The Effect of Arfreshener Exposure to Thickness of Spermatogenic Cell Layer and Total Sperm of Rattus norvegicus Infants Pengaruh Pendedahan Pewangi Ruangan Terhadap Ketebalan Lapisan Sel Spermatogenik dan Jumlah Sperma Bayi Rattus norvegicus Manarul Ulfah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Air freshener is a household product that explicitly releasing chemicals such as formaldehyde and phthalates can disrupt the reproductive system. This study aimed to determine the effect of exposure to the thickness of spermatogenic cell layer and sperm number of the Rattus norvegicus infant. This research design is experimental laboratory approach with post-test only control group. Subject of this study were 30 white rat babies (Rattus norvegicus) Sprague Dawley and it divided into three groups as gel group (P1), spray (P2), and control (K). Orange gel and spray air freshener has given to gel and spray group, while the control group was not given exposure. The treatment was done for 67 days. Day 68 we conduct surgery for to got testis and count the sperm. The testis was made histological smear and we measure the thickness of spermatogenic cell layer. Data such as the sperm number and the thickness of spermatogenic cell layer were formulated statistically by One-Way ANOVA with Post Hoc Tuckey. The results showed a significant comparison of sperm number on each group (p<0, 05) with the gel group has smallest sperm number and significant comparison thickness of spermatogenic cell layer between control group and spray group (p<0, 05), but it was not significant comparison between control group and gel group (p>0, 05).The result of the study concluded that exposure to airfreshener can affect to thickness of spermatogenic cell layer and sperm number of Rattus norvegicus infants. Key word: Air freshener – Total sperm – thickness of spermatogenic cell
INTISARI Pewangi ruangan merupakan produk rumah tangga yang secara eksplisit melepaskan bahan-bahan kimia seperti formaldehida dan ftalat yang dapat mengganggu sistem reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendedahan pewangi ruangan terhadap ketebalan lapisan sel spermatogenik dan jumlah sperma bayi tikus putih (Rattus norvegicus). Desain penelitian ini adalah experimental laboratorium dengan rancangan percobaan post-test only control group. Subjek penelitian ini adalah 30 ekor bayi tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok perlakuan gel (P1), spray (P2), dan kelompok kontrol (K). Kelompok perlakuan P1 dan P2 diberi pendedahan pewangi ruangan gel dan spray beraroma jeruk dari merk yang sama, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi pendedahan. Perlakuan dilakukan selama 67 hari. Hari ke-68 dilakukan pembedahan untuk pengambilan testis dan perhitungan jumlah sperma. Testis dibuat preparat histologi dan diukur ketebalan lapisan sel spermatogeniknya. Data berupa jumlah sperma dan ketebalan lapisan sel spermatogenik diuji menggunakan uji statistik One-Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Tuckey. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna antara jumlah sperma pada setiap kelompok uji (p<0,05) dengan hasil kelompok gel menunjukkan jumlah sperma yang paling rendah dan juga menunjukkan perbedaan ketebalan lapisan sel spermatogenik yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok spray (p<0,05), namun menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan gel (p>0,05). Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendedahan pewangi ruangan terhadap ketebalan lapisan sel spermatogenik dan jumlah sperma bayi tikus putih (Rattus norvegicus). Kata kunci : pewangi ruangan – jumlah sperma – ketebalan lapisan sel spermatogenik
1
menyebabkan
Pendahuluan Pewangi
merupakan
produk
penipisan
diameter
tubulus seminiferus, dan tinggi dari
rumah tangga yang secara eksplisit
epitel
melepaskan bahan–bahan kimia yang
kehidupan
dikandungnya ke udara dan dihirup
sebagai bahan pelunak plastik. Ftalat
oleh konsumen. Penggunaan secara
juga sangat berpotensi untuk merubah
umum produk pengharum ruangan di
kadar
dalam ruangan dapat menyebabkan
produksi
peningkatan konsentrasi gas udara
testosteron (Golalipour,et a.l, 2007;
ruangan
Solomon, 2007).
