karena menginginkan kulitnya. Kita tidak mendambakan benda khayalan. Kita mendambakan hal-hal yang kita lihat sehari-hari. Dia melihat Fredrica dalam kegiatannya sehari-hari. Apa kegiatan sehari-hari Fredrica? Oke... Starling mendorong pintu. Ini dia, kamar sempit berbau apak di tengah udara dingin. Di dinding ada kalender tahun lalu, untuk selamanya menunjukkan bulan April. Sepuluh bulan sudah Fredrica meninggal. Makanan kucing, keras dan hitam, tampak di cangkir di pojok ruangan. Starling, yang telah berpengalaman mendekorasi rumah dengan barang bekas, berdiri di tengah ruangan dan memandang berkeliling. Fredrica pandai memanfaatkan barang-barang yang dimilikinya. Starling melihat syal bertulisan BHS BAND terpasang pada papan buletin. Di dinding ada poster Madonna serta poster Deborah Harry dan Blondie. Pada rak di atas meja terdapat gulungan wallpaper bermotif cerah yang digunakan Fredrica untuk melapisi dinding. Hasilnya tidak seberapa rapi, pikir Starling, namun lebih baik dibandingkan ketika ia pertama kali mencobanya dulu. Di rumah lain, kamar Fredrica akan berkesan ceria. Tapi di rumah yang suram ini, kamarnya menimbulkan kesan berteriak; gema keputusasaan yang tersirat pun tidak luput dari perhatian Starling. Fredrica tidak memajang foto dirinya. Starling menemukan foto Fredrica dalam buku tahunan sekolah di rak buku yang kecil. Glee Club, Home-Ec Club, Sew n' Sew, Band, 4-H Club— barangkali merpati-merpati di luar pernah dijadikan proyek 4-H oleh Fredrica. Starling juga menemukan sejumlah tanda tangan dalam buku tahunan. "Untuk sobatku," dan "sahabatku", dan "bahu-membahu di lab kimia," dan "Masih ingat acara jual kue?!!" Pernahkah Fredrica mengajak teman-temannya kemari? Apakah ia memiliki teman yang cukup akrab untuk mengabaikan kebocoran di atas tangga? Di samping pintu ada payung.
Lihatlah foto Fredrica ini, di barisan depan kelompok marching band. Fredrica gemuk dan lebar, tapi seragamnya lebih pas daripada seragam teman-temannya. Ia besar dan mempunyai kulit bagus. Roman mukanya menyenangkan, tapi ia tidak dapat dikatakan atraktif berdasarkan ukuran konvensional. Kimberly Emberg juga tidak bisa disebut menarik, apalagi di mata anak-anak high school, begitu pula korban-korban yang lain. Catherine Martin, di pihak lain, pasti dianggap atraktif oleh siapa pun. Ia wanita muda berparas cantik yang harus berperang melawan lemak saat berusia tiga puluh. Ingat, Buffalo Bill memandang wanita bukan seperti kaum pria pada umumnya. Apa yang lazim disebut cantik tidak masuk hitungannya. Buffalo Bill menginginkan wanita yang besar dan berkulit mulus. Starling menyadari bahwa tangannya sedang menyusuri keterangan di bawah foto buku tahunan. Ia mulai sadar akan tubuhnya, akan ruang yang diisinya, sosok dan
