NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajad Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh HUSNUL KHOMSIAH 20120320036
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA THE EFFECT OF HEALT EDUCATION ON THE PERCEPTION OF YOUNG WOMAN ABOUT PREVENTION LEUKOREA IN SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA AND SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Husnul Khomsiah1, Sri Sumaryani2. Mahasiswa Ilmu Keperawatan, Dosen Pembimbing Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract Background: Leucorrheais one of the problems that might occur to female teenagers who have got their period. Perception is an important thing to prevent white discharge in teenagers. Health education can be conducted to enhance the perception. Purpose: This study aims to discover the effect of health education on female teenagers perception of preventing white discharge. Research method: This study is a quacy-experimental pre-test post-test with control group design. The sampling technique was non probability sampling using purposive sampling method. There were 136 populations in this study. However, there were only 25% or 34 respondents that were obtained as research samples. Research result: The result of statistical test analysis using Wilcoxon test on experiment group shows that p value = 0.607 and on control group, p value = 0.936. The result of Mann-Whitney test shows that p value = 0.188 (p =>0.05). Conclusion: There is no significant effect of giving health education on female teenagers’ perception of preventing white discharge in SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta and SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Keywords: Leucorrhea, health education, perception, teenagers
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Abstrak Latar Belakang: keputihan merupakan salah satu masalah yang dapat terjadi pada remaja putri yang sudah mengalami menstruasi. Persepsi merupakan hal yang penting dalam mencegah keputihan pada remaja. Untuk meningkatkan perepi dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimental pretest-posttest dengan control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode Purposive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak136 populasi, dari 136 populasi tersebut diambil 25% atau 34 responden sebagai sampel penelitian. Hasil Penelitian: Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen didapatkan nilai p= 0,607 dan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p=0,936. uji Mann-Whitney didapatkan nilai pvalue= 0,188 (p=>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Kata Kunci : Keputihan (leukorea), Pendidikan Kesehatan, Persepsi, Remaja
Keputihan(flour
Pendahuluan Remaja dalam bahasa latin adalah adolescence,
yaitu
tumbuh
mencapai
kematangan.
untuk Istilah
adolescence mempunyai arti yang luas yaitu mencakup kematangn mental, emotional, sosial, dan fisik. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan
psikologis,
dan
biologis,
perubahan sosial1.
discharge,
albus,
leukorea)
white
merupakan
keluarnya cairan dari vagina yang tidak berupa
darah.
Keputihan
dibagi
menjadi dua yaitu keputihan normal (fisiologi) dan keputihan abnormal (patologis) merupakan gejala dari suatu kelainan yang harus3. Keputihan remaja Penelitian
sering
dialami
dibandingkan yang
oleh
dewasa.
dilakukan
oleh
Perubahan biologis pada remaja pada
Ayuningtyas (2011) pada SMA Negeri
remaja perempuan salah satunya pada
4 Semarang, mengatakan bahwa 96,9%
sistem reproduksi yang diengaruhi oleh
remaja mengalami keputihan. Masalah
perubahan hormonal.
keputihan di Indonesia 75 % wanita
Perubahan
anatomi
organ
reproduksi remaja perempuan yang ditandai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan pada bentuk dada, dan perbesaran
panggul,
mengalami keputihan yang disebabkan karena iklim yang lembab sehingga mudah terkena infeksi jamur candida albicans dan parasit4.
sedangkan
Upaya yang dilakukan remaja yaitu
perubahan fisiologi ditandai dengan
dengan menggunakan antiseptik yang
adanya
dapat
banyak dijual dipasaran. Penggunaan
mengalami keputihan yang fisiologis
antiseptik justru akan mengganggu
pada setia siklus menstruasi2.
ekosistem
vagina
kehidupan
bakteri
menstruasi.