udara.
dan Bila
partikel
pencemaran
peningkatan
terjadi
seminiferus.
sehari-hari
hormon
Bayi
Ftalat
digunakan
dan
hormon
lebih
dalam
mengganggu pria
sering
terpapar
ditempat kita berada, maka pemaparan
pengharum
partikel pencemaran melalui inhalasi
memiliki intensitas didalam ruangan
manusia akan terjadi (Singer,et al.,
yang lebih tinggi dibandingkan orang
2006).
dewasa. Latar belakang inilah yang Pewangi
ruangan
ini
ruangan
seperti
mendasari
karena
perlunya
bayi
penelitian
mengandung beberapa senyawa kimia
mengenai bahaya pengharum ruangan
berbahaya, seperti formaldehida dan
baik gel maupun spray yang beredar
ftalat. Formaldehida yang merupakan
bebas di masyarakat.
bahan kimia yang sering digunakan dalam proses manufaktur ini dapat
Dengan pengaruh
penelitian
pendedahan
tentang pewangi
2
ruangan terhadap ketebalan lapisan sel
yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
spermatogenik dan jumlah sperma ini
kelompok ge (P1), kelompok spray
dapat memberikan gambaran pada
(P2), dan kelompok kontrol (K).
masyarakat tentang bahaya pewangi
masing-masing kelompok perlakuan
ruangan pada organ tubuh manusia
terdiri dari 10 ekor bayi tikus.
khususnya pada sistem reproduksi, sehingga
bisa
menjadi
bahan
Sebagai variabel bebas adalah pendedahan pewangi ruangan jenis
pertimbanagan bagi konsumen dalam
spray
hal
tergantung adalah ketebalan lapisan sel
pemilihan
dan
penggunaan
dan
gel.
Sedang
variable
pewangi ruangan.
spermatogenik dan jumlah sperma bayi
Metode
tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
Desain adalah
pada
penelitian
eksperimental
ini
laboratorium
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
kandang
dengan rancangan percobaan post-test
kandang
only control group design. Pengmbilan
pemeliharaan
hewan uji sebagai sampel dilakukan
tikus,
dengan
pada
makan, dan sebagainya), perlengkapan
maupun
bedah minor, timbangan badan tikus
kelompok kontrol tanpa diadakannya
merek Casbee (kapasitas 1000x0,1g),
pre-test. Subjek penelitian ini adalah
tempat organ (pot organ), mikroskop
30
binokuler, komputer/laptop, software
kelompok
cara
randomisasi
eksperimen
ekor bayi tikus putih (Rattus
norvegicus) dari galur Sprague dawley
optilab,
perlakuan,
perawatan,
tikus
perlengkapan (botol
tempat makan,
bilik
hitung
minum
gelas ukur
Improved
3
Neubauer, kapas, tisu, spuit, mikro
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
pipet, gelas baker.
Universitas Gadjah Mada.
Bahan yang digunakan dalam
Pelaksanaan
peneltian
ini
penelitian ini adalah Akuades, tiga
dimulai dari persiapan hewan uji yaitu
puluh ekor bayi tikus putih (Rattus
bayi
norvegicus) galur Sprague dawley
norvegicus) yang dipilih sesuai galur,
berjenis kelamin jantan berumur 8
jenis kelamin, dan usia yang telah
hari, air mineral dan pakan tikus,
ditentukan. Hewan uji dikelompokkan
alkohol 70%, formalin 10%, pewangi
menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu
ruangan spray dan gel beraroma jeruk
kelompok gel (P1), kelompok spray
dari satu merek, kloroform 35%, NaCl
(P2),
0.9 %.