wajahnya, kesan yang ditimbulkan, kekuatan yang dimilikinya. Ia mulai sadar akan payudaranya di atas buku, perutnya yang menempel pada buku, kakinya di bawah. Adakah pengalamannya yang dapat ia terapkan? Starling melihat bayangan dirinya pada cermin di dinding, dan bersyukur bahwa ia berbeda dari Fredrica. Namun ia pun sadar, perbedaannya terletak pada cara ia berpikir. Mungkinkah ada yang luput dari perhatiannya karena cara berpikir itu? Seperti apa Fredrica hendak menampilkan diri? Apa yang didambakannya, di mana ia mencarinya? Apa yang hendak dilakukannya mengenai dirinya sendiri? Starling menemukan sejumlah petunjuk diet, Fruit Juice Diet, Rice Diet, dan petunjuk janggal yang mengatakan orang tidak boleh makan dan minum bersamaan. Perkumpulan diet—apakah Buffalo Bill memantau kelompok-kelompok seperti itu untuk mencari gadis-gadis berbadan besar? Sulit dipastikan. Berkas kasus menunjukkan bahwa dua korban ikut dalam perkumpulan diet dan daftar keanggotaannya telah dibandingkan. Seorang agen dari kantor perwakilan Kansas City, yang di kalangan FBI dikenal sebagai Fat Boys' Bureau, serta sejumlah petugas polisi yang kelebihan berat badan disuruh berlatih di Slenderella, dan di Diet Center, dan bergabung dengan Weight Watchers serta perkumpulan serupa di kota-kota asal para korban. Starling tidak tahu apakah Catherine Martin anggota perkumpulan diet. Uang merupakan kendala bagi Fredrica untuk berdiet secara terorganisasi. Fredrica mempunyai beberapa edisi Big Beautiful Girl, majalah untuk wanita berbadan besar. Di sini ia diajak "datang ke New York, tempat kau bisa berjumpa dengan para pendatang baru dari bagian-
bagian dunia di mana ukuranmu dianggap aset berharga." Hmm. Atau, "pergilah ke Italia atau Jerman, tempat kau takkan sendirian setelah hari pertama." Ya, pasti. Inilah yang harus dilakukan jika jariku melebihi ujung sepatu. Ya Tuhan! Fredrica hanya perlu bertemu Buffalo Bill, yang menganggap ukuran tubuhnya sebagai "aset berharga". Apa saja yang dilakukan Fredrica untuk memoles diri? Ia memiliki sejumlah kosmetik, sebagian besar untuk perawatan kulit. Bagus, manfaatkan aset itu. Tanpa sadar Starling menyemangati Fredrica, seakanakan masih ada gunanya. Fredrica menyimpan perhiasan imitasi dalam kotak cerutu White Owl. Ada pin berlapis emas yang kemungkinan besar warisan dari ibunya. Ia juga memotong ujung-ujung jari dari sarung tangan renda, untuk meniru gaya Madonna, tapi hasilnya tidak memuaskan. Tampaknya Fredrica juga penggemar hitam merek Decca dari tahun lima lengan jarum sebagai pemberat. Di lama..Tembang- tembang cinta oleh
musik. Ia mempunyai alat pemutar piringan puluhan, dengan pisau lipat terikat pada sampingnya ada sejumlah piringan hitam Zamfir, Master of the Pan Flute.
Ketika menyalakan lampu untuk memeriksa lemari pakaian, Starling terkejut melihat isinya. Baju Fredrica bagus-bagus, tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk sekolah, bahkan cukup untuk bekerja di kantor yang agak formal atau di toko eceran yang menuntut pegawainya berpakaian rapi. Starling segera menemukan alasannya. Fredrica menjahit sendiri baju-bajunya, dan ia cukup berbakat. Di sebuah rak ada setumpuk pola. Sebagian besar dari majalah Simplicity, namun ada juga dari Vogue yang kelihatannya rumit.
