MANAJEMEN LALULINTAS KOTA KEPANJEN AKIBAT PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN MALANG Robie Apriansa Zakaria Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan Mayjen Haryono No. 167 Malang 65145 e-mail :
[email protected]
Imam Defid Efendi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan Mayjen Haryono No. 167 Malang 65145 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Kepanjen merupakan kecamatan di Kabupaten Malang yang ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang yang sebelumnya berada di Kota Malang. Pemindahan ibukota kabupaten akan disertai dengan pembangunan Kantor Kabupaten Malang. Pemindahan dan pembangunan Kantor Kabupaten Malang akan menimbulkan tarikan lalulintas. Tarikan tersebut akan mempengaruhi pergerakan lalulintas pada sistem jaringan jalan yang ada disekitar Kota Kepanjen. Pergerakan dari dan menuju Kepanjen akan berdampak pada lalu lintas di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya kajian sekaligus solusi pemecahan masalah yang akan terjadi pada jaringan jalan akibat pengaruh pergerakan tersebut. Subyek yang diteliti pada jaringan jalan Kepanjen meliputi Simpang empat kaki Jl. Ahmad Yani – Jl. Sultan Agung – Jl. Kawi – Jl. Sumedang, Simpang tiga kaki Jl. Sultan Agung – Jl. Panji – Jl. Panarukan, Simpang empat kaki Jl. Panji – Jl. Trunojoyo Jl. Saptamarga – Jl. Krapyak, Simpang tiga kaki Jl. Sumedang – Jl. Krapyak. Sedangkan untuk ruas yang diteliti mencangkup ruas Jalan Ahmad Yani, ruas Jalan Sultan Agung, ruas Jalan Panarukan, ruas Jalan Panji dan ruas Jalan Trunojoyo. Analisis dilakukan dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) dimana proses evaluasi dengan metode tersebut berdasarkan indeks tingkat pelayanan pada ruas dan simpang yang diteliti. Berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan dengan menggunakan metodologi yang telah ditentukan akan diketahui kinerja jaringan jalan, baik saat ini maupun kondisi lima tahun yang akan datang. Dengan adanya kinerja jaringan jalan dapat direkomendasikan bentuk-bentuk penanganan pada jaringan jalan yang mengalami perbaikan. Dengan adanya studi ini diharapkan dampak yang ditimbulkan akibat pemindahan ibukota Kabupaten Malang dapat diantisipasi dengan meminimalisir potensi permasalahan yang ada.
Sehingga pemindahan ibukota Kabupaten Malang yang dikuti dengan meningkatnya aktivitas di sekitar studi dapat berjalan secara optimal.
Kata Kunci : Manajemen Lalulintas, Tingkat Pelayanan, Kota Kepanjen
PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL 3KAKI RAYA SURABAYA-MALAN-WONOREJO PURWOSARI KAB. PASURUAN DENGAN KANALISASI Siti Chusni Latifah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono No. 167 Malang 65145 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Simpang Tiga Purwosari merupakan suatu titik dengan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi sehingga sering menimbulkan tundaan, terutama pada saat akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu serta hari kerja seperti pada hari Senin. Untuk mengetahui kinerja pada persimpangan ini diperlukan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data arus lalu lintas, komposisi kendaraan, hambatan samping, dan geometrik simpang. Data primer didapatkan dari survai volume lalu lintas, pengukuran geomtrik simpang, serta mencatat waktu sinyal pada persimpangan tersebut. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dari instansi terkait dalam hal ini adalah instansi atau departemen yang berhubungan dengan materi penelitian yaitu Dinas Perhubungan Kab. Pasuruan. Analisis data dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai untuk masing-masing data, yaitu analisis kinerja persimpangan pada kondisi eksisting, analisis kinerja persimpangan dengan perbaikan sinyal, dan rencana perbaikan kanalisasi. Setelah menganalisis data yang telah kita dapatkan dari pembahasan, maka dapat kita simpulkan Kinerja Simpang 3-Kaki Raya Surabaya-Malang-Wonorejo di Purwosari pada kondisi eksisting menghasilkan tundaan yang besar yaitu 146,40 det/smp. Dengan level of service mempunyai nilai F yang berarti sangat buruk. Perbaikan yang dilakukan pada persimpangan ini yaitu dengan perbaikan modifikasi pulau yang ada
dengan cara mengurangi lebar pulau yang ada serta menambah pulau sebagai pemisah arus. Selain itu dilakukan optimasi sinyal dan pelebaran jalan pada pendekat utara dengan menggunakan bahu jalan yang ada. Setelah dilakukannya perbaikan, kinerja persimpangan sedikit lebih baik, yakni pada jam puncak menghasilkan tundaan sebesar 31,88 dt/smp, dengan level of service mempunyai nilai D. Pada kondisi jam efektif kinerja persimpangan mengasilkan tundaan sebesar 23,97 dt/smp, dengan level of service mempunyai nilai C.
