Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei 2009, 67 - 83
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN Mochamad Edman Syarief Prodi Keuangan Perbankan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung E-mail:
[email protected]
Abstrak Studi ini mempelajari bagaimana pengaruh dari keputusan penerapan strategi modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan pada 14 perusahaan yang terdaftar secara terus menerus pada indeks LQ45 periode Januari 2004-Januari 2008 karena LQ45 adalah kumpulan 45 perusahaan yang memiliki likuiditas yang terbaik pada bursa efek Indonesia. Bahan untuk penelitian ini adalah laporan keuangan yang diunduh dari www.Reuters.com. Dengan menggunakan metoda analisis dekriptif ternyata bahwa penerapan strategi modal kerja bervariasi antara satu perusahaan dengan yang lain. Hubungan yang terjadi bertanda positif yang berarti bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar yang relative agresif akan diimbangi dengan kebijakan manajemen pendanaan yang relatif konservatif. Dengan menggunakan uji ANOVA dan Tukey’s HSD ternyata bahwa memang terdapat perbedaan penerapan strategi modal kerja baik pada manajemen aktiva lancar maupun pasiva lancar. Selain itu, kebijakan manajemen modal kerja juga berpengaruh nyata dan signifikan terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa walaupun praktik manajemen aktiva lancar yang ada cenderung bervariasi, manajemen pendanaan yang digunakan cenderung konservatif untuk semua perusahaan yang diteliti pada periode Januari 2004-Januari 2008. Kata Kunci : Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan PENDAHULUAN Investasi pada modal kerja merupakan definisi tradisional yang digunakan perusahaan untuk menyebutkan besarnya dana yang ditanamkan pada sisi aktiva lancar perusahaan. Semakin besar aktiva lancar, semakin likuid perusahaan tersebut. Besarnya jumlah modal kerja tidak terlepas dari motif yang biasanya mendasari besarnya jumlah modal kerja yaitu motif transaksi, motif pencegahan dan motif spekulasi (Levi Sarnat, 1994:185). Helfert berpendapat bahwa investasi pada modal kerja sebaiknya dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997, 1997:63) sementara Keown et all. menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja ini dilakukan dengan prinsip hedging (2001:489). LQ45 merupakan indeks yang memuat perusahaan-perusahaan publik yang dinilai paling likuid dan mempunyai kapitalisasi pasar terbesar pada Bursa Efek Indonesia. Sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari keputusan penerapan strategi manajemen modal kerja terhadap ukuran perusahaan 67
Ekspansi
dan likuiditas perusahaan yang diteliti terutama karena sampel yang diambil adalah perusahaan atau emiten yang selalu ada pada daftar indeks LQ45 pada periode tahun 2004 – 2007. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana praktek manajemen modal kerja pada perusahaan yang bertahan pada indeks LQ45 dan bagaimana hubungannya dengan tingkat likuiditas perusahaan. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan yang ditinjau. 2. Bagaimana hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar dan pasiva lancar pada perusahaan yang ditinjau. 3. Apakah terdapat perbedaan dalam penerapan strategi modal kerja pada kelompok perusahaan tersebut. 4. Bagaimana pengaruh penerapan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan selama kurun waktu penelitian. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan yang ditinjau. 2. Untuk mengetahui hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan yang ditinjau. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dalam penerapan strategi modal kerja pada perusahaan yang ditinjau. 4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi kebijakan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan selama kurun waktu penelitian. Tinjauan Pustaka Strategi modal kerja biasanya merefleksikan suatu usaha untuk mempertahankan hubungan antara kelangsungan aset suatu perusahaan dan jatuh temponya hutang yang digunakan untuk mendanai aset tersebut (Levi Sarnat, 1994:181). Pernyataan ini menandakan adanya hubungan kausalitas antara aset dan kewajiban suatu perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan untuk mencapai tujuan
68
Mochamad Edman Syarief
