Misbahuddi
MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN BERBASIS STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI MTS NEGERI MODEL PARE Oleh Misbahuddin1 Abstract: MTsN Pare is accredited "A" and as a madrasah “model”, MTsN Pare always develop in a sustainable national standard. This is where researchers examine the improvement of energy management educator and national educational standards-based education. In this research, the writer uses descriptive qualitative method with the method: 1) in depth interview, 2) Participants observation. 3). Documentation study. The results of this study: 1.Strategy done in improving the quality of madrasah is: (a) forming a work team in a madrasah (b) find a reliable committee in accordance with the needs of education (c) self-evaluation or self-assessment (d) to formulate a vision and mission (e ) plan purposes (f) the implementation of goals, which involve the role of the principal, teachers, parents and the community (g) evaluate the purpose of (h) to report on the purpose of which was to be implemented. 2 In the implementation of the implementation of the national education standard 8 components are suitable with BSNP (a) the standard content, which is in the document of curriculum ready to be implemented and each teacher has a teaching device, the expansion of an existing self-structured form of the last chapter and all short letters. (b) the standard process, the learning process according to BSNP, teachers already have the lesson plan, (c) the standard of competence graduates already laid the foundations of intelligence, knowledge, personality and independence, and extend to the quality of the school. (d) the standard of teachers and education staff, have appropriate academic qualifications at least under graduate and graduate program although there are some outstanding and to have the appropriate educational staff with BSNP. Keywords: management, teachers and education staff, SNP. 1
Peneliti adalah tenaga pendidik Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kementerian Agama Kabupaten Kediri
108
Management Peningkatan Mutu
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses belajar-mengajar yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati serta mengamalkan nilai-nilai yang disepakati bersama secara terpuji, dikehendaki serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa ini untuk memasuki eraglobalisasi dan informasi adalah kondisi sumber daya manusia (SDM) yang relatif rendah yang dicermati dari latar belakang pendidikannya.Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak, terlebih dalam suasana krisis multidimensi yang terjadi saat ini, masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki. Menurut Tafsir (2008: 15) bahwa tujuan pendidikan suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup (falsafah dan/atau agama) yang dianut oleh bangsa Indonesia, manusia yang baik adalah manusia pembangunan yang pancasilais, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang – Undang Dasar 1945 (Ket. MPR No IV/1973 bab V ). Sedangkkan Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan dari pembangunan adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu dalam pembangunan tersebut pendidikan memegang peranan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemerintah mempunyai kewajiban dalam melaksanakan setiap kebijakan pendidikan yang diambil untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut, sehingga arah kebijakan pendidikan Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
109
Syaiful Bahri
menjadi bagian dari upaya dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam UUD 1945. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, menjamin kualitas pendidikan serta peran serta masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan Pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor jenjang pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan, maka untuk itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 (delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggraaan pendidikan. Adapun standar yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tersebut yaitu: 1) Standar Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan dan, 8) Standar Penilaian Pendidikan. Apabila PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut dapat diterapkan maka pendidikan yang ada di Indonesia akan mendapatkan mutu yang tinggi, karena peningkatan mutu pendidikan pada garis besarnya adalah bertujuan untuk peningkatan penyelengaraan pendidikan. Dengan demikian tujuan dibuat atau diadakannya peningkatan mutu pendidikan, diharapkan agar sebuah satuan lembaga penyelenggara pendidikan mempunyai batasan yang jelas. Jika penyelenggaraan pendidikan dapat meningkat maka kebutuhankebutuhan yang proporsional adalah sebagaimana tercantum dalam peningkatan mutu pendidikan . Pemenuhan peningkatan mutu pendidikan tidak dibatasi pada batasan yang kaku, sangat kondisioanal dan didasarkan pada potensi masing – masing satuan lembaga penyelenggara pendidikan. Mereka 110