Kata Kunci: simpang, bersinyal, 3-kaki, kanalisasi
EVALUASI KONDISI JALAN DENGAN METODE ASTM D 6433-07 DAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS : KOTA KEPANJEN) Arif Budianto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan Semanggi Barat No. 3A Malang 65141 e-mail :
[email protected]
Reza Falephy Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan Erlangga V No. 3 Sidoarjo e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Pemindahan letak ibu kota Kabupaten Malang ke Kepanjen tentunya akan semakin menimbulkan kepadatan lalu lintas dikarenakan Kepanjen memiliki beberapa ruas jalan penting yang
menghubungkan kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain. Tingkat kepadatan lalu lintas yang meninggi tentunya akan berdampak langsung terhadap tingkat kerusakan permukaan jalan. semakin tinggi tingkat kepadatan lalu lintas yang ada maka kemungkinan terjadinya kerusakan pada jalan semakin tinggi pula. Oleh karena itu, tentunya perlu dilakukan suatu evaluasi kondisi jalan terhadap permukaan jalan tersebut. Oleh karena itu, tentunya perlu dilakukan suatu evaluasi kondisi jalan terhadap permukaan jalan tersebut. Subyek yang dieliti adalah semua ruas jalan provinsi dan kabupaten yang berada di Kota Kepanjen. Evaluasi nilai kondisi jalan dilakukan pada semua ruas jalan provinsi dan kabupaten yang berada di Kota Kepanjen. Metode evaluasi kondisi jalan dengan menggunakan Metode ASTM D 6433-07 dan juga Metode Bina Marga. Metode ASTM D 6433-07 menghasilkan nilai Pavement Condition Index (PCI), sedangkan Metode Bina Marga menghasilkan nilai UP (Urutan Prioritas). Metode ASTM D 6433-07 dipilh karena dapat menetukan tingkat keparahan dari kerusakan jalan (Severity Level), sedangkan Metode Bina Marga dapat menghasilkan nilai persentase kerusakan jalan. Selanjutnya dilakukan penerapan Sistem Informasi Geografi untuk mengetahui nilai kondisi jalan.
Hasil evaluasi menurut Metode ASTM D 6433-07 menunjukkan kondisi jalan dengan nilai istimewa sebanyak 7 (tujuh) ruas jalan, yaitu Kolonel Slamet Supriyadi, Sultan Agung, Panji, Turen-Kepanjen, Kepajen – Cepokomulyo, Panggungrejo-Jenggolo, Ngadilangkung – Kepanjen. Kondisi jalan yang sangat baik terdapat 1 (satu) ruas, yaitu ruas Palaan – Talangagung. Serta yang terakhir adalah kondisi jalan yang baik sebanyak 3 (tiga) ruas jalan, yaitu Malang-Blitar, Sengguruh – Kanigoro dan Panarukan – Curungrejo.