yang sudah ditetapkan, dalam hal ini adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham yang diwakili oleh naiknya harga saham suatu perusahaan. Modal kerja terdiri dari dua konsep utama yaitu modal kerja bersih dan modal kerja kotor. Disebut sebagai modal kerja kotor adalah semua akun yang termasuk di dalam aktiva lancar, dalam hal ini adalah kas dan setara kas, persediaan dan piutang. Modal kerja bersih, dilain pihak adalah selisih antara aktiva lancar dengan pasiva lancar (Van Horne, 1995:204; Levi Sarnat, 1994:180). Sebagai bagian dari aktiva lancar, modal kerja dapat dikatakan relatif likuid dan mempunyai karakteristik sebagai berikut (Levi Sarnat, 1994:180-181): 1. Berjangka waktu pendek, biasanya kurang dari satu tahun, 2. Mudah diubah ke dalam bentuk aktiva lancar yang lain. 3. Jumlah modal kerja tergantung dari sinkronisasi antara produksi, penjualan dan penagihan produk. Berdasarkan karakteristik tersebut maka kebutuhan modal kerja biasanya dibiayai dengan sumber dana jangka pendek. Ada tiga pola umum dalam pendanaan modal kerja ini, yaitu pertama kebijakan agresif pada aktiva dan pasiva dengan karakteristik level aktiva lancar rendah dan level pasiva lancar tinggi yang berakibat tingginya tingkat profit serta risiko yang menyertainya (Gitman, 1981:186, Van Horne, 1994:208211). Strategi yang lain adalah strategi konservatif pada aktiva dan pasiva lancar dengan karakteristik level aktiva lancar yang tinggi dan level pasiva lancar rendah yang berakibat profit dan risiko yang ada menjadi lebih rendah (Gitman, 1982:186, Van Horne, 1994:208-211). Strategi yang terakhir adalah strategi maturitas dengan karakteristik level aktiva lancar dan pasiva lancar berimbang (Gitman, 1981:186; Van Horne, 1994:208-211; Keown, 2001:489). Helfert berpendapat bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997:63) yang mengisyaratkan bahwa modal kerja sebaiknya dibiayai dengan sumber dana jangka panjang.
69
Jumlah
Ekspansi
Jumlah
Gambar 1 Prinsip Maturitas (Sumber: Van Horne, 1994:209)
Jumlah
Gambar 2 Strategi Agresif (Sumber: Van Horne, 1994:212)
Gambar 3 Strategi Konservatif (Sumber: Van Horne, 1994:211)
70
Mochamad Edman Syarief
Penerapan strategi modal kerja tersebut di atas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari tingkat aktiva lancar perusahaan dimana semakin tinggi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan semakin mudah baginya untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata lain, apabila tingkat modal kerja perusahaan meningkat, risiko perusahaan terhadap likuiditasnya menjadi lebih kecil dan tentu saja, merupakan daya tarik yang sangat bagus bagi para pemberi pinjaman jangka pendek. Sebaliknya, apabila pasiva lancar semakin besar, akan menaikkan tingkat risiko perusahaan terhadap likuditasnya. Berdasarkan hal ini maka perusahaan harus berupaya untuk dapat menentukan tingkat modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tentu saja berhubungan dengan investasi yang dilakukan pada aktiva lancar. Penelitian Terdahulu Filbeck dan Krueger (2005) menggarisbawahi pentingnya manajemen modal kerja yang efisien dengan meneliti kebijakan manajemen modal kerja pada 32 industri nonfinansial di USA. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar industri dalam penerapan modal kerja. Selain itu, penerapan modal kerja antar industri ini juga berubah secara signifikan pada waktu penelitian. Studi yang serupa dilakukan oleh Gombola dan Ketz (1983), Soenen (1993), Maxwell et al. (1998), dan Long et al. (1993). Weinraub dan Visscher (1998) mendiskusikan agresif konservatifnya kebijakan manajemen modal kerja dengan menggunakan data per kuartal untuk periode tahun 1984-1993 pada perusahan di Amerika. Studi ini mempelajari 10 kelompok industri yang berbeda dalam penerapan kebijakan modal kerja agresif atau konservatif. Weinraub dan Visscher berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dan signifikan dalam penerapan kebijakan modal kerja ini dan berlaku stabil selama periode penelitian. Studi ini juga menunjukkan adanya korelasi negatif dan signifikan antara kebijakan asset dan pendanaan dan penerapan kebijakan manajemen aset yang relatif agresif diimbangi dengan kebijakan pendanaan yang relatif konservatif. Raheman (2006) menyelidiki tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada 94 perusahaan di Pakistan yang terdaftar pada Islamabad Stock Exchange (ISE). Studi ini mempelajari pengaruh beberapa variabel yang berbeda pada manajemen modal kerja termasuk periode penagihan piutang dan Siklus perputaran kas terhadap Laba bersih operasi perusahaan.
