Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISA LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas dan Modal Kerja Likuiditas perusahaan menurut Wild et al. (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu dengan cara mengubah asset menjadi kas, atau dengan kata lain upaya untuk memperoleh kas. Ketidakmampuan untuk mencapai likuiditas yang memadai menyebabkan perusahaan tidak mampu mengambil kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, atau hilangnya kesempatan untuk mengambil langkah strategis. Jika perusahaan tidak mampu menyediakan kas untuk membayar kewajiban jangka pendek, umumnya perusahaan akan terdorong untuk menjual asset dan melepaskan investasinya. Hal ini bisa berlanjut kepada kemungkinan insolvency dan kebangkrutan. Working capital atau modal kerja merupakan salah satu ukuran likuiditas. Working capital merupakan kelebihan current asset dibandingkan current liabilities. Kekurangan working capital terjadi jika kondisi sebaliknya terjadi, yaitu jumlah current liabilities lebih besar dibandingkan current asset. Saat current asset berjumlah lebih besar dibandingkan current liabilities maka terjadi situasi yang disebut working capital surplus. Working capital merupakan ukuran penting adanya liquid asset yang menyediakan cadangan keamanan dana kreditor. Working capital juga memiliki posisi penting untuk mengukur ketersediaan cadangan dana segar untuk membayar kewajiban dan berjaga-jaga atas terjadinya ketidakpastian arus kas masuk dan keluar perusahaan. Gambaran ini menunjukkan bahwa working capital bisa menjadi ukuran penting likuiditas maupun solvabilitas. Current Assets Current Liabilities Working capital
Company A Company B $300,000 $1,200,000 (100,000) (1,000,000) $200,000 $200,000
Perusahaan A dan B sama-sama memiliki working capital $200,000. Secara umum terlihat bahwa perusahaan A memiliki working capital lebih besar dibanding Perusahaan B. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa analis perlu mempertimbangkan adanya relative working capital. Untuk itu, analis perlu menghitung current ratio:
Current Ratio untuk Perusahaan A adalah 3:1 atau ($300,000/$100,000); sementara Current Ratio untuk Perusahaan B adalah 1,2:1 atau ($1,200,000/$1,000,000). Hasil analisa Current Ratio menunjukkan perbedaan kinerja likuiditas Perusahaan A dan B. Penggunaan current ratio untuk mengukur likuiditas adalah penting untuk mengukur: 1. Current liability coverage. Semakin besar jumlah current asset terhadap current liabilities, semakin besar jaminan bahwa current liabilities akan dapat dibayar. 2. Cadangan (buffer) terhadap kerugian. Semakin besar buffer atau cadangan, semakin rendah tingkat risiko. Current ratio menunjukkan margin of safety yang tersedia untuk menutup nilai asset lancar yang bersifat noncash saat terjadi likuidasi. 3. Cadangan dana segar. Current ratio relevan untuk mengukur margin of safety terhadap ketidakpastian (uncertainty) dan kejadian acak yang mempengaruhi cash flow perusahaan. Komponen dari current asset dan dampaknya terhadap current ratio adalah sebagai berikut. 1. Cash dan Cash Equivalent. Cash yang dikelola secara baik dapat digunakan sebagai cadangan terhadap ketidakseimbangan kas dalam jangka pendek (short-term cash imbalances). Di sisi lain, kas merupakan asset yang tidak mampu menghasilkan return (nonearning asset) dan asset setara kas umumnya berupa sekuritas yang memiliki tingkat return rendah (low-yielding securities), perusahaan harus meminimalkan jumlah investasi dalam kas dan asset setara kas. 2. Marketable Securities. Kelebihan kas umumnya diinvestasikan dalam sekuritas yang memiliki return lebih tinggi dibandingkan asset setara kas (cash equivalent). Investasi dalam marketable securities cukup layak untuk digunakan untuk menyeimbangkan jumlah current liabilities. Investasi dalam sekuritas dilaporkan dalam neraca sebesar fair value. 3. Account Receivable. Faktor penting untuk account receivable adalah penjualan. Dampak piutang terhadap penjualan ditentukan oleh kebijakan kredit dan metode penagihan. Perubahan dalam piutang akan berdampak pada adanya perubahan pada penjualan, meskipun dapat dikatakan tidak secara langsung. Dalam kaitannya dengan cash inflow, perlu diketahui bahwa tingkat piutang bukan dasar dan ukuran yang pas untuk memprediksi besarnya net cash inflow di masa datang. 4. Inventories. Jumlah persediaan ditentukan oleh penjualan atau sales yang diharapkan (expected sales). Penjualan merupakan fungsi dari demand dan supply. Tetapi, penerapan metode manajemen persediaan (misalnya economic order quantity, safety stock levels, dan reorder point) bersifat menjaga jumlah