(Kontrol)).Setiap kelompok terdiri dari Penelitian ini dilakukan mulai
dari
pemeliharaan
hewan
uji
di
tikus
dan
putih
jantan
(Rattus
kelompok
kontrol
10 ekor tikus. Hewan uji dipelihara di kandang
pemeliharaan
hewan
uji
kandang perlakuan dan pembedahan di
dengan perawatan standar. Perlakuan
Laboratorium
kepada hewan uji dilakukan pada
Kedokteran Universitas
Biomedik dan
Ilmu
Fakultas Kesehatan
Muhammadiyah
kandang dirancang.
perlakuan
yang
Pendedahan dilakukan
sudah pewangi
Yogyakarta (FKIK UMY) selama 8
ruangan
dengan
cara
bulan. Kemudian pembuatan preparat
pewangi ruangan spray disemprotkan
histologi dilakukan di laboratorium
10 kali semprot diawal pendedahan pada kelompok tikus uji spray (P2).
4
Pewangi ruangan gel digantung pada
spermatogenik dilakuakan dengan cara
tepi kandang perlakuan
pengamatan
kelompok
preparat
menggunakan
tikus uji gel (P1). Pendedahan pewangi
mikroskop cahaya dengan perbesara
ruangan dilakukan selama 67 hari.
10 kali. Penghitungan sperma diawali
Dosis awal pendedahan adalah 15
dengan pemotongan saluran sperma
menit yang dilakukan 2 kali setiap
yaitu di kauda epididimis, kemudian
harinya yaitu pagi dan sore. Dosis
dipotong
dinaikkan 15 menit pagi dan sore
ditambahkan sebanyak 800µl pada
setiap satu minggu sekali, sehingga
gelas baker yang berisi potongan
didapat hasil akhir paparan yaitu 4,5
saluran sperma, lalu diaduk. Campuran
jam
spermatozoa dimasukkan ke dalam
di
usia
paparan
67
hari.
keci-kecil.
bilik
hari
dibedah
Perhitungan dilakukan dengan cara
menggunakan alat bedah minor dan
menghitung jumlah sperma di bawah
dilakukan pengambilan organ yang
mikroskop elektron dengan perbesaran
akan
Organ
4x10 pada lima lapang pandang.
disimpan pada larutan formalin 10%
Pengamatan dilakukan pada kotak
sebelum dilakukan pembuatan preparat
kecil bilik hitung. Kotak kecil yang
histologi dengan metode blok parafin
dipilih adalah satu kotak yang terletak
menggunakan
pewarnaan
di bagian tengah dan empat kotak di
(HE).
bagian sudut kotak besar.Kemudian
diteliti
Hematoxylin
68.
Tikus
yaitu
testis.
teknik Eosin
Penghitungan ketebalan lapisan sel
Improved
0,9%
Pembedahan hewan uji dilakukan pada ke
hitung
NaCl
Neubauer.
5
dilakukan pencatatan hasil perhitungan
Hasil Penelitian
jumlah sperma.
Berdasarkan hasil pengamatan
Uji statistik diawali dengan uji
secara mikroskopik perbesaran 10 kali
normalitas Saphiro-Wilk. Analisis data
dapat dilakukan perhitungan jumlah
menggunakan metode statistik One
sperma
Way Anova kemudian dilanjutkan
norvegicus)
dengan uji Post Hoc Tuckey untuk
ketebalan lapisan sel spermatogenik
mengetahui
dari
signifikansi
dari
perbedaan antar kelompok penelitian.
bayi
tikus dan
putih
dapat
masing-masing
(Rattus diketahui
kelompok
perlakuan.
Tabel 1. Jumlah Sperma pada Hewan Uji/ ml sampel No.
Kelompok
Rata-rata ± SD
1.
Kontrol
10.677,06±2272,60938a
2.
Gel
4.710,9254±3369,55562b
3.