Kemungkinan besar Fredrica mengenakan baju terbaiknya untuk wawancara di tempat ia melamar kerja. Apa yang dipakainya waktu itu? Starling membuka catatannya. Ini: terakhir terlihat dengan setelan warna hijau. Aduh, apa yang dimaksud dengan "setelan warna hijau?" Isi lemari Fredrica menunjukkan ciri khas yang menandakan keterbatasan dana—ia kekurangan sepatu—dan sepatu yang ada pun tak lagi dalam kondisi baik, karena harus menahan beban besar. Sepertinya Fredrica juga mencoba berolahraga—ia memiliki sejumlah baju olahraga berukuran khusus. Semuanya buatan Juno. Catherine Martin juga mempunyai celana bermerek Juno. Starling menjauhi lemari pakaian, lalu duduk di ujung tempat tidur sambil menyilangkan tangan. Juno merupakan merek umum, tersedia di banyak toko yang menjual pakaian berukuran khusus, namun tetap menimbulkan pertanyaan. Setiap kota sekecil apa pun mempunyai paling tidak satu toko yang khusus menjual baju untuk orang gemuk. Mungkinkah Buffalo Bill memantau toko-toko seperti itu, lalu memilih seorang pelanggan dan mengikutinya? Apakah ia mendatangi toko-toko dengan berpakaian seperti wanita? Semua toko baju khusus biasa didatangi waria dan pria yang gemar mengenakan baju wanita. Gagasan bahwa Buffalo Bill hendak berganti kelamin baru belakangan memperoleh perhatian dalam penyelidikan, sejak Lecter menceritakan teorinya kepada Starling. Bagaimana dengan pakaiannya? Semua korbannya harus mendatangi toko khusus untuk berbelanja baju— Catherine Martin bisa mengenakan baju ukuran dua belas, tapi yang lain tidak, dan celana training Juno milik Catherine pun pasti dibeli di toko pakaian khusus orang gemuk. Catherine Martin bisa mengenakan baju ukuran dua belas. Ia yang terkecil di antara para korban. Fredrica, korban pertama, adalah yang paling besar. Mengapa Buffalo Bill mengalihkan pilihan dari wanita besar ke wanita lebih kecil? Apakah karena ia sendiri berhasil mengurangi berat badan? Mungkinkah bergabung dengan perkumpulan diet? Kimberly Emberg berada di tengah-tengah, besar, namun dengan pinggang cukup ramping... Selama ini Starling sengaja tidak memikirkan Kimberly, tapi kini ia teringat
kembali. Ia melihat Kimberly tergeletak di atas meja di Potter. Buffalo Bill tidak memedulikan kakinya yang telah dibersihkan dari bulu, atau kuku tangannya yang dicat dengan hati-hati: ia menatap dadanya yang rata dan tidak memenuhi syarat, jadi ia mencabut pistol dan menembak Kimberly. Pintu kamar membuka sedikit. Starling merasakan gerakan itu sebelum menyadarinya. Seekor kucing masuk, seekor kucing besar dengan satu mata berwarna emas dan satu berwarna biru. Kucing itu melompat ke atas tempat tidur dan menempelkan badan ke Starling. Mencari Fredrica. Kesepian. Gadis-gadis besar dan kesepian yang berusaha memuaskan seseorang. Polisi sudah sejak dini mencoret kemungkinan perkumpulan mencari jodoh. Apakah Buffalo Bill memiliki cara lain untuk memanfaatkan rasa sepi? Kecuali keserakahan, tak ada yang lebih membahayakan selain kesepian. Faktor kesepian mungkin memberi peluang kepada Buffalo Bill untuk mendekati Fredrica, namun lain halnya dengan Catherine. Catherine tidak kesepian. Kimberly kesepian. Jangan mulai berpikir begitu. Kimberly terbujur kaku, dibalikkan di meja petugas visum agar Starling bisa mengambil sidik jarinya. Berhenti. Berhenti. Kimberly yang kesepian, begitu hasrat menyenangkan orang lain. Mungkinkah Kimberly berbalik dengan patuh, sekadar untuk merasakan denyut jantung orang lain pada punggungnya? Starling bertanya- tanya apakah Kimberly sempat merasakan kulit di antara bahunya tertusuk-tusuk bulu janggut yang kasar. Starling menatap lemari pakaian. Tiba-tiba ia teringat punggung Kimberly, teringat potongan kulit berbentuk segitiga yang hilang dari tulang belikatnya. Ia melihat segitiga pada pundak Kimberly tergambar dengan garis biru pada salah satu pola di lemari. Sebuah ide timbul-tenggelam dalam benaknya, lalu muncul cukup lama untuk disambar, dan Starling melakukannya sambil bersorak dalam hati: DIA MEMBUAT SISIPAN— DIA MENGAMBIL SEGI-TIGA-SEGITIGA ITU UNTUK SISIPAN, UNTUK MELEBARKAN PINGGANG. BAJINGAN ITU BISA MENJAHIT. BUFFALO BILL PERNAH BELAJAR MENJAHIT—DIA TIDAK SEKADAR MENCARI BAJU SIAP PAKAI. Apa kata Dr. Lecter waktu itu? "Dia membuat baju wanita dari wanita sungguhan." Apa yang dikatakannya padaku? "Kau bisa menjahit, Clarice?" O ya, aku bisa. Starling menengadah dan memejamkan mata sejenak. Memecahkan masalah tak ubahnya berburu; kenikmatan liar—dan kita memburunya semenjak kita lahir. Ia sempat melihat pesawat telepon di ruang tamu tadi. Ia baru saja hendak turun untuk meminjamnya, tapi Mrs. Bimmel telah memanggil dari bawah karena ada telepon.