persediaan bervariasi sesuai permintaan (demand) tetapi dalam jumlah serendah mungkin. Mengapa? Karena investasi dalam inventory yang berlebihan kurang menguntungkan, mengingat persediaan masih membutuhkan waktu untuk bisa dikonversi menjadi kas. Perhitungan jumlah cash inflow di masa datang dari penjualan persediaan tergantung pada besarnya profit margin yang dapat direalisasikan, mengingat nilai persediaan umumnya dilaporkan pada tingkat perolehan yang rendah. Dalam hal ini current ratio tidak ditentukan oleh tingkat penjualan atau profit margin, meskipun keduanya merupakan faktor penentu besarnya future cash inflow. 5. Prepaid Expenses. Beban dibayar dimuka merupakan pengeluaran yang mendatangkan manfaat di masa datang (kurang dari satu tahun mendatang). Beban dibayar dimuka umumnya jumlahnya kecil relative terhadap current asset. Dalam menganalisa likuiditas, analis keuangan perlu mengeluarkan besarnya prepaid expenses dari perhitungan working capital dan current ratio. Penggunaan current ratio untuk analisa Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan current ratio untuk analisa likuiditas: 1. Likuiditas tergantung pada sejumlah besar prospective cash flows dan sejumlah kecil kas dan asset setara kas. 2. Tidak ada kaitan secara langsung antara besarnya working capital dan pola future cash flow. 3. Kebijakan manajerial terkait jumlah piutang dan persediaan umumnya terkait langsung dengan pertama, upaya penggunaan asset secara efisien dan menguntungkan (profitable), dan kedua, tingkat likuiditas. Sebelum menggunakan current ratio untuk analisa, analis keuangan perlu mengevaluasi dan mengukur dua hal, yaitu: 1. Bagaimana kualitas current asset dan current liability, asset mana saja yang dimasukkan dalam kategori current asset dan hutang apa yang termasuk dalam current liability. 2. Berapa besarnya turnover current asset dan current liability. Untuk mengukur turnover, analis perlu memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang dan persediaan menjadi kas dan untuk membayar current liability. Ratio management Analis perlu waspada atas upaya manajemen untuk melakukan ‘window dressing’, atau biasa disebut sebagai praktik ‘ratio management’. Umumnya, sebelum tutup tahun, pihak manajemen akan menekan dan memperkecil jumlah piutang, meminta pegawai untuk melakukan penagihan piutang, mengurangi persediaan di bawah level normal, dan bahkan menunda pembelian persediaan.
Dampak dari aktifitas tersebut akan tampak pada peningkatan current ratio dalam posisi ‘After Payoff’ berikut ini. Current Assets Current Liabilities Working capital Current ratio
Before Payoff After Payoff $300,000 $150,000 (100,000) (50,000) $200,000 $100,000 2:1 3:1
Kebijakan manajemen untuk melakukan payoff seperti ini hanya sah jika memang diperbolehkan oleh aturan akuntansi yang berlaku. Untuk mengantisipasi adanya praktik ratio management tersebut, analis keuangan baiknya menggunakan laporan keuangan interim (atau disebut sebagai interim analysis) dan mengukur dampak seasonal effect pada ratio tersebut. Contohnya, bisa jadi perusahaan memiliki current ratio yang tinggi pada bulan Desember (akhir tahun), karena pada musim penjualan tertinggi di bulan Juli misalnya terjadi pembayaran dan pengurangan hutang yang signifikan. Pedoman analisa Biasanya analis memiliki patokan untuk melakukan interpretasi atas hasil perhitungan current ratio. Misalnya, apakah rasio 2:1 dianggap baik dan perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, ataukah jika rasio kurang dari 2:1 perusahaan memiliki risiko likuiditas yang tinggi? Patokan tersebut bisa berubah, menjadi 2.5:1 misalnya. Perubahan ini dikarenakan oleh adanya perubahan level kehati-hatian (conservatism) di antara manajer, penggunaan prinsip-prinsip akuntansi yang lebih hati-hati, praktik pengelolaan persediaan yang lebih efisien, contohnya penerapan just-in-time misalnya. Di sisi lain, peningkatan current ratio lebih dari 2:1 bisa mengindikasikan adanya penggunaan sumber daya secara inefisien dan berpotensi pada penurunan rate of return, karena perusahaan berinvestasi secara berlebihan pada asset yang kurang produktif. Selain itu, terdapat beberapa prinsip, yaitu: 1. Analis perlu menaruh perhatian pada komponen current asset dan current liability. Misal, dua perusahaan yang memiliki current ratio yang sama dapat memiliki tingkat risiko yang berbeda karena memiliki perbedaan komponen working capital. 2. Jumlah working capital yang dibutuhkan berbeda-beda untuk jenis industri dan rentang waktu siklus perdagangan perusahaan (the length of a company’s net trade cycle), yaitu siklus mulai barang dibeli atau dibuat hingga dijual dan menghasilkan kas.