Spray
5.653,6314±1298,62926b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf super script berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan uji statistik Anova diikuti uji Tukey pada tingkat kepercayaan 95%. Dari
perhitungan
diketahui bahwa kelompok kontrol
kelompok
mempunyai rata-rata jumlah sperma
perlakuan gel (P1), kelompok spray
yang paling besar, di urutan kedua ada
(P2),
kelompom
jumlah
rata-rata
sperma
dan
pada
kelompok
kontrol
(K)
perlakuan
spray,
dan
6
kelompok gel mempunyai rata-rata
sperma terdapat perbandingan yang
jumlah sperma paling kecil.
bermakna antara kelompok kontrol (K)
Berdasarkan
uji
dengan kelompok gel (P1) dan spray
ANOVAyang
(P2), namun terdapat perbandingan
dilanjutkan dengan Post-Hock Tuckey
yang tidak bermakna kelompok gel
pada
(P1) dengan kelompok spray (P2).
parametrik
hasil
One-Way
derajat
kemaknaan
menunjukkan bahwa
95%
pada jumlah
Tabel 2. Ketebalan Lapisan Sel Spermatogenik No.
Kelompok
Rata-rata ± SD
1.
Kontrol
49,8874±4,28997µma
2.
Gel
48,6985±4,28588µma
3.
Spray
42,8596±3,51934µmb
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf super script berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan uji statistik Anova diikuti uji Tukey pada tingkat kepercayaan 95%. Dari lapisan
ketebalan
spermatogenik
lapisan sel spermatogenik yang paling
pada
besar, di urutan kedua ada kelompom
(P1),
perlakuan gel, dan kelompok spray
kelompok spray (P2), dan kelompok
mempunyai rata-rata ketebalan lapisan
kontrol (K) diketahui bahwa kelompok
sel spermatogenik paling kecil.
kelompok
sel
pengukuran
perlakuan
gel
kontrol mempunyai rata-rata ketebalan
7
Gambar1. Gambaran ketebalan lapisan sel spermatogenik P1, P2, K Berdasarkan hasil uji parametrik One-
PEMBAHASAN
Way ANOVAyang dilanjutkan dengan Post-Hock
Tuckey
pada
derajat
Berdasarkan hasil penelitian telah
terbukti
adanya
kemaknaan 95% menunjukkan bahwa
pendedahan
pada
maupun spray terhadap jumlah sperma
ketebalan
lapisan
sel
pewangi
pengaruh
dan
yang
spermatogenik, yaitu terjadi penurunan
antara
kelompok
jumlah
(P2), dan antara kelompok gel (P1)
ketebalan lapisan sel spermatogenik.
dengan kelompok spray (P2), namun
Hal ini disebabkan oleh kandungan
terdapat
tidak
pewangi ruangan seperti ftalat dan
bermakna antara kelompok kontrol (K)
formaldehida yang mencemari udara di
dengan kelompok gel (P1).
dalam ruangan sehingga mempunyai
yang
dan
sel
kontrol (K) dengan kelompok spray
perbandingan
sperma
lapisan
gel
spermatogenik terdapat perbandingan bermakna
ketebalan
ruangan
penipisan
dampak buruk terhadap kesehatan. Ftalat dapat menyebabkan perubahan
8
kadar
hormon
yang
dapat
melalui rantai transport elektron. SOR
gangguan
sistem
yang berlebihan memicu terjadinya
reproduksi laki-laki (Adane, et al;
reaksi peroksidasi lipid pada membran
2014).
sel spermatozoa (Heryani, et al; 2011).
menyebabkan
Spermatogonium
tikus
membutuhkan empat siklus sampai
Kerusakan
akhirnya
spermatozoa yang diakibatkan oleh
Waktu
membentuk yang
spermatozoa.
pada
membran
sel
diperlukan
untuk
formalin inilah yang menjadi salah
seluruh
tahap
satu pemicu penurunan jumlah sperma
pembentukan sperma adalah 48 hari
pada kelompok perlakuan penelitian
(Krinke, 2000). Pemaparan pewangi
ini.