Raheman menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang kuat antara rasio modal kerja dan profitabilitas perusahaan. Sebagai tambahan, manajer dapat menciptakan nilai positif untuk para 71
Ekspansi
pemegang saham dengan mengurangi siklus perputaran kas sampai mencapai tingkat optimal. Studi yang serupa dilakukan oleh Smith dan Begemann (1997), Howorth & Westhead (2003), Ghosh & Maji (2004), Eljelly (2004), serta Lazaridis & Tryfonidis (2006). Afza & Nazir (2007) menyelidiki tentang hubungan antara kebijakan agresif/konservatif pada modal kerja untuk 17 kelompok industri dengan sampel yang terdiri dari 263 perusahaan publik terbatas yang terdaftar pada Karachi Stock Exchange untuk periode 1998-2003. Dengan menggunakan uji ANOVA dan LSD , studi ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara investasi pada modal kerja dan kebijakan pendanaan antar kelompok industri yang berbeda. Selanjutnya dengan menggunakan korelasi Rank-order terdapat bukti bahwa perbedaan ini berlaku stabil pada periode penelitian. Akhirnya, dengan menggunakan analisis regresi OLS terdapat temuan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara tingkat profitabilitas dan derajat agresifitas manajemen modal kerja. Penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Nazir (2007) dan mencoba untuk melihat bagaimana penerapan modal kerja pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ45 dengan melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. BAHAN DAN METODA PENELITIAN Objek dan Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tercantum selama 8 periode pengumuman emiten yang paling likuid dan berkapitalisasi pasar terbesar yang termasuk dalam indeks LQ45 pada kurun waktu Januari 2004 sampai dengan Januari 2008. Total perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan, diluar dua perusahaan yang
berbentuk lembaga keuangan karena sifatnya yang
khusus. Data yang diteliti adalah data yang berasal dari laporan keuangan yang diunduh dari www.Reuters.com pada tanggal 14 dan 15 Mei 2009. Operasionalisasi variabel Penelitian ini menitikberatkan pada ada tidaknya hubungan antara penerapan kebijakan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel yang digunakan adalah : 1. CATA, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan total aktiva yang mewakili agresifitas modal kerja. Semakin kecil nilai rasio yang didapat berarti semakin
72
Mochamad Edman Syarief
agresif kebijakan yang diterapkan pada aktiva lancar perusahaan dan merupakan komponen penggunaan dana perusahaan. 2. CLTA, yaitu perbandingan antara pasiva lancar dan total aktiva yang mewakili agresifitas pendanaan perusahaan dimana semakin kecil nilai rasionya berarti semakin konservatif kebijakan pendanaan yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. 3. CR, perbandingan antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan, mewakili likuiditas perusahaan, dimana semakin besar nilainya, semakin likuid perusahaan tersebut. 4. TA, merupakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan, mewakili ukuran perusahaan Uji Hipotesis Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui praktik penerapan kebijakan modal kerja dan untuk melihat hubungan antara kebijakan modal kerja serta pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan. Untuk itu dibentuk beberapa hipotesis sebagai berikut: H1 : Kemungkinan terdapat hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar dan pasiva lancar. H2 : Ada perbedaan dalam penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada satu atau lebih