Bab Lima Puluh Tiga
Mrs. bimmel menyerahkan gagang telepon kepada Starling, lalu mengangkat bayinya
yang menangis. Ia tidak meninggalkan ruang tamu. "Clarice Starling." "Jerry Burroughs, Starling..." "Kebetulan, Jerry. Begini, saya rasa Buffalo Bill bisa Anda bisa diajak ke dapur sebentar? Saya perlu bicara. Terima kasih... Jerry, dia bisa menjahit. Dia..." "Starling..." "Dia mengambil potongan kulit berbentuk segitiga dari Kimberly Emberg untuk membuat sisipan. Dia ahli, dia tidak asal membuat baju. ID Section bisa mencari penjahit, pembuat layar, tukang gorden, atau tukang jok dalam arsip—lakukan scan Ciri Khusus untuk mencari celah bekas jarum pada giginya... " "Oke, oke, oke, aku akan menghubungi ID. Sekarang dengar dulu, aku tidak bisa bicara lama-lama. Jack menitipkan pesan untukmu. Kita mendapatkan nama dan alamat yang menjanjikan. Tim Penyelamatan Sandera sudah berangkat dari Andrews naik pesawat. Jack sedang memberi brifing kepada mereka." "Mau ke mana mereka?" "Calumet City, di pinggiran Chicago. Tersangka bernama Jame, seperti 'Name' tapi dengan J, nama belakang Gumb, alias John Grant, pria kulit putih, tiga puluh satu, satu delapan lima, rambut cokelat, dan mata biru. Jack mendapat telepon dari Johns Hopkins. Keteranganmu—bagaimana dia berbeda dari orang transseksual—ternyata tepat dengan data di Johns Hopkins. Tiga tahun lalu ada orang mendaftarkan diri untuk ganti kelamin. Dia sempat menghajar salah satu dokter setelah ditolak. Hopkins mencatat nama Grant dan alamat palsu di Harrisburg, Pennsylvania. Polisi menemukan bon dari pom bensin dengan nomor mobilnya dan dari sanalah kita melacaknya. Dia pernah berurusan dengan polisi di California— dia membunuh kakek dan neneknya waktu berumur dua belas, dan ditahan enam tahun di Tulare Psychiatric. Dia dibebaskan enam belas tahun lalu, ketika rumah sakit jiwa itu ditutup. Sejak itu dia menghilang. Dia beberapa kali menyerang orang homo. Beberapa kali terlibat perkelahian di Harrisburg, lalu menghilang lagi." "Hmm, Chicago. Dari mana Anda tahu Chicago?" "Pabean. Mereka punya beberapa dokumen atas nama Grant. Beberapa tahun lalu Pabean menemukan koper di LAX yang dikirim dari Suriname. Isinya 'pupae' hidup—betulkah caraku mengucapkannya?— pokoknya serangga, ngengat. Orang yang dituju adalah John Grant, yang menumpang alamat di sebuah perusahaan bernama Mr. Hide di Calumet, perusahaan barang-barang kulit. Mungkin ada kaitan dengan urusan jahit-menjahit yang kausinggung tadi; informasi ini akan kuteruskan ke Chicago dan Calumet. Kita belum mendapatkan alamat rumah Grant, atau Qumb— perusahaan itu sudah tutup, tapi kita semakin dekat."