menyelesaikan
ruangan
pada
hewan
uji
pada
Formalin dapat menyebabkan
penelitian ini dilakukan selama 67
penurunan
hari, sehingga sangat dimungkinkan
Penurunan
jumlah
sel-sel
pemberian paparan pewangi ruangan
spermatogenik
ini
akibat
dapat berpengaruh terhadap ketebalan
kerusakan dari membran sel akibat
lapisan sel spermatogenik dan jumlah
adanya
sperma bayi Rattus norvegicus.
merupakan
Formalin merupakan sumber radikal formalin
bebas yang
eksogen. berlebih
Paparan akan
sel-sel
paparan sumber
spermatogenik.
terjadi
formalin
yang
radikal
bebas
eksogen yang dapat meningkatkan SOR (Senyawa Oksigen reaktif) dan SOR
merupakan
mediator
yang
menyebabkan lebih banyak senyawa
memegang peranan penting dalam
oksigen reaktif (SOR) yang terbentuk
kejadian cedera sel dan kerusakan
9
oksidatif (Mc Coy JT. 2007). Formalin
Selain itu, DEHP menginduksi atrofi
dengan mekanisme Senyawa Oksigen
testis pada tikus juga dikaitkan dengan
Reaktif (SOR) yang menyebabkan
pengurangan
cedera sel dan didukung dengan
pada sel Leydig bersama dengan
mekanisme
penghambatan
penurunan
enzimatis
dapat
aktivitas
biosintesis
Follicle
testosteron
Stimulating
menyebabkan
Hormone (FSH) yang menstimulasi
kerusakan sel spermatogenik sehingga
akumulasi dari cAMP dalam sel
diperoleh
Sertoli (Hazard, 2003).
penurunan
jumlah
sel
spermatogenik. Penurunan jumlah sel spermatogenik
inilah
FSH
berikatan
dengan
yang
reseptor-reseptor FSH spesifik yang
menyebabkan penipisan lapisan sel
melekat pada sel-sel Sertoli di dalam
spermatigenik pada penelitian ini.
tubulus seminiferus. Pengikatan ini
DEHP atau di-(2-ethylhexyl) phthalate
dihidrolisis
oleh
usus
mengakibatkan sel-sel tumbuh dan menyekresikan unsur spermatogenik.
menjadi mono-(2-ethylhexyl) phthalate
Untuk
memulai
spermatogenesis,
(MEHP) yang merupakan bahan racun
dibutuhkan FSH maupun testosteron
aktif pada testis (Bhattacharya, et al.,
(Guyton, 2007). Mekanisme DEHP
2005). Salah satu mekanisme DEHP
yang
menginduksi atrofi testis pada tikus
biosintesis
dikaitkan dengan menipisnya seng
menghambat mekanisme kerja FSH
dalam testis. ZnT-1 adalah trasporter
inilah yang meyebabkan kegagalan
seng yang sangat penting pada testis.
proses
menyebabkan
penurunan
testosteron
spermatogenesis
dan
dan
pada
10
akhirnya
menyebabkan
penurunan
jumlah sperma. Berdasarkan hasil
sel spermatogenik dan jumlah sperma bayi Rattus norvegicus.
penelitian tentang perhitungan sel
Spermatogonium lebih tahan
Sertoli dan sel Leydig diperoleh hasil
terhadap ftalat karena sel ini terletak
bahwa pewangi ruangan spray yang
dalam kompartemen basal, sehingga
peling berpengaruh pada sel Sertoli
terlindung oleh adanya berrier yang
dan sel Leydig.