perusahaan. H3 : Penerapan strategi modal kerja berpengaruh signifikan pada tingkat likuiditas perusahaan. H4 : Penerapan Strategi Modal Kerja berpengaruh signifikan pada ukuran perusahaan. Metoda Analisis Metoda analisis yang dilakukan adalah metoda analisis deskriftif dengan mencari ratarata hitung untuk CATA dan CLTA bagi masing-masing perusahaan dalam kurun waktu 2004-2007, dan menganalisa hasilnya untuk mengetahui penerapan kebijakan modal kerja yang dilakukan. Untuk membuktikan hipotesis pertama dilakukan uji korelasi Pearson’s dan untuk hipotesis kedua digunakan uji One Way Anova dan Tukey’s HSD, baik terhadap rasio CATA maupun rasio CLTA untuk semua perusahaan yang menjadi objek penelitian Untuk meneliti ada tidaknya pengaruh penerapan kebijakan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Rumus yang digunakan adalah:
73
Ekspansi
Dimana: Y = LogCR; LnTA x1 = Kebijakan aktiva lancar perusahaan (CATA) x2 = Kebijakan pasiva lancar perusahaan (CLTA)
= konstanta persamaan regresi 1, 2 = koefisien regresi = error term HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Penerapan Kebijakan Modal Kerja Pada tabel 1 disajikan rata-rata hitung terhadap rasio CATA dan CLTA selama periode waktu 2004-2007, rata-rata ini kemudian disusun berdasarkan tingkat agresifitas modal kerja pada aktiva lancar yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dimana semakin kecil nilai rasio CATA berarti semakin agresif strategi yang dilakukan pada manajemen aktiva lancar perusahaan. Dapat kita lihat bahwa INKP menjalankan kebijakan modal kerja yang sangat agresif pada manajemen aktiva lancarnya dimana nilai rasio CATA yang dimiliki berada diatas rata-rata rasio CATA untuk manajemen aktiva lancar semua perusahaan yang ditinjau. Agresifitas pada manajemen aktiva lancar didukung oleh manajemen pasiva lancar atau pendanaan yang sangat konservatif, dimana nilai rasio CLTA hanya 0,07 yang berarti bahwa pembiayaan aktiva lancar perusahaan banyak yang berasal dari sumber dana jangka panjang. Pada urutan kedua terdapat SMCB dengan nilai rasio CATA 0,159 dan rasio CLTA 0,09 yang juga menganut kebijakan manajemen aktiva lancar yang sangat agresif dan diimbangi pula dengan manajemen pendanaan yang juga konservatif. PTBA dan KLBF merupakan dua buah perusahaan yang mempraktikkan manajemen aktiva lancar yang konservatif, tetapi manajemen pasiva lancar yang dilakukan ternyata juga sangat konservatif. Perusahaan yang cenderung melakukan manajemen pasiva lancar yang relatif lebih agresif adalah ASII, BUMI, INDF dan UNTR dimana nilai rasio CLTA masing –masing perusahaan ini berada diatas rata-rata rasio CLTA semua perusahaan yang diteliti. Sementara manajemen aktiva lancar yang diterapkan bervariasi.
74
Mochamad Edman Syarief
Tabel 1 Rata-rata dan Standar Deviasi CATA dan CLTA CATA
CLTA
Emiten INKP
Mean
Std. Deviation
Mean
Std. Deviation
,140995
,0196612
,070583
,0252671
SMCB
,159896
,0335271
,093601
,0651054
TLKM
,177392
,0150750
,237484
,0305949
ISAT
,217292
,0347100
,166136
,0905440
BNBR
,228473
,0828202
,194457
,0511590
AALI
,257808
,1001171
,196217
,0764916
ASII
,298470
,0399349
,343086
,0119257
INCO
,331733
,0684718
,106936
,0269615
BUMI
,370171
,0676562
,400897
,0638105
INDF
,427080
,0290086
,349135
,0741093
ANTM
,485585
,1413282
,112009
,0667422
UNTR
,526231
,0328865
,350902
,0423425
PTBA
,740576
,0408880
,165115
,0191960
KLBF Rata-rata
,743941 ,364689
,0369308 ,2010346
,187448 ,212429
,0606811 ,1158479
Sumber : Hasil Perhitungan
Berikut ini adalah grafik yang menyajikan hubungan antara rasio CATA dan CLTA.
