
hasil sttsu dettgan kualitas dan kuantitas menurun
Gambar 2 . Polion keputusan nimah tangga di Desa Kammatwangi
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Dalam analisis GMP anggota masyarakat dilibatkan untuk membandingkan dan memberi skor pada tiap-tiap masalah yang diliadapi . Masalah yang terkumpul keniudian diuji prioritas dan keeratan hubungan satu masalah dengan masalah lainnya serta dihubungkan dengan ketersediaan potensi masyarakat setempat (sumberdana, sumberdaya ntanusia, sumberdaya alam, dan sarana) . Dari hasil sintesis dan analisis data di lapangan, ternyata dari keranjang masalah yang telah dikumpulkan terdapat 13 masalah yang meliputi aspek faktor produksi, aspek pasar, serta aspek permodalan baik usahatani maupun usaha sapi perah dalah suatu sistem pertanian (Tabel 1). Pada Tabel 1 menunjukkan baltwa masalah yang paling dominan pada sebagian besar petani di Desa Karamatwangi adalah keterbatasan modal untuk usahatani yang diikuti dengan jumlah pemilikan lahan yang rata-rata sempit (<0,5 ha) . Kondisi seperti ini natnpaknya dijadikan strategi oleh pedagang pengumpul/para tengkulak untuk meraih keuntungan dagangnya, yaitu dengan cara meminjamkan uang atau sarana produksi berupa pupuk, pestisida, dan saprodi lainnya dengan tanpa bunga, namun mereka dapat tnenekan atas harga hasil usahataninya nanti ketika saat panen, sehingga petani tidak memiliki posisi tawar-menawar atau dengan kata lain harga ditentukan oleh petani . Kondisi seperti ini menyebabkan produksi semakin inenunin dan tidak ntenguntungkan bagi petani . Setelah dianalisa olelt petani nampaknya hasil usalianya sering tidak niempunyai insentifekonomi, barangkali hanya pas-pasan untuk makan saja . Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 . 12. 13.
Keranjang masalah dan uji prioritas masalah sistem pertanian di Desa Karaniatwangi, 1998
Jenis masalah Pemilikan lahan Permodalan/modal kerja Harga sayuran/palawija Tengkulak/ijon Produksi (sayuran) Fungisida Pestisida Pencemaran Air pertanian oleh belerang Penentuan kttalitas dan harga susu Bijauan pakan ternak Perlititanan sosial Pemanfaatan pupuk kandang sebagai kompos Kegagalan D3 (S/C tinggi)
Skor Gawat 11 13 10 12 1 2 3 4 7 8
9 6 5
Mendesak 12 13 5 11 4 2 3 4
Jtunlah Skor Penyebararutya 11 13
34 390
6 7 10
240 35 13 10 13 20
8
3 5 1 4
tl 23 190 18 tD
7
2
14
1 10
9
9
12 8
Keteranan : O menunjukkan peringkat yang paling txnnasalah
Berorientasi pada permasalaltan di atas, natnpaknya sebagian petani berusaha mencari alternatif usaha lainnya yang dapat nietuberikan insentif dan lebilt cepat (likuid), serta dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang ada . Untuk itu usaha yang dipilih adalah usaha sapi perah, di mana sebagian petani ikut menjadi anggota koperasi susu (KUD 498
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Mandiri Cisunipan) dan sekaligus mengantbil kredit sapi . Namun masalah yang sering dijunipai dalam usaha sapi perah adalah kurangnya hijauan pakan terutama pada saat musim kemarau, sedangkan dilain piliak lahan yang dimiliki petani jutulalinya sedikit (sempit). Kondisi seperti ini mendorong KUD Mandiri Kec. Cisunipan benipaya untuk membantu anggotanya dalam mengatasi kesulitan usahanya melalui serangkaian kerjasama dengan Perum Perhutani untuk mendapatkan hak garapan lahan perlnitani sambil metnelihara tanaman luttan yang ada, yahu melalui program Perhutanan Sosial . Dalam program ini diharapkan adanya jalinan kerjasama yang saling menguntungkan (komplementer), yaitu bagi perlititani agar tanaman lititan dapat terawat dan mengurangi biaya perawatan, sedangkan bagi peternak dapat nienanain tanaman hijauan pakan ternak benipa niniput unggid dan legununosa potion . Sehingga dengan kondisi yang saling menguntungkan ini bukan saja akan dapat meningkatkan produksi, melainkan dapat meningkatkan skala usalia sapi peralinya. Dan akliirnya pendapatan peternak sapi perah dapat meningkat . Nanutn nanipaknya tidak semudah sesuai apa yang telah direncanakan, ternyata permasalahannya lahan yang telah diuraikan hak garapnya masih banyak yang digarap olelt petani sayuran secara ilegal, sehingga untuk niengusirnya perlu pendekatan persuasif. Masalah lainnya dalam benisalia sapi perah adalah sistem pelayanan IB yang belum optimal, kaitannya dengan pola integrasi bersaina sub sistem usahatani lainnya penggttnaan pupuk kandang belum dimanfaatkan secara optimal, scrta penentuan kualitas susu (tester) dan standar harga susu yang belum transparan . Dari satu set keranjang masalah dalain sistem pertanian di Desa Karantatwangi sebagaimana telah diuraikan di atas, solusi yang dianggap tepat untuk mengatasinya adalah sebagai berikut " "
"
"
Untuk keberlanjutan usahatani baik sa)Rtran inaupun palawija perlu segera diberikan kredit dalam skim berbunga lunak dalam bentuk KUT Untuk ntenciptakan iklini usalia sapi perah yang kondusif dan meningkatkan produktivitas usalia sapi perah perlu tanibalian lalian dengan menjalin kerjasama bersama perluttani melalui program Perlnitanan Sosial, nannut sesegera inungkin diadakan pendekatan persuasif dan berkorrdinasi dengan aparat setenipat untuk menyelesaikan kon(lik diantara sesaina petani lainnya. Kondisi usalia sapi perah tersebut di atas, perlu didukung oleh sistem pelayanan IB, baik teknis maupun non teknis yang baik dan benar. Di samping itu, perlu adanya keterbukaan dalam hal penentuan kualitas dan harga susu . Untuk mengurang beban petani terhadap biaya pupuk, maka perlu segera diintrodtiksi teknik petnbuatan kompos yang baik (fine coinpost), melalui pemanf iatan koloni bakteri-bakteri terpilili pengurai balian organik dan pengaktif tnikrobia tanali . Melalui proses dekomposisi bahan organik/kotoran ternak manipu inengliasilkan produk pupuk organik berkualitas dan berdaya guna atau disebutfine coinpost .
Analisis ekonomi ex-ante pada percobaan pemberian hijauan Kaliandra Pengambilan keputusan petani terhadap teknologi yang diujicobakan ditentukan oleh kriteria sebagai berikut : (1) secara biologik layak, (2) tingkat dan keterandalan keuntungan yang diperolelt (dikaitkan dengan pola yang sudah dipakai), (3) kesesuaian dengan pola usaliataninya, (4) kompatibilitas dengan prasarana ekononiik dan sosial masyarakatnya, dan (5) dapat diterima secara sosial bedaya . Pada penelitian ini selelalt para peneliti memilih komponen-komponen teknologi yang diduga layak secara biologik, maka analisis Ex-ante dapat membantu untuk ntengevaluasi teknologi 499
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999 terhadap kesesuaian ekonotnik atau keuntungan relatif dari teknologi pemberian kaliandra. Kajian ini menggunakan analisis biaya dan keuntungan, sehingga dapat nicniberikan perkiraan hasil suatu sistem pengelolaan, tenitanta yang menyangkut tingkat masukan, biaya variabel, clan pendapatan bntto (gross return) . Analisis Ex-ante terhadap percobaan tingkat pemberian kaliandra 5 kg, 10 kg, 15 kg, clan 20 kg/ekor/hari disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.