Evaluasi kondisi jalan menurut Metode Bina Marga menunjukkan sebanyak 3 (tiga) ruas jalan dengan nilai UP (Urutan Prioritas ) 9 (Sembilan) yaitu ruas Kolonel Slamet Supriyadi, Sultan Agung dan Panji. Kemudian terdapat 1 (satu) ruas jalan dengan nilai UP 10 (sepuluh) yaitu ruas jalan Turen-Kepanjen. Sebanyak 1 (satu) ruas dengan nilai UP 6 (enam) yaitu ruas KepanjenCepokomulyo. Selanjutnya terdapat 1 (satu) ruas dengan nilai UP 5 (lima) yaitu ruas Panggungrejo – Jenggolo, Sebanyak 1 (satu) ruas dengan nilai UP 4 (empat) yaitu ruas Palaan – Talangagung, 2 (dua) ruas dengan nilai UP 2(dua) yaitu ruas Sengguruh – Kanigoro dan Panarukan – Curungrejo. Kemudian terdapat 2 (ruas) dengan nilai UP 1 (satu) yaitu ruas jalan Raya Malang-Blitar dan Ngadilangkung – Kepanjen.
Tipe pemeliharaan yang digunakan pada 11 ruas jalan di Kota kepanjen menurut Metode Bina Marga terdapat 4 (empat) ruas jalan dengan pemeliharaan rutin, yaitu ruas jalan Slamet Supriyadi, Sultan Agung, Panji, Turen-Kepanjen. Sedangkan program pemeliharaan berkala sebanyak 3 (tiga) ruas jalan yaitu, ruas jalan Kepajen – Cepokomulyo, Panggungrejo – Jenggolo, Palaan – Talangagung. Sedangkan untuk program peningkatan sebanyak 4 (empat) ruas jalan, yaitu ruas jalan Raya Malang-Blitar, Sengguruh – Kanigoro, Panarukan – Curungrejo dan Ngadilangkung – Kepanjen.
Penerapan Sistem Informasi Geografi untuk mengetahui nilai kondisi jalan dilakukan dengan cara membuat 2 (dua) layer yang masing-masing layer menunjukkan nilai PCI dan nilai UP (Urutan Prioritas). Untuk layer PCI, diwarnai sesuai dengan rating berdasarkan metode ASTM D6433-7, yaitu hijau tua untuk kategori istimewa (excellent), hijau muda untuk kategori sangat baik (very good), kuning untuk kategori baik (good), orange untuk kategori sedang (fair), medium red untuk kategori jelek (poor), merah gelap untuk kategori sangat jelek (very poor), dan abu-abu untuk kategori gagal (failed). Sedangkan untuk layer nilai Urutan Prioritas Metode Bina Marga, diwarnai hijau muda untuk program pemeliharaan rutin, kuning untuk pemeliharaan berkala dan merah untuk program peningkatan.
Kata Kunci : Kerusakan Jalan, Evaluasi Kondisi Jalan, Penerapan Sistem Informasi Geografi.