"Ada fotonya?" "Sampai sekarang baru foto waktu remaja dari Kepolisian Sacramento. Tak banyak gunanya—waktu itu dia baru dua belas. Tampangnya mirip Beaver Cleaver. Tapi fotonya sudah disebarluaskan melalui faks." "Saya bisa ke sana?" ”Tidak. Jack sudah memperingatkan kau akan bertanya. Sudah ada dua marshall wanita dari Chicago dan seorang juru rawat untuk mengurus Martin kalau dia bisa ditemukan. Kau toh takkan keburu ke sana, Stalling." "Bagaimana kalau dia mencoba bertahan di tempat persembunyiannya? Ini bakal makan waktu dan..." "Takkan ada penundaan. Begitu ditemukan, dia akan langsung disergap—Crawford sudah memperoleh izin untuk penyerbuan dengan bahan peledak. Ada masalah khusus dengan orang ini, Starling. Dia sudah pernah terlibat penyanderaan. Dia menyandera neneknya di Sacramento dulu— kakeknya sudah dia bunuh waktu itu—dan akibatnya mengerikan. Dia menggiring neneknya ke hadapan polisi, dan dia diajak bicara oleh seorang pendeta. Berhubung dia masih anak-anak, tak ada yang menembak. Dia berdiri di belakang neneknya dan menusuk ginjalnya. Pertolongan medis tak berhasil. Umurnya dua belas waktu itu- Jadi, kali ini tidak ada perundingan, tidak ada Peringatan. Kemungkinan besar Martin sudah tewas, tapi anggap saja kita beruntung. Anggap saja dia sibuk dengan ini-itu dan belum sempat menghabisi Martin. Kalau melihat kita, dia akan membunuhnya di depan mata kita. Tak ada pengaruhnya untuk dia, bukan? Jadi, begitu tempat persembunyiannya ditemukan, boom!—pintunya diledakkan." Udara di ruang tamu terlalu panas dan berbau kencing bayi. menjahit. Dia mengambil potongan kulit—tunggu sebentar—Mrs. Bimmel, bayi Burroughs terus bicara. "Kita sedang memeriksa daftar-daftar pelanggan majalah entomologi, Paguyuban Pembuat Pisau, arsip pelaku kejahatan, pokoknya semua sumber—tak ada yang bersantai sebelum urusan ini selesai. Kau sedang menyelidiki teman-teman Bimmel, bukan?" "Ya." "Kehakiman bilang kasus ini bakal sulit kalau dia tidak tertangkap basah. Kita harus mendapatkannya bersama Martin atau dengan sesuatu yang bisa diidentifikasi —tepatnya, sesuatu dengan gigi atau jari. Kalau Martin sudah dibunuh dan mayatnya sudah dibuang, dengan sendirinya kita butuh saksi yang sebelumnya melihat dia bersama korban. Tapi informasi yang kaudapat dari Bimmel tetap bisa kita pakai. Starling, coba kalau semuanya ini terjadi kemarin. Kau kena tindakan di Quantico?" "Kelihatannya begitu. Tempat saya diisi orang lain yang juga disuruh mengulang— paling tidak, itu yang saya dengar." "Kalau dia bisa ditangkap di Chicago, maka kau punya andil besar. Orang-orang di Quantico memang keras, dan sudah seharusnya begitu, tapi itu harus mereka hargai. Tunggu sebentar." Starling mendengar Burroughs mengatakan sesuatu kepada orang lain. Kemudian suaranya kembali terdengar lewat telepon. "Kabar terakhir, mereka bisa sampai di Calumet City dalam empat puluh sampai empat puluh lima menit, tergantung angin di atas. Tim SWAT Chicago juga diberi izin bertindak jika mereka menemukannya lebih dulu. Calumet Power and Light
menemukan empat alamat yang dicurigai. Starling, carilah keterangan yang bisa membantu mereka di sana. Kalau kau menemukan apa pun mengenai Chicago atau Calumet, segera hubungi aku." "Oke." "Sekarang dengar—ini yang terakhir. Kalau kita berhasil, kalau dia tertangkap di Calumet City, kau harus ada di Quantico pukul 08.00 dengan penampilan rapi. Jack akan menghadap dewan bersamamu. Brigham juga ikut. Tak ada salahnya bertanya." "Jerry, satu hal lagi: Fredrica Bimmel punya baju olahraga merek Juno, merek baju untuk orang gemuk. Catherine Martin juga