Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh
TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta
Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI Jakarta, Kebayoran dan Tanah Abang, serta Bekasi di Jabar, mencapai 2,5 ton sehari. Demikian
diutarakan
H.
Mohammad
Isroni,
salah
seorang
penampung lele dari petani Indramayu, Jabar, saat “Temu Petani dan Seminar Budidaya Lele” yang diselenggarakan PT Suri Tani Pemuka (Grup Japfa), produsen pakan ikan dan udang, di Losarang, Indramayu . Aminto Nugroho, Sales Manager Aquafeed Operation Japfa, membenarkan, pasar lele terbesar memang Jakarta. Sayang, lanjut dia, selama ini petani lele di Indramayu belum bisa meraih sepenuhnya peluang pasar tersebut. Setiap hari, pasar Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) butuh pasokan lele tidak kurang dari 75 ton per hari. Jumlah itu dipasok dari Jabar, khususnya Indramayu dan Parung (Bogor). Indramayu sendiri, yang merupakan salah satu sentra lele di Jabar, baru mampu memasok 700—800 ton/bulan (23—27 ton sehari). Lantaran Jabar belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan pasar Jabodetabek, maka lele dari Jateng dan Jatim pun masuk. Peluang Ekspor Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia, dan marak dibudidayakan di Thailand, India, Philipina, dan Indonesia. Di
Thailand, produksi ikan lele ± 970 kg/100 m2/tahun. Di India (daerah Assam) produksi rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha. Selama ini, Thailand, Vietnam, dan Cina telah menjadi eksportir lele ke AS maupun Eropa. Sebagai contoh, Vietnam mampu memasarkan sebanyak 70 ribu ton lele per tahun dengan harga sebesar 2,8 dolar AS per kg. Padahal, potensi produksi Indonesia lebih tinggi dibanding ketiga negara tersebut. Target produksi budidaya lele secara nasional pada 2009 diharapkan mencapai 172 ribu ton, atau naik dari 2005 yang hanya sebanyak 79.020 ton. Sejak 2006 memang telah dirintis ekspor ikan lele dalam bentuk fillet (irisan daging) terutama ke kawasan AS dan Eropa yang permintaannya sangat tinggi. Namun, rintisan ini perlu dioptimalkan, sebab pemanfaatan potensi perikanan budi daya air tawar hingga saat ini baru 10,1%. Melihat masih cukup bagusnya harga jual dan kebutuhan konsumen lele dalam negeri, peluang ekspor ini lebih cocok untuk budidaya skala besar dan intensif. Pasalnya, untuk menghasilkan 1 kg fillet lele dibutuhkan sekitar 3 kg lele (senilai Rp. 27.000/kg), belum lagi biaya proses fillet dan pengemasan. Padahal, untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain maka harus bisa menjual dengan harga lebih rendah, yakni sekitar 2,6 USD per kg. Untuk ekspor (fillet), ukuran lele lebih dari 800 gram per ekor, berkebalikan dengan untuk konsumsi dalam negeri yang lebih menyukai lele berukuran kurang dari 800 gram per ekor. Adapun ekspor berupa lele asap, sedang dijajaki ke sejumlah negara di Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan, DR Victor PH Nikijuluw, Indonesia sudah mengekspor ke Singapura dan Malaysia, hanya jumlahnya masih sangat kecil, tidak lebih dari 1 ton per bulan. Daerah yang diproyeksikan memasok lele
asap ini antara lain Bogor, Boyolali, Yogyakarta, dan Purbalingga. Ekspor lele asap merupakan diversifikasi ekspor ikan, setelah selama ini ekspor dalam bentuk fillet yang di-packing dan diberi label merk dari Indonesia. Di Australia, konsumsi dan pasar lele juga terbuka. Menurut Warta Pasar Ikan, sejak tahun 2006 warga Indonesia yang berada di sana sudah mengenalkan kuliner lele, namun bahan baku sebagian besar dipasok oleh Vietnam. Prinsip-Prinsip Pemasaran 1. Produk •
Pemilihan indukan yang baik
•
Jujur menyebutkan asal usul bibit
•
Panen
dilakukan
dengan
mengikuti
prosedur
pemindahan
kolam yang benar 2. Harga •
Mengetahui harga pasaran yang berlaku (dapat diketahui dari cek langsung di pasaran atau melalui internet)
•
Bekerjasama dengan petani lain untuk menjaga pasaran harga
3. Distribusi -
Pengumpulan dan Penyimpanan : agar memiliki daya tawar yang tinggi, petani sebaiknya saling bekerjasama menyediakan stok yang memadai.