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
bisa menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki.Karena kondisi setiap lembaga pendidikan tidak ada yang sama. Peningkatan mutu pendidikan adalah spesifikasi teknis yang berfungsi sebagai acuan yang dilakukan oleh sekolah/madrasah penyelenggara pendidikan, yang disesuaikan dengan kondisi potensi disuatu wilayah kota atau kabupaten. Satuan lembaga pendidikan dapat beroperasi menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar apabila telah terpenuhi sebagaimana tercantum dalam Pedoman Peningkatan Mutu Pendidikan yang telah dibuat dan disahkan oleh pejabat berwenang. Sejauh sebuah satuan pendidikan belum memenuhi peningkatan mutu pendidikannya, maka harus dengan segala usaha dan upaya lembaga tersebut untuk dapat memenuhinya. Namun demikian peningkatan mutu pendidikan bukan harga mati atau bersifat absolute. Akan tetapi jika terpenuhi maka akan memberikan layanan pendidikan yang memadahi dan layak untuk tampil sebagai lembaga yang hendak mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam peningkatan mutu pendidikan 8 standar nasional pendidikan harus ada karena anatar standar satu dengan yang lain saling terkait. Dalam proses belajar dan mengajar walaupun kurikulum yang telah ditetapkan bagus dengan menentukan standar isi yang tinggi, tetapi apabila tidak tersedia guru yang profesional maka tujuan kurikulum tersebut akan sia-sia. Begitu juga dengan sarana dan prasarana yang mencukupi tetapi tenaga guru tidak profesional, maka akan sia-sia juga. Selain kurikulum, guru juga sangat berperan sekali dalam menciptakan lulusan yang berkualitas sehingga dituntut profesionalnya dalam mengajar. Profesionalisme guru sangat dibutuhkan karena merosotnya mutu pendidikan nasional disebabkan keberadaan guru yang tidak profesional. Untuk itu kualifikasi akademik seorang guru harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan BSNP,karena apabila seorang guru mengajarkan ilmu yang tidak dikuasainya, kecil kemungkinan bisa menghasilkan output yang berkualitas. Kita sebagai seorang pendidik sering menjumpai seorang guru baru yang sebenarnya jiwa dan talentanya bukan sebagai seorang Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
111
Syaiful Bahri
pendidik. Namun karena tuntutan zaman dan sulitnya mencari pekerjaan tidak ada pilihan selain menjadi guru sebagai lapangan pekerjaan, karena profesi ini lebih besar peluangnya dibandingkan profesi yang lain. Jika kondisi seperti ini yang terjadi bagaimana mungkin seorang guru dapat bekerja secara profesional. Faktor lainnya yang juga menentukan kualitas siswa adalah sarana dan prasarana seperti gedung dan fasilitas lainnya untuk mendukung proses belajar dan mengajar seperti alat peraga dan praktek, laboratorium, sebagai tempat praktek bagi sekolah yang sangat dibutuhkan para siswa. Namun dalam penerapan Standar Nasional Pendidikan masing-masing sekolah masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dari kurikulum, kualitas guru maupun sarana dan prasarana yang dimiliki, sehingga berpengaruh kepada siswa yang telah lulus. Dalam keterkaitanya dengan mencerdaskan bangsa Indonesia, peneliti melihat bahwa MTs Negeri Model merupakan salah satu madrasah yang sudah menerapkan 8 Standar Nasional Pendidikan. Diantaranya yang peneliti ketahui penerapan standar sarana prasarana, banyak kepedulian masyarakat khususnya orang tua murid terhadap sarana yang dibutuhkan anak didik termasuk dari sisi pendanaan, yang semua itu tidak bisa lepas dari peran komite sekolah. Sebagai kepedulian peneliti terhadap mutu pendidikan yang ada di negara Indonesia maka peneliti merasa perlu mengkaji, mendalami konsep dan hal ihwal yang terkait dengan esensi substansi menejemen peningkatan mutu serta penerapan 8 standar nasional pendidikan. Untuk itu maka peneliti ingin meneliti bagaimana penerapan 8 SNP di MTs Negeri Model Pare, dari sisi manajemen strategi menjadi fokus penelitian dalam penelitian tesis, dengan judul Managemen Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Berbasis Standar Nasional Pendidikan di MTs Negeri Model Pare. Di kabupaten Kediri MTs Negeri Model Pare Kediri adalah termasuk madrasah yang pernah mendapat piagam sebagai madrasah Model di kabupaten Kediri yang banyak mempunyai prestasi baik secara akademis maupun non akademis.Hal itu dibuktikan dengan prestasi para siswa yang sering menjuarai beberapa lomba di tingkat Kabupaten, Propinsi bahkan ditingkat 112
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