dibentuk oleh sel Sertoli (Hayati,
DEHP
dan
MEHP
dapat
menghambat produksi testosteron pada testis. Hal ini diketahui dari adanya hubungan antara paparan DEHP dan MEHP dengan konsentrasi testosteron. Paparan DEHP 1-5M dalam 24 jam dapat
menghambat
testosteron
(Lethimonier, et al; 2012). Pada penelitian
ini
paparan
pewangi
ruangan dilkukan dengan penaikan dosis setiap minggunya sehingga ftalat yang
terkandung
ruangan
memang
dalam
pewangi
memberikan
pengaruh terhadap ketebalan lapisan
2004). Hal ini dibuktikan dari data tambahan
penelitian
perhitungan
mengenai
presentase
sel
spermatogonium yang cenderung tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan spray. Selain itu, letak spermatogonium
di
kompartemen
basal juga menunjang perlindungan terhadap
paparan
dari
pewangi
runagan gel yang mengandung banyak formalin. Maka dari itu, presentase sel spermatogonium
pada
kelompok
perlakuan gel masih tetap tinggi.
11
Ftalat
dapat
mengahambat
Paparan
dari
ftalat
dapat
sintesis DNA dan RNA. Spermatosit
menyebabkan gangguan dalam proses
termasuk
steroidogenesis
sel
yang
paling
aktif
yaitu
dengan
cara
mensintesis RNA, maka sel ini paling
mengganggu proses genetik. Paparan
aktif terhadap ftalat, sehingga selnya
ftalat menyebabkan mRNA CYP19
banyak
yang
mengalami
degenerasi
dibutuhkan
dalam
(Rumanta, et al; 2001). Hal ini dapat
steroidogenesis
dilihat dari hasil penelitian mengenai
diekspresikan. Tidak diekspresikanya
perhitungan presentase sel spermatosit
CYP19 menyebabkan estrogen dalam
primer. Meskipun tidak didapatkan
serum mengalami penurunan (Lee, et
perbedaan
pada
al; 2009). Estrogen ini penting dalam
perhitungan presentase sel spermatosit
proses spermiogenesis yang meupakan
primer
proses
yang
antara
kelompok
signifikan
kelompok
perlakuan
kontrol,
gel,
dan
tidak
proses
berkembangnya
dapat
spermatid
menjadi spermatozoa (Guyton, 2007).
kelompok perlakuan spray, namun
Hal
tetap diperoleh perbedaan rata-rata dari
menyebabkan angka presentase sel
perhitungan presentase sel spermatosit
spermatid pada kelompok perlakuan
primer,
sel
spray lebih tinggi secara signifikan
spermatosit primer pada kelompok
dibandingkan kelompok gel dan tidak
perlakuan
signifikan dengan kelompok kontrol,
dimana
spray
presentase
lebih
dibanding kelompok kontrol.
rendah
inilah
namun gangguan
pada
yang
dimungkinkan
akhirnya
terdapat
perkembangan
spermatid
12
menjadi
spermatozoa.
perbedaan
yang
Adanya
bermakna
pada
kadar hingga 13 µg/m³ (SCHER, 2006).
Ftalat
sangat
berpotensi
presentase sel spermatid kelompok
mengganggu
perlakuan gel dimungkinkan karena
terutama melalui jalur hormonal dalam
kandungan formalin pada pewangi
proses kerusakan sel spermatogenik
ruangan gel yang dapat menyebabkan
yang dapat menimbulkan penipisan
kerusakan membran sel spermatid
lapisan sel spermatogenik. Hal ini
melalui proses radikal bebas. Sel
terbukti dari rata-rata sel Leydig dan
Spermatid
sel Sertoli yang berperan dalam proses
mempunyai
kandungan
sistem
reproduksi
Superoksida Dismutase yang tinggi
hormonal
spermatogenesis,
pada
(Astuti, at al., 2009). Mekanisme kerja
kelompok
perlakuan
lebih
dari
dibandingkan
Superoksida
spray
Dismutase
yang
rendah
oksidan
dapat
perlakuan gel dan kontrol. Kandungan
dihambat oleh formaldehida (Heryani,
formalin dalam pewangi ruangan gel
2011). Hal inilah yang meyebabkan
menyebabkan
penurunan jumlah sel spermatid pada
spermatogenik
kelompok perlakuan gel.
proses
merupakan
anti
dengan
kerusakan pada
spermatogenesis.
sel
pertengahan Hal
ini
Diethyl phthalate lebih banyak
terbukti pada kelompok perlakuan gel,
terkandung dalam dupa dan bahan
rata-rata sel Leydig, presentase sel
pewangi
Sertoli dan spermatognium lebih tinggi
spray.