EVALUASI KINERJA LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN UTAMA DAN RUAS JALAN KARANGLO - PENDEM KABUPATEN MALANG Mochamad Rozie Arisonny
(0710610022)
Saiful Mahfud
(0710610060)
Jurusan Teknik Sipil - Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Ruas jalan Karanglo – Pendem merupakan jalan kolektor yang menghubungkan Kota Batu dengan wilayah lainnya di Jawa Timur. Adanya pertumbuhan pariwisata Kota Batu yang meningkat pesat menimbulkan pengaruh besar terhadap kinerja lalu lintas persimpangan utama dan ruas jalan Karanglo – Pendem. Dengan pertumbuhan lalu lintas yang cukup tinggi setiap tahun akan menambah beban lalu lintas yang harus diakomodasi ruas jalan ini. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kinerja untuk memprediksikan kondisinya di masa yang akan datang sekaligus memberikan arahan pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan pada ruas Karanglo – Pendem serta untuk memprediksi pengaruh pertumbuhan lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan Karanglo – Pendem sampai 5 tahun yang akan datang sekaligus memberikan alternatif penanganan agar tingkat pelayanan ruas Karanglo – Pendem tetap terjaga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis pengaruh dengan menghitung dan memprediksi kinerja jalan akibat pertumbuhan lalu lintas yang disebabkan oleh pertumbuhan perekonomian Kota Batu. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk ruas jalan Pendem-Karangploso mengalami penurunan tingkat pelayanan menjadi D pada tahun 2014 dan menjadi E pada sampai akhir tahun peramalan. Untuk kinerja simpang Karanglo semakin menurun seiring pertumbuhan lalu lintas tingkat pelayanan D pada tahun 2011 sedangkan untuk kinerja simpang Karangploso hingga akhir tahun peramalan tidak membutuhkan perbaikan apapun. Untuk Simpang Pendem tingkat pelayanan F. Upaya peningkatan kinerja lalu lintas secara umum dilakukan dengan dua metode yaitu manajemen lalu lintas dan perubahan geometrik. Manajemen lalu lintas dilakukan dengan optimasi pengaturan, sedangkan perubahan geometik dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jalan sehingga mendapatkan tingkat pelayanan paling baik. Penanganan pada lalu lintas jalan dilakukan bila selama periode kajian (5 tahun) tingkat pelayanannya sudah di bawah kategori C. Kata kunci : Tingkat pelayanan persimpangan, Tingkat pelayanan ruas, Karanglo – Pendem, Malang
Analisa Penanganan Kemacetan Lalulintas Simpang Tiga Medaeng Kabupaten Sidoarjo Saldy Ariza, Apryanto Setiawan, Asril Kurniadi, Achmad Wicaksono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Salah satu kawasan perbatasan Kota Surabaya dengan Kota Sidoarjo yang menunjukkan tingginya volume lalulintas adalah kawasan Waru. Selain menjadi kawasan pertemuan ruas jalan akses penghubung Kota Surabaya dengan kota–kota di Propinsi Jawa Timur bagian selatan, timur dan barat, pada kawasan Waru juga terdapat Terminal Purabaya dan berbagai aktivitas industri. Tingginya volume lalulintas kendaraan pada kawasan ini cenderung berubah menjadi kemacetan. Hal ini bisa diperhatikan pada Simpang Tiga Medaeng yang terletak pada ruas jalan nasional Surabaya – Krian. Salah satu penanganan yang pernah dilakukan pada Simpang Tiga Medaeng