nasional. Disamping itu MTs Negeri Model Pare mendapatkan nilai A dalam akreditasi di tahun yang terakhir. 2. Fokus Masalah a. Bagaimana strategi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri? b. Bagaimana implementasi 8 standar nasional pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri? c. Apa faktor pendorong dan faktor penghambat pelaksanaa implementasi 8 standar nasional pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri beserta solusinya? 3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan : a. Strategi peningkatan mutu pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri b. Implementasi 8 Standar Nasional Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri c. Faktor pendorong dan penghambat implementasi 8 Standar Nasional Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare beserta solusi pemecahanya 4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihakpihak terkait sebagai berikut : a. Kemenag kab Kediri, dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk selalu mengawasi bahwa MTs Negeri
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
113
Syaiful Bahri
Model Pare dalam menerapkan 8 standar nasional pendidikan masih belum sempurna b. Kepala madrasah dan Wakil kepala madrasah, dengan diketahui hasil penelitian ini, dapat digunakan untuk menyempurnakan kekurangan kekurangan dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan c. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, informasi, dan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya serta sebagai saran berfikir tentang kekurangan yang ada di madrasahnya. d. Bagi Komite, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran dalam mengimplementasikan 8 Standar Nasional Pendidikan perlu diadakan penyempurnaan secara terus menerus.dan diharapkan berguna sebagai bahan informasi dan referensi bagi pengembangan penelitian- penelitian selanjutnya B. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif sesuai dengan ciriciri adalah : (1) Penelitian kualitatif mempunyai latar alami sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumentkunci, (2) penelitian ini bersifat deskriptif, (3) penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata, (4) Penelitian kualitatif cenderung menganalisanya secara induktif, (5) makna merupakan soal esensial dalam rancangan penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982). Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas terhadap kenyataan lapangan tentang manajemen peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare secara menyeluruh. Oleh karena itu orientasi teoritik yang dijadikan landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala adalah menggunakan landasan berfikir fenomenologis. Dalam landasan berfikir fenomologis ini, peneliti berusaha menemukan fenomena dan peristiwa yang didasarkan pada pemahaman subyek dari sudut pandang peneliti sendiri dan tidak terikat isu teoritik 114
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, yaitu penelitian terhadap status kelompok manusia, suatu obyek, suatu system ataupun melakukan penellitian terhadap suatu peristiwa pada masa sekarang, bertujuan untuk mendiskripsikan dan menginterprestasikan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki.(Nazir 1988 : 157) Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memahami berbagai gejala sesuatu yang saling terkait satu sama lain dalam hubungan fungsional dan merupakan satu kesatuan, disamping itu, pendekatan fenomenologis digunakan untuk mempertegas arti peristiwa dan kaitannya dalam konteks situasi tertentu. Dengan pendekatan tersebut penelitian ini memiliki fleksibelitas sedemikian rupa dalam memandang permasalahan yang menjadi fokus perhatian, sehingga kebenaran informasi yang diperoleh bisa semaksimal mungkin sesuai dengan realitas alamiah obyek penelitian (Muhajir 1999 :108-109) Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, sehingga dengan kemampuannya menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen nonhuman, dapat menangkap makna dan memahami fenomena yang terjadi di MTs Negeri Model Pare 2. Tehnik Memasuki Lokasi Penelitian. Sebelum melakukan penelitian di MTs Negeri Model Pare Kediri peneliti mencari informasi tentang lokasi MTs Negeri Model Pare Kediri. Setelah mendapatkan sekilas informasi tentang lokasi dan proses menejemen peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Institut keislaman Hasyim Asy`ari (IKAHA) Tebuireng Jombang. 3. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan kulitatif maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting, peneliti sebagai partisipan aktif dan kehadirannya diketahui oleh informan atau obyek penelitian. Kehadiran peneliti di lapangan juga merupakan tolok ukur bagi Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