Berikut ini adalah contoh perhitungan net trade cycle. Sales for year 1 Receivables* Inventories** Account Payables Cost of goods sold (including depreciation of $30,000)
$360,000 40,000 50,000 20,000 320,000
Informasi tambahan adalah: *Persediaan awal (beginning inventory) adalah $100,000 **Termasuk pembelian yang dihitung dalam cost of goods sold Maka perhitungan pembelian per hari adalah sebagai berikut. Ending inventory Cost of goods sold Less: beginning inventory Cost of goods sold purchased and manufactured Less: Depreciation in cost of goods sold Purchases
$50,000 320,000 $370,000 (100,000) $270,000 (30,000) $240,000
Kemudian, perhitungan net trade cycle perusahaan tersebut adalah:
Total siklus untuk Account Receivables dan Inventories adalah 96.24 hari. Dikurangi siklus untuk Account Payable yang dihitung sebagai berikut: maka net trade cycle (dalam hari) adalah 96.24 – 30.00 = 66.24 days Dari uraian di atas, working capital dalam arti net working capital bermakna kelebihan current asset dibandingkan current liabilities. Working capital memiliki sifat double-edged sword. Perusahaan memerlukan net working capital yang cukup besar untuk menjalankan operasional bisnis secara efektif. Akan tetapi, working capital bersifat costly karena investasi pada working capital bermakna investasi pada asset yang kurang profitable. Untuk mengurangi jumlah net working capital, banyak perusahaan yang membiayai current asset dengan menggunakan current liabilities, seperti account payable. Di sisi lain, pengurangan terhadap current asset, perusahaan dapat mengalami peningkatan
risiko likuiditas. Singkatnya, manajer harus mampu menjalankan praktik pengelolaan modal kerja (working capital) yang mampu menyeimbangkan kepentingan untuk meningkatkan profitabilitas sekaligus mampu mengurangi risiko likuiditas.
Contoh soal Consolidated Technologies, Inc. memiliki data keuangan per 31 Desember sebagai berikut. Cash $70,000 Account Payable $150,000 Inventory $65,000 fixed assets $200,000 Accumulated depreciation $43,000 Account Payable $130,000 Notes Payable $35,000 Accrued Tax Liability $18,000 Capital Stock $200,000 Informasi tambahan untuk data tersebut per 31 Desember adalah sebagai berikut. $750,000 Sales $520,000 Cost of sales $350,000 Purchases $25,000 Depreciations $20,000 Net income Consolidate Technologies memperkirakan tahun berikutnya perusahaan dapat mencapai pertumbuhan penjualan sebesar 10%. Seluruh pendapatan dan beban juga diperkirakan akan meningkat sebesar 10%, kecuali besarnya beban depresiasi diperkirakan tetap. Seluruh beban dibayar dalam bentuk kas pada saat terjadinya transaksi. Besarnya persediaan pada akhir tahun kedua diperkirakan sebesar $150,000 dan pajak terhutang nol. Perusahaan memperkirakan perlu menetapkan minimum cash balance sebesar $50,000 sebagai kebijakan pengamanan keuangan. Perusahaan mempertimbangkan adanya perubahan kebijakan kredit dimana umur piutang dijaga pada tingkat 90 hari. Hitunglah bagaimana dampak kebijakan baru pada cash balance perusahaan? Apakah perubahan tersebut mempengaruhi jumlah hutang perusahaan?
Jawaban:
Cash, Jan 1, Year 2 Cash collections Account Receivable, Jan 1, Year 2 Sales Total potential cash collection Less: Account Receivable, Dec 31, Year 2 Total cash available
$70,000 $150,000 825,000 $975,000 (206,250)
Cash Disbursement Account Payable, Jan 1, Year 2 Purchases Total potential cash disbursement Account payable, Dec 31, Year 2 Notes payable, Jan 1, Year 2 Notes payable, Dec 31, Year 2 Accrued taxes Cash expenses
$130,000 657,000 $787,000 (244,000) $35,000 (50,000)
Cash, Dec 31, Year 2 Cash balance desired Cash excess
$543,000 (15,000) 18,000 203,500
749,500 $89,250 50,000 $39,250
Penjelasan:
Year 2 cost of sales Ending inventory (given) Goods available for sale Beginning inventory Purchases
768,750 $838,750
$520,000 x 1.1 =
Gross profit ($825,000 - $572,000) Less: Net income $24,500 Depreciation 25,000 Other cash expenses
$572,000 150,000 $722,000 (65,000) $657,000
$253,000 (49,500) $203,500