Remaja
terutama baik,
jika
pH pH
terganggu maka bakteri jahat akan
Persepsi dan sikap yang tidak tepat akan
berkembang lebih banyak dan mudah
memperlemah dorngan seseorang untuk
terkena penyakit salah satunya ditandai
berperilaku sehat6.
dengan keputihan5.
Persepsi
Pencegahan pada keputihan yang
adalah
memandang suatu
cara
seseorang
kejadian
utama adalah dengan menjaga personal
kehidupannya
hygiene. Hasil penelitian Prasetyowati
yang salah juga dapat berdampak pada
(2009)
yang
sikap dan perilaku sehat seorang
membersihkan daerah kewanitaan tidak
remaja, sebagian besar perempuan
baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi
merasa tidak masalah dengan keluhan
keputihan dibandingkan pada remaja
keputihan yang mereka alami dan
putri yang membersihkan vagina dengan
mereka
baik. Remaja yang tidak baik dalam
akibatnya bagi kesehatannya jangka
membersihkan sebanyak
menunjukan
84%
remaja
tidak
sehari-hari.
dalam
pernah
Persepsi
memikirkan
daerah
kewanitaan
pendek maupun jangka panjang.Faktor
dan
mengalami
yang mempengaruhi persepsi yaitu dari
keputihan. Usaha pencegahan keputihan
diri
perlu dilakukan pendidikan kesehatan
pengetahuan dan pengalaman yang
tujuannya
dimiliki seseorang sangat berperan
agar
seseorang
mampu
individu
sendiri
memahami apa yang dapat mereka
dalam
lakukan terhadap masalahnya.Meskipun
yang diperoleh. Faktor stimulus dapat
banyak wanita mengalami keputihan
dipersepsikan ketika stimulus kuat dan
namun mereka menganggap hal yang
dapat menimbulkan kesadaran serta
normal.
akan
bisa dipersepsikan. Faktor lingkungan
mendorong seseorang untuk bersikap
dapat mempengaruhi persepsi seperti
yang tidak benar terhadap keputihan.
pendidikan, keluarga, dan teman7.
Persepsi
yang
salah
mengiterpretasikan
seperti
stimulus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Johar (2013)
pencegahan Meraka
dan
juga
penanganannya.
mengatakan
ketika
sebagian besar persepsi remaja negatif
mengalami keputihan merasakan gatal-
sebanyak 42 responden (54,8%) hal ini
gatal, tidak nyaman, dan berbau saat
dipengaruhi oleh kurangnya informasi
mengalami keputihan, tetapi mereka
yang
menganggap bahwa keputihan adalah
diperoleh
tentang
kebersihan
kelamin. Tahap remaja merupakan suatu proses dimana pembentukan sikap dan jiwa seorang remaja menjadi lebih matang terhadap pengaruh lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi hal tersebut melalui proses seleksi atau penyelesaian
remaja
dapat
menyelesaikan, kemampuannya sebagai seorang
individu
kelompok
maupun
didalam
hal yang wajar dan tidak perlu dicegah. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti
tertarik
“Pengaruh Terhadap
untuk
Pendidikan Persepsi
meneliti Kesehatan
Remaja
Putri
Tentang Pencegahan Keputihan di SMP
Negeri
1
Kasihan
Bantul
Yogyakarta”.
anggota kehidupan
masyarakat8.
Metode penelitian Penelitian ini termasuk penelitian
Berdasarkan
hasil
studi
jenis
penelitian
kuantitatif
dengan
pendahuluan penelitian terhadap 10
menggunakan Quasy Eksperimental
remaja putri di SMP Negeri 1 Kasihan
pretest-posttest with control group
Bantul
design.. Penelitian ini bertujuan untuk
Yogyakarta
didapatkan
data
bahwa semua remaja putri pernah
mengetahui
mengalami
Mereka
kesehatan terhadap persepsi remaja
mengatakan belum pernah mengetahui
putri tentang pencegahan keputihan di
tentang masalah keputihan baik dari
SMP
keputihan.