115
Syaiful Bahri
keberhasilan kasus yang diteliti, karena pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sebenarnya (Moleong,1997). Selain itu peneliti bertindak sebagai instrument utama atau instrument kunci dalam pengumpulan data (Nasution, 1988:9) Kedudukan peneliti dalam penelitian ini cukup rumit, sebab peneliti dalam hal ini sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor dari hasil penelitiannya (Moleong, 1997:21). Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan di pandang penting dan menentukan atas keberhasilan penelitian yang dilaksanakan. Peneliti sebagai instrument kunci berupa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi di lapangan, serta berusaha untuk menciptakan hubungan yang baik dengan subyek atau informan kunci yang terkait dengan penelitian. Hubungan baik tersebut diharapkan dapat menimbulkan adanya keakraban, saling pengertian dan adanya kepercayaan terhadap peneliti. Hal ini diupayakan agar peneliti dapat memperoleh data-data yang akurat, lengkap dan benar-benar valid serta bersifat alami sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian. Adapun hal-hal yang telah dilakukan peneliti selama di lokasi penelitian adalah: a. Melakukan wawancara Kepala MTs Negeri Model Pare Kediri dan untuk menyampaikan maksud dan tujuan melakukan kegiatan penelitian b. Menemui Guru – guru MTs Negeri Model Pare Kediri untuk menentukan langkah-langkah pelaksanaan penelitian, mengamati tentang proses menejemen peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri c. Melakukan kegiatan observasi di lapangan untuk mengetahui kondisi dan keadaan yang nyata di lapangan tentang profil di MTs Negeri Pare Kediri d. Melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh kunci (informan), sebagai sumber data dengan tujuan untuk mendapatkan data sebanyak mungkin dan terfokus sesuai dengan masalah penelitian e. Mengadakan hubungan baik dengan berupaya menyesuikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan, serta berusaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara peneliti dengan 116
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
informan kunci. Dengan tujuan memperoleh data-data yang akurat, lengkap dan tepat sesuai dengan apa yang diharapkan delam penelitian ini. f. Mengumpulkan data-data pendukung atau data-data doumentasi yang dapat memperkaya data utama dari hasil wawancara dengan sumber data didapatkan dari informan. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Pare Kediri yang berlokasi di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, madrasah ini merupakan MTs Negeri yang berada di jalan Stadion Chanda Bhirawa No 1. Tulungrejo Pare, yang berada disebelah barat Stadion Candha Bhirawa Kab Kediri, berada diutara SMP 2 Pare Kediri dan SMA 1 Pare Kediri, disamping itu juga ada masjid agung Annur yang termasuk masjid yang terbesar di kab Kediri dan berdampingan dengan kampung Iggris Tulung rejo Pare Kediri, tepatnya di sebelah selatanya kampung Inggris. 5. Data dan Sumber Data a. Data Bentuk dan hal hal yang berkaitan dengan jenis data yang akan digali dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Lofland (1984:8) Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen, foto dan sebagainya. Sedangkan Miles (1992) juga berpendapat bahwa data kualitatif adalah data yang berwujud kata-kata dan bukan dalam bentuk deretan angka-angka yang senantiasa menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial tertentu. Dengan demikian data kualitatif dianggap sangat menarik, karena data tersebut merupakan sumber dari pemahaman dan deskripsi yang sangat luas, mempunyai landasan yang kokoh serta memuat penjelasan tentang proses yang terjadi dalam lingkup penelitian. Karenanya dengan data kualitatif diharapkan paneliti dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-sebab dalam pikiran orang-orang
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
117
Syaiful Bahri
b.
6.
setempat dan mendapat penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Berdasarkan pendapat di atas maka data yang akan digali oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dan diperoleh dari ucapan secara lisan dari perilaku informan, yaitu berkaitan dengan non insane, seperti dokumen-dokumen, catatan-catatan atau gambaran-gambaran yang berkaitan dengan focus penelitian. Sumber data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, tertulis, dan foto. Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini, maka peneliti menentukan orang orang yang menjadi informan , orang orang tersebut yang banyak mengetahui tentang MTs Negeri Model Pare atau sebagai pelaku program yang ada , adapun kreteria yang peneliti tentukan adalah : 1) Kepala Madrasah 2) Pengurus Komite MTs Negeri Model Pare 3) Guru yang pernah menjadi fungsionaris madrasah 4) Pendidik atau Tenaga kependidikan yang mengabdi minimal sudah 5 tahun Tehnik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Wawancara Mendalam (indepth interviewing), bservasi Partisipan (Participant Observation), dan Studi Dokumentasi (Study of Documents)