Gambar 4 Grafik CATA vs CLTA
Dari grafik terlihat bahwa data yang ada tidak mengisyaratkan adanya hubungan linier antara penerapan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar dalam arti bahwa tidak selalu manajemen aktiva lancar yang agresif akan diimbangi oleh manajemen pasiva lancar yang konservatif atau sebaliknya. Hal ini terlihat dari praktik yang dilakukan oleh BUMI dan INDF dimana manajemen aktiva lancar cenderung konservatif sementara manajemen pendanaan yang dilakukan cenderung agresif. Dilain pihak UNTR dan PTBA yang menerapkan manajemen aktiva lancar yang konservatif, ternyata juga
75
Ekspansi
melakukan manajemen pendanaan yang j konservatif.
Berikut ini adalah hasil uji
korelasi Spearman’s rho untuk rasio CATA dan CLTA.
Tabel 2 Korelasi Spearman's rho Spearman's rho
CATA
CLTA
Koefisien Korelasi
CATA 1,000
CLTA ,311(*)
Sig. (2-tailed)
.
,020
N
56
56
Correlation Coefficient
,311(*)
1,000
Sig. (2-tailed)
,020
.
N
56
56
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil korelasi yang dilakukan dengan N sebanyak 56 buah adalah sebesar 31,1% yang signifikan pada
=5% yang berarti bahwa semakin rendah nilai rasio CATA
semakin rendah pula nilai rasio CLTA. Hal ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan agresifitas kebijakan manajemen aktiva lancar yang dilakukan akan diimbangi dengan kebijakan manajemen pendanaan yang semakin konservatif. Analisis Perbedaan Relatif Penerapan Strategi Modal Kerja Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalah bahwa ada perbedaan dalam penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada satu atau lebih perusahaan. Hasil yang didapat dari pengujian ANOVA (tabel 3) yang dilakukan memberikan nilai F statistik sebesar 39,809 dan nilai signifikansi = 0,000 yang berarti bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini menyatakan bahwa memang terdapat perbedaan dalam penerapan manajemen aktiva lancar perusahaan yang diteliti. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji yang didapat dari Tukey’s HSD yang menunjukkan bahwa terdapat 50 perbandingan yang signifikan pada
=0,05 dari 91 perbandingan langsung yang
dilakukan. Hal yang menarik adalah ternyata bahwa perusahaan yang tergabung dalam kelompok industri pertambangan seperti BUMI, INCO dan ANTM bersama-sama mempunyai perbedaan dengan PTBA dalam penerapan manajemen aktiva lancarnya sementara hal ini tidak berlaku untuk ketiga perusahaan tersebut. Hal ini patut dicermati dari sisi penelitian yang lain yang variabelnya tidak tercakup pada penelitian ini. Untuk perbedaan dalam manajemen pendanaan, didapat hasil uji F statistic sebesar 15,166 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa memang terdapat perbedaan penerapan kebijakan pendanaan untuk satu atau lebih perusahaan yang diteliti. Hasil perbandingan langsung dengan Tukey’s HSD menyatakan adanya 39 perbandingan yang signifikan pada
=0,05. Dalam penerapan manajemen pendanaannya, INCO, 76
Mochamad Edman Syarief
ANTM dan PTBA secara bersama-sama berbeda dengan BUMI sementara untuk ketiga perusahaan tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Tabel 3 Uji One Way Anova
CATA
CLTA
Between Groups
Sum of Squares 2,056
df 13
Mean Square ,158
Within Groups
,167
42
,004
Total
2,223
55
Between Groups
,609
13
,047
Within Groups
,130
42
,003
Total
,738
55
F 39,809
Sig. ,000
15,166
,000
Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan strategi modal kerja baik pada manajemen aktiva lancar maupun pada manajemen pendanaan untuk satu atau lebih perusahaan. Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap Likuiditas Untuk mengetahui pengaruh kebijakan modal kerja terhadap likuiditas digunakan model regresi linier berganda. Dalam prosesnya, pengujian dilakukan sesuai dengan urutan hipotesis dalam penelitian yaitu pertama kali menguji signifikansi pengaruh kedua variabel bebas terhadap likuiditas (Uji F), lalu dilakukan uji signifikansi parsial untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap likuiditas. Untuk mendapatkan hasil uji statistik yang memenuhi asumsi normalitas data maka digunakan variabel logCR, CATA dan CLTA. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 4 Koefisien Determinasi
Mode l Summaryb Model 1
R ,853a
R Square ,728
Adjusted R Square ,718
Std. Error of the Estimate ,19537
a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA b. Dependent Variable: LogCR
Dari hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 85,3% yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat pada variabel yang diuji, yaitu LogCR, CATA dan CLTA. Koefisien determinasi dari model ini adalah sebesar 72,8% yang berarti bahwa perubahan likuiditas yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA sebesar 72,8%, sisanya sebesar 17,2% diterangkan oleh faktor lain yang tidak tercakup pada penelitian ini.