Negeri
pengaruh
1
pendidikan
Kasihan
Bantul
Yogyakarta
dan
SMP
Negeri
2
Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 1 di atas hasil
Kasihan Bantul Yogyakarta .
analisis
data menunjukan bahwa
Populasi dalam penelitian ini adalah persepsi
remaja
putri
tentang
remaja putri SMP Negeri 1 Kasihan pencegahan keputihan saat pretest Banrul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 kelompok ekperimen memiliki nilai Kasihan
Bantul
Yogyakarta
yang rata-rata 50,00.
sudah menstruasi. Table 2 nilai kelompok eksperimen Teknik didalam
pengambilan penelitian
menggunakan
sampel
ini
non
ialah
sampling dengan menggunakan kriteria didapatkan
Kel. Eksperimen Mean
probability
sampling dengan metode Purposive
inklusi
posttest pada remaja putri
jumlah
sampel
sebanyak 34 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016. Tempat penelitian di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.
Post test
49,35
Std. Deviasi 4,941
Sumber data primer 2016 Berdasarkan table 2 persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan saat postest
kelompok eksperimen
memiliki rata-rata sebesar 49,35. Tabel 3 Nilai kelompok Kontrol Remaja Putri di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta
Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat
Kelompok kontrol
Tabel 1 Nilai Kelompok Eksperiment Pretest Remaja Putri
Median (min-mak)
50,00 (40-56)
Mean
Std. Deviasi
47,56 47,44
4,106 4,237
Sumber : Data primer
Kelompok Eksperimen Variabel Penelitian Pretest
Variabel Penelitian Pretest Postest
Std. Deviasi 4,561
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa hasil analisis data persepsi
remaja putri tentang pencegahan
test pada kelompok eksperimen
keputihan saat
kelompok
terhadap persepsi remaja putri
kontrol 47,56. Sedangkan persepsi
tentang keputihan di SMP Negeri
remaja putri saat posttest kelompok
1 Kasihan Bantul Yogyakarta.
kontrol memiliki nilai rata-rata 47,44.
b. Hasil Persepsi Remaja Putri
pretest
2. Bivariat
pada Kelompok Kontrol
a. Hasil persepsi remaja putri
Tabel 5 Hasil Analisa Perbedaan
pretest dan posttest diberikan
Persepsi Remaja Putri pada pret-
pendidikan kesehatan tentang
test dan Post-Test Kelompok
pencegahan keputihan pada
kontrol Menggunakan Uji paired
kelompok eksperimen
simple t-test independent
Tabel 4 Hasil Perbedaan Persepsi Remaja Putri Pre-Test dan PostTest pada Kelompok Eksperimen
n Pretest 34 Postest 34
Kelompok Kontrol Std. Deviasi 4,106 4,237
p 0,817
Sumber : Data Primer 2016 Menggunakan Uji Wilcoxon. Tabel 5 hasil uji paired t-test
Pret est Postt est
Kelompok eksperimen n Std. p deviasi 34 4,106 34
4,237
pada
nialai
(p<0,05),
hal
menunjukan
Tabel 4.5 menyajikan hasil uji diperoleh
diperoleh
kontrol p
0,817
0,607
Sumber : Data Primer 2016
wilcoxon
kelompok
nilai
p
sebesar 0,607 (p>0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil pre-test dan post-
terdapat bermakna.
tersebut
bahwa
tidak
perbedaan
yang
c. Hasil
pengaruh
persepsi
Bantul Yogyakarta dan SMP
remaja putri pada kelompok
Negeri
eksperimen
Yogyakarta.