7. Prosedur Analisis Data Berdasarkan pendapat di atas teknik analisis data yang dipergunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif, analisa data ini dilakukan secara berulang-ulang (cyclical) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. 118
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
Dengan demikian secara teoritis analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang guna memecahkan masalah (Soegianto, 1989). Data yang dideskripsikan memerlukan interprestasi mendalam sehingga diketahui makna dari data. Dalam hal menganalisis data ini, peneliti mengambil apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984), bahwa ada tiga tahapan yang dikerjakan dalam analisis data yaitu : (1) data reduction (2) data display dan (3) conclusion drawing/verification. Data yang telah diperoleh, dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif (analisis interactive model ) yang dikemukakan oleh Miles dan Hubberman (1987:23).sebagai berikut:Mereduksi data diperlukan untuk membantu peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus merangkum, memilih dan memilah hal-hal pokok serta menganalisisnya. Tahapan ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih tajam tentang hasil lapangan, mempermudah dalam melacak kembali bila diperlukan dan membantu dalam memberikan kode pada aspekaspek tertentu. Data display diperlukan untuk proses penyusunan informasi yang komplek ke dalam satu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif, serta dapat dipahami maknanya, hal ini dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Consulation dapat dilakukan berdasarkan matriks-matriks yang telah dibuat untuk menemukan pola, topik atau tema sesuai dengan masalah penelitian, karena itu peneliti akan membuat kesimpulan-kesimpulan yang bersifat longgar dan terbuka, dimana pada awalnya mungkin terlihat belum jelas, namun dari sana akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar secara kokoh. Untuk melaporkan hasil penelitian maka secara singkat dan kronologis pertama diberikan diskripsi tentang variabel yang diteliti yang disusul dengan teknik analisis yang dipergunakan, setelah itu hasil pengukuran dilaporkan yang kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang dikumpulkan.
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
119
Syaiful Bahri
Berdasarkan uraian di atas maka pada dasarnya menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu selama proses pengumpulan data dan setelah data terkumpul. 8. Pengecekan Keabsahan Data Trianggulasi merupakan salah satu teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembimbing terhadap data tersebut (Moleong, 1997). Trianggulasi sumber yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh dari informan yang satu dengan yang lain. Misalnya untuk kebenaran data yang diperoleh dari informan tentang pennyelenggaraan pendidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri. Dalam hal ini peneliti juga menanyakan kepada informan lain kebenaran data yang diperoleh sebelumnya, sehingga data-data tersebut bisa menjadi data yang utuh, komplit dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Trianggulasi metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengecek kebenaran data yang diperoleh dari seorang informan melalui metode yang berbeda. Misalnya informan yang diperoleh melalui wawancara tentang. pennyelenggaraan pendidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri,kemudian peneliti berusaha mengecek dan memadukan data yang diperoleh dari wawancara tersebut dengan data yang diperoleh melaui observasi maupun studi dokumentasi. Selain triangulasi sumber dan metode, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini juga dilakukan dengan jalan pengecekan anggota (member check). Teknik member check ditempuh oleh peneliti dengan cara mendatangi setiap informan dan memperlihatkan data atau informasi yang telah diketik dalam bentuk transkrip wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi kepada para informan. Para informan di minta untuk meneliti dan membaca kembali keterangan-keterangan yang telah diberikan, Hal ini diupayakan oleh peneliti untuk menjaga kehatihatian dan keabsahan data yang diperoleh, karena dengan cara demikian informan bisa mengkaji ulang apabila ada data informan yang dicatat oleh peneliti kurang sesuai dengan maksud informan 120
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