Analisis ekonotnik Ex-ante pada percobaan kaliandra selama periode 1 bulan
Uraian
Perlakuan pemberian kaliandra, kg/ekor/liari Kontrol
Pendapatan susu
5 kg
Kaliandra
Obat-obatan
Tenaga kerja
411 555
395 595
373 331
84 000
84 000
84 000
84 000
84 000
. 16762
16 762
16 762
16 762
16 762
140 000
249 277
140 000
140 000
140 000
259 077
268 877
278 677
140 000 288 854
199 606
251 248
282 678
256 918
224 854
8 515
Total biaya variabel PMBV (A-B) Atas biaya tunai
Atas biaya bunth Keterangwi :
20 kg
370 325
-
Alat habis pakai
15 kg
308 993
Biaya variabel Konsentrat
10 kg
59 606
9 800 8 515
111248
19 600 8 515
142 678
29 400 8 515
116 918
39 200 8 515
84 854
Dianalisa selama 1 bulan Flarga susu Rp. 950,/liter (Grade A) clan Rp. 890,/liter (Grade B) Alat habis pakai : arit, asaltan, tali, pikulan, ember dsb. Upah bundt tani : Rp . 5000,/hari Pendapatan dari anak sapi clan pupuk kandang tidak dihitung I-larga kaliandra diperhitungkan Rp. 70/kg segar
Penambalian kaliandra sebanyak 10 kg/ekor/hari inemperoleli Pendapatan Minus Biaya Variabel (PMBV) baik atas biaya tunai inaupun atas biaya buruli lebili tinggi dibanding pada tingkat petuberian 5 kg, l5kg, clan 20 kg/ekor/hari . Sedangkan dengan pemberian kaliandra sebanyak 20 kg/ekor/hari terliliat tidak efisicn. Dengan adanya tambahan biaya variabel untuk pembelian kaliandra sebesar Rp .39 200,- hanya ntemperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp .43 625,- (Tabel 7) . Kondisi seperti ini tidak berbeda nyata dengan pola kontrol, sehingga jika ditelaah dari perubaltan terduga, maka memiliki nilai lebili kecil dibanding dengan pola kontrol (Rp. 4 425 vs Rp .30 818), sehingga teknologi seperti ini tidak dipilili . Jika analisa ekononii diperhitungkan selama satu periode laktasi (1 talitln), nampaknya hasil analisa masili sejalan dengan hasil analisa atas dasar perhitungan selama 1 bulan . Tainbalian biaya untuk pemberian kaliandra sebanyak 10 kg/ekor/hari cukup berpenganth terhadap pendapatan minus biaya variabel (PMBV) atas biaya tunai yaitu sebesar Rp . 1 782 497,-, scdangkan pada pola petani (kontrol) PMBV hanya sebesar Rp . 1 176 072,-. Dengan adanya penambahan kaliandra sebesar 10 kg/ekor/hari ternyata dapat nieniperoleli nilai tatnbah sebesar Rp . 606 425,- selama satu periode laktasi (Tabel 8) . Walaupun demikian sebenarnya PMBV atas biaya bunih pada semua tingkat pemberian niasili inetniliki nilai negatif Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai biaya tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan secara finansial. Padalial secara aktual para petani
50 0
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1999
tidak mengeluarkan uang secara tunai, sehingga biaya tenaga kerja menlpakan bagian dari keuntungan (benefit) yang dia peroleh. Tenaga kerja lebih dinilai sebagai suatu kewajiban keluarga dibanding dinilai secara ekonomi. Tabel3.
Pembelanjaan parsial untuk mengestimasi pentbahan pendapatan bersili bulanan usaha sapi perah pada percobaan pemberian daun kaliandra
Uraian
Perlakuan pemberian kaliandra, kg/ekor/liari 5 kg
10 kg
15 kg
20 kg
9 800
19 600
29 400
39 200
Tambahan pendapatan
40 618
81 948
65 888
43 625
Pentbahan terduga (B - A)
30 818
62 248
36 488
4 425
Tambahan biaya
Tabel 4.