dan
kelompok
kontrol
remaja
kelompok
putri
pada
eksperimen
dan
kelompok kontrol menggunakan Uji
Kasihan
Bantul
Pembahasan
Tabel 6 hasil analisa perbedaan persepsi
2
paired
simple
t-test
independent
1. Persepsi
Remaja
Tentang
Putri
Pencegahan
Keputihan pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada perbedaan
K. Eksperimen K. Kontrol
n
Posttest P
34
0,076
yang
signifikan
persepsi
pada
eksperimen
terhadap kelompok
yang
dilakukan
Sumber : Data Primer 2016 intervensi berupa pendidikan Tabel 4.6 hasil uji T-Test kesehatan,
dengan
demikian
Independent saat dilakukan pemberian post-test
pada
pendidikan
kelompok kesehatan merupakan salah satu
eksperimen
dan
kelompok faktor
yang
tidak
kontrol diperoleh nilai p 0,076 mempengaruhi persepsi remaja (p>0,05).
Hasil
tersebut putri
membuktikan
bahwa
tentang
tidak keputihan.
ada
pengaruh
Pendidikan
pemberian kesehatan
pendidikan
pencegahan
merupakan
segala
kesehatan upaya
untuk
direncanakan
terhadap persepsi remaja putri untuk mempengaruhi orang lain tentang pencegahan keputihan baik di SMP Negeri 1 Kasihan
individu,
kelompok
masyarakat sehingga mereka
pengalaman
hidup,
melakukan apa yang diharapkan
pengalaman
dan
pelaku kesehatan. Perubahan
yang dihasilkan berbeda. Proses
pada
persepsi
diri
berhubungan kesehatan maupun
manusia
yang
dengan
tujuan
baik pada
individu kelompok
masyarakat9.
suatu
proses
penyampaian
interpretasi
dari
proses
menerima rangsangan atau data dari
berbagai
sumber
yang
biasanya diterima melalui panca indra,
Pendidikan kesehatan adalah
terdiri
sehingga
proses
menyeleksi
rangsangan,
proses
pengorganisasian
data
informasi melalui proses belajar
rangsangan
dengan berbagai media yaitu
proses penafsiran data atau
media cetak, elektronik dan
stimulus yang diterima, proses
petugas
kesehatan10.Presepsi
pengecekan
yang
atau
data
diterima,
dimana
adalah proses pengorganisasian,
individu mengambil tindakan
penginterpretasian
untuk
dan
memastikan
apakah
pandangan seseorang terhadap
penafsirannya benar atau salah,
terhadap suatu kejadian atau
proses terakhir adalah proses
rangsangan yang diterima oleh
reaksi yaitu proses individu
organisme atau individu melalui
melakukan
panca indra. Persepsi individu
sehubungan dengan apa yang
dalam situasi yang sama dapat
telah diserap.
berbeda. Hal ini terjadi karena setiap
individu
itu
unik,
mempunyai nilai hidup dan
tindakan
Persepsi yang salah dapat membuat
seseorang
salah
menginterpretasikan suatu hal,
sehingga kita perlu mengetahui
(2011)
faktor-faktor
yang
persepsi seseorang agar tidak
berpengaruh terhadap Persepsi
terjadi kesalahan11.
tentang kesehatan reproduksi
Faktor yang mempengaruhi
remaja terdiri dari faktor diluar
persepsi seseorang yaitu faktor
individu dan faktor didalam
internal berupa perasaan, sikap
individu. Faktor diluar individu
dan
adalah
kepribadian
prasangka, harapan,
individu,
keinginan perhatian
atau (fokus),
faktor
lingkungan
dimana remaja tersebut berada. Baik
dilingkungan
keluarga,
proses belajar, keadaan fisik,
kelompok sebaya (peergroup),
gangguan kejiwaan, nilai dan
dan desa. Faktor di dalam
kebutuhan
individu adalah sikap permisif
juga
minat,
dan
motivasi.Faktor eksternal latar
dari
belakang,
informasi
yang
bersangkutan. Sementara sikap
diperoleh,
pengetahuan
dan
permisif ini sangat dipengaruhi
kebutuhan sekitar, intensitas. Menurut persepsi
Viani
yang
tepat
oleh
individu
lingkungan.