atau di pandang perlu untuk di tambah dan diperbaiki sesuai dengan maksud informan (sesuai dengan apa adanya yang terjadi di lapangan). Sedangkan diskusi teman sejawat dilakukan dengan temanteman yang berpengalaman dalam penelitian kualitatif dalam hal ini dosen pembimbing ataupun rekan-rekan mahasiswa yang mengetahui penelitian kualitatif maupun yang sedang melalkukan penelitian kualitatif. Diskusi teman sejawat ini dilakukan untuk membicarakan kesesuaian antara fokus penelitian dengan datadata yang dikumpulkan atau data yang didapatkan dari lapangan serta data yang telah dianalisis yang dilakukan oleh peneliti. Dari diskusi sejawat maupun dari pengarahan dosen pembimbing tersebut,peneliti berharap mendapatkan masukan untuk mengetahui adanya data yang kurang sesuai dengan fokus penelitian atau bila terjadi kekeliruan di dalam menganalisis data. Dengan demikian kesalahan yang menjadi kekhawatiran peneliti bisa terhindari. C. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dipaparkan dalam urutan sesuai dengan fokus pnelitian, yaitu: Strategi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri, Implementasi 8 standar nasional pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri dan Hambatan dan Pendorong implementasii 8 standar nasional pendidikan di MTs Negeri Model Pare. 1. Strategi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare Kediri Dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang paling dominan adalah kepala sekolah sebagai pemimpin dalam sebuah lemabaga. Melihat tantangan yang ada, baik dari segi geografis dan demografis MTs Negeri Model Pare maka langkah strategis yang dilakukan di MTs Negeri Pare adalah: a. Memilih waka bidang yang betul betul punya kredebilitas tinggi dan siap diajak untuk membawa perubahan yang lebih baik. Seorang waka bidang dalam sebuah madrasah ibaratnya
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
121
Syaiful Bahri
seperti roda kendaraan, kalau satu dari empat roda rusak maka mobil tersebut tidak akan bisa dioperasionalkan. Untuk mempermudah langkah kepala sekolah maka di MTs Negeri Model Pare telah dibentuk deputi kurikulum satu orang dan deputi kesiswaan tiga orang, dari deputi ini kepala sekolah yang baru bisa minta saran dari guru senior dan waka yang lama untuk memilih waka yang baru.dan hal tersebut telah diterapkan, karena mayoritas lingkungan MTs Negeri Pare mempunyai kepedulian agama yang tinggi penurut peneliti, maka harus ada waka bidang yang mempunyai kelebihan dalam penguasaan ilmu agama untuk mengelola dan mendampingi guru agama dalam semua kegiatan keagamaan yang ada di madrasah. b. Mengadakan kerja sama dengan masyarakat dalam menentukan komite madrasah, melihat lingkungan madrasah seperti itu madrasah harus memilih pengurus komite yang faham dengan program madrasah, pengurus komite MTs Negeri Model Pare menurut analisis peneliti sudah baik karena pengurus tersebut mempunyai pengalaman yang tinggi, bahkan ketua komitenya Drs. H. AR Purmadi seorang yang bener benar berkualitas, bijaksana baik di tingkat daerah, propinsi bahkan nasional. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan Juli 2012 dengan salah satu pengurus komite, peneliti dapatkan informasi bahwa pengurus komite di MTs Negeri Pare sudah mencakup semua aspek, ada pakar pendidikan yaitu Drs. H. Sukadi, MM yang sudah dikenal di kab Kediri sbagai kepala SMA 2 dan Ketua Dewan Guru kab. Kediri, Drs. H. Maskur Lukman, SH, M.Si seorang anggota DPRD sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Trisula Al Mustamar. c. Evaluasi diri, self assesment atau berkaca diri, dalam hal ini yang mengevalusi adalah kepala madrasah sebagai pemimpin, para guru sebagai pelaksana dan madrasah ynag mempunyai lingkungan pendidikan di bawah Mendiknas, hal ini menurut analisis peneliti merupakan pendorong utama karena MTs Negeri Model Pare satu satunya sekolah negeri di kec Pare yang berada di bawah naungan kemenag kab Kediri. 122
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
d. Kepala madrasah dengan guru guru yang ada telah menentukan visi dan misi serta tujuan , membuat sebuah perencanaan dan telah dilaksanakan oleh semua jajaran pendidik dan tenaga kependidikan MTs Negeri Model Pare dan yang terakhir adalah evaluasi tentang pelaksanaan visi, misi, tujuan dan pelaporan sebagai pertanggung jawaban atas semua kegiatan.berdasarkan analisis peneliti bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan dalam mencapai tujuan akan tetapi tidak fatal akibatnya, misalnya masih ada guru yang angkatan lama yang tidak mengenal IT, ada sarana yang rusak tidak segera diperbaiki dan menurut peneliti kurang adanya hijauisasi lingkungan. Menurut peneliti strategi untuk peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan banyak faktor pendukung, dan kunci keberhasilan madrasah sukses adalah faktor kepemimpinan atau manajemen kepala madrasah. madrasah yang selalu meningkatkan prestasi