77
Ekspansi
Tabel 5 Uji F
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 5,412 2,023 7,435
df 2 53 55
Mean Square 2,706 ,038
F 70,895
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA b. Dependent Variable: LogCR
Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 70,895 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang lebih kecil dari
= 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat
dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan likuiditas pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan likuiditas perusahaan yang diteliti. Tabel 6 Nilai koefisien persamaan regresi
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coef f icients B Std. Error ,395 ,068 1,023 ,133 -2,366 ,231
(Constant) CATA CLTA
Standardized Coef f icients Beta ,559 -,745
t 5,808 7,693 -10,255
Sig. ,000 ,000 ,000
a. Dependent Variable: LogCR
Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan likuiditas perusahaan dipengaruhi secara positif oleh CATA dan secara negatif oleh CLTA. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan CATA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas bertambah sebesar 1,023 persen dan setiap perubahan pada CLTA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas berkurang sebesar 2,366 persen. Terlihat bahwa pengaruh manajemen pendanaan lebih besar daripada pengaruh manajemen aktiva lancar yang mengindikasikan bahwa perusahaan
harus
lebih
berhati-hati
dalam
membuat
kebijakan
pendanaan
perusahaan. Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t hitung sebesar 7,693 untuk CATA dan -10,255 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari =0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak secara statistik
78
Mochamad Edman Syarief
atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap perubahan likuiditas perusahaan. Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap ukuran Perusahaan Tabel 7 Koefisien Determinasi
Mode l Sum m ary Model 1
R ,614a
R Square ,376
Adjusted R Square ,353
Std. Error of the Estimate ,81742
a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA
Dari hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 61,4% yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat pada variabel yang diuji, yaitu LnTA, CATA dan CLTA. Koefisien determinasi dari model ini adalah sebesar 37,6% yang berarti bahwa perubahan ukuran perusahaan yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA sebesar 37,6%, sisanya sebesar 62,4% diterangkan oleh faktor lain yang tidak tercakup pada penelitian ini. Tabel 8 Uji F
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 21,384 35,413 56,797
df 2 53 55
Mean Square 10,692 ,668
F 16,002
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA b. Dependent Variable: LnTA
Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 16,002 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang lebih kecil dari
= 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat
dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan ukuran perusahaan pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan ukuran perusahaan yang diteliti.