yang
Dengan
(2009)
demikian kontrol sosial akan
akan
mempengaruhi sikap pemisif
mendorong remaja berperilaku
terhadap
secara tepat pula sesuai norma
Faktor lingkungan yang sangat
yang
ada,
kelompok
tersebut.
begitu
juga
berpengaruh terhadap perilaku
persepsi
yang
reproduksi remaja adalah faktor
kurang tepat akan mendorong
keluarga. Selain melalui teman
remaja berperilaku yang kurang
sumber informasi utama remaja
tepat.
tentang kesehatan reproduksi
sebaliknya,
Menurut
Laksmiwati
adalah media massa (cetak dan elektronik). sifatnya
Informasi mendidik
meningkatkan
yang mampu
2. Persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan pada kelompok kontrol
pengetahuan
Hasil penelitian menunjukan
kesehatan reproduksi remaja,
bahwa persepsi
sehingga mereka terhindar dari
tentang pencegahan keputihan
perilaku tidak sehat kurang
tidak terdapat perbedaan yang
memadai. Pengetahuan menjadi
signifikan dikarenakan beberapa
faktor
faktor
penting
yang
salah
remaja putri
satunya
adalah
menyebabkan remaja semakin
pengetahuan
dimana
permisif melakukan hubungan
pengetahuan
mempengaruhi
seks pranikah.
persepsi
Hasil pendidikan
pemberian kesehatan
pada
suatu
seseorang
objek
Sedangkan
terhadap
(Waidi,
faktor
2006).
lain
yang
kelompok eksperimen dalam
memengaruhi
perepsi
penelitian ini tidak lepas dari
pengalaman
hidup
peran metode dan media yang
semakain
digunakan
untuk
seseorang maka semakin banyak
menyampaikan informasi yang
pengalaman yang dimilikinya
dilakukan
(Walgito,
yaitu
dengan
adalah dimana
bertambah
2003).
usia
Responden
menggunakan metode ceramah
dalam penelitian ini berusia rata-
menggunakan media elektronik
rata
(slide power point) dan buku
menurut Depkes RI (2009) usia
panduan.
dikelompokan menjadi 9 yaitu
13
tahun
dimana
usia
balita (0-5 tahun), anak-anak (6-
11 tahun), remaja awal (12-16
untuk
tahun),
remaja
akhir
(17-25
yang
tahun),
dewasa
awal
(26-35
(Yusuf, 2016). Hasil penelitian
tahun)
dewasa
akhir
(36-45
terlihat bahwa responden kurang
tahun) lansia awal (46-55 tahun),
memperhatikan informasi yang
lansia
disampaikan oleh peneleliti.
akhir
(56-65
tahun),
manula (>65 tahun). Persepsi
mendapatkan sesuai
dengan
3. Pengaruh
juga
dapat
jawaban
pendidikan
kesehatan terhadap persepsi
dipengaruhi oleh faktor internal
remaja
yaitu
pencegahan keputihan
minat,
perhatian.
kebutuhan,
Dimana
dirinya
minat
putri
tentang
Berdasarkan hasil penelitian
seseorang terhadap suatu objek
di
tergantung seberapa besar energi
(p>0,05),
yang
disimpulkan bahwa tidak ada
dibutuhkan
seseorang
dapatkan
nilai
p=0,076
maka
dapat
untuk memeperhatikan informasi
pengaruh
yang
Sedangkan
pendidikan kesehatan terhadap
terhadap
persepsi remaja putri tentang
suatu informasi dipengaruhi oleh
pencegahan keputihan di SMP
energi yang dikeluarkan untuk
Negeri
memfokuskan
Yogyakarta
perhatian
berikan. seseorang
perhatiannya
(Yusuf, 2016). Kebutuhan
yang
1
signifikan
Kasihan
Bantul
antara
sesudah
diberikan pendidikan kesehatan. adalah
faktor
Hal ini disebabkan karena
yang memepengaruhi seseorang
ada faktor yang mempengaruhi
yang dilihat dari seberapa kuat
proses
individu
kesehatan sehingga informasi
mencari
informasi
pemberian
pendidikan
yang
disampaikan
sepenuhnya
diterima
responden
adalah
kesehatan sendiri, oleh karena
oleh
itu,
faktor
keadaan
saat
kuesioner
(Purnama,
Hasil
tidak
pengisisan
penelitian
2013).