kerjanya dipimpin oleh kepala madrasah yang baik. organisasi yang dinamis senantiasa dipimpin oleh pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang selalu berupaya meningkatkan prestasinya. kepala madrasah adalah sebagai agen perubahan dan perbaikan madrasah, kepala madrasah yang efektif memiliki visi yang jelas, dan mampu menerjemahkannya menjadi sasaran madrasah yang berkembang menjadi harapan besar di masa depan yang difahami, dihayati dan diwujudkan oleh seluruh warga madrasah. kepala madrasah merupakan kunci keberhasilan bagi peningkatan kualitas keluaran murid. kesuksesan madrasah sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala madrasah.karena , ”peran yang sangat prinsip dari kepala sekolah adalah menyeimbangkan peran gandanya sebagai pemimpin menejerial dan sebagai pemimpin pendidikan”. ( Imron, 2008) 2. Implementasi 8 standar nasional pendidikan dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan di MTs Negeri Model Pare KediriStandar Nasional Pendidikan terdiri dari: Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
123
Syaiful Bahri
a. Standar isi Setelah dianalisis peneliti, bahwa implementasi standar isi dalam KTSP sudah siap dengan komponenya dan sesuai dengan BSNP, semua guru sudah mempunyai perangkat dan siap diimplementasikan kecuali kurikulum program akselerasi yang belum ada. b. Standar proses Setelah dianalisis peneliti, diketahuio bahwa semua guru memiliki silabus dan RPP secara lengkap, bahan ajarnya interaktif kontektual dengan memakai metode yang sesuai dengan materi, dalam pengembangan materi guru memakai IT, untuk siswa yang belum tuntas diadakan pengayaan sehingga materi betul betul dikuasai oleh siswa dengan penggunaan waktu yang efektif dan efesien. Guru mampu memahami keadaan siswa yang mengalami masalah dan dengan segera mengadakan tindakan dengan bekerja sama dengan wali murid, wali kelas dan guru BP. Sebagai pendukung dalam pengembngan potensi diri siswa sesuai dengan minat yang ada, di adakan program ekstra korikuler yang sudah berjalan sesuai dengan program madrasah yang disesuaikan dengan keadaan siswa. c. Standar kompetensi lulusan Setelah dianalisis peneliti, bahwa Setelah dianalisis peneliti, bahwa dalam menghadapi ujian akhir baik Ujian Negara atau Ujiana Akhir Madrasah, madrasah telah mempunyai SKL, untuk pelajaran agama dibuat bersama-sama team guru sejawa timur yang dikoordinir oleh mapenda jatim, sedangkan untuk soal UAM dibuat oleh team di kabupaten yang dikemas dalam MGMP agama. hasil dari nilai ujian telah mencapai tarjet bahkan prosentase lulusan mayoritas melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang menyebar di kabupaten bahkan di luar kabupaten kediri d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan Setelah dianalisis peneliti, bahwa pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Model Pare telah memenui kualifikasi akademik, dari 66 pendidik 12 orang menempuh pendidikan S2 walaupun ada yang belum selesai. Selain itu 124
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
e.
f.
g.
h.
untuk meningkatkan kompetensinya juga sering mengikuti pelatia pelatian baik tingkat kabupaten atau proinsi bahkan ditingkat nasional. Dari analisis peneliti guru yang ada di MTs Negeri Pare belum ada yang mengadakan pengembangan keprofesionalisme sebagai tenaga pendidik atau kependidikan seperti membuat karya ilmiah, mengadakan penelitian tindakan kelas dan lain lain. Standar sarana dan prasarana Setelah dianalisis peneliti, bahwa sarana pendidikan cukup memadai dan nyaman karena semua kelas sudah ada seperangakt komputer dan LCD, mempunyai ruang perpustakaan yang memadai, ruang pimpinan, guru, TU, UKS, musolla, BP, mempunyai lab bahasa, Ipa dan lain lain. Dari pengamatan peneliti bahwa MTs Negeri Model Pare sudah mempunyai sarana yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Standar pengelolaan Setelah dianalisis peneliti, bahwa peneliti menilai bahwa stndar pengelolaan sudah baik, baik dari sisi rencana kerja sekolah, pelaksanaan pengembangan struktur sekolah, dari sisi siswa sudah ada tatib dan lain lain, semuanay sudah berjalan sesuai dengan program madrasah. Standar pembiayaan Setelah dianalisis peneliti, bahwa dalam hal pembiayaan kurang adanya sosialisi kepada pendidik dan tenaga kependidikan sehingga kadanga kadang muncul multi tafsir. Adapun pembiayaan dari pemerintah dalam hal ini DIPA dan dana infaq wali murid. Standar penilaian pendidikan Setelah dianalisis peneliti, bahwa untuk penilaian peserta didik dilakukan oleh pendidik dan pemerintah diakhir pembelajaran yang dikenal dengan UN yang hasil penilaianya ditulis dalam ijazah. Selain itu ada penilaian terstuktur setiap enam bulan sekali yaitu semester dan tiga bilan sekali yaitu tengah semester yang hasil penilaian itu dituangkan dalam raport siswa.