Analisis Ekonomik Ex-ante pada percobaan kaliandra selama periode 1 tahun
Uraian
Perlakuan pemberian kaliandra, kg/ekor/hari Kontrol
Pendapatan susu Biaya variabel Konsentrat
Kaliandra
hiseminasi Buatan Obat-obatan
3 337 934
3 149 902
1 095 000
1 095 000
1095 000
1 1195 000
1095 000
218 500
218 500
111 000
111 000
218 500
10 000
111 000 1 825 000
127 750
218 500 10 000
111 000
3259500
Atas biaya tunai
1 171 072
1 562 342
Ketemngan :
20 kg
3472497
Total biaya variabel
Atas biaya burult
15 kg
3 124 592
1 825 000 3 387 250
PMBV (A-B)
10 kg
2 605 573
-
Alat habis pakai
Tenaga kerja
5 kg
-653 928
-262658
255 500
218 500 10 000
111 000
383 250 10 000
511 000
10 000
1 825 000
1 925 000
3515000
3642750
3770500
1 782 497
1 520 095
42503
-304 915
1 204 403
Dlanallsa selama 1 tahun Harga susu Rp . 950, /liter (Grade A) clan Rp . 890, /liter (Grade Alat habis pakai : arit, asahan, tali, pikulan, ember dsb. Upah bill-Lilt tani : Rp . 5000,-/liari Pendapatan dari anak sapi dan pupuk kandang tidak dihitung Harga kaliandra diperhitungkan Rp . 70/kg segar
1 925 000
-620597
B)
Hasil estimasi terhadap pemberian kaliandra ternyata pada tingkat pemberian 10 kg/ekor/llari dengan adanya tamballan biaya sebesar Rp. 255 500,- dapat mengllasilkan tmbahan pendapatan sebesar Rp . 658 312,-, sehingga pada tingkat pemberian ini memiliki perubahan terduga paling besar (Rp. 402 812,-) dibanding pada perlakuan tingkat pemberian kaliandra lainnya . Sementara itu, pada tingkat pemberian 20 kg/ekor/liari memiliki pentbahan terduga paling kecil ballkan nilainya negatif, yailu Rp - Rp . 347 292,- (Tabel 5) .
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
Tabel 5.
Pembelatijaan parsial untuk mengestimasi penibahan pendapatan bersilt taluman usaha sapi perah pada percobaan pemberian daun kaliandra
Uraian
Perlakuan pemberian kaliandra, kg/ekor/ltari 5 kg
10 kg
15 kg
20 kg
Tambahan biaya
127 750
255 500
383 250
511 000
Tainbaltan pendapatan
496 051
658 312
545 310
163 708
Penibahan terduga (B - A)
368 301
402 812
162 060
-347292
KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut 1. 2.
Melalui pcrluitanan sosial untuk pengembangan hijauan pakan, petcrnak sapi perah mendapat kesempatan untuk meningkatkan skala usalia sapi perah dan produktivitas susu.
Daun kaliandara dapat diberikan kepada sapi perah sebagai pakan tambaltan. Petuberian 10 kg/ekor/ltari cukup baik untuk diterapkan, disamping dapat meningkatkan produksi, juga dengan adanya tambaltan biaya sebesar Rp. 255 .500,-/periode laktasi dapat mentberikan tambaltan pendapatan sebesar Rp . 658.312,-/periode laktasi. Dengan penibaltan terduganya sebesar Rp. 402.812,- .
DAFTAR PUSTAKA Seri Makalah Penelitian No . 1 HICK Badan Litbang Pertanian Banta, G.R . 1980 . Asian Cropping System research : Microeconomic Evaluation Procedures . H)RC, Canada . DHv. 1990. Pengalaman pengelolaan Daerah Aliran Sungai . Laporan Akhir Jilid L'Proyek Klilonto Fase ke-3 & Perpanjangan Fase ke-3 . DHV Consultant Jakarta. MAscARENHAs, J. 1991 . Participatory Rural Appraisal and Learning Methods : Recent Experiences from MYRADA and South India. Forest Trees and People, Newletter No. 15/16. PRAwiRADIPuTRA, B.R ., 1986 . Pola Penggunaan Hiiauan Makanan Ternak di DAS Jratunseluna dan Brantas.