79
Ekspansi
Tabel 9 Nilai Koefisien Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model 1
(Constant) CATA CLTA
Unstandardized Coef f icients B Std. Error 16,965 ,285 -2,968 ,556 2,655 ,965
Standardized Coef f icients Beta -,587 ,303
t 59,566 -5,336 2,750
Sig. ,000 ,000 ,008
a. Dependent Variable: LnTA
Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan ukuran perusahaan dipengaruhi secara negatif oleh CATA dan secara positif oleh CLTA. Terlihat bahwa koefisien pengaruh manajemen pendanaan sedikit lebih kecil daripada pengaruh manajemen aktiva lancar. Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t hitung sebesar -5,336 untuk CATA dan 2,750 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari =0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak secara statistik atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap perubahan ukuran perusahaan. KESIMPULAN Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan usaha suatu perusahaan terutama karena modal kerja digunakan untuk biaya operasi perusahaan sehari-hari. Variabel yang digunakan pada studi ini sedapat mungkin bisa mewakili keadaan modal kerja yang terjadi pada perusahaan yang diteliti. Untuk itu digunakan rasio CATA yang mewakili manajemen aktiva lancar, rasio CLTA yang mewakili manajemen pendanaan, CR mewakili likuiditas dan TA mewakili ukuran perusahaan. Penerapan kebijakan modal kerja yang dipraktikkan pada perusahaan yang diteliti secara signifikan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dengan kata lain memang terdapat variasi penerapan agresif/konservatif manajemen modal kerja baik pada aktiva lancar maupun pasiva lancar. Kebijakan manajemen aktiva lancar yang relatif agresif diimbangi dengan dengan kebijakan manajemen pendanaan yang relatif konservatif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Weinraub dan Visscher (1998) serta Afza dan Nazir (2007) dan sesuai dengan pendapat Helfert (1997) yang menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja menggunakan sumber dana jangka panjang. Selanjutnya, walaupun setiap perusahaan mempunyai kebijakan manajemen modal kerja yang cenderung berbeda 80
Mochamad Edman Syarief
satu dengan lainnya, ternyata hampir semua perusahaan yang ada mempraktikkan kebijakan pendanaan yang relatif konservatif. Studi ini juga menemukan bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar dan manajemen pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Manajemen aktiva lancar mempunyai pengaruh positif terhadap likuiditas dan berpengaruh negatif terhadap ukuran perusahaan, sementara manajemen pendanaan berpengaruh negatif terhadap likuiditas dan positif terhadap ukuran perusahaan. Hal ini memperkuat pendapat bahwa sebaiknya perusahaan bisa menjaga kondisi modal kerjanya sampai ke batas optimal, karena ternyata keputusan yang diambil dalam manajemen modal kerja akan berdampak pada kondisi perusahaan, dalam studi ini terutama terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa semua perusahaan yang diteliti mempunyai kebijakan pendanaan yang relatif konservatif. Hal ini dapat menjadi bahan untuk penelitian
selanjutnya
dengan
mencari
apakah
memang
perusahaan
yang
mempraktikkan manajemen pendanaan yang relative konservatif akan lebih likuid dibandingkan yang tidak. Daftar Pustaka
Afza T and MS Nazir (2007a). Working Capital Management Policies of Firms: Empirical Evidence from Pakistan. In the Proceedings of 9th South Asian Management Forum (SAMF) on February 24-25, North South University, Dhaka, Bangladesh. Afza T and MS Nazir (2007b). Is it better to be Aggressive or Conservative in Managing Working Capital? Presented at Singapore Economic Review Conference (SERC) 2007 on August 02-04, Singapore. Eljelly AMA (2004). Liquidity-Profitability Tradeoff: An Empirical Investigation in an Emerging Market. International Journal of Commerce and Management 14(2): 48-61. Filbeck G and T Krueger (2005). Industry Related Differences in Working Capital Management. Mid-American Journal of Business 20(2): 11-18. Ghosh SK and SG Maji (2004). Working Capital Management Efficiency: A Study on the Indian Cement Industry. The Management Accountant 39(5): 363-372. Gitman, Lawrence J., Basic Managerial Finance, 1987, Harper & Row Gombola MJ and JE Ketz (1983). Financial Ratio Patterns in Retail and Manufacturing Organizations. Financial Management12 (2): 45-56. Howorth C and P Westhead (2003). The Focus of Working Capital Management in UK Small Firms. Management Accounting Research 14(2): 94-111.
81
Ekspansi
Maxwell CE, LJ Gitman and SAM Smith (1998). Working Capital Management and Financial-Service Consumption Preferences of US and Foreign Firms: A Comparison of 1979 and 1996 Preferences. Financial Practice and Education 8(2): 46-52. Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W. and Scott, D. F., (2001). Foundations of Finance, 3rd ed., Pearson Education, New Jersey Lazaridis I and D Tryfonidis (2006). Relationship between Working Capital Management and Profitability of Listed Companies in the Athens Stock Exchange. Journal of Financial Management and Analysis 19 (1): 26-35. Levy, Haim and Sarnat, M., (1994), Capital Investment and Financial Decision, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall, Inc. Long MS, IB Malitz, and SA Ravid (1993). Trade Credit, Quality Guarantees, and Product Marketability. Financial Management 22: 117-127. Rehman A (2006). Working Capital Management and Profitability: Case of Pakistani Firms (Unpublished Dissertation). Pakistan: COMSATS Institute of Information Technology Islamabad. Smith MB and E Begemann (1997). Measuring Association between Working Capital and Return on Investment. South Africa Journal of Business Management 28(1): 1-5 Soenen LA (1993). Cash conversion cycle & corporate profitability. Journal of Cash Management 13(4): 53-58 Van Horne, James C. and Wachowicz, Jr, John M (1995), Fundamentals of Corporate Finance. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Weinraub HJ and S Visscher (1998). Industry Practice Relating To Aggressive Conservative Working Capital Policies. Journal of Financial and Strategic Decision 11(2): 11-18.