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
125
Syaiful Bahri
3. Hambatan dan Pendorong Implementasi 8 Standar Nasional Pendidikan di MTs Negeri Model Pare. Tentang pendorong dan hambatan serta solusi dalam mengimplementasikan 8 standar nasional pendidikan yang peneliti dapatkan bahwa setiap ada pendorong selalu ada hambatan, akan tetapi hambatan tersebut bisa teratasi, dan tidak mnyebabkan proses kegaiatan belajar berhenti, hambatan yang ada berasal dari siswa, guru atau pemerintah. Sebagaimana yang ada dalam tabel paparan data. Setiap solusi dalam komponen selalu dipecahkan melalui koordinsi minimal ditingkat fungsionaris madrasah, kemudian disosialisasikan kepada semua pendidik dan tenaga kependidikan, dengan memperhatikan masukan dan usulan dari pendidik dan tenaga pendidik kemudian keputusan tersebut di amankan, dilaksanakan. D. SIMPULAN Berdasarkan fokus penelitian, paparan data serta temuan kasus eserta solusinya maka hasil penelitian ini terumuskan dalam kesimpulan : 1. Strategi yang dilakukan madrasah dalam meningkatkan mutu adalah: a. membentuk team work dalam madrasah, b. mencari komite yang handal sesuai dengan kebutuhan pendidikan, c. Evaluasi diri atau self-assessment, d. merumuskan visi dan misi e. merencanakan tujuan, f. pelaksanaan tujuan, yang melibatkan peran kepala sekolah, guru ,orang tua serta masyarakat, g. mengevaluasi tujuan, h. membuat laporan tentang tujuan yang telah dilaksanakan. 2. Implementasi 8 komponen standar nasional pendidikan sudah sesuai dengan BSNP, : a. standar isi, yang ada dalam dokumen KTSP sudah ada dan siap diimplementasikan dan setiap guru sudah mempunyai perangkat mengajar, pengembangan diri terstruktur sudah ada berupa hafalan juz tiga puluh dan surat surat pendek, adanya SKUA. b. standar proses, proses pembelajaran sesuai dengan BSNP, guru sudah mepunyai RPP c. standar kompetensi lulusan sudah meletakkan dasar 126
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Management Peningkatan Mutu
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian dan kemandirian, dan melanjutkan ke sekolah yang berkualitas, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, kualifikasi akademik sudah sesuai minimal S1 dan ada yang S2 walaupun ada beberapa yang belum selesai.dan untuk tenaga kependidikan sudah sesuai dengaBSNP, e. standar sarana prasarana, sudah sesui dengan BSNP pasal 42, f. standar pengelolaan, dengan mengadakaninservice training, workshop dan mempermudah guru unruk meningkatkan SDM nya, g. standar pembiayaan dari pemerintah dan infaq wali murid, h. standar penilaian, dilakukan oleh pendidik berupa ulangan harian, tengah semester, semester, dan penilaian pemerintah berupa ujian Negara. 3. Permasalahan yang muncul dalam pelaksnaan 8 SNP adalah: KKM belum sesuai dengan BSNP, kurikulum akselerasi belum ada, jumlah jam mengajar tidak sesui karena kekurangan dan kelebihan guru mapel tertentu, media pembelajaran belum sempurna, masih ada guru yang belum bisa IT, belum memiliki lulusan ditingkat nasional atau internasional, masih ada guru yang enggan meneruskan ke S2, sarana kadang kadang rusak dan belum mempunyai teknisi khusus, monitoring kepala madrasah perlu ditingkatkan. BIBLIOGRAPHY Arifin, Imron. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi, Aditya Media: Yogjakarta Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas format Pendidikan Nondikotomik, Gema Media, Miles, B. Matthew and A, Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan oleh Thetjep Rohendi). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
127
Syaiful Bahri
Muhajir, Noeng. 1999. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarat: Rake Sarasen. Nazir Muhammad. 1988. Metode Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988), Lih Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Sunarto. 2001. MetodologiPeneliitian Ilmu ilmu Sosial dan Pendidikan, Unesa University Press: Surabaya Tafsir, Ahmad 2004, Metodologi pengajaran Agama Islam, Remaja Rosda Karya Bandung Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, PT. Remaja Rosda Karya ofsett: Bandung.
128
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014