punya. Ada kemungkinan Buffalo Bill memantau toko-toko khusus orang gemuk untuk mencari korban. Kita bisa tanya ke Memphis, Akron, dan tempat-tempat lain." "Oke. Jangan patah semangat." Starling meninggalkan pekarangan yang berantakan di Belvedere, Ohio, 600 km dari tempat berlangsungnya operasi penyelamatan di Chicago. Udara yang dingin terasa nyaman. Ia mengepalkan tinju dan bersorak tertahan untuk Tim Penyelamatan Sandera. Namun secara bersamaan dagu dan pipinya agak gemetar. Persetan, ada apa ini? Apa yang akan ia lakukan seandainya ia menemukan sesuatu? Ia akan memanggil bala bantuan, kantor perwakilan Cleveland, dan SWAT Columbus, juga kepolisian Belvedere. Menyelamatkan wanita muda itu, menyelamatkan putri Senator Martin sialan dan korban-korban yang mungkin akan menyusul—ya, itulah yang terpenting. Kalau berhasil, semuanya bakal beres. Kalau mereka terlambat, kalau mereka menemukan sesuatu yang mengerikan, moga-moga mereka bisa menangkap Buffa—menangkap Jame Gumb atau Mr. Hide atau apa pun sebutan mereka untuk bajingan itu. Namun tak sanggup berbuat sesuatu saat keberhasilan sudah di depan mata, memperoleh ide bagus terlambat satu hari dan terdampar di tempat yang jauh dari lokasi penangkapan, dikeluarkan dari sekolah, semuanya itu berbau kekalahan. Starling sudah lama menduga, dengan rasa bersalah, bahwa keberuntungan tak pernah berpihak pada keturunan keluarga Starling—bahwa sepanjang sejarah, para anggota keluarga Starling hanya menjadi korban keadaan. Ia bertekad mendobrak situasi itu. Jika orang yang mereka incar berhasil ditangkap berkat keterangan yang diperolehnya dari Dr. Lecter, hal tersebut pasti akan menolong dalam urusan dengan Departemen Kehakiman. Mau tak mau Starling memikirkannya; kariesnya sudah di ambang kehancuran. Apa pun yang terjadi, ia merasa senang telah menemukan petunjuk dari pola baju di lemari. Ada hal-hal berharga yang ia dapatkan di sini. Kenangan ibu dan ayahnya memberinya kekuatan. Ia telah memperoleh kepercayaan Crawford. Hal-hal seperti itu patut ia simpan di tempat khusus. Tugasnya, atau bahkan kewajibannya, adalah memikirkan Fredrica dan bagaimana cara Gumb menjeratnya. Penanganan perkara Buffalo Bill di pengadilan akan menuntut semua fakta. Pikirkan Fredrica, terjebak di sini sepanjang hidupnya yang singkat. Di manakah ia mungkin mencari jalan keluar? Apakah harapannya sama dengan harapan Buffalo Bill? Apakah itu yang mempertemukan mereka? Mungkinkah Buffalo Bill memahami Fredrica, bahkan berempati, namun tetap mengambil kulitnya? Starling berdiri di tepi air. Hampir semua tempat mempunyai saat tertentu di mana sudut dan intensitas cahaya menghasilkan pemandangan lebih indah dari biasanya. Kalau terjebak di suatu tempat, kita akan mengenali saat itu dan menanti-nantinya. Saat ini, menjelang sore, mungkin waktu terbaik untuk Sungai Licking di belakang Fell Street. Inikah saat Fredrica biasa bermimpi? Lemari es bekas dan sampah lainnya yang dibuang di seberang sungai tampak kabur karena uap air yang mengambang di atas permukaan.
Angin timur laut, yang berlawanan dengan arah cahaya, mendorong semak-semak menuju matahari. Sepotong pipa PVC putih membentang dari gudang Mr. Bimmel sampai ke sungai. Starling mendengar bunyi berdeguk, dan air bercampur darah keluar dari uJung pipa, mengotori salju. Bimmel muncul. Bagian depan celananya bernoda merah; ia membawa potongan-potongan berwarna pink dan kelabu dalam sebuah kantong plastik bening. "Anak burung dara," katanya ketika menyadari Starling memperhatikannya. "Pernah makan anak burung dara?" "Belum," ujar Starling. Ia kembali berpaling ke sungai.