-
Prinsip Pengiriman ikan - tepat jumlah - tepat waktu - tepat mutu - tepat harga
- Sistem pengepakan dan pengiriman
Misal: gunakan kantong plastik yang cukup besar 20-100
liter,
pompakan
oksigen
hingga
2/3
plastik,
jika
perjalanan
jauh
periu
membuka
plastik secara berkala, kendarai mobil jangan terlalu kencang 4. Promosi •
Jaringan Petani
•
Iklan Koran
•
Iklan internet
•
Jual beli melalui internet
Strategi Pemasaran Benih Ikan Karena pemasaran adalah salah satu hal sulit yang paling penting yang harus ditangani oleh produsen benih & petani ikan, perlu untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi mereka. Beberapa persyaratan dasar minimum dalam mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai telah dibahas di bawah ini: 1. Pemeliharaan induk yang baik dan sehat: Keberhasilan produksi benih ikan kualitas terletak pada pemeliharaan induk yang sehat. Hal ini juga diperlukan untuk meningkatkan stok induk ikan dengan
dengan
pengisian
berkala
sehingga
memperkecil
kemungkinan perkawinan sedarah. Perlu juga melibatkan peneliti dari universitas, para ahli dan departemen perikanan untuk memeriksa unit produksi agar efek negatif berkurang. 2. Jaringan Peternak Kecil:
Tanpa infrastruktur dan sumber daya
dasar, sebagian besar peternak kecil akan tergantung pada penetasan yang lebih besar. Oleh karena itu perlu membangun jaringan pemasaran di wilayah tertentu. Unit kerja kecil – dengan biaya rendah- sangat disarankan. Strategi ini akan membantu kualitas produksi dan pemasaran benih ikan.
3. Unit Perawatan: Di pusat-pusat produksi benih ikan, kolam pembibitan memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas Kunci keberhasilannya adalah pembuatan unit produksi berdasarkan pengetahuan ilmiah. Unit yang dibangun harus disesuaikan dengan total jumlah benih ikan diproduksi. Jika peternak kecil tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk mengelola satu set unit pembibitan, benih dapat ditetaskan di peternakan besar terdekat yang memiliki tempat penetasan. Koordinasi yang baik antara pemerintah dan peternak mutlak diperlukan untuk mempermudah proses ini. 4. Pengembangan
unit
tambahan:
Beberapa
perlengkapan
pendukung seperti bahan kemasan (kantong polythene), silinder oksigen, peternakan & peralatan penetasan dll pada waktu diperlukan. 5. Pembentukan kelompok pemasaran terlatih: sistem pengepakan benih yang tidak Ilmiah (sembarangan) dan penanganan benih ikan ceroboh sering mengakibatkan kematian yang tinggi dalam transportasi dan penjualan. Oleh karena itu pelatihan penjualan ikan yang diselenggarakan oleh para ahli perlu diikuti agar penjualan tidak mengakibatkan kematian benih itu sendiri. 6. Fasilitas Transportasi: gunakan transportasi yang efisien dan aman
agar
transportasi.
benih Banyak
ikan
tidak
petani
mendapat
banyak
cedera
selama
menggunakan
metode
tradisional dalam mengangkut benih ikan sehingga tingkat kematian ikan di perjalanan sangat tinggi oleh karena petani perlu mencari informasi yang ilmiah dari lembaga penelitian, universitas dan departemen perikanan. 7. Bekerjasama dengan lembaga keuangan: sangat dianjurkan
untuk
bekerjasama
dengan
lembaga
keuangan
untuk
mendapatkan modal. Jika petani kesulitan mengakses lembaga keuangan formal, jaringan petani dapat dimanfaatkan untuk membentuk koperasi. 8. Pelatihan ekstensif
dan
jaringan
diperlukan
ekstensi:
untuk
program
mendidik
para
pelatihan
yang
petani
untuk
menerapkan prosedur ilmiah dan benar dalam produksi dan pemasaran benih ikan. Ini juga akan memerlukan korelasi antara produsen biji benih dan petani, strategi pemasaran yang efektif dan adopsi praktek-praktek budaya ilmiah. Persilangan bibit dapat bekerja sama dengan para ilmuwan, lembaga penelitian, dan lain-lain. Strategi Pemasaran Ikan Konsumsi 1. Pilih rantai pemasaran yang paling dekat dengan konsumen akhir Jalur penjualan ikan yang lazim dilalui adalah pengepul, banda, pedagang besar, pengecer dan konsumen. Rantai ini sebenarnya terlalu panjang sehingga petani mendapatkan pertambahan nilai yang sangat kecil (bahkan paling kecil diantara pihak lain). Oleh karena itu untuk meningkatkan keuntungan, petani sebaiknya memilih rantai distribusi yang terpendek. 2. Buatlah jaringan petani ikan. Jaringan ini sangat berguna baik untuk mendapatkan informasi pada saat pembesaran ikan, penentuan harga jual yang sepandan, bahkan bekerjasama menciptakan rantai distribusi yang paling pendek. 3. Jika jaringan petani bekerja dengan baik, maka kelompok tani dapat
langsung
supermarket
bekerjasama
sehingga
rantai
dengan distribusi
restoran sangat
atau
pendek.
Jaringan juga dapat diperluas dengan mengikuti programprogram yang diselenggarakan oleh departemen perikanan, departemen
perdagangan,
kelompok
masyarakat
sipil
(universitas/LSM). 4. Perhatikan pengiriman ikan, pada fase ini tingkat kematian sangat tinggi. Berkonsultasi pada pihak yang berkompeten seperti para peneliti dari universitas, departemen perikanan. 5. Jika sedang panen raya, usahakan menjual produk ikan olahan (bakso ikan, abon, dsb) untuk mempertahankan harga jual ikan dan meningkatkan keuntungan peternakan ikan.