adalah merubah tipe simpang dari simpang tidak bersinyal menjadi simpang bersinyal. Alternatif penanganan ini ternyata tidak menunjukkan peningkatan kinerja simpang yang signifikan. Perubahan tipe simpang ini justru menimbulkan antrian kendaraan yang sangat panjang terutama pada kaki simpang dari arah Waru. Pada studi ini akan dipertimbangkan alternatif penanganan yaitu mengembalikan lagi Simpang Tiga Medaeng menjadi tipe simpang tak bersinyal dengan menghilangkan konflik pergerakan arus lalulintas. Untuk mengetahui besarnya manfaat yang didapat, khususnya bagi para pengguna jalan, perlu dilakukan perbandingan antara dua kondisi simpang, yaitu kondisi Simpang Tiga Medaeng saat ini yang merupakan tipe simpang bersinyal menjadi tipe simpang tak bersinyal tanpa konflik arus lalulintas dengan berpedoman pada besarnya volume lalulintas yang terjadi saat ini. Indikator perbedaan tingkat pelayanan ditinjau dari segi aspek Biaya Operasional Kendaraan (BOK), nilai waktu, dan biaya perjalanan kedua kondisi. Kata kunci: Penanganan kemacetan, simpang tiga medaeng, biaya perjalanan
Aplikasi Pemrograman Geoslope (Geo5) Pada Perencanaan Penanggulangan Longsoran Di Dusun Songkorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang ( Studi Kasus Dengan Pemakaian Konstruksi Turap). Pebrina Fajar Ratawati, Yulvi Zaika, Widodo Suyadi Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur – Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRAK Tanah yang berada di wilayah Dusun Songkorejo, Kecamatan Ngantang merupakan wilayah perbukitan. Semakin lama seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman, keberadaan lahan terbuka hijaupun semakin berkurang. Hal ini telah berpengaruh pada karakteristik tanah yang ditandai dengan beberapa kali peristiwa longsor, Hal ini terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir pada daerah tersebut. Salah satu cara untuk mengantisipasi gerakan tanah tersebut adalah dengan membangun dinding turap di bagian lereng yang longsor, sehingga efektif untuk menghambat turunnya material tanah
yang longsor. Penelitian geoteknik terhadap longsoran di Dusun Songkorejo, Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang bertujuan untuk memahami mekanisme longsoran dan cara penanggulangannya. Pada penelitian ini zona longsoran diperoleh dari pemetaan topografi, pengeboran lapangan, dan uji laboratorium antara lain kadar air, perhitungan nilai triaksial, density test, dan specific gravity (GS). Parameter-parameter tersebut dibutuhkan dalam perhitungan angka keamanan lereng. Parameter utama yang dibutuhkan antara lain nilai kohesi (c), sudut geser (ϕ) dan berat jenis tanah (γ). Analisis stabilitas lereng dengan program slope stability/Geo5 menggunakan metode Fellenius dan menghasilkan bidang longsor dengan angka keamanan = 0.96. Sementara pada program Geostudio 2004 menghasilkan angka keamanan lereng = 0.515 dan berdasarkan perhitungan manual dengan metode Fellenius didapatkan angka keamanan lereng = 0.494. Penanggulangan lereng dengan cara menggunakan sheet pile dilakukan dengan perhitungan pada program Geo5, maka diperoleh kedalaman penetrasi 8.23 meter dan momen maksimum 143,44 kN.m/m. Oleh karena itu digunakan sheet pile baja tipe FSP-IV dengan panjang 12.23 m dan kedalaman penetrasi 8.23 m. Untuk mengecek hasil FS tersebut maka digunakan perhitungan manual dengan metode Fellenius. Dalam analisis perhitungan dengan metode Fellenius, telah ditinjau beberapa section letak sheet pile pada lereng. Pada tinjauan pertama didapatkan angka keamanan lereng 0.494. Setelah dipasang sheet pile angka keamanan lereng meningkat menjadi 2.3502. Pada tinjauan kedua didapatkan bidang longsor kritis dengan angka keamanan lereng 0.468, setelah dipasang sheet pile angka keamanan lereng meningkat menjadi 2.776. Pada tinjauan ketiga didapatkan bidang longsor kritis dengan angka keamanan lereng 0.492, setelah dipasang sheet pile angka keamanan lereng meningkat menjadi 4.471. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dipasang sheet pile pada lereng Jombok tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan angka keamanan lereng.
Kata kunci : mineral lempung lunak, turap kantilever, sheet pile, safety factor, Geo5, Geostudio 2004, metode Fellenius.