menujukan
pendidikan
merupakan
kesehatan
upaya
untuk
mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif melalui
pndidikan
kesehatan.
keadaan yang tidak kondusif
Pendidikan kesehatan tersebut
pada saat pengisian kuisioner
diharapkan dapat meningkatkan
bahkan ada responden
pengetahuan
yang
sehingga
menempati satu tempat duduk
menjadi
digunakan bersama 3 responden
perilaku kesehatan masyarakat
lainnya,
yang lebih baik.
sehingga
memungkinkan responden dapat
landasan
dapat
Pemilihan
melakukan kecurangan dalam
pendidikan
mengisi kuesioner.
bergantung
Maula (2009) mengatakan
perubahan
faktor
metode kesehatan pada
yaitu
beberapa karakteristik
pendidikan kesehatan merupakan
sasaran
(jumlah,
bagian dari promosi kesehatan
ekonomi,
umur,
karena
kelamin), waktu dan tempat
promosi
makna
penting
kesehatan
pemberdayaan
dari adalah
masyarakat,
yang tersedia spesifik
status
dan
sertya
jenis
tujuan
yang ingin dicapai
sedangkan pemberdayaan adaah
dengan pendidikan kesehatan
upaya
tersebut
daya
untuk
membangkitkan
sehingga
mampu
memelihara serta meningkatkan
seperti
pengetahuan,
perubahan
sikap,
praktek partisipasi.
atau
Penelitian
ini
menggunakan
metode
dan mereka tulis. 90 % dapat
ceramah berupa power point
mengingat
dan tanya jawab (Nursalam,
mereka
2008).
media yang digunhakan adalah
Purnama
(2013)
menggambarkan partisipasi kembali
kemampuan
untuk
mengingat
pesan-pesan
dalam
dari
apa
lakukan,
yang
biasanya
objek sebenarnya dan melalui pengalaman
yang
nyata.
Nursalam (2008) mengatakan teks atau bacaan pada puncak
pendidikan kesehatan menurut
kerucut
teknik dan mediany, dengan
organ visual saja. Jika tujuan
membaca seseorang akan dapat
suatu
pendidikan
kesehatan
mengingat
hanya
untuk
mengubah
10%
dari
yang
akan
menstimulasi
dibacanya seperti leaflet, slide,
pengetahuan, maka teknik dan
booklet,
media baca adalah yang paling
dan
lain-lainnya,
dengan mendengar seseorang akan dapat mengingat 30% dari
tepat. Kesimpulan
yang dilihatnya seperti bagan, Berdasarkan hasil penelitian
foto, grafik, dan sejenisnya. Sedangkan dengan mendengar seseorang
akan
dapat
mengingat 50% dari apa yang didengar
dan
diihat
melihat
demonstrasi,
seperti film,
video. 70 % dapat mengingat dari apa yang mereka katakan
tentang
pendidikan
terhadap
persepsi
kesehatan
remaja
putri
tentang keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta sebagai berikut : 1. Hasil
analisis
data
persepsi
remaja putri sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
pada
kelompok
eksperimen
menggunakan
uji
yang
wilcoxon
saat dilakukan post-test pada kelompok
eksperimen
dan
diperoleh nilai p sebesar 0,607
kelompok kontrol diperoleh nilai
(p>0,05), dengan demikian dapat
p 0,188 (p>0,05) dapat dikatakan
dikatakan bahwa tidak terdapat
tidak terdapat pengaruh dalam
pengaruh
signifikan
pemberian pendidikan kesehatan
terhadap persepsi remaja putri
terhadap persepsi remaja putri
tentang pencegahan keputihan.