Sedangkan
formaldehida lebih banyak ditemukan
dibandingkan
dengan
kelompok
pada pewangi ruangan gel dengan
kontrol dan kelompok perlakuan spray,
13
namun pada presentase sel spermatid
perlakuan gel memang lebih tebal
didapatkan angka yang lebih rendah
dibandingkan
secara signifikan dibandingkan dengan
spray, namun jumlah sperma pada
kelompok
kelompok perlakuan gel lebih rendah
kontrol
dan
kelompok
dibandingkan
perlakuan spray. Pewangi ruangan spray yang lebih banyak
mengandung
menyebabkan spermatogenik
ftalat
kerusakan sejak
awal
sel proses
spermatogenesis, sehingga lapisan sel spermatogenik perlakuan
pada spray
kelompok lebih
tipis
dibandingkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan gel. Pewangi ruangan gel lebih banyak mengandung formalin yang dapat menyebabkan kerusakan sel spermatogenik melalui mekanisme
radikal
bebas
pada
pertengahan proses spermatogenesis dan juga pada spermatozoa, sehingga lapisan sel spermatogenesis kelompok
kelompok
dengan
perlakuan
kelompok
perlakuan spray maupun kelompok kontrol. Kelompok kontrol memang tidak mempunyai angka presentase sel spermatogenik yang selalu lebih tinggi dibandingkan
dengan
kelompok
perlakuan gel dan spray, namun tidak adanya paparan pewangi ruangan yang mengandung bahan kimia berbahaya menyebabkan tidak adanya kerusakan sel
spermatogenik,
sehingga
pada
akhirnya jumlah sperma ada kelompok perlakuan
kontrol
lebih
tinggi
dibandingkan kelompok perlakuan gel dan spray.
14
spermatogenik
Kesimpulan 1. Terdapat
pengaruh
buruk
pewangi
ruangan
pendedahan berbentuk
gel
terhadap
maupun
spray
ketebalan lapisan sel
spermatogenik dan jumlah sperma bayi
tikus
putih
(Rattus
norvegicus). 2. Tidak
perbedaan buruk
tingkat
pendedahan
pewangi ruangan gel dan spray terhadap
jumlah
ketebalan
sperma
dan
lapisan
sel
bayi
Rattus
spermatogenik
norvegicus. Hal ini dikarenakan kandungan
Rattus
norvegicus. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian serupa lebih
lanjut
dengan
waktu
pendedahan pewangi ruangan yang lebih lama dan dalam periode yang lebih lama.
ada
pengaruh
bayi
bahan
kimia
pada
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan pewangi ruangan yang lebih beragam, sehingga dapat diketahui
kandungan
berbahaya
pada pewangi ruangan gel maupun spray
yang
lebih
spesifik
mempunyai efek berbahaya pada sistem reproduksi pria.