Analisa Penanganan Kemacetan Lalulintas Simpang Tiga Medaeng Kabupaten
Sidoarjo Saldy Ariza, Apryanto Setiawan, Asril Kurniadi, Achmad Wicaksono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Salah satu kawasan perbatasan Kota Surabaya dengan Kota Sidoarjo yang menunjukkan tingginya volume lalulintas adalah kawasan Waru. Selain menjadi kawasan pertemuan ruas jalan akses penghubung Kota Surabaya dengan kota–kota di Propinsi Jawa Timur bagian selatan, timur dan barat, pada kawasan Waru juga terdapat Terminal Purabaya dan berbagai aktivitas industri. Tingginya volume lalulintas kendaraan pada kawasan ini cenderung berubah menjadi kemacetan. Hal ini bisa diperhatikan pada Simpang Tiga Medaeng yang terletak pada ruas jalan nasional Surabaya – Krian. Salah satu penanganan yang pernah dilakukan pada Simpang Tiga Medaeng adalah merubah tipe simpang dari simpang tidak bersinyal menjadi simpang bersinyal. Alternatif penanganan ini ternyata tidak menunjukkan peningkatan kinerja simpang yang signifikan. Perubahan tipe simpang ini justru menimbulkan antrian kendaraan yang sangat panjang terutama pada kaki simpang dari arah Waru. Pada studi ini akan dipertimbangkan alternatif penanganan yaitu mengembalikan lagi Simpang Tiga Medaeng menjadi tipe simpang tak bersinyal dengan menghilangkan konflik pergerakan arus lalulintas. Untuk mengetahui besarnya manfaat yang didapat, khususnya bagi para pengguna jalan, perlu dilakukan perbandingan antara dua kondisi simpang, yaitu kondisi Simpang Tiga Medaeng saat ini yang merupakan tipe simpang bersinyal menjadi tipe simpang tak bersinyal tanpa konflik arus lalulintas dengan berpedoman pada besarnya volume lalulintas yang terjadi saat ini. Indikator perbedaan tingkat pelayanan ditinjau dari segi aspek Biaya Operasional Kendaraan (BOK), nilai waktu, dan biaya perjalanan kedua kondisi. Kata kunci: Penanganan kemacetan, simpang tiga medaeng, biaya perjalanan
Studi Alternatif Perencanaan Embung Bulung Untuk Penyediaan Air Baku Di
Kabupaten Bangkalan Fachrial Yudhian Dwi Reza Jurusan Sipil – Fakultas Teknik – Universitas BrawijayaMalang Dosen Pembimbing : Dr. Ir. M.Ruslin Anwar, MSi dan Ir. Herlien Indrawahyuni. ABSTRAK
Pembangunan Embung Bulung di Desa Bulung Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan direncanakan untuk menampung air hujan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku penduduk sehari-hari. Skripsi ini bertujuan untuk merencanakan tinggi embung dan dimensi tubuh embung yang layak secara teknis dan ekonomis. Embung Bulung direncanakan dengan tipe bendungan urugan tanah homogeny dan perencanaannya dimulai dengan menentukan besarnya kebutuhan air baku penduduk sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk sampai akhir umur rencana bangunan yaitu 20 th. Kapasitas tampungan embung dihitung dengan menentukan kapasitas tampungan mati dan tampungan efektif embung. Besarnya kapasitas tampungan mati didapat berdasarkan hasil perhitungan volume sedimen di sungai Toala yang akan masuk ke dalam kolam embung sebesar 39,644 m 3 /th. Umur ekonomis embung direncanakan 20 tahun sehingga jumlah sedimen yang masuk ke kolam embung sebesar 793 m3. Tampungan efektif embung didapat dari besarnya debit andalan setelah dikurangi debit untuk kebutuhan air baku penduduk dan evaporasi. Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya tampungan efektif embung 13.526,30 m3, sehingga besarnya tampungan embung total sebesar 26.901,16 m3. Dari analisa tampungan embung dapat direncanakan elvasi puncak pelimpah yaitu +32,5 m. Penentuan elevasi puncak embung ditentukan berdasarkan hasil penelusuran banjir melalui pelimpah dengan debit banjir Q100 th. Dari hasil perhitungan didapatkan debit banjir sebesar 8,640 m3/dt dengan elevasi +33,558 m. Dari elevasi puncak pelimpah dan elevasi banjir rencana serta penambahan tinggi jagaan maka didapat elevasi puncak embung +34,00 m. Dari hasil perhitungan ditentukan kemiringan lereng embung bagian hulu 1:3,3 dan kemiringan lereng embung bagian hilir 1:3,3. Dari analisa keamanan konstruksi tubuh embung terhadap aliran filtrasi yang menggunakan metode grafis Cassagrande serta analisa stabilitas lereng tubuh embung yang menggunakan metode irisan filenius dalam beberapa kondisi dinyatakan tubuh embung aman.