"Saya pernah mencicipi burung dara dewasa." "Kita tak perlu kuatir menggigit peluru kalau makan ini." "Mr. Bimmel, apakah Fredrica punya kenalan di Calumet City atau di daerah Chicago?" Bimmel angkat bahu dan menggeleng. "Setahu Anda, apakah dia pernah ke Chicago?" "Apa maksud Anda, 'setahu saya'? Anda pikir anak saya pergi ke Chicago dan saya tidak tahu? Ke Columbus pun dia tidak pernah tanpa sepengetahuan saya." "Apakah dia mengenal pria yang menjahit, penjahit atau pembuat layar?"
Bab Lima Puluh Empat
Semakin jauh ke barat, kartu identitas FBI semakin dihargai. ID Starling, yang mungkin takkan dipandang sebelah mata di Washington, segera memperoleh perhatian penuh dari atasan Stacy Hubka di Franklin Insurance Agency di Belvedere, Ohio. Ia sendiri yang menggantikan tugas Stacy menerima tamu dan telepon, dan mempersilakan Starling menggunakan ruang kantornya untuk melakukan wawancara. Stacy Hubka berwajah bulat. Tingginya sekitar satu enam puluh dengan sepatu hak tinggi. Rambutnya kaku oleh hairspray dan ia meniru gaya Cher ketika menyibakkannya ke belakang. Ia memperhatikan Starling dari atas ke bawah, setiap kali Starling memandang ke arah lain. "Stacy—bolehkah saya memanggil Anda Stacy?" "Tentu." "Saya ingin tanya, Stacy, bagaimana kejadian ini bisa menimpa Fredrica Bimmel—di mana laki-laki itu mungkin bertemu dengannya." "Saya betul-betul terpukul. Kulitnya dikupas, mengerikan sekali. Anda sempat melihatnya? Kata orang, dia seperti kain bekas, seperti dikempiskan... "
"Stacy, apakah dia pernah bercerita tentang seseorang dari Chicago atau Calumet City?" Calumet City. Jam dinding di atas kepala Stacy membuat Starling kuatir. Kalau Tim Penyelamatan Sandera menempuh perjalanan dalam empat puluh menit, maka sepuluh menit lagi mereka akan mendarat. Apakah mereka sudah punya alamat yang pasti? Urus saja tugasmu sendiri. "Chicago?" ujar Stacy. "Tidak, kami pernah ikut pawai di Chicago dalam perayaan Thanksgiving." "Kapan?" "Di kelas delapan dulu, berarti... sembilan tahun lalu. Marching band sekolah kami naik bus ke sana dan langsung pulang sehabis pawai." "Bagaimana reaksi Anda waktu dia menghilang musim semi lalu?" "Saya agak heran." "Masih ingat di mana Anda berada ketika diberitahu? Ketika Anda mendengar beritanya? Apa yang Anda pikirkan waktu itu?" "Malam pertama dia menghilang, Skip dan saya pergi nonton, lalu mampir di Mr. Toad's untuk beli minum. Pam dan mereka, Pam Malavesi, datang dan dia bilang Fredrica menghilang. Skip langsung jawab, Houdini pun tidak bisa melenyapkan Fredrica. Setelah ltu dia menjelaskan siapa Houdini; dia selalu pamer bahwa dia tahu banyak, dan beritanya tidak terlalu kami tanggapi. Saya pikir Fredrica cuma marah Pada ayahnya. Anda melihat rumahnya? Minta ampun, bukan? Di mana pun dia sekarang, saya tahu ia malu karena Anda sudah melihat rumahnya. Anda pun mungkin kabur kalau harus tinggal di rumah seperti itu." "Mungkinkah dia kabur bersama seseorang? Apakah Anda sempat berpikir begitu— walaupun kemudian ternyata keliru?" "Skip bilang, dia mungkin bertemu orang yang suka cewek gendut. Tapi rasanya tidak ada siapa-siapa. Fredrica memang pernah punya pacar, tapi itu sudah lama sekali. Cowok itu ikut marching band di kelas sepuluh. Saya menyebutnya 'pacar', tapi mereka cuma mengobrol dan ketawa cekikikan dan mengerjakan PR bersama-sama. Skip bilang dia, ehm, homo. Fredrica sering diejek karena berkencan dengan orang seperti itu. Anak itu akhirnya