masing-masing pewangi ruangan gel
dan
spray
mempunyai
Daftar Pustaka
penurunan jumlah sperma dan
Adane, L., Rawa, M., & Getasew, A.(2014). A Survey on Awareness of Consumers about Health Problems of Air Fresheners:A Case Study at Jimma University, Southwestern Ethiopia. World Applied Sciences Journal 32 (5): 884-890 L Adane, R Mahitot, G Assefa - World Applied Sciences Journal, 2014 - idosi.org, diakses tanggal 12 desember 2014
penipisan
Astuti,S., Deddy, M., Made., A., Bambang, P., dan Tutik, W. (2009). Pengaruh Pemberian Pepung Kedelai Kaya
mekanisme berbeda yang samasama
dapat
menyebabkan
lapisan
sel
15
Isoflavon terhadap kadar Malondialdehid (MDA), Aktivitas Superoksida Dismutase (SOD) Testis dan Profil Cu,Zn- SOD Tubuli Seminiferi Testis Tikus Jantan. J.Teknol dan Industri Pangan. Vol XX No.2 Bhattacharya, N.,Jannette, M., My-Nuong, V., Janice. O., Richard, O., Kwan, H. (2005).Differential Effects of Phthalates on the Testis and the Liver.Biology of Reproduction, (72). 745-754 (http://www.biolreprod.org/content/72/3/745.full.pdf, diakses tanggal 22 April 2014)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21023/4/ Chapter%20II.pdf diakses tanggal 6 April 2014)
SCHER.(2006). Emission of Chemicals by air fresheners.European Comission Health and Consumer Protection Directorate-General.Diakses tanggal 22 April 2014, dari http://ec.europa.eu/health/ph_risk/committees/04_scher/do cs/scher_o_026.pdf).
Galalipour, M.,R. Azarhoush., S. Ghafari., A.M. Gharravi., S.A. Fazeli., A. Davarian. (2007). Formaldehyde exposure induceshistopathological and morphometric changes in the rat testis.Via Medica, 66(3), 167171.(http://czasopisma.viamedica.pl/fm/article/view/1602 2diakses tanggal 4 April 2014)
Singer, B.C., Nazarrof, W., Beverly, K., Hugo, D., Alfred, T., Melisa, M., et al. (2006).Indoor secondary pollutants from cleaning product and airfreshener use in the presence of ozone.Atmospheric Environment, (40). 6696– 6710.(9http://faculty.rmu.edu/~short/research/formaldehy de/formaldehyde-papers/Singer-BC-et-al-2006.pdf, diakses tanggal 4 April 2014)
Guyton, C dan John,E. (2007). Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Jakarta: EGC.
Solomon, G. (2007). Protect Your Family fromthe Hidden Hazards in Air Fresheners.NRDC. Diakses tanggal 1 april 2014, dari https://www.nrdc.org/health/home/airfresheners/fairfreshe ners.pdf
Hayati, A., Binti, Y., Rai, P., Win, D., & Dwi, W. (2004). Efek 2-Methoxyethanol terhadap Struktur Histologi Testis Mencit (Mus musculus). Berk.Penel.Hayati:10(7-12). Hazard (2013).Phthalates.Exposure to Environmental Hazard.Diakses tanggal 22 April 2014 dari http://enhs.umn.edu/current/5103/phth/toxicity.html. Heryani, S., Werdi S., Made, K. Indira, L. (2011). Paparan Formalin Menghambat Proses Spermatogenesis pada Mencit.Jurnal Veteriner, 12 (3). 214-220) (ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/download/3518/2550 , diakses tanggal 13 April 2014) Larasaty, Widya.(2013). Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vitro. Karya Tulis Ilmiah Strata satu, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lethimonier, C., O. Albert., B. Bizec., E. Perdu., D. Zalko., F. Courant., et al. (2012). Human Testis Steroidogenesis is Inhibited by Phthalates. Journal of Human Reproduction, 0 (0). 1-9. http://humrep.oxfordjournals.org/content/early/2012/03/07 /humrep.des069.full.pdf+html, diakses tanggal 12 desember 2014 Mahdi, C. dan Aulaniam.(2010).The Effect of Formaldehyde Exposure and Yogurt Suplementation Profile and Character of Hepar Tissue Protein of Rats (rattus Norvegicus).Indo.J.Chem, 10(1), 132-137. (pdmmipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/ijc/article/download/49 9/516, diakses tanggal 22 April 2014) Pratiwi, Aisyah.(2010). Analisis Kandungan Formaldehid Pada Beberapa Merek Pengharum Ruangan Berbentuk Gel Yang Beredar Di Pasaran Kota Medan Tahun 2010.Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Sumatera Utara,Medan.