tentang pencegahan keputihan di
2. Hasil
yang
analisis
data
persepsi
SMP Negeri 1 Kasihan Bantul
remaja putri sesudah diberikan
Yogyakarta dan SMP Negeri 2
pendidikan
kesehatan
pada
Kasihan Bantul Yogyakarta.
kelompok
kontrol
yang
Saran
menggunakan
uji
wilcoxon
1. Bagi remaja
diperoleh nilai p sebesar 0,936
Bagi
(p>0,05), dengan demikian dapat
berpartisipasi
dalam
dikatakan bahwa tidak terdapat
kegiatan
yang
pengaruh
meningkatkan wawasan terutama
yang
signifikan
remaja
untuk
berbagai dapat
terhadap persepsi remaja putri
dibidang
tentang pencegahan keputihan.
tentang kesehatan reproduksi
3. Hasil analisis persepsi remaja putri
sebelum
dan
sesudah
kesehatan
dapat
khususnya
2. Bagi sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat
diberikan pendidikan kesehatan
membuat
pada
penyuluhan kesehatan di sekolah
kelompok
kelompok
kontrol
eksperimen
dan yang
menggunakan uji mann-whitney
yang
suatu
bekerjasama
pukesmas
setempat
program
dengan terkait
kesehatan reproduksi. Membantu remaja
memperoleh
informasi
dan menambah wawasan tentang kesehatan reproduksi 3. Bagi peneliti selanjutnya Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui
keefektifan
pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaj putri tentang
pencegahan
dengan
jumlah
keputihan
sampel
lebih
banyak, waktu yang lebih lama, dan ruangan yang lebih luas. DaftarPustaka 1. Sarwono. S.W. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2. Kumalasari dan Iwan Adhayantoro. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika. 3. Seragih, Dina Marlina. (2010). Pengalaman Ibu yang Mengalami Keputihan. Universitas Sumatra Utara. 4. Munijaya, S, (2005). Kejadian Keputihan. http//www.mitrakeluarga.com 5. Iskandar, SS. (2008). Awas Keputihan Bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan. 6. Prasetyowati, Yuliawati, Kusrini, K. (2009). Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah Metro.
7. Mubarak, Nurul Chayatin, Khoirul Rozikin, Supriadi. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu 8. Johar, WE, Sri Rejeki, Nikmatul Khayati. (2013). Persepsi Dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dikutip 10 juni 2015, www.journal.portal garuda.org 9. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi IV volume 1. Jakarta: EGC 10. Maulana, Heri TJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC 11. Waidi. 2006. The Art of Reengineering Your Mind for Success. Jakarta: Gramedia. 12. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. 13. Walgito, M. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). www.depkes.go.id. Dikutip 6 Agustus 2016 15. Kustriani. (2009). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang keputihan di SMU Negeri 4 Semaran. UNDIP 16. Purnama, DE. (2013). Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat. Dikutip 20 Februari 2016, http://repository.uinjkt.ac.id/
17. Febryana, E., Apriyanti, H., Pradysta, M.,Anindyajati, G., Karunia,A.,Pranindya,A.,Kusuma, R.A., Syarif., Yew,Y.S., Fairuz A.N., Paskalis, T., Istiono, W. 2010. Perbandingan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Mengenai Demam Berdarah Antara Kelurahan Sosromenduran dan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kodya Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 26 (2). 18. Viani, F. l. 2009. Hubungan antara Persepsi tentang Seks dengan Perilaku Seksual Siswa Kelas XI SMK N 5 Malang. Skripsi Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. (Online),(http:karyailmiah.um.ac.i d/index.php/BKPsikologi/article/view/5650. 19. Laksmiwati, I. A. A. 2011. Transformasi Sosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja. UGM: Yogyakarta.