82
Mochamad Edman Syarief
Lampiran 1 Tukey's HSD untuk CATA F statistic = 39,809; Sig. = 0,000 (J) Emiten (I) Emiten ANTM ASII BUMI BNBR INCO INDF INKP ISAT KLBF PTBA SMCB TLKM UNTR
AALI
ANTM
ASII
BUMI
BNBR
INCO
INDF
INKP
ISAT
KLBF
PTBA
SMCB
TLKM
,227(*) 0,04 0,11 -0,03 0,07 ,169(*) -0,12 -0,04 ,486(*) ,483(*) -0,10 -0,08 ,268(*)
-,187(*) -0,12 -,257(*) -0,15 -0,06 -,345(*) -,268(*) ,258(*) ,255(*) -,326(*) -,308(*) 0,04
0,07 -0,07 0,03 0,13 -0,16 -0,08 ,445(*) ,442(*) -0,14 -0,12 ,228(*)
-0,14 -0,04 0,06 -,229(*) -0,15 ,374(*) ,370(*) -,210(*) -,193(*) 0,16
0,10 ,198(*) -0,09 -0,01 ,515(*) ,512(*) -0,07 -0,05 ,298(*)
0,10 -,191(*) -0,11 ,412(*) ,408(*) -,172(*) -0,15 ,194(*)
-,286(*) -,209(*) ,317(*) ,313(*) -,267(*) -,249(*) 0,10
0,08 ,603(*) ,599(*) 0,02 0,04 ,385(*)
,527(*) ,523(*) -0,06 -0,04 ,309(*)
0,00 -,584(*) -,566(*) -,218(*)
-,581(*) -,563(*) -,214(*)
0,02 ,366(*)
,348(*)
*. The mean difference is significant at the .05 level.
83
Ekspansi
Lampiran 2 Tukey's HSD untuk CLTA F statistic = 15,166; Sig. = 0,000 (J) Emiten (I) Emiten ANTM ASII BUMI BNBR INCO INDF INKP ISAT KLBF PTBA SMCB TLKM UNTR
AALI
ANTM
ASII
BUMI
BNBR
INCO
INDF
INKP
ISAT
KLBF
PTBA
SMCB
TLKM
-0,08 ,147(*) ,205(*) 0,00 -0,09 ,153(*) -0,13 -0,03 -0,01 -0,03 -0,10 0,04 ,155(*)
,231(*) ,288(*) 0,08 -0,01 ,237(*) -0,04 0,05 0,08 0,05 -0,02 0,13 ,239(*)
0,06 -,148(*) -,236(*) 0,01 -,272(*) -,177(*) -,155(*) -,178(*) -,249(*) -0,11 0,01
-,206(*) -,294(*) -0,05 -,330(*) -,235(*) -,213(*) -,236(*) -,307(*) -,163(*) -0,05
-0,09 ,155(*) -0,12 -0,03 -0,01 -0,03 -0,10 0,04 ,156(*)
,242(*) -0,04 0,06 0,08 0,06 -0,01 0,13 ,244(*)
-,278(*) -,183(*) -,162(*) -,184(*) -,255(*) -0,11 0,00
0,10 0,12 0,09 0,02 ,167(*) ,280(*)
0,02 0,00 -0,07 0,07 ,185(*)
-0,02 -0,09 0,05 ,163(*)
-0,07 0,07 ,186(*)
,144(*) ,257(*)
0,11
*. The mean difference is significant at the .05 level.
84
Mochamad Edman Syarief
85