MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III SUMATERA UTARA
IMDAD JULIAN PURWANTO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Imdad Julian Purwanto NIM A24100032
ABSTRAK IMDAD JULIAN PURWANTO. Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Dibimbing oleh EDI SANTOSA. Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan, serta bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) di kebun kelapa sawit. Faktor yang dianalisis adalah kualitas buah dan curah hujan hubungannya dengan kandungan ALB. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di Kebun Rambutan PTPN III, Provinsi Sumatera Utara. Analisis data dilakukan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan persentase buah restan berpengaruh nyata (P value = 0.087) terhadap kenaikan kadar ALB pada taraf 10%. Kenaikan 1% (kg) jumlah buah restan akan menaikkan ALB sebesar 0.001%. Persetase buah over ripe, buah unripe dan buah under ripe tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan ALB. Hal tersebut diduga karena proporsi yang sangat kecil. Demikian juga curah hujan, tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ALB. Kata kunci: asam lemak bebas, buah restan, CPO, model linier berganda
ABSTRACT IMDAD JULIAN PURWANTO. Harvest Management of Oil Palm : Effect of Fruit Quality and Precipitation on Free Fatty Acids content in Rambutan Estate, PTPN III, North Sumatera. Supervised by EDI SANTOSA. Internship activitywas conducted in order to increase knowledge, skills, and experience in the oil plantation, as well as to study relationship between harvest management and content of free fatty acid (FFA). Activities were carried out from February to June 2014 at the Rambutan Estate of PTPN III in North Sumatera Province. Effects of fruit quality and precipitation on FFA were analyzed by using multiple linier regression models. Results showed that FFA content significantly affected by percentage of delayed-processed bunches (restan) (P value = 0.087). Increasing level of delayed-processed bunches at rate of 1% (kg) increased FFA level of 0.001%. Percentage of over ripe, unripe and under ripe fruits and precipitation did not significantly affect FFA level. This research implies that control of delayed-processed bunch is important to maintain level of FFA. Keywords: crude palm oil, free fatty acid, general linier model, restan-fruit
MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III SUMATERA UTARA
IMDAD JULIAN PURWANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan ini mengangkat tema: Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Aspek khusus yang diamati adalah pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB). Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing, bantuan dan motivasi selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini terutama kepada: 1. Bapak Habib Bunanjar dan Ibu Siti Supatmi, dan seluruh keluarga yang telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan selalu memberikan waktu dan doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis. 2. Dr Edi Santosa, SP MSi selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas segala bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji, atas bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 4. Dr Dwi Guntoro, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Ir Eltavip M Hsb. MM selaku Manajer Kebun Rambutan dan Ir Achmad Effendi Nst selaku Asisten kepala sekaligus pembimbing lapang beserta seluruh jajaran staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran magang di Kebun Rambutan, PTPN III, Sumatera Utara. 6. Rifa Annisa Siregar terima kasih sudah menjadi kolega yang baik dalam pelaksanaan magang tugas akhir. 7. Ardian, Dede, Delly, Yunus, Rizal, Radhiya, Fidi, Nilam, Ufa, Agung dan seluruh sahabat Edelweiss 47, Kemala 47 serta Faperta 47 terima kasih atas kebersamaan dan kenangan yang diberikan selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Bogor, Oktober 2014
Imdad Julian Purwanto
i
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Kriteria Panen Kualitas CPO Siklus Perkembangan Buah METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan Magang Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG Profil Perusahaan Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengolahan Tanda Buah Segar Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Panen dan Pasca Panen Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan terhadap ALB SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii viii viii 1 1 2 2 2 3 4 4 4 5 5 6 6 6 7 7 8 8 21 23 26 26 28 31 31 31 33 50
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan PTPN III 9 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III 11 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III 11 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen 12 Premi supervisi panen 12 Klasifikasi kelas pemanen 12 Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan 14
ii 9 10 11 12 13
Jenis hama, penyakit dan serangannya Perbandingan prestasi kerja antara mahasiswa dengan buruh harian lepas Pengawasan KHL oleh mahasiswa dalam posisi sebagai pendamping mandor Pengamatan TBS tidak dipanen di Afdeling I Kebun Rambutan Hasil pendugaan faktor mutu buah dan terhadap ALB
17 20 25 27 29
DAFTAR GAMBAR 1
2 3 4 5 6 7
8
Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tandan cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di TPH (F) 10 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B) pengutipan brondolan di TPH (C) 14 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan anak kayu di gawangan mati (B). 15 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B) 17 Tanaman inang musuh ulat api : Turnera subulata Sm 18 Kegiatan penunasan : pemotongan pelepah (A), peletakkan di gawangan mati (B) 21 Tandan buah segar (TBS) yang tidak sehat: buah abnormal dan mentah (A), buah sakit (B), buah batu (C), dan buah matang normal sebagai pembanding (D) 26 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga. grafik membentuk pola heteroskedastisitas penyebaran nilai sisaan Y duga terhadap ALB 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Peta Kebun Rambutan PTPN III 33 Data curah hujan Kebun Rambutan 34 35 Data produksi tahun 2009–2013 di Kebun Rambutan Struktur organisasi afdeling I Kebun Rambutan 36 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Sawit Rambutan PTPN III , Sumatera Utara 37 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 38 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 39 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan November 2013 41 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Desember 2013 42 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Januari 2014 43 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Februari 2014 44 Pengolahan TBS pabrik Rambutan bulan Maret 2014 45 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan April 2014 46 Input data ALB dan kualitas buah pada persamaan Regresi Linier Berganda 47
iii
15 Data curah hujan harian Kecamatan Tebing Tinggi yang digunakan sebagai input model 49
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di Indonesia kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit menghasilkan minyak nabati yang memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono 2003). Pada tahun 2012 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 9.57 juta ha, sedangkan pada tahun 2013 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 10.01 juta ha. Produksi kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 26.01 juta ton, pada tahun 2013 produksi kelapa sawit mencapai 27.74 juta ton (Ditjenbun 2013). Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Umumnya CPO dan PKO digunakan untuk produk pangan sebagai minyak goreng. Untuk menghasilkan minyak goreng yang memiliki kualitas tinggi dilakukan proses rafinasi. Proses rafinasi CPO dan PKO dilakukan dengan tiga tahap yaitu degumming, bleaching dan deodorisasi (Hasibuan dan Nuryanto 2011). Pasar CPO telah menetapkan kualitas. Secara umum kualitas CPO ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas (ALB). Menurut Pahan (2012) standar kandungan asam lemak bebas maksimal untuk pasar ekspor adalah 3.5%. Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS). Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Pemanenan tandan buah segar (TBS) lewat matang akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) dan menurunkan mutu minyak. Panen saat TBS buah belum matang menghasilkan ALB rendah, tetapi akan menghasilkan rendemen minyak sawit yang rendah sehingga dapat menurunkan produksi (Fauzy et al. 2012). Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di lapangan atau sebelum mulai diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada saat pengolahan di PKS kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5% pada PKS yang kurang terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat penimbunan dan pengapalan hingga sampai di tangan konsumen juga relatif rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Asam lemak bebas yang tinggi lemak akan mengakibatkan rasa minyak yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Pengelolaan kadar ALB yang tepat merupakan hasil dari manajemen panen dan pasca panen yang baik dan ketepatan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, dalam kegiatan magang ini faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi kadar ALB akan dipelajari.
2 Tujuan Kegiatan magang bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit. Selain itu, bekerja secara nyata di perusahaan di berbagai jenjang karir. Secara khusus penulis mempelajari faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kandungan ALB pada CPO.
TINJAUAN PUSTAKA Kriteria Panen Kelapa sawit siap panen jika telah berumur 31 bulan sejak inisiasi atau sedikitnya 60% buah telah matang. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15–20 butir. Dengan kriteria panen tersebut, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis (PPKS 2003). Tabel 1 Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit Fraksi
Kriteria kematangan
Jumlah brondolan*
Warna kulit buah **
Warna mesokarp
Derajat kematangan
Rendemen minyak
00
Tidak ada
0
Hitam
Kuning Kehijauan
Sangat mentah
-
Kadar ALB (%) -
0
1–12.5%
1
Hitam Kemerahan
Kuning Kemerahan
Mentah
16.0
1.6
1
12.5–25%
2
Merah Kehitaman
Merah Kekuningan
Kurang Mentah
21.4
1.7
2
25–50%
3–5
Kuning Kemerehan
Merah Kekuningan
Matang I
22.1
1.8
3
50–75%
6–7
Merah Kekuningan
Merah Kekuningan
Matang II
22.2
2.1
4
75–100%
8–10
Merah Kekuningan
Merah Kekuningan
Lewat Matang I
22.2
2.6
5
Buah dalam juga ikut membrondol
>10
Merah Kekuningan
Merah Kekuningan
Lewat Matang II
21.9
3.8
Sumber: Lubis, 1992 Keterangan: * =Brondolan dari tandan bagian luar untuk berat tandan ±10 kg ** = Kelapa sawit varietas Nigrescens
3
Warna kulit buah umumnya menjadi salah satu tanda panen. Warna kulit buah umumnya berubah dari hitam menjadi kemerahan pada saat matang. Untuk mempermudah, kriteria panen biasanya mengacu pada fraksi panen Tabel 1. Fraksi atau indeks kematangan yang biasa dipakai yaitu fraksi 2 dan fraksi 3, karena pada fraksi tersebut rendemen minyak yang dihasilkan tertinggi (Kristiani 2008). Panen buah mentah dan kurang matang (fraksi 00, 0, 1) akan mengakibatkan rendemen minyak yang rendah sedangkan pemanenan buah yang lewat matang (Fraksi 4 dan 5) akan mengakibatkan kandungan ALB yang tinggi (Tabel 1).
Kualitas CPO Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25–27 °C). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8 °C dan pada pemanasan pada suhu 50 °C. Untuk menghentikan kegiatan enzim tersebut bisa dilakukan dengan perebusan hingga temperatur 50 °C selama beberapa menit (Pahan 2012). Aktivitas enzim dapat dihentikan dengan cara direbus di atas 70 ºC selama 30 menit (Naibaho 1998). Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256) (Naibaho 1998). Kriteria minyak kelapa sawit yang memiliki standar mutu yang baik adalah kadar air < 0.1%, kadar kotoran < 0.01%, kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin yaitu < 2%, bilangan peroksida < 2, bebas dari warna merah dan kuning, tidak berwarna hijau, berwarna pucat dan jernih kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam (Ketaren 2005). Menurut Lukito (2013), kandungan asam lemak bebas dipengaruhi oleh penundaan buah diolah (restan). Penundaan baik di TPH maupun di loading ramp PKS akan meningkatkan luka buah dan menurunkan mutu buah. Lamanya penundaan pengolahan buah dapat meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.94% setiap penundaan 1 hari (24 jam).
Faktor Lingkungan Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan pemanenan dan pengangkutan. Terhambatnya kegiatan panen dan pengangkutan dapat menyebabkan berkurangnya output pemanen dan keterlambatan pengiriman buah ke PKS. Keterlambatan pengiriman akan meningkatkan persentase buah restan yang akan berdampak pada kenaikan ALB. Hari hujan juga dapat menyebabkan potensi lossis fruit yang tinggi dan akan berdampak pada rotasi panen yang tinggi pula. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi membuat main road dan collection road menuju PKS menjadi rusak. Jalanan yang rusak akan membuat perjalanan
4 truk pengangkut buah penuh goncangan dan membuat TBS menjadi memar/luka. Semakin lama buah menginap dan tidak diolah akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Menurut Naibaho (1998) bahwa alat transportasi dan jalan adalah hal yang sangat penting dan merupakan urat nadi utama bagi suatu perkebunan kelapa sawit. Menurut Pahan (2012), pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan TBS yang diolah mengandung kadar air yang tinggi sehingga perkembangbiakan mikroorganisme penghidrolisis minyak menjadi tinggi.
Siklus Perkembangan Buah Menurut Fauzy et al. (2012) perkembangan buah kelapa sawit dimulai dengan penyerbukan yang terjadi antara bungan jantan dan bunga betina. Bunga betina yang siap diserbuki biasanya pada inflorensen di ketiak daun nomor 20 pada tanaman muda (2–4 tahun) dan daun nomor 15 pada tanaman tua (> 12 tahun). Penyerbukan biasanya terjadi setelah bunga betina berumur 4 hari setelah bunga mekar, dimana bunga betina mengeluarkan bau harum dan lendir yang menarik serangga sehingga proses penyerbukan dapat terjadi. Waktu penyerbukan yang terbaik yaitu pada hari pertama dan hari kedua setelah bunga mekar. Waktu yang diperlukan dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen adalah 5–6 bulan. Proses terbentuknya minyak dalam mesokarp mulai 120 hsa (hari setelah antesis) dan berhenti saat buah lepas dari tangkainya. Minyak dalam endosperm mulai disintesis saat endosperm mulai memadat yaitu di atas 70 hsa. Secara normal buah mulai membrondol terjadi pada 150–155 hsa. Buah akan membrondol semua dari tandannya sekitar 2–4 minggu sejak membrondol buah pertama.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Magang dilakukan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan Februari 2014 hingga Juni 2014, di Kebun Sawit Rambutan PTPN III yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Kebun Rambutan adalah salah satu unit kebun di bawah PTPN III. Secara administrasi Kebun Rambutan tersebar di dua kabupaten dan tiga kecamatan, yaitu: Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Tebing Tinggi dan Kabupaten Batu Bara yaitu di Kecamatan Air Putih. Pada ketinggian 18–27 m dpl dan berada sekitar 80 km dari kota Medan.
5
Kegiatan Magang Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama 1 bulan pertama penulis berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan aktivitas: pengendalian gulma (kimiawi dan manual) dan HPT (Hama Penyakit Tanaman), pemupukan, dan pemanenan. Pada bulan ke-2 penulis berperan sebagai pendamping mandor, dengan mengawasi pekerjaan beberapa KHL pada kegiatan pemeliharaan hingga pemanenan berjalan dengan baik. Selama 2 bulan terakhir penulis berperan sebagai pendamping asisten. Tugasnya adalah membantu membuat perencanaan operasional, menjamin tenaga kerja ditempatkan pada bidang pekerjaan yang sesuai dan membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujian yang berhubungan dengan proses pemeliharaan dan panen.
Pengamatan Khusus Selama kegiatan magang penulis juga melakukan pengambilan data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau wawancara secara langsung di lapangan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB pada CPO, kualitas panen, kebutuhan tenaga kerja, dan komposisi buah restan selama pengolahan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan. Data yang diambil adalah data mutu buah dan curah hujan. Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di PKS Rambutan. Data yang dianalisis adalah data ALB harian selama dua bulan sejak Maret 2014 sampai April 2014 kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan data mutu buah dan curah hujan.
Analisis Data dan Informasi Pengaruh mutu buah dan curah hujan terdapat ALB CPO dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan software Minitab 16. Faktor-faktor yang mempengaruhi ALB adalah mutu buah, curah hujan dan pengolahan. Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas yakni mutu buah Under ripe (X1), Unripe (X2), Over ripe (X3), restan (X4) dan curah hujan (X5). Model yang digunakan dalam analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 Keterangan: Y = persentase ALB (%) , β0 = konstanta titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X), β1, …, β4 = koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan. X1 = Under ripe (%) X2 = Unripe (%) X3 = Restan (%)
6 X4 = Over ripe (%) X5 = Curah hujan (mm) Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan sehari sebelumnya.
KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG Profil Perusahaan Kebun Rambutan merupakan salah satu perkebunan yang dimiliki oleh PTPN III. Kebun Rambutan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay Hindia Belanda NV RCMA (Rubber Cultur Maatskappy Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Dalam perkembangannya perkebunan ini beberapa kali mengalami perubahan nama, yaitu pada tahun 1961 menjadi PPN SUMUT IV, pada tahun 1967 diubah menjadi unit kebun PT. Perkebunan V (Persero). Pada bulan Februari 1996 terjadi penggabungan antara PTP II, IV dan V yang diberi nama PTP Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di jalan Sei Batang Hari Medan. Peta lokasi perkebunan ditampilkan pada Lampiran 1. PTPN III memiliki visi menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. PTPN III memiliki misi untuk mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan, menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan, memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal, menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan hasil terbaik bagi para investor, menjadikan perusahaan paling menarik untuk bermitra bisnis dan memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
Keadaan Iklim dan Tanah Kebun Rambutan memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan kemiringan lereng < 5%. Jenis tanah Kebun Rambutan adalah aluvial dan hidromorfik kelabu dengan pH sekitar 4–6.5. Temperatur udara berkisar 24–27 ºC. Kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/ suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berpasir dan peka terhadap erosi. Kebun Rambutan dikembangkan dengan perbaikan drainase dan perbaikan kesuburan tanah. Curah hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun terakhir (2003–2013) yaitu merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 101 hari dan rata-rata curah hujan adalah 136 mm/bulan. Keadaan iklim di Kebun Rambutan termasuk dalam tipe iklim E dengan curah hujan 1 300–2 100 mm tahun-1 dengan bulan basah sekitar 8 bulan. Penyinaran matahari berkisar 5–9 jam hari-1 dengan kelembaban udara 70–80%. Data curah hujan ditampilkan pada Lampiran 2.
7
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas hak guna usaha (HGU) Kebun Rambutan secara keseluruhan adalah 6 837.67 ha. Luasan tersebut terbagi dua yaitu sebesar 4 699.91 ha (73.64%) untuk kelapa sawit dan 1 681.95 ha (26.36%) untuk karet. Terdapat 8 pembagian areal kebun yaitu: Afdeling I (856.07 ha), Afdeling II (633.25 ha), Afdeling III (750.65 ha), Afdeling IV (783.05 ha), Afdeling V (985.28 ha), Afdeling VI (1 099.25 ha), Afdeling VII (534.80 ha) dan Afdeling VIII (739.51 ha). Selain itu Kebun Rambutan memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dengan kapasitas 30 ton TBS / jam. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) adalah sebesar 4 806.84 ha sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 989.55 ha. Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri atas tahun tanam 2013, 2011, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, 1997, 1996, 1995, 1994 dan 1993 yang rencananya akan mengalami replanting pada bulan Juni 2014.
Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Rambutan adalah Tenera (Dura x Pisifera). Kebun Rambutan tidak melakukan kegiatan pembibitan sendiri. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.09 m x 7.692 m sehingga populasi tanaman per ha yaitu 143 tanaman. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah tanaman yang disebabkan jarak tanaman yang berbeda dan serangan hama dan penyakit. Jumlah tanaman sebenarnya di lapangan sekitar 109–120 tanaman. Data produksi kelapa sawit Kebun Rambutan dapat dilihat pada Lampiran 3. Produksi buah sawit selama tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya tanaman kelapa sawit yang sudah masuk dalam tanaman tua sehingga memiliki produktivitas menurun. Selain itu penurunan produksi kelapa sawit disebabkan dengan kurangnya curah hujan selama 1 semester yaitu pada bulan Januari sampai bulan Juni tahun-tahun tersebut.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Manager merupakan pimpinan tertinggi di kebun yang bertanggung jawab kepada direksi atas semua kegiatan di tiap unit kerja kebun. Manager Kebun Rambutan membawahi asisten personalia kebun, asisten tata usaha dan asisten teknik/traksi dan 2 orang asisten kepala yang disebut sebagai asisten kepala rayon A dan asisten kelapa rayon B (Lampiran 4). Asisten kepala rayon A membawahi 4 afdeling yaitu III, IV, V dan VI sedangkan asisten kepala rayon B membawahi 4 afdeling yaitu I, II, VII, dan VIII. Asisten personalia kebun dan asisten tata usaha dibantu oleh krani I dan karyawan. Asisten teknik/traksi dibantu oleh mandor bengkel, mandor dinas sipil, mandor traksi dan karyawan. Di afdeling, kegiatan lapangan asisten afdeling dibantu oleh mandor I, sedangkan untuk kegiatan administrasi dibantu oleh krani I. Mandor I membawahi mandor panen dan mandor pemeliharaan. Krani I membawahi krani produksi,
8 krani transport, dan krani cek surat (KCS). Mandor-mandor secara langsung membawahi karyawan di lapangan yang merupakan strata paling bawah dalam struktur organisasi. Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16–0.2. Total tenaga kerja di afdeling I Kebun Rambutan adalah 53 orang dengan luas usaha 856.07 Ha, maka ITK Kebun Rambutan adalah 0.06. Nilai tersebut belum memenuhi tingkat standar tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit. Sistem penggajian karyawan di bagian produksi berdasarkan gaji pokok dan premi sedangkan bagi karyawan di bagian non produksi mendapatkan gaji pokok dan tunjangan peralihan. Selain gaji, karyawan juga mendapatkan fasilitas Tunjangan Hari Raya (THR), bonus dan jatah beras setiap bulan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pemanenan Satu hari sebelum panen, dilakukan perhitungan AKP (angka kerapatan panen) untuk menentukan jumlah pekerja panen, jumlah armada pengangkut, menentukan jumlah tandan matang dan memperkirakan produksi. Setiap areal yang akan dipanen (kapveld) harus terlebih dahulu dihitung angka kerapatan panennya. Tata cara perhitungan AKP yaitu menentukan blok sampel terlebih dahulu untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam 1 kapveld maksimal 50 ha dengan pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang panen dengan rumus sebagai berikut : umlah pohon sampel
AKP = umlah tandan uah matang Contoh perhitungan AKP pada tanaman kelapa sawit TM 2006 pada blok 260 dengan luasan 20 ha: Jumlah populasi = 2 860 pohon Jumlah pohon contoh = 176 pohon Jumlah tandan matang = 60 tandan 176 AKP = :1=3 :1 60 Jumlah estimasi produksi
Kebutuhan tenaga kerja
=
2 860 Pohon
3 = 9 530 kg
=
9 530 kg 1 800 kg
= 953 tandan (@ 10 kg)
= 5.2 = 5 o ang (@1 800 kg)
9
Jumlah armada
=
9 530 kg 6 000 kg
=1.5 t uk (@6 000 kg)
Kegiatan pemanenan dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Sebelum pelaksanaan, pemanen berkumpul di kebun untuk mendapatkan arahan dari mandor panen yakni menjelaskan teknis kerja harian dan pembagian hanca panen. Alat-alat panen yang digunakan adalah dodos, egrek, gancu, kapak, ember dan kereta sorong. Dodos, egrek, dan kapak biasanya setiap pagi diasah terlebih dahulu agar tajam sehingga kegiatan pemanenan bisa berjalan dengan lancar. Sistem hanca yang diterapkan di Kebun Rambutan PTPN III adalah sistem hanca giring. Sistem hanca giring lebih mudah dalam pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik dibandingkan dengan sistem hanca tetap. Setiap mandor panen membawahi 10–15 orang pemanen. Panen kelapa sawit pada TBS dibenarkan apabila buah kelapa sawit telah memberondol. Kriteria TBS matang di areal perbukitan adalah 1 brondolan per TBS, areal bergelombang 5 brondolan per TBS, sedangkan pada areal tanah datar 10 brondolan per TBS. Tandan buah segar siap dipanen dapat dilihat dari fraksifraksi. Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4 dan fraksi 5, sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kadungan minyak yang masih sedikit (Tabel 2). Tabel 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan PTPN III Kriteria mutu TBS Buah Normal Buah Mentah Buah agak matang Buah matang Buah lewat matang Buah abnormal Buah banci Buah mantel
Keterangan Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat 12.5%–25% buah luar membrondol, berwarna merah mengkilat 26%–50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat 50%–100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam membrondol Muncul bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan Buah berlapis dan tidak memiliki inti
Sumber: Data kantor Afdeling I Kebun Rambutan 2014
Tangkai tandan yang sudah dipanen, dipotong seperti cangkem kodok/mulut ikat (2 cm) dan mengutip semua brondolan yang ada di piringan dan pohon. TBS dan brondolan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Buah yang diangkat di TPH disusun 5–10 buah dan diberi nomor pemanen dan mandor. TBS dengan > 30 kg dibagi menjadi 2 bagian, untuk memudahkan pada saat proses
10 perebusan pada pabrik. Sementara TBS yang sudah busuk, buah dibrondolkan dan dimasukkan ke dalam goni dan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH. TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan (restan) maka ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi antara krani transport dan petugas traksi. Pada musim hujan TBS akan banyak tertinggal dan menginap di TPH buah ini disebut buah restan. Proses pemanenan TBS dapat dilihat pada Gambar 1.
(A)
(B)
(C)
(D) (E) (F) Gambar 1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tangkai cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di TPH (F)
Pemeriksaan Kualitas TBS Mandor panen wajib masuk ke hanca panen secara acak setelah kegiatan pemanenan selesai. Tujuannya untuk memeriksa kualitas panen meliputi: TBS matang yang tertinggal, pelepah yang seharusnya dipotong tetapi tidak dipotong dan memeriksa brondolan di piringan, selain itu mandor panen wajib menghitung jumlah TBS yang sudah terkumpul di TPH dan melakukan sortir baah, jika ditemukan TBS dengan fraksi 0 dan fraksi 00 mandor harus memisahkan buah TBS tersebut. Setiap harinya ada petugas kap inspeksi yang memeriksa kegiatan pemanenan apakah sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh kantor. Tujuan pemeriksaan oleh petugas kap inspeksi adalah untuk menjaga kualitas buah yang dipanen. Penilaian pada setiap pemeriksaan panen dilakukan berdasarkan ketentuan panen yang ditetapkan kebun Tabel 3 dan Tabel 4. Penilaian panen, baik pada hanca panen maupun TPH terdiri dari lima aspek, dengan nilai kesalahan masing-
11
masing untuk setiap kesalahan yang dilakukan, dan akan dikalikan dengan jumlah kesalahan yang ditemukan. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan, maka akan semakin tinggi pula jumlah nilai kesalahan yang akan diperoleh pemanen. Nilai kesalahan ini kemudian akan menjadi faktor untuk menentukan premi harian pemanen. Premi diberikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada pemanen yang telah mencapai basis tugas. Premi bertujuan untuk menambah semangat pemanen dalam berproduksi tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif serta meningkatkan pendapatan karyawan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh. Tabel 3 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III Nomor 1 2 3 4 5
Aspek pemeriksaan Tandan matang tidak dipanen Tandan dipanen tidak diangkut di TPH Brondolan tidak dikutip Pelepah tidak dipotong dua atau tiga dan tidak disusun Tidak menurunkan pelepah yang seharusnya diturunkan (curi buah) Jumlah nilai kesalahan
Nilai kesalahan* 5.0 5.0 0.5 1.0 1.0 12.5
*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan
Tabel 4 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III No 1 2 3 4 5
Aspek pemeriksaan Buah mentah dipanen Buah busuk dipanen Tangkai tandan panjang (> 2.5 cm) Tumpukan brondolan kotor Tidak menuliskan nomor pemanen dan nomor mandor panen di gagang tandan Jumlah nilai kesalahan
Nilai kesalahan* 5.0 5.0 1.0 2.0 0.5 13.5
*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan
Prestasi normal adalah kemampuan pemanen yang bekerja secara optimal selama 7 jam kerja. Basis tugas adalah batas prestasi minimum (kg HK-1) yang dicapai pemanen. Setiap pemanen wajib untuk mencapai basis tugas yang telah ditetapkan perusahaan. Basis tugas diberikan kepada pemanen sebesar 70% dari prestasi normal (PN) untuk areal tanah rata sampai bergelombang dan untuk areal berbukit 80% dari prestasi normal tanah rata sampai bergelombang (Tabel 5). Premi panen juga diberikan pada mandor I, krani produksi, krani transportasi, krani afdeling, dan mandor panen yang dapat dilihat dalam Tabel 6. Distribusi basis tugas disesuaikan dengan penyebaran produksi bulanan.
12 Tabel 5 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen Tanaman menghasilkan (TM)
Prestasi normal (PN) Kg TBS HK-1
1 TM 1-3 TM 4-8 TM 9-13 TM 14-20 TM 21-24 TM > 24
2 400 800 1 300 1 200 1 000 800
Basis tugas (BT) kg.TBS Tanah rata s.d Areal berbukit bergelombang s.d curam (70% x PN) (80% x BT tanah rata) 3= 2 x 70% 4= 3 x 80% 280 224 560 448 910 728 840 672 700 560 560 448
Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014
Tabel 6 Premi supervisi panen Supervisi Mandor Panen Krani Transportasi Krani Produksi Krani Afdeling Mandor I
Volume < 10 HK < 10 HK
Perhitungan premi 150% rata rata premi pemanen 110% rata rata premi pemanen 110% rata rata premi krani transport 110% rata rata premi krani produksi 150% rata rata premi mandor panen
Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014
Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi, jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan. Hasil penilaian dari kinerja setiap pemanen yang telah dilakukan oleh mandor kap inspeksi, mandor I, dan asisten afdeling, selanjutnya akan diakumulasikan untuk setiap hari kerja dan akan digunakan untuk menentukan kelas pemanen pada hari tersebut (Tabel 7).
Tabel 7 Klasifikasi kelas pemanen Klasifikasi A B C D
Nilai pemeriksaan panen (%) 90–100 80–89 70–79 60–69
Sumber: Instruksi Kerja PTPN III
Kelas pemanen dapat berubah setiap hari tergantung hasil pemeriksaan panen harian. Kelas pemanen merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan premi pemanen yang akan diterima pada setiap hari kerja. Jika dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi ditemukan hal-hal yang berkaitan dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau
13
pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan. Premi akan diakumulasikan selama 1 bulan dan dibagikan pada saat pembayaran gaji bulanan. Dalam kegiatan panen kebun biasanya melakukan rotasi panen agar kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan baik dan kualitas TBS yang dipanen sesuai dengan kriteria panen. Rotasi panen adalah putaran panen antara panen berikutnya dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Kebun Rambutan dalam setahun membagi rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama (Januari–Juni) menggunakan rotasi 5/7 sedangkan pada semester kedua (JuliDesember) menggunakan rotasi 6/7. Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe bahkan bisa empty bunch. Keadaan tersebut bisa mengakibatkan meningkatnya jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca dan bisa meningkatkan kadar ALB. Interval panen terlalu cepat akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah mentah (Unripe). Hal tersebut akan memperkecil presentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan mempengaruhi mutu buah yang didapatkan. Pemanenan yang dilakukan di Kebun Rambutan sudah cukup baik, mungkin yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen, sehingga bisa mengurangi panen buah mentah. Selain itu, perlu ada kerja sama antara mandor panen dan krani transport sehingga buah mentah tidak diangkut ke PKS. Pengangkutan Buah Setelah buah diperiksa oleh mandor dan krani transportasi buah yang sudah terkumpul di TPH kemudian diangkut ke dalam truk untuk dibawa ke PKS (Gambar 2). Setiap truk yang masuk ke afdeling melapor ke kantor afdeling dan sewaktu mengangkat TBS dari TPH harus diikuti oleh krani transport. Krani transport mencatat jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per tahun tanam per blok per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang dibenarkan masuk ke afdeling sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS dilengkapi dengan surat pengantar TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang ditanda tangani oleh krani produksi dan asisten afdeling. Truk yang mengangkut TBS harus dilengkapi jaring pengaman pengangkutan yang dipasang dengan benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan. Dalam pengangkutan buah biasanya terdapat 2 orang pemuat di setiap truk. Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan truk serta penyusunan TBS. Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB atau saat buah yang dipanen sudah dapat dimuat ke dalam 1 bak truk. Teknik pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun. Kapasitas 1 truk angkut TBS adalah 6–7 ton.
14
(B) (C) (A) Gambar 2 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B) pengutipan brondolan di TPH (C) Gambar 2 (A) menunjukkan TBS yang sudah dikumpulkan TPH dan siap untuk diangkut kedalam truk. Gambar 2 (B) adalah proses pengangkutan TBS ke dalam truk yang dilakukan, sedangkan pengutipan brondolan di TPH di tunjukkan pada Gambar 2 (C). Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Gulma harus diberantas agar pertumbuhan kelapa sawit dapat berjalan dengan baik dan optimal. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rambutan PTPN III dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan dan gawangan. Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan Merk dagang Gradoxone 276 SL Ally 20 WDG
Bahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l Metil metsulfuro
Daerah aplikasi Piringan dan gawangan Piringan
SMART 486 AS
Isopropil amina glifosat 486
Gawangan
Sida Up 490 SL
Isopropil amina glifosat 490
Gawangan
Round Up Biosorp 480 AS
Isopropil amina glifosat 480
Gawangan
Gulma sasaran Rumput dan teki Seluruh gulma (herbisida pratumbuh) Gulma daun lebar, gulma daun sempit dan alang-alang Gulma daun sempit dan gulma daun lebar Rumput dan dan gulma daun lebar
Sumber: Data pengendalian hama dan penyakit Afdeling I 2014
Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan meliputi menggaruk piringan, menggaruk gawangan, dan dongkel anak kayu (DAK). Menggaruk piringan merupakan kegiatan membersihkan gulma yang ada di piringan dengan membersihkan semua gulma dan kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%). Tujuannya adalah agar tanaman dapat menyerap hara secara maksimal,
15
mempermudah kontrol dalam kegiatan pemupukan, dan mudah mengutip brondolan. Sistem kerja yang digunakan dalam pembukaan piringan secara manual adalah dengan membagi tenaga kerja per mandoran. Setiap mandor memiliki anggota yang berbeda-beda tergantung jumlah tenaga kerja yang tersedia. Pekerjaan pembukaan piringan biasanya dilakukan per blok dimulai dari blok dengan gulma terparah. Kegiatan membuka piringan secara manual dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL) yang diawasi oleh mandor. Pada TBM I piringan dibuka dengan radius 1 m dari tanaman. Rotasi pemeliharaan piringan 1– 2 bulan sekali tergantung kebutuhan. Sistem kerja yang diterapkan oleh Kebun Rambutan adalah sistem borongan, dimana 1 tenaga kerja harus dapat membuka piringan/menggaruk piringan sebanyak 60 pohon selama 3 jam kerja. Sistem upah yang diberikan kepada pekerja adalah sistem HK. Satu HK = Rp 15 000 ( 3 jam kerja). Setiap harinya mandor pemeliharaan mencatat di buku mandor yang berisi jumlah tenaga kerja, prestasi kerja yang didapat, dan luasan yang diperoleh. Babat gawangan yang dikerjakan oleh KHL dengan norma 4 HK ha-1. Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mencabut atau mendongkel gulma kayu dan anakan sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini tidak semua jenis gulma perlu diberantas misalnya vegetasi rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi. Disamping itu harus dijaga supaya pengendalian gulma tidak berlebihan untuk mencegah terjadinya erosi. Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan 2 rotasi setahun. Dongkel anak kayu (DAK) dan anakan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan cados kemudian gulma ditumpuk di atas tumpukan pelepah. Sistem kerja yang dilakukan adalah sistem borongan dengan norma 2 HK ha-1 dengan upah sebesar Rp 11 000. Kegiatan DAK dilakukan oleh KHL yang seluruhnya perempuan dengan kisaran umur 45–49 tahun. Kegiatan DAK diawasi oleh satu mandor yang bertugas untuk menjaga kualitas pekerjaan dan membuat laporan harian yang dimasukan kedalam buku mandor yang dilaporkan kepada Asisten Tanaman. Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 3.
(A) (B) Gambar 3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan anak kayu di gawangan mati (B). Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida, baik selektif maupun non selektif. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah cepat dan efektif terutama untuk areal yang luas. Pengendalian kimia meliputi pengendalian gulma pada gawangan, piringan pohon, dan pemeliharaan jalan.
16 Pengendalian gulma secara kimiawi tersebut menggunakan alat semprot knapsack Solo 15 L dan Micron herbi sprayer (MHS) 15 L. Mandor membagi KHL menjadi beberapa grup. Setiap grup terdiri dari 8 penyemprot dengan rincian 1 orang pengisi air, 1 orang membuka Mucuna bracteata (LCC), dan 6 orang tenaga penyemprot. Biasanya dalam 1 hari ada 2–3 grup penyemprot. Upah diberikan secara borongan sebesar Rp 20 000 HK-1. Jika dibanding dengan gaji karyawan pengendalian gulma manual, gaji pengendalian gulma kimiawi lebih besar karena resiko kesehatan lebih besar. Pengendalian gulma secara kimia dengan knapsack Solo 15 L menggunakan nozel dengan warna merah, biru, kuning dan nozel jantung. Nozel merah memiliki lebar semprot 2 m, nozel biru 1.5 m, dan nozel kuning 0.5 m. Herbisida yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam jerigen dengan kapasitas 20 L, kemudian ditambahkan air hingga jerigen penuh. Herbisida yang sudah dicampur lalu dimasukkan kedalam tangki. Pada pengendalian gulma piringan, 1 HK harus bisa mengabiskan 10 knapsack selama 3.5 jam kerja. Hal-hal yang diawasi mandor pemeliharaan adalah pencampuran racun agar dosis tepat. Selain itu air yang digunakan adalah air bersih agar efek herbisida maksimal. Mengingat setiap KHL mempunyai kecepatan jalan yang berbeda-beda mandor juga mengawasi kecepatan jalan penyemprot agar tepat dosis. Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 g l-1 yang dicampur dengan Ally 20 WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%. Gramoxone 276 SL adalah herbisida purna-tumbuh bersifat kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar, sedangkan Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purnatumbuh. Parakuat diharapkan membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh gulma, sementara Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam jaringan. SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma alang-alang. Pencampuran kedua herbisida dengan sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma alang-alang secara efektif. Pengendalian gulma dengan Micron Herbi Sprayer diawasi oleh 1 orang mandor pemeliharaan. Tenaga MHS yang ada di Kebun Rambutan ada 5 orang. Dalam 1 grup terdapat 5 orang tenaga MHS yang terdiri atas 1 orang pengisi air dan 4 orang tenaga penyemprot. Sebelum melakukan kegiatan penyemprotan, tenaga penyemprot harus menggunakan APD terlebih dahulu. Secara umum jenis gulma yang tumbuh di Afdeling I Kebun Rambutan adalah didominasi oleh gulma berdaun lebar yaitu Ageratum conyzoides L, Amaranthus dubius L, Clidemia hirta (L) D.Don, Mimosa pudica L, Nephrolepis biserata (Sw.) Schott dan Passiflora foetida L, gulma teki yaitu Cyperus kyllingia Endl, dan gulma rumput yaitu Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Eleusin indica (L). Gaertn, Imperata cylindrica L, Oxalis barrelieri L, dan Paspalum conjugatum Berg. Pertumbuhan gulma pada areal kebun dapat mengganggu proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses pemanenan. Setiap hari mandor pemeliharaan membuat laporan terkait jumlah tenaga kerja, prestasi dan luasan yang diperoleh. Selain itu mandor membuat peta daerah yang sudah dilakukan pengendalian yang selanjutnya dilaporkan kepada Asisten tanaman saat apel pagi.
17
(A) (B) Gambar 4 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B) Pada Gambar 4 (A) menunjukkan pengendalian gulma pada piringan pohon secara kimiawi, sedangkan Gambar 4 (B) adalah kegiatan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh karyawan harian lepas. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan bila serangan hama sudah di atas ambang batas ekonomi. Jumlah serangan hama dikatakan sudah melewati ambang batas ekonomi apabila serangan > 5% dari populasi. Untuk melihat tingginya serangan pada tanaman kelapa sawit dilakukan sensus hama. Tujuan dari sensus hama adalah untuk melihat populasi hama sedini mungkin, mengetahui stadia hama yang menyerang dan mendapatkan data larva yang mati dan hidup. Tabel 9 Jenis hama, penyakit dan serangannya No 1 2 3 4
Jenis penyakit dan hama Mahasena corbetti. Tams (ulat kantong) Setora nitens. Wlk (ulat api) Oryctes rhinoceros. L (kumbang tanduk) Ganoderma
Ambang batas (jumlah larva hidup) 8–10 ekor
TBM/TM TBM/TM
6–8 ekor TBM/TM 5% untuk TM dan 10% untuk TBM/TM TM TM
Sumber: Instruksi Kerja Kebun Rambutan
Petugas sensus setiap apel pagi akan melaporkan hasil sensus hari sebelumnya. Hasil sensus berisi jumlah serangan hama dan tingkat keparahan serangan hama tersebut. Setelah diperoleh laporan sensus dari petugas sensus, asisten tanaman akan memberikan perintah kepada mandor pemeliharaan untuk melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan hasil sensus serangan. Pada tanaman TBM I serangan hama yang sering ditemukan adalah ulat kantong, ulat api, dan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian hama seperti kumbang tanduk menggunakan pestisida Marshal 5 g dengan dosis 5 g tanaman-1 dengan pengaplikasian ditaburkan butiran-butiran Marshal di ketiak daun. Tenaga penabur terdiri dari 2–4 orang yang semuanya wanita. Dalam 3 jam kerja tenaga penabur harus menghabiskan 2 bungkus Marshal 5 g (karbosulfat 5%) dengan gaji Rp 15 000 HK-1.
18 Pada tanaman TM serangan hama dan penyakit yang sering menyerang adalah ulat api, ulat kantong, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros. L.), dan ganoderma. Serangan ulat api (Setora nitens.Wlk) menyebabkan kerusakan daun (defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10) yang masih berada pada baris pertama. Pengendalian ulat api secara kimia menggunakan pulsfog dengan insektisida Matador. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit. Pelaksanaan fogging dilakukan pada malam hari untuk menghindari penguapan insektisida yang berlebihan akibat panas. Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 ml insektisida ditambah satu liter solar. Jumlah tenaga fogging machine yang ada di afdeling 1 hanya 2 orang. Dalam satu hari kerja tenaga fogging bisa memperolah luasan sebesar 8 ha dengan sistem gaji 1 HK adalah Rp 15 000. Pengendalian menggunakan fogging terbukti bisa mengurangi serangan hama khususnya ulat api dan ulat kantong. Untuk pengendalian ganoderma, belum ditemukan cara yang efektif. Pengendalian hayati dilakukan yakni dengan menanam tanaman inang musuh ulat api (Beneficial plant). Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata Sm., (Gambar 5). Tanaman Trichogrammatoidea thoseae Nagaraja sebagai inang parasitoid sebagai musuh alami ulat api dan ulat kantong. Penanaman tanaman inang musuh ulat api dilakukan di pinggir blok di sepanjang main road dan collection road.
Gambar 5 Tanaman inang musuh ulat api : Turnera subulata Sm Pemupukan Kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit dapat diketahui dari analisis jaringan daun. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat penting, karena biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga pengawasan, ketelitian, dan ketepatan harus perhatikan. Aplikasi pemupukan dilapangan berpedoman pada 5T, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat tempat. Manajemen pemupukan dan
19
realisasinya menjadi tanggung jawab asisten afdeling. Sebelum melakukan pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: kebersihan piringan dan gawangan, ketersediaan pupuk, ketersediaan transportasi, dan ketersediaan tenaga penebar pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di Kebun Rambutan adalah pupuk urea, pupuk Rock phosphate, pupuk muriate of potash, pupuk magnesium karbonat, dan GLB (Green Life Bioorganik). Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.30 WIB sampai selesai. Tenaga kerja berjumlah 12 orang yang berstatus sebagai karyawan harian lepas yang umumnya wanita. Organisasi pemupukan meliputi mandor pupuk, karyawan angkut pupuk, karyawan pengecer dan karyawan penabur. Pengangkutan pupuk dimulai dari gudang sampai pengeceran di lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemuatan pupuk ke dalam truk oleh tim pemuat di bawah pengawasan mandor dan kepala gudang. Pengangkutan untilan pupuk ke blok yang akan dipupuk dan pengeceran untilan pupuk sesuai hanca pemupuk yang telah dibagi oleh mandor pupuk. Pupuk diletakkan di supply point besar (SPB), berupa pasar pikul yang diletakkan di pinggiran blok yang berjarak 2 baris dari ujung awal blok dan 4 baris dari SPB berikutnya, dan demikian seterusnya. Kendala dalam pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah keadaan alat angkutan dan ketepatan waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan. Pemupukan dilakukan secara manual dengan cara menabur pupuk di piringan pohon. Setiap penabur pupuk membawa 10 kg pupuk yang dibawa dengan ember. Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 5 orang penabur pupuk dan 1 orang pengumpul goni. Setiap grup bertanggung jawab untuk memupuk satu gawangan hidup pada hanca yang telah ditentukan sebelumnya hingga batas pasar tengah blok yang dipupuk. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan pemupukan adalah sistem HK, dimana upah satu HK yaitu sebesar Rp 11 000. Mandor pemupukan harus menghitung jumlah goni dan membuat laporan di buku mandor yang diserahkan pada asisten afdeling. Pada umumnya kegiatan pemupukan di Kebun Rambutan PTPN III sudah cukup bagus, tetapi pengawasan yang dilakukan dalam kegiatan pemupukan harus lebih ditingkatkan. Selain itu tingkat kedisiplinan tenaga pemupuk harus ditingkatkan lagi. Dari pengamatan penulis jika ada pupuk yang lebih dalam satu hanca maka pemupuk lebih baik membuang pupuk ke dalam parit daripada mengangkut pupuk dan menaburkan di piringan pohon.
20 Tabel 10 Perbandingan prestasi kerja antara mahasiswa dengan karyawan harian lepas Posisi KHL
Aktivitas Pengendalian Gulma Manual Pengendalian Gulma Manual Pengendalian Gulma Manual Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Rata-rata ± SD
Prestasi kerja ± SD (ha/HK) Mhs KHL 0.09 0.40
Beda 0.31
0.10
0.50
0.40
0.10
0.50
0.40
0.20 0.40 0.25 0.50 0.15±0.07 0.46±0.05
0.20 0.25 0.31± 0.09
*Data diperoleh dari 2 mahasiswa yaitu penulis dan saudari Rifa Annisa Siregar
Pada Tabel 10 dapat dilihat prestasi rata-rata mahasiswa sebesar 0.15±0.07 sedangkan prestasi rata-rata KHL sebesar 0.46±0.09. Perbandingan kemampuan mahasiswa dan BHL dalam melakukan kegiatan pengendalian gulma manual dan DAK berada pada 0.31 ± 0.09 ha. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengendalian gulma manual dan DAK masih jauh di bawah KHL hal ini disebabkan kurangnya pengalaman kerja yang dimiliki oleh mahasiswa. Penunasan Pelepah Setelah buah sawit turun, pemanen diwajibkan untuk menurunkan pelepah berada di bawah TBS. Pelepah yang jatuh ke tanah dipotong menjadi 2 atau 3 bagian dan ditempatkan pada gawangan mati. Tapi tidak semua pelepah harus diturunkan. Pemangkasan pelepah (prunning) adalah kegiatan memotong dan membuang pelepah yang tidak menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit atau mengganggu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelepah yang tidak menguntungkan tersebut yaitu pelepah kering dan pelepah “sengkleh” atau patah yang menggantung di pohon. Penunasan menghindari over prunning dan under prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi, ditandai oleh peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BTR (bobot tandan rata-rata). Under prunning adalah terlambatnya kegiatan pemeliharaan sejumlah pelepah yang sudah tidak produktif sehingga menye a kan “pokok gondrong”. Under prunning mengakibatkan terganggunya pelaksanaan potong buah sehingga output panen tidak maksimal dan lossis meningkat. Sistem pengelolaan pelepah atau pemangkasan ini berdasarkan songgo dua atau songgo tiga. Songgo dua ini adalah pemotongan pelepah tanaman kelapa sawit hingga sisa dua lingkar pelepah dari tandan buah terbawah tanaman kelapa sawit. Pemotongan pelepah dilakukan dengan memotong pelepah mendekati batang tanaman yang arah potongannya membentuk sudut 30° terhadap garis
21
horizontal. Hasil pemotongan pelepah ini akan terlihat membentuk tapak kuda. Pelepah daun yang telah dipotong disusun pada gawangan mati. Sistem pemotongan songgo tiga tidak jauh beda dengan sistem pemotongan Songgo dua. Agar dapat melangsungkan metabolisme dengan baik, seperti fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman berumur 3–8 tahun, jumlah pelepah optimal 48–56 (6–7 lingkaran duduk daun). Sementara itu untuk tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40–48 (5–6 lingkaran duduk daun). Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat berfotosintesis dengan baik dan mengurangi resiko penunasan berlebih yaitu 35 munculnya bunga jantan pada tanaman. Karena tujuan dari budidaya kelapa sawit ini untuk produksi buah jadi munculnya bunga jantan kurang diharapkan oleh pengelola kebun. Pemangkasan dilakukan enam bulan sekali untuk tanaman belum menghasilkan dan delapan bulan sekali untuk tanamn menghasilkan. Penunasan yang dilakukan yaitu dengan tenaga sendiri (TS) dan tenaga pinjaman (TP). Tunas TS yaitu penunasan yang dilakukan oleh pemanen dilakukan sore hari setelah kegiatan pemanenan selesai. Tunas TP yaitu penunasan yang dilakukan oleh tenaga KHL yang bekerja harian dimulai dari pukul 07.30 WIB–16.00 WIB. Tenaga penunasan TP biasanya berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 orang pemotong pelepah dan 2 orang pembuang pelepah ke gawangan mati. Alat-alat yang biasa digunakan adalah egrek, dodos, dan kapak. Sistem pemberian upah yang dilakukan adalah sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 15 000, dengan norma 4 ha HK-1. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6
(A) (B) Kegiatan penunasan: pemotongan pelepah (A), peletakkan di gawangan mati (B)
Pengolahan Tanda Buah Segar Stasiun Penerimaan Buah Tandan buah segar yang diangkut dari kebun akan ditimbang terlebih dahulu di jembatan penimbangan sebelum masuk ke stasiun penerimaan. Penimbangan dilakukan sebanyak 2 kali saat truk penuh dengan muatan yang menuju ke loading ramp dan saat truk keluar dalam keadaan kosong. Bobot TBS dapat dihitung antara selisih berat truk dengan penuh muatan dengan berat truk kosong.
22 Tandan buah segar yang masuk ke stasiun penerimaan akan disortir terlebih dahulu sebelum buah masuk ke loading ramp. Buah yang sudah memenuhi syarat akan langsung dimasukkan ke dalam loading ramp. Untuk buah yang tersortir akan dipisahkan sampai buah memberondol dan siap untuk diolah. TBS yang di sortir adalah TBS dengan fraksi 00 dan fraksi 0, sedangkan fraksi 1 masih bisa diolah. Loading ramp adalah penampung buah berkapasitas berupa lantai miring yang dilengkapi pintu-pintu yang digerakkan secara hidrolik. Pabrik rambutan memiliki 2 loading ramp, setiap 1 loading ramp memiliki 12 pintu. Saat pintu terangkat di atas buah akan jatuh ke bawah dan masuk ke conveyer yang menuju ke perebusan yang akan diisikan ke dalam lori. Setiap lori berkapasitas 2 ton TBS. Stasiun Perebusan (Sterilizer) Perebusan dilakukan pada bejana tertutup rapat dan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi pipa dan katup-katup pemasukan uap, pengeluaran uap, pengeluaran kondensat, pengukuran tekanan, pintu masuk dan keluar, serta rail band. Tujuan perebusan adalah untuk memudahkan proses pengolahan berikutnya seperti pemipilan, pelumatan, pengepresan, serta pemisahan fiber dari kernel. Perebusan dilakukan juga untuk menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak yang meningkatkan asam lemak bebas. Perebusan dilakukan selama 90 menit dengan sistem perebusan 3 puncak yang artinya selama perebusan menggunakan 3 tingkat suhu yang berbeda. Tujuannya adalah agar tingkat kematangan buah sempurna dan merata sehingga menggurangi lossis minyak saat perebusan. Satu perebusan mempunyai kapasitas 20 ton. Stasiun Pemipilan (Thresser) Buah yang sudah matang dan sudah dikeluarkan dari perebusan kemudian dibawa ke stasiun pemipilan untuk memisahkan buah dengan janjangnya. Alat pemipil menggunakan tromol berputar yang turut memutar TBS dengan kecepatan 3-4 rpm. Pada saat berada di atas, TBS akan jatuh dengan keras menyebabkan buah rontok dari tandannya. Batang-batang besi membentuk kisi-kisi yang berada di dalam alat pemipil memungkinkan brondolan ke luar dari alat pemipil menuju digester melalui broad elevator. Janjang kosong dikirim ke tempat pengumpulan janjang kosong. Stasiun Pencacahan (Digester) dan Penempaan (Pressure) Proses berikutnya brondolan dicacah dan dilumatkan menjadi bubur menggunakan alat pencacahan. Alat berupa tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah. Kemudian buah dimasukkan ke dalam mesin penempa bertekanan 70–80 bar. Tujuan penempaan adalah mengekstraksi minyak dan memisahkan daging buah dengan bijinya. Mesin penempaan terletak di bawah digester. Buah yang masuk kemudian didorong oleh screw press ke arah dinding sliding clone sehingga minyak keluar dari bubur buah. Untuk mengurangi kerapatan pada bubur buah ditambahkan air panas dengan temperatur 90 °C. Minyak yang dihasilkan pada saat memasuki alat penempa adalah minyak kasar yang masih mengandung air dan lumpur (sludge). Setelah melalui proses
23
penempaan, minyak dan fiber kemudian dipisahkan dengan alat vibrating screen. Minyak masuk ke stasiun clarifier, kernel masuk ke stasiun pengolahan kernel, sedangkan fiber yang masih mengandung minyak dikembalikan lagi ke digester untuk diproses kembali. Stasiun Pemurnian (Clarifier) Di stasiun pemurnian akan dilakukan kegiatan pemisahan minyak dari air dan kotoran untuk menghasilkan CPO berkualitas tinggi. Serabut kasar dan kernel yang melalui vibrating screen akan masuk ke dalam fiber cyclone sedangkan minyak akan ditampung ke dalam crude oil tank (COT). Pada proses ini minyak dipanaskan untuk memperbesar massa jenis sehingga sludge mengendap di dasar tanki. Proses selanjutnya, minyak dikirim ke tangki pengendapan (Continuous settling tank). Di dalam CST terjadi pemisahan antara minyak dengan sludge. Sludge mengendap ke dasar tangki kemudian dikirim ke sludge tank sedangkan minyak dikirim ke oil tank. Sludge merupakan materi yang masih mengandung minyak sehingga dapat diolah kembali. Dengan system centrifugal minyak yang masih mengandung sedikit air dikembalikan ke CST. Sludge kemudian disaring dengan sand cyclone untuk memerangkap pasir dan brush stranner untuk memerangkap serabut (fiber). Sludge kemudian memasuki sludge buffer tank untuk dilakukan proses pengendapan lanjutan. Pasir dan air yang masih terkandung di dalam minyak kemudian dipisahkan di sentrifuge. Hasil dari pemisahan di sentrifuge kemudian di alirkan ke fat pit untuk dialirkan ke kolam penampungan limbah. Sementara sludge yang masih mengandung minyak dikembalikan ke recovery tank untuk dikembalikan ke CST. Minyak yang berada pada oil tank kemudian dikurangi kadar airnya di vacum dryer hingga mencapai 0.15%. Vacum dryer di Pabrik Rambutan memiliki kapasitas 30 ton jam-1. Hasil akhir dari pengolahan CPO kemudian ditampung di storage tank. Pabrik Rambutan memiliki 2 unit storage tank masing-masing berkapasitas 2 000 ton. Aspek Manajerial Kegiatan magang yang dilakukan di PTPN III kebun Rambutan mencakup kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial di setiap pekerjaan. Aspek manajerial di dapat ketika menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Pendamping Mandor Selama melakukan kegiatan magang Penulis menjadi pendamping mandor selama 1 bulan yakni terhitung sejak tanggal 11 Maret hingga 10 April 2014 Adapun mandor yang diikuti yakni dari jenis pekerjaan panen, semprot gawangan dan manual, pupuk, krani transport, krani panen, dan krani divisi. Selama kegiatan magang penulis menjadi pendamping mandor panen dank rani panen. Mandor panen mempunyai tugas membuat taksasi produksi, taksasi produksi diperoleh setelah dilakukan perhitungan AKP oleh pertugas AKP. Taksasi produksi penting dilakukan dalam kegiatan pemanenan karena dengan
24 melihat taksasi produksi mandor panen dapat menentukan berapa produksi hari ini, kebutuhan tenaga pemanen, kebutuhan armada pengangkutan. Setiap jam 05.30 WIB seluruh mandor ikut apel pagi bersama asisten afdeling di kantor afdeling. Apel pagi membahas evaluasi kerja dari kemaren dan menentukan rencana kerja harian meliputi, kegiatan pemeliharaan dan kegiatan pemanenan. Setelah apel pagi para mandor panen langsung berangkat ke kebun untuk memberikan informasi yang diperoleh dari asisten afdeling saat apel pagi. Melakukan pembagian hanca panen, memberikan sosialisasi tentang kriteria buah yang siap panen. Mandor panen juga bertugas memeriksa dan menghitung buah yang sudah diangkut di TPH. Selain itu mandor panen harus memeriksa hanca yang sudah siap dipanen kemudia di cek secara acak. Objek yang di periksa oleh mandor panen adalah buah matang yang tidak di panen, brondolan yang tidak dikutip. Jika ditemukan kedua hal tersebut maka mandor panen mempunyai kewajiban untuk memanggil pemanen yang menanen hanca tersebut untuk memanen kembali buah matang yang tertinggal. Selain menjadi mandor panen penulis juga menjadi krani panen. Krani panen mempunyai tugas yang hampir sama dengan mandor panen. Selama menjadi pendamping krani panen penulis bertugas memisahkan buah mentah, janjang kosong, dan potongan tandan buah dari TPH agar tidak terangkut ke pabrik. Jika buah mentah terangkut ke pabrik pemanen akan terkena denda sesuai dengan SOP yang disepakati. Kegiatan pemeliharaan manual meliputi dongkel anak kayu (DAK), membuka piringan pokok, membuka gawangan, penaburan Marshal. Selama menjadi pendamping mandor pemeliharaan manual penulis mempunyai tugas untuk mengawasi seluruh kegiatan pemeliharaan manual. Membagi hanca kerja, mengawasi kualitas kerja pemeliharaan, bertanggung jawab untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, membuat jurnal harian yang berisi jumlah tenaga kerja, prestasi kerja dan lama jam kerja yang dilaporkan langsung kenapa mandor pemeliharaan dan asisten afdeling. Selama menjadi pendamping mandor penyemprotan penulis memiliki tugas melakukan pembagian hanca semprot, mengawasi pemakaian rancun, mengawasi kualitas penyemprotan, menentukan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan sehingga prestasi kerja dapat diperoleh. Setelah kegiatan penyemprotan selesai penulis membuat jurnal harian yang berisi jumlah bahan yang digunakan, luasan yang diperoleh dan prestasi HK-1 yang dilaporkan ke mandor semprot dan asisten afdeling. Mandor pupuk membawahi karyawan penabur dan pengecer. Mandor memberikan bon permintaan pupuk (EM) ke gudang yang dibuat asisten dan disetujui manajer pada pagi hari sebelum pemupukan. Seluruh karyawan mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor di lokasi pemupukan. Mandor memberikan penghancakan kepada karyawan sesuai jumlah kehadiran dan jumlah pupuk yang diaplikasikan, menghitung jumlah karung pupuk. Seluruh kegiatan akan direkap dalam buku kerja mandor (BKM).
25
Tabel 11 Pengawasan KHL oleh mahasiswa dalam posisi sebagai pendamping mandor Aktivitas Jumlah Luas Waktu Prestasi BHL areal kerja (ha jam-1) (orang) (ha) (jam) Pembuatan piringan TBM 23 9.60 3.0 3.20 Chemis 9 8.70 3.0 2.90 Pengendalian Gulma Manual 16 6.70 3.5 1.91 Pemupukan TBM 2013 11 28.30 4.5 6.29 Pemupukan TM 1995 12 32.21 3.0 10.74 Pemupukan TM 2006 12 29.20 3.5 8.34 Pemanenan TM 2006 8 25.00 5.0 5.00 Pemanenan TM 2011 5 9.50 5.0 1.90 Rata-rata 12 18.65 3.80 4.91 *Data diperoleh dari 2 mahasiswa yaitu penulis dan saudari Rifa Annisa Siregar
Prestasi yang diperoleh mahasiswa selama menjadi pendamping mandor yaitu 4.91 (ha jam-1). Kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengawasan dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang diawasi, luas areal dan jumlah tenaga kerja. Krani Divisi Selama menjadi krani divisi penulis membantu dalam membuat rencana kerja harian (RKH) dan pengisian System Application Product and Data processing (SAP). RKH berisi tentang rencana seluruh kegiatan pada hari tersebut beserta absensi dan alokasi tenaga kerja. Membuat log book harian seluruh kegiatan dari pemeliharaan hingga pemanenan. Pendamping Asisten Afdeling Asisten adalah seorang pemimpin yang meminpin afdeling yang langsung bertanggung jawab kepada asisten kepala. Asisten afdeling mempunyai tugas untuk mengawasi seluruh kegiatan yang ada di afdeling. Asisten afdeling mempunyai tugas untuk memimpin apel pagi dengan para mandor yang dimulai pada pukul 05.30 WIB. Penulis menjadi pendamping asisten afdeling selama 2 bulan, selama menjadi pendamping asisten penulis bertugas untuk membuat rencana kerja harian, melakukan pemeriksaan disetiap pos kerja dan mendampingi asisten untuk melakukan apel pagi.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Panen dan Pasca Panen Kriteria Mutu Buah sebagai Dasar Sortasi TBS Kriteria mutu buah penting dilakukan untuk memepertahankan mutu CPO yang di hasil PKS. Buah yang tersortir di sajikan dalam Gambar 7.
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 7 Tandan buah segar (TBS) yang tidak sehat: buah abnormal dan mentah (A), buah sakit (B), buah batu (C), dan buah matang normal sebagai pembanding (D) Buah yang ditunjukkan pada Gambar 7 (A) adalah buat mentah dan buah abnormal buah mentah. Buah abnormal adalah kelompok buah yang memiliki fruit set yeng rendah atau jumlah buah partenokarpi lebih banyak daripada buah yang jadi. Buah partenokarpi atau buah tidak sempurna disebabkan karena penyerbukan tidak sempurna atau tidak diserbuki karena posisi buah yang terjepit oleh pelepah. Buah tersebut biasanya kandungan minyak yang rendah serta tidak memiliki cangkang dan endosperm. Buah mentah merupakan buah yang belum memiliki kriteria matang panen tapi dipaksa dipanen oleh pemanen karena mengejar prestasi kerja. Buah mentah jika diolah akan mengalami kesulitan karena buah mentah belum bisa memberondol dengan sempurna saat dilakukan perebusan, sementara itu buah mentah memiliki kandungan rendemen yang masih rendah yaitu 16.0% (Lubis 1992). Buah sakit yang ditunjukkan oleh Gambar 7 (B) adalah buah yang diseluruh permukaannya ditumbuhi organ yang menyerupai tangkai-tangkai kecil sebagai diferensiasi spikelets yang dihasilkan dari abnormalitas bunga betina serta kulit
27
yang ditumbuhi jamur. Buah batu yang ditunjukkan oleh Gambar 7 (C) adalah buah yang sudah masuk standar minimal kriteria matang panen tetapi pengerasan sehingga tidak bisa membrondol. Pengolahan buah yang memiliki kualitas yang buruk akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan oleh PKS. Menurut (Fauzi et al. 2012) menyatakan bahwa CPO yang dihasilkan dalam suatu pabrik maksimal memiliki kandungan ALB sebesar 5% dan kadar kotoran (KK) sebesar 0.15%. Kualitas Panen Panen merupakan pekerjaan memotong buah yang sudah memenuhi kriteria kematangan buah yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyakbanyaknya dengan cara dan waktu yang tepat sehingga mengurangi kuantitas produksi. Kualitas panen secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi TBS dalam suatu perkebunan kelapa sawit, karena dengan pemanenan yang baik akan memperkecil lossis produksi. Sumber-sumber lossis produksi dilapangan adalah potong buah mentah, buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah aatu brondolan di curi. Dalam pengamatan kualitas panen penulis mengambilpengamatan mutu hanca. Parameter yang diamati adalah TBS tertinggal. Data pengamatan TBS yang tidak dipanen di lapangan dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Pengamatan TBS tidak dipanen di Afdeling I Kebun Rambutan No Pemanen
1 2 3 4 Total Unharvesting bunch
Tanaman sampel (tanaman)
176 166 163 174 679 (UHB/ Palm)
TBS tertinggal di tanaman (TBS) 4 1 1 3 9 0.013
Sumber: hasil pengamatan (2014)
Data pada Tabel 12 menunjukkan dari 679 tanaman sampel yang diambil dari 4 orang tenaga pemanen ditemukan buah tertinggal di pohon dengan rata-rata 0.013 buah. Jumlah buah yang tertinggal terbilang masih sangat kecil. Dengan masih ditemukannya TBS yang tertinggal di pohon memperlihatkan bahwa ketelitian dan ketekunan pemanen masih kurang baik, selain itu kondisi hanca yang kurang terawat tunasannya menyebabkan pelepah gondrong, sehingga menyulitkan pemanen untuk melihat buah yang matang dan siap panen pada pohon tersebut. Secara tidak langsung banyak atau tidaknya buah matang yang tertinggal di pohon menyebabkan lossis produksi, sehingga menyebabkan kerugian. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkannya kedisiplinan dan keuletan pemanen sehingga lossis yang terjadi di lapangan bisa dikurangi. Selain itu, dibutuhkan pengawasan yang baik dari mandor, sehingga mandor panen bisa menjaga kualitas panen.
28 Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam melakukan kegiatan pemanenan kebutuhan tenaga kerja harus diperhatikan, hal ini penting dilakukan karena ketersediaan tenaga kerja bisa mempengaruhi jumlah produksi TBS harian kebun. Selain itu kebutuhan tenaga panen didasarkan pada efisiensi jumlah tenaga kerja dalam menyelesaikan semua kapveld sesuai dengan rotasi panen yang sudah ditentukan. Untuk menghitung kebutuhah tenaga kerja pemanenan buah dapat digunakan rumus berikut: Kebutuhan tenaga panen= A x B x C x D E Keterangan: A = luas hanca (kapveld) yang akan di panen (ha) B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman/ ha E = Kapasitas panen/HK Penulis mengambil sampel perhitungan kebutuhan tenaga pemanen yang ada di afdeling I dengan sampel TM muda (Tahun tanam 2006) dengan luas hanca 213.3 ha, memiliki kerapatan panen sebanyak 5:1 dengan bobot rata-rata buah 11 kg, dan kapasitas panen 1 800 kg, jumlah populasi 143 pohon ha-1. Maka kebutuhan tenaga panen yang disediakan untuk TM 2006 adalah: Kebutuhan tenaga panen = 213.3 ha x ( 5:1) x 11 kg x 143 pohon/ha 1800 kg/HK = 37 pemanen/ hari kerja Jumlah tenaga pemanen yang ideal untuk TM 2006 adalah 34 orang. Sedangkan jumlah tenaga panen TM 2006 yang tersedia di afdeling I hanya 10 orang, berarti tenaga pemanen yang dimiliki afdeling I masih kurang sebanyak 27 orang. Kekurangan tenaga pemanen akan mengakibatkan dalam penyelesaian hanca panen. Jika hanca panen harian tidak terselesaikan akan mengakibatkan rotasi panen yang terlambat. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah buah yang over ripe. Pada dasarnya buah yang over ripe mengandung kadar ALB yang tinggi, sehingga bisa menyebabkan kualitas CPO yang dihasilkan menurun. Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan terhadap ALB Penggolahan TBS yang memiliki mutu yang buruk bisa mempengaruhi kualitas CPO rendah. Ciri CPO yang memiliki kualitas rendah dapat dilihat dari kandungan ALB yang tinggi. Asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam tranportasi minyak. Selain itu CPO yang memiliki kandungan ALB tinggi memiliki nilai harga yang lebih rendah. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50%. Buah yang dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67%. Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90–100 °C (Setyamidjaja 2006).
29
Kegiatan sortasi yang dilakukan di PKS Rambutan bertujuan untuk mengurangi kerungian pabrik akibat mengolah buah yang memiliki mutu rendah. Teknis penyortiran di stasiun sortir dengan memeriksa setiap truk yang akan masuk ke “loading ramp”. Kemudian buah yang tersortir dikelompokkan sesuai dengan kelas mutu. Peramalan pengaruh mutu buah terhadap ALB dapat dijelaskan pada persamaan berikut: % ALB = 2.579 + 0.046 Unripe – 0.004 Under ripe + 0.001 Restan + 0.029 Over ripe + 0.001 curah hujan Tabel 13 Hasil pendugaan faktor mutu buah dan terhadap ALB Variable Koefisien Nilai signifikasi VIF TN Unripe (X1) 0.046 0.326 1.115 Under ripe(X2) -0.004 0.903TN 1.113 TN Over ripe (X3) 0.029 0.568 1.035 Restan (X4) 0.001 0.087* 1.069 curah hujan (X5) 0.001 0.433TN 1.032 Intersep 2.579 Durbin Watson 0.527 Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 10% TN = Tidak nyata VIF = Variance inflasion factor
Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ DW ≤ 2 maka tidak te dapat autoko elasi (Santoso 2000). Berdasarkan teori diatas dapat disimpulan bahwa tidak ada hubungan autokorelasi antara variabel yang diduga dengan kandungan ALB. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Variant Inflation Factor (VIF). Batas toleransi yang dapat diterima adalah nilai VIF < 10 pada output minitab. Kenaikan persentase buah restan berpengaruh nyata (P value = 0.087) terhadap kenaikan kadar ALB pada taraf 10%. Kenaikan 1% (kg) buah restan akan menaikkan ALB sebesar 0.001% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hasil lain menunjukkan bahwa buah over ripe, buah unripe dan buah under ripe memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kenaikan ALB. Hasil analisis regresi berganda linier terhadap pendugaan nilai ALB berdasarkan pengukuran terhadap faktor yang mempengaruhi ALB didapat nilai R2 sebesar 10.1%. Artinya mutu buah dan curah hujan berpengaruh sebesar 10.3% terhadap kenaikan ALB dan sekitar 89.9% kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Yahya (1990) menyatakan bahwa curah hujan mempengaruhi rasio bunga jantan dan betina yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Curah hujan yang tinggi memang berdampak positif bagi pertumbuhan tanaman dan produksivitas kelapa sawit. Curah hujan yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000–2 500 mm tahun-1 dan tersebar merata sepanjang tahun (Sunarko 2007). Secara statistik, curah hujan belum mempengaruhi kandungan ALB secara signifikan namun dampak yang diberikan besar terhadap transportasi
30 dan pengangkutan TBS. Curah hujan yang tinggi menyebabkan TBS yang diolah mengandung kadar air yang tinggi sehingga perkembangbiakan mikroorganisme penghidrolisis minyak menjadi tinggi. Terhambatnya panen dan pengangkutan buah dapat meningkatkan lossis produksi di lapangan. Keterlambatan pemanenan bisa meningkatkan jumlah buah over ripe yang berdampak pada kenaikan ALB. Keterlambatan pengakutan TBS akan meningkatkan persentase TBS restan yang berdampak pula pada kenaikan ALB. Secara langsung, buah restan juga akan menyebabkan turunnya kualitas CPO, karena kandungan ALB menjadi tolak ukur kualitas CPO. Kualitas CPO dapat dipertahankan dengan cara menekan jumlah buah restan yang tertinggal lama di lapangan, mempercepat transportasi pengiriman TBS ke PMKS dan mengurangi pelukaan buah yang terjadi saat panen (Hakim 2007). Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga tersaji dalam Gambar 8. Plot Sisaan Y duga (response is ALB)
0,3
Sisaan
0,2
0,1
0,0
-0,1
-0,2 2,650
2,675
2,700
2,725 Y Duga
2,750
2,775
2,800
Gambar 8 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga. Grafik membentuk pola heteroskedastisitas penyebaran nilai sisaan Y duga terhadap ALB Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa penyebaran nilai sisaan Y duga terhadap ALB membentuk pola heteroskedastisitas dimana nilai keragamannya besar. Artinya model yang dipakai tidak sepenuhnya tepat. Hal tersebut berarti variabel yang diamati masih sulit untuk disimpulkan sebagai faktor utama yang mempegaruhi kadar ALB. Pembentukan ALB dalam buah dimulai dengan pecahnya dinding sel yang mengandung minyak, sehingga enzim lipase yang terdapat pada protoplasma bekerja menghidrolisis lemak dan terbentuk asam lemak. Reaksi tersebut berlangsung cepat, akan tetapi pada buah yang tidak luka ALB hanya naik 0.2% selama 4 hari (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
31
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengalaman penulis, terutama yang berhubungan dengan aspek teknis dan manajerial di perusahaan kelapa sawit. Manajemen panen dan pasca panen memiliki kaitan erat dengan kandungan ALB. Pengaruh curah hujan terhadap ALB tidak langsung, yakni dengan cara mempengaruhi kelancaran transportasi TBS. Perusahaan berusaha menghasilkan CPO dengan kandungan ALB yang rendah dengan cara mengelola buah over ripe, buah under ripe dan buah unripe dan buah restan. Khusus buah restan, berpengaruh nyata terhadap kenaikan kadar ALB dimana setiap kenaikan 1% (kg) buah restan akan menaikkan ALB sebesar 0.001% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hasil magang ini menunjukkan perlunya mengelola panen dan pascapanen dengan baik untuk mengelola ALB pada tingkat yang diterima. Saran 1. Buah restan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kandungan ALB, sehingga pengelolaan terhadap buah restan perlu dilakukan secara tepat. 2. Perlu ada analisis lanjut menggunakan seri data yang lebih panjang dalam pem uatan model linie eg esi e ganda ≥ 1 tahun aga analsis yang dihasilkan lebih memadai disertai dengan pembagian umur kebun kelapa sawit. 3. Penting bagi perusahaan untuk melakukan pembinaan kepada staf dan karyawan untuk meningkatkan pemahaman dan kedisiplinan kerja sehingga meningkatkan prestasi kerja dan kualitas sumber daya manusia (SDM) perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi Perkebunan Indonesia [internet]. [diunduh 2014 8 September]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Luas_Areal_Estimasi_201 3.pdf Damanik A. 2008. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas pada Crude Palm Oil (CPO) dari Tangki Timbunan PT. Sarana Agro Nusantara [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Fauzi Y, Widyastuti YE, Iman S, Hartono R . 2012. Kelapa sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
32 Hasibuan, Nuryanto E. 2011. Kajian kandungan P, Fe, Cu, dan Ni pada minyak sawit, minyak inti sawit dan minyak kelapa selama proses rafinasi. Jurnal Standardisasi.13(1): 67 – 71. Hakim M. 2007. Kelapa Sawit, Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Lembaga Pupuk Indonesia : Jakarta. Ketaren S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI-Pr. Kristiani E. 2008. Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Mutu Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan di PTPN IV PKS Adolona Perbaungan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Lukito PA. 2013. Pengaruh Pelukaan Buah Kelapa Sawit terhadap Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan I Berau. [skripsi]. Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Naibaho PM. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Medan (ID). Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Medan. Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sastrosayono S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
33
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Kebun Rambutan PTPN III
34
Lampiran 2 Data curah hujan Kebun Rambutan
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BK
HH 8 1 5 8 11 5 9 11 11 18 16 8 111 8 1
2007 CH 96 4 23 112 227 150 289 218 229 428 428 278 2 482
HH 2 1 14 7 6 8 6 9 10 10 9 8 90
2008 CH 16 18 295 137 184 168 118 116 149 215 117 156 1 689 10 2
HH 5 2 9 10 8 4 6 7 14 10 14 6 95
2009 CH 105 28 105 167 154 103 163 103 357 142 212 69 1 708 10 1
HH 8 3 10 5 7 12 10 10 13 11 19 13 121
2010 CH 105 90 79 132 113 229 287 192 154 145 361 126 2 013 10 0
HH 13 6 17 8 9 11 8 13 10 16 16 16 143
2011 CH 101 46 208 98 183 123 155 203 136 207 188 107 1 755 10 1
HH 8 8 15 14 14 6 12 11 14 18 14 13 147
2012 CH 13 29 119 278 103 69 143 154 171 189 245 91 1 604 8 2
HH 8 10 6 13 7 8 8 18 13 20 14 15 140
2013 CH 56 67 54 221 103 105 36 146 112 335 214 289 1 738 3 8
Q Rataan jumlah BK / Rataan jumlah BK X 100% = 2.1/ 8.4 X 100% = 25% (tipe B/ basah) Sumber : Kantor Kebun Rambutan 2014 Keterangan: mm (satuan milimeter volume curah hujan); HH (hari hujan); BB (bulan basah > 100 mm); BK (bulan kering < 60 mm); Q (klasifikasi tipe iklim Schmidt-Fergusson untuk komoditas perkebunan); 0 < Q < 14.33 (tipe A/sangat basah); 14.3 < Q < 33.3 (tipe B/basah); 33.3 < Q < 60 (tipe C/ agak basah); 60 < Q < 100 (tipe D/ sedang); 100 < Q < 167 (tipe E/agak kering); 167 < Q < 300 (tipe F/ kering); 300 < Q < 700 (tipe G/sangat kering); Q > 700 (tipe H/ekstrim).
35 Lampiran 3 Data produksi Kebun Rambutan tahun 2009–2013 Tahun Tanam
Produksi TBS (Kg)
1984
2009 1 083 440
2010 -
2011 -
2012 -
2013 -
1987
85 918
83 750
71 490
70 950
44 180
1993
27 972 849
30 517 650
28 877 430
24 793 910
17 206 920
1994
6 752 603
7 522 994
7 391 390
6 811 070
6 175 400
1995
11 880 048
12 263 915
10 684 560
10 006 740
9 150 490
1996
1 981 266
1 937 963
1 654 860
1 478 350
1 332 240
1997
421 280
453 800
168 380
-
-
1998
405 390
408 080
135 660
-
-
2001
2 705 733
2 625 228
2 556 310
2 428 070
1 800 580
2002
5 330 355
5 264 971
4 206 950
3 771 050
3 365 160
2003
6 989 926
7 982 154
7 554 050
6 605 990
7 029 960
2004
8 064 237
9 909 553
9 447 530
10 248 560
10 321 710
2005
2 233 465
2 930 551
3 182 280
3 265 250
3 542 410
2006
1 322 110
5 134 701
6 565 160
7 329 400
7 108 250
2007
-
129 320
591 240
951 880
960 610
Sumber : Kantor Kebun Rambutan 2014
36 Lampiran 4 Struktur organisasi afdeling I Kebun RambutanSumber : PTPN III Kebun Rambutan
Sumber : PTPN III Kebun Rambutan
37
Lampiran 5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara Tanggal 10-02-14 11-02-14 12-02-14 13-02-14 14-02-14 15-02-14 17-02-14 18-02-14 19-02-14 20-02-14 21-02-14 22-02-14 24-02-14 25-02-14 26-02-14 27-02-14 28-02-14 01-03-14 03-03-14 04-03-14 05-03-14 06-03-14 07-03-14 08-03-14
Uraian Kegiatan Mengantar surat izin magang Menemui manager dan asisten kepala Menemui mandor I Afd.I Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Penunasan Penunasan Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Administasi Membaca Instruksi Kerja Pemanenan Pemanenan Pemanenan Pemanenan
Penulis 0.09 Ha 0.1 Ha 0.1 Ha 1 kaps 1 kaps 2 kaps 2 pkk 2 pkk 0.20 Ha 0.25 Ha 1 TBS 2 TBS -
Prestasi Kerja (satuan/HK) Karyawan Standar 0.40 Ha 4 Ha 0.50 Ha 4 Ha 0.50 Ha 4 Ha 10 kaps 12 kaps 10 kaps 12 kaps 10 kaps 12 kaps 4 kaps 12 kaps 7 kaps 12 kaps 10 kaps 12 kaps 10 kaps 12 kaps 10 kaps 12 kaps 31 pkk 66 0kk 40 pkk 66 pkk 0.4 Ha 2 Ha 0.5 Ha 2 Ha 83 TBS 240 TBS 115 TBS 240 TBS 115 TBS 150 TBS 105 TBS 150 TBS
Lokasi Kantor Kebun Kantor Kebun Kantor Afd I Blok 209 Blok 209 Blok 209 Blok 220 Blok 220 Blok 210 Blok 210 Blok 210 Blok 199 Blok 199 Blok 209 Blok 290 Blok 290 Blok 320 Blok 320 Kantor Afd I Kantor Afd I Blok 260 Blok 270 Blok 310 Blok 240
37
38
Lampiran 6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
Tanggal 11-03-14 12-03-14 13-03-14 14-03-14 15-03-14 17-03-14 18-03-14 19-03-14 20-03-14 21-03-14 22-03-14 24-03-14 25-03-14 26-03-14 27-03-14 28-03-14 29-03-14 01-04-14 03-04-14 04-04-14 05-04-14 07-04-14 08-04-14 09-04-14 10-04-14 11-04-14
Uraian Kegiatan Pembuatan piringan TBM Pembuatan piringan TBM Pembuatan piringan TBM Pembuatan piringan TBM Pembuatan piringan TBM Pemupukan TBM Kimia Pemupukan TBM Pemupukan TBM Penyiangan gulma manual Pemanenan TM 2006 Pemanenan TM 2006 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2006 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Pemanenan TM 2011 Belajar Administrasi Belajar Administrasi Belajar Administrasi Belajar Administrasi Belajar Administrasi
Jumlah KHL yang diawasi (orang) 23 12 11 30 11 11 9 11 11 16 6 8 5 4 6 6 4 9 4 5 6 -
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Lama Kegiatan (jam) Diawasi (ha) 9.60 3 4.50 3 4.40 3.5 13.80 2.5 4.50 3 28.30 4.5 8.70 3. 29.00 4.5 27.50 4 6.70 3.5 18.00 5 25.00 5 9.50 5 5.40 5 7.20 5 7.40 5 5.70 5 27.40 5 5.00 5 9.00 5 7.40 5 7 7 7 7 7
Lokasi Blok 210, 220 Blok 220 Blok 220 Blok 199 Blok 199 Blok 209 Blok 210 Blok 189 Blok 199 Blok 210 Blok 269, 279 Blok 259,260 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Blok 280 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Tahun tanam 2011 Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I
39
Lampiran 7 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara Tanggal 12-04-14 14-04-14 15-04-14 15-04-14 16-04-14 17-04-14 19-04-14 21-04-14 22-04-14 23-04-14 24-04-14 25-04-14 26-04-14 28-04-14 29-04-14 30-04-14 02-05-14 03-05-14 05-05-14 06-05-14 07-05-14 08-05-14 09-05-14 10-05-14
Uraian Kegiatan Membaca Instruksi Kerja Ke Kantor Kebun Rambutan Penyiangan gulma manual Penyiangan gulma manual Chemis Chemis Menemui Manager PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Menyusun data sekunder Menyusun data sekunder Supervisi Dosen Pengambilan data primer Pengambilan data primer Pengambilan data primer
Jumlah KHL yang diawasi (orang) 23 21 12 11 -
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Lama Kegiatan (jam) Diawasi (ha) 5 28.40 3.5 23.70 3.5 13.00 3 9.70 3 2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5
Lokasi Kantor Afd I Kantor Kebun Rambutan Blok 209 Blok 209 Blok 199 Blok 199 PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan PKS Rambutan Kantor Kebun Rambutan Kantor Kebun Rambutan Kantor Kebun Rambutan Blok 300 Blok 310 Blok 320
39
40 40
Lampiran 7 (Lanjutan) Tanggal 09-05-14 10-05-14 12-05-14 13-05-14 14-05-14 16-05-14 17-05-14 19-05-14 20-05-14 21-05-14 22-05-14 23-05-14 24-05-14 26-05-14 28-05-14 30-05-14 31-05-14 02-06-14 03-06-14 04-06-14 05-06-14 06-06-14 07-06-14 08-06-14
Uraian Kegiatan Pengambilan data primer Pengambilan data primer Ke Kantor Kebun Rambutan Pengambilan data primer Belajar Administrasi Belajar Administrasi Pemupukan Dolomit TM 1995 Pemupukan Dolomit TM 1995 Pembuatan piringan TBM 2013 Pemupukan Dolomit TM 1995 Pemupukan Dolomit TM 1995 Belajar Administrasi Belajar Administrasi Belajar Administrasi Belajar Administrasi Penyusunan draft skripsi Penyusunan draft skripsi Pemupukan Dolomit TM 2006 Pemupukan Dolomit TM 2006 Pemupukan Dolomit TM 2006 Penyusunan data sekunder Penyusunan data sekunder Perpisahan Perjalanan pulang
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam) 5 5 3 5 7 7 12 33.40 3 12 32.21 3 15 27.60 3.5 12 36.35 3 12 37.59 3 7 7 7 7 7 7 12 28.40 3 12 31.40 3.5 12 29.20 3.5 5 5 -
Lokasi Blok 310 Blok 320 Kantor Kebun Rambutan Blok 270,290,300 Kantor Afd I Kantor Afd I Blok 330,329 Blok 299,309 Blok 210 Blok 309,319 Blok 350,360 Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I Blok 269 Blok 260 Blok 259 Kantor Kebun Rambutan Kantor Afd I Kantor Afd I Kantor Afd I
41 Lampiran 8 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan November 2013 TBS olah Pabrik Tanggal
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
272.870 1-Nov-13
487.210
292.500
307.500
600.000
160.080
2.55
2-Nov-13
559.590
257.500
242.500
500.000
219.670
2.66
3-Nov-13
408.750
300.000
325.000
625.000
3.420
2.77
4-Nov-13
554.480
300.000
300.000
257.900
2.50
5-Nov-13
345.780
295.000
600.000
3.680
2.48
6-Nov-13
569.300
352.500
352.500
220.480
2.82
7-Nov-13
565.880
210.000
365.000
575.000
211.360
2.39
8-Nov-13
557.110
287.500
320.000
607.500
160.970
2.27
9-Nov-13
542.510
287.500
312.500
600.000
103.480
2.58
10-Nov-13
517.350
297.500
322.500
620.000
25.990
2.27
11-Nov-13
674.240
312.500
302.500
615.000
85.230
2.39
12-Nov-13
606.160
317.500
315.000
632.500
58.890
2.32
13-Nov-13
638.440
312.500
287.500
600.000
97.330
2.36
14-Nov-13
588.510
320.000
310.000
630.000
55.840
2.41
15-Nov-13
631.460
300.000
300.000
600.000
87.300
2.31
16-Nov-13
624.260
310.000
290.000
600.000
111.560
2.51
17-Nov-13
362.810
230.000
215.000
445.000
29.370
2.53
18-Nov-13
577.880
347.500
222.500
570.000
37.250
2.93
19-Nov-13
615.030
290.000
315.000
605.000
47.280
2.39
20-Nov-13
597.020
302.500
297.500
600.000
44.300
2.42
21-Nov-13
614.230
292.500
320.000
612.500
46.030
2.79
22-Nov-13
587.380
292.500
307.500
600.000
33.410
2.81
23-Nov-13
573.240
606.650
2.75
24-Nov-13
301.690
25-Nov-13
520.660
26-Nov-13
506.640
27-Nov-13
400.000
305.000
380.000
780.000
128.340
2.90
350.000
350.000
299.000
2.86
290.000
310.000
600.000
205.640
2.70
654.350
300.000
300.000
600.000
259.990
2.59
28-Nov-13
535.070
310.000
290.000
600.000
195.060
2.91
29-Nov-13
612.700
295.000
305.000
600.000
207.760
2.89
30-Nov-13
623.180
312.500
312.500
625.000
205.940
2.69
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
42 Lampiran 9 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Desember 2013 TBS olah Pabrik TGL
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
180.780 1-Dec-13
346.540
195.000
255.000
450.000
77.320
2.50
2-Dec-13
533.900
290.000
282.500
572.500
38.720
2.49
3-Dec-13
629.350
275.000
325.000
600.000
68.070
2.53
4-Dec-13
598.910
290.000
310.000
600.000
66.980
2.58
5-Dec-13
660.820
305.000
310.000
615.000
112.800
2.44
6-Dec-13
582.320
290.000
310.000
600.000
95.120
2.68
7-Dec-13
546.940
300.000
300.000
342.060
2.35
8-Dec-13
304.380
340.000
300.000
640.000
6.440
2.70
9-Dec-13
560.130
320.000
320.000
246.570
2.61
10-Dec-13
569.180
302.500
297.500
600.000
215.750
2.48
11-Dec-13
665.430
300.000
300.000
600.000
281.180
2.49
12-Dec-13
592.980
315.000
285.000
600.000
274.160
2.44
13-Dec-13
569.300
250.000
300.000
550.000
293.460
2.39
14-Dec-13
592.610
252.500
297.500
550.000
336.070
2.65
15-Dec-13
552.350
302.500
297.500
600.000
288.420
2.50
16-Dec-13
549.440
250.000
300.000
550.000
287.860
2.53
17-Dec-13
663.690
295.000
305.000
600.000
351.550
2.53
18-Dec-13
651.530
287.500
312.500
600.000
403.080
2.60
19-Dec-13
589.240
297.500
302.500
600.000
392.320
2.56
20-Dec-13
556.300
297.500
302.500
600.000
348.620
2.59
21-Dec-13
539.790
275.000
275.000
550.000
338.410
2.60
22-Dec-13
500.430
307.500
292.500
600.000
238.840
2.68
23-Dec-13
509.450
257.500
292.500
550.000
198.290
2.76
24-Dec-13
634.710
292.500
282.500
575.000
258.000
2.57
25-Dec-13
442.330
300.000
300.000
400.330
2.50
26-Dec-13
534.540
302.500
297.500
600.000
334.870
2.71
27-Dec-13
611.890
287.500
292.500
580.000
366.760
2.82
28-Dec-13
498.230
285.000
215.000
500.000
364.990
2.47
29-Dec-13
417.350
265.000
285.000
550.000
232.340
2.52
30-Dec-13
555.330
255.000
257.500
512.500
275.170
2.60
31-Dec-13
546.240
320.000
501.410
821.410
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
2.65
43
Lampiran 10 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Januari 2014 TBS olah Pabrik Tanggal
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
1-Jan-12 2-Jan-12
337.560
3-Jan-12
362.340
4-Jan-12
333.530
433.430
5-Jan-12
82.090
515.520
6-Jan-12
429.510
255.000
267.500
522.500
422.530
2.62
7-Jan-12
558.790
302.500
277.500
580.000
401.320
2.65
8-Jan-12
554.200
277.500
272.500
550.000
405.520
2.63
9-Jan-12
548.400
270.000
270.000
540.000
413.920
2.61
10-Jan-12
536.020
297.500
257.500
555.000
394.940
2.62
11-Jan-12
418.860
300.000
360.000
660.000
153.800
2.68
12-Jan-12
39.950
193.750
2.65
13-Jan-12
455.340
300.000
300.000
349.090
2.65
14-Jan-12
340.050
300.000
600.000
89.140
2.64
15-Jan-12
529.320
282.500
282.500
335.960
2.64
16-Jan-12
642.100
305.000
315.000
620.000
358.060
2.61
17-Jan-12
576.500
327.500
322.500
650.000
284.560
2.61
18-Jan-12
594.860
310.000
340.000
650.000
229.420
2.62
19-Jan-12
125.190
20-Jan-12
354.890
20.000
380.000
400.000
309.500
2.67
21-Jan-12
606.800
327.500
322.500
650.000
266.300
2.64
22-Jan-12
601.370
352.500
347.500
700.000
167.670
2.6
23-Jan-12
619.280
335.000
320.000
655.000
131.950
2.66
24-Jan-12
553.170
310.000
290.000
600.000
85.120
2.63
25-Jan-12
361.260
350.000
350.000
96.380
2.64
26-Jan-12
19.340
27-Jan-12
483.690
300.000
28-Jan-12
559.660
332.500
29-Jan-12
529.570
30-Jan-12 31-Jan-12
262.500
337.500
300.000
600.000
337.560
2.68
99.900
2.65
354.610
115.720 300.000
299.410
2.61
317.500
650.000
209.070
2.61
340.000
315.000
655.000
83.640
2.58
561.810
302.500
302.500
605.000
40.450
2.56
400.830
192.500
207.500
400.000
41.280
2.550
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
44 Lampiran 11 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Februari 2014 TBS olah Pabrik Tanggal
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
41.280 1-Feb-14
272.390
313.670
2-Feb-14
13.500
327.170
3-Feb-14
549.100
290.000
337.500
627.500
248.770
2.58
4-Feb-14
581.700
360.000
340.000
700.000
130.470
2.55
5-Feb-14
604.710
347.500
302.500
650.000
85.180
2.55
6-Feb-14
548.000
305.000
267.500
572.500
60.680
2.54
7-Feb-14
553.210
307.500
292.500
600.000
13.890
2.54
8-Feb-14
134.160
148.050
2.54
9-Feb-14
16.350
164.400
10-Feb-14
511.940
300.000
11-Feb-14
630.230
330.000
12-Feb-14
620.610
13-Feb-14
300.000
376.340
2.57
350.000
680.000
326.570
2.55
342.500
357.500
700.000
247.180
2.56
591.670
302.500
342.500
645.000
193.850
2.57
14-Feb-14
658.470
355.000
345.000
700.000
152.320
2.57
15-Feb-14
188.580
340.900
2.56
16-Feb-14
20.270
361.170
17-Feb-14
607.380
20.000
375.000
395.000
573.550
2.62
18-Feb-14
537.260
340.000
327.500
667.500
443.310
2.59
19-Feb-14
603.320
365.000
335.000
700.000
346.630
2.55
20-Feb-14
508.880
360.000
345.000
705.000
150.510
2.57
21-Feb-14
607.830
350.000
302.500
652.500
105.840
2.55
22-Feb-14
289.140
394.980
2.56
23-Feb-14
26.840
421.820
24-Feb-14
574.280
385.000
25.000
410.000
586.100
2.59
25-Feb-14
612.150
332.500
342.500
675.000
523.250
2.59
26-Feb-14
669.480
330.000
310.000
640.000
552.730
2.63
27-Feb-14
603.110
352.500
347.500
700.000
455.840
2.61
28-Feb-14
925.290
347.500
367.500
715.000
666.130
2.64
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
45
Lampiran 12 Pengolahan TBS pabrik Rambutan bulan Maret 2014 TBS olah Pabrik Tanggal
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
666.130 01-Mar-14
509.770
295.000
315.000
610.000
565.900
2.68
02 -Mar-14
403.130
300.000
300.000
600.000
369.030
2.89
03 -Mar-14
521.970
352.500
295.000
647.500
243.500
2.97
04-Mar-14
678.880
327.500
332.500
660.000
262.380
2.95
05-Mar-14
675.760
337.500
322.500
660.000
278.140
2.79
06- Mar-14
633.390
357.500
317.500
675.000
236.530
2.67
07-Mar-14
646.100
360.000
340.000
700.000
182.630
2.65
08-Mar-14
348.190
387.500
387.500
143.320
2.64
09-Mar-14
52.330
10-Mar-14
607.560
387.500
12.500
400.000
403.210
2.66
11-Mar-14
687.890
370.000
330.000
700.000
391.100
2.62
12-Mar-14
662.580
347.500
357.500
705.000
348.680
2.61
13-Mar-14
708.360
345.000
365.000
710.000
347.040
2.61
14-Mar-14
688.060
365.000
360.000
725.000
310.100
2.63
15-Mar-14
686.370
342.500
360.000
702.500
293.970
2.62
16-Mar-14
64.840
220.000
220.000
138.810
2.69
17-Mar-14
670.320
30.000
380.000
410.000
399.130
2.68
18-Mar-14
682.490
310.000
352.500
662.500
419.120
2.64
19-Mar-14
670.310
315.000
355.000
670.000
419.430
2.60
20-Mar-14
708.650
350.000
352.500
702.500
425.580
2.61
21-Mar-14
695.500
370.000
330.000
700.000
421.080
2.56
22-Mar-14
550.850
322.500
282.500
605.000
366.930
2.56
23-Mar-14
483.100
305.000
295.000
600.000
250.030
2.6
24-Mar-14
666.900
310.000
300.000
610.000
306.930
2.63
25-Mar-14
591.770
350.000
337.500
687.500
211.200
2.55
26-Mar-14
727.910
320.000
295.000
615.000
324.110
2.57
27-Mar-14
654.930
330.000
340.000
670.000
309.040
2.62
28-Mar-14
653.810
325.000
335.000
660.000
302.850
2.61
29-Mar-14
462.660
330.000
320.000
650.000
115.510
2.62
30-Mar-14
357.790
237.500
237.500
235.800
2.61
31-Mar-14
88.800
195.650
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
324.600
46 Lampiran 13 Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan April 2014 TBS olah Pabrik Tanggal
TBS Masuk
PLG. I
PLG.II
Jumlah
Restan
ALB
324.600 1-Apr-14
642.740
307.500
332.500
640.000
327.340
2.60
2-Apr-14
663.440
302.500
342.500
645.000
345.780
2.59
3-Apr-14
672.550
337.500
335.000
672.500
345.830
2.58
4-Apr-14
618.590
327.500
347.500
675.000
289.420
2.60
5-Apr-14
683.040
337.500
320.000
657.500
314.960
2.61
6-Apr-14
564.310
297.500
302.500
600.000
279.270
2.70
7-Apr-14
603.910
255.000
257.500
512.500
370.680
2.68
8-Apr-14
574.840
327.500
332.500
660.000
285.520
2.68
9-Apr-14
285.520
10-Apr-14
686.180
335.000
345.000
680.000
291.700
2.65
11-Apr-14
548.500
320.000
330.000
650.000
190.200
2.69
12-Apr-14
633.050
272.500
327.500
600.000
223.250
2.72
13-Apr-14
580.060
300.000
300.000
503.310
2.84
14-Apr-14
439.310
100.000
365.000
465.000
477.620
2.80
15-Apr-14
615.530
365.000
335.000
700.000
393.150
2.87
16-Apr-14
677.710
350.000
327.500
677.500
393.360
3.02
17-Apr-14
710.350
327.500
337.500
665.000
438.710
2.89
18-Apr-14
692.200
362.500
337.500
700.000
430.910
2.83
19-Apr-14
667.170
310.000
320.000
630.000
468.080
2.91
20-Apr-14
271.380
332.500
332.500
665.000
74.460
2.80
21-Apr-14
571.990
300.000
300.000
346.450
2.74
22-Apr-14
644.540
357.500
327.500
685.000
305.990
2.72
23-Apr-14
549.040
360.000
60.000
420.000
435.030
2.68
24-Apr-14
644.040
340.000
360.000
700.000
379.070
2.61
25-Apr-14
506.270
320.000
80.000
400.000
485.340
2.79
26-Apr-14
551.750
325.000
312.500
637.500
399.590
2.97
27-Apr-14
312.730
28-Apr-14
404.090
350.000
345.000
695.000
421.410
2.72
29-Apr-14
665.710
377.500
332.500
710.000
377.120
2.87
30-Apr-14
673.160
332.500
327.500
660.000
390.280
2.87
712.320
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan 2014
47
Lampiran 14 Input data ALB dan kualitas buah pada persamaan Regresi Linier Berganda (%) ALB
(%) Unripe
01 Maret 2014
2.68
0.50
4.32
109
1.29
02 Maret 2014
2.89
0.59
4.86
94
1.41
0
03 Maret 2014
2.97
0.32
4.21
57
1.50
0
04 Maret 2014
2.95
0.22
4.35
37
1.17
0
05 Maret 2014
2.79
0.09
4.78
40
1.39
0
06 Maret 2014
2.67
0.48
4.00
41
0.85
0
07 Maret 2014
2.65
0.25
4.63
34
0.75
0
08 Maret 2014
2.64
1.32
3.64
47
1.28
0
10 Maret 2014
2.66
0.08
4.08
49
0.08
0
11 Maret 2014
2.62
0.48
4.00
58
0.85
0
12 Maret 2014
2.61
0.37
3.44
55
1.07
0
13 Maret 2014
2.61
0.04
3.30
49
1.15
0
14 Maret 2014
2.63
0.33
3.83
48
0.67
0
15 Maret 2014
2.62
0.20
4.07
44
1.23
0
16 Maret 2014
2.69
0.28
4.40
134
0.96
0
17 Maret 2014
2.68
1.32
3.64
34
1.28
10
18 Maret 2014
2.64
0.50
4.32
60
1.29
5
19 Maret 2014
2.60
0.17
4.45
63
1.55
5
20 Maret 2014
2.61
0.74
4.22
60
1.59
3
21 Maret 2014
2.56
0.40
3.83
61
2.00
23
22 Maret 2014
2.56
0.36
4.21
70
0.75
3
23 Maret 2014
2.60
0.13
4.30
61
0.65
0
24 Maret 2014
2.63
0
3.33
41
0.94
0
25 Maret 2014
2.55
0.08
3.52
45
1.35
1
26 Maret 2014
2.57
0.27
3.73
34
1.47
0
27 Maret 2014
2.62
0.30
3.40
48
1.10
0
28 Maret 2014
2.61
0.45
4.24
47
1.66
0
29 Maret 2014
2.62
0.86
4.10
47
1.17
0
30 Maret 2014
2.61
0.87
3.65
49
0.70
8
01 April 2014
2.60
0.36
4.21
51
0.75
0
02 April 2014
2.59
0.08
3.32
51
1.20
0
03 April 2014
2.58
0.72
4.96
51
1.28
0
04 April 2014
2.60
0.79
3.21
51
1.29
0
05 April 2014
2.61
0.24
4.32
44
0.96
0
Tanggal
(%) Under ripe
(%) Restan
(%) Over ripe
curah hujan 0
06 April 2014
2.70
0.27
3.73
52
1.47
20
07 April 2014
2.68
0.54
3.88
54
1.19
0
08 April 2014
2.68
0.22
4.35
56
1.17
0
10 April 2014
2.65
0.11
4.07
42
0.85
0
11 April 2014
2.69
1.20
3.19
45
1.00
0
12 April 2014
2.72
0.87
3.50
32
0.70
0
48 Lampiran 14 (Lanjutan) (%) ALB
(%) Unripe
(%) Under ripe
(%) Restan
1.17
3.20
74
1.28
Curah hujan 7
13 April 2014
2.84
14 April 2014
2.80
0.04
3.68
108
1.29
0
15 April 2014
2.87
0.24
4.32
68
0.92
0
16 April 2014
3.02
1.32
3.64
58
1.28
0
17 April 2014
2.89
0.27
3.72
59
1.47
0
18 April 2014
2.83
0.76
3.62
63
1.05
0
19 April 2014
2.91
0.80
3.72
68
1.28
0
20 April 2014
2.80
0.04
3.92
70
1.46
0
21 April 2014
2.74
0.38
4.19
25
1.19
0
22 April 2014
2.72
0.75
3.12
51
1.29
0
23 April 2014
2.68
0.60
4.70
73
1.53
31
24 April 2014
2.61
1.31
3.62
62
1.31
0
25 April 2014
2.79
0.25
4.00
95
1.30
0
26 April 2014
2.97
0.21
3.52
76
0.90
57
28 April 2014
2.72
0.36
4.05
102
0.88
0
29 April 2014
2.87
0.76
3.65
59
1.47
0
30 April 2014
2.87
0.70
3.78
57
1.10
0
Tanggal
(%) Over Ripe
49
Lampiran 15 Data curah hujan harian Kecamatan Tebing Tinggi yang digunakan sebagai input model Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jan 31 5 1 7 2 3 4 21 -
Feb 5 10 3 -
Tahun 2014 Mar Apr TT TT 20 7 10 5 5 3 23 31 1 57 8 TT -
Mei 2 18 TT 13 3 9 29 84 20 3 8 5 56 -
Jun 32 10 7 7 4 -
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Serdang Bedagai 2014 Keterangan : TT : Hujan tapi tidak terukur
50
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Way Mengaku, sebuah desa di Kabupaten Lampung Barat, Lampung pada tanggal 30 Juni 1992. Penulis adalah anak pertama dari Ayah Habib Bunanjar dan Ibu Siti Supatmi. Tahun 2010 penulis berhasil menamatkan pendidikan SMA Negeri 1 Liwa. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Masuk Seleksi IPB (USMI) Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan di luar akademik selama menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bidang organisasi kemahasiswaan penulis pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas pertanian pada periode 2011/2012. Koordinator Bakat Olah-raga dan seni OMDA Lampung periode 2011/2012, Ketua Pelaksana Gebyar Nusantara OMDA Lampung Tahun 2011. Pada bidang kompetisi olah-raga dan seni penulis pernah meraih juara III Futsal dalam ajang Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) Tahun 2013, Juara I Futsal dan Sepak bola se-Fakultas Pertanian IPB (SERI-A) Tahun 2013, Juara II Futsal dan Juara I Basket se-AGH (Agrosportment) Tahun 2012, Juara I Basket, Juara I Estafet Putra , dan Juara II Futsal se-AGH (Agrosportment) Tahun 2013. Pada tahun 2014 penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Agronomi dan Ilmu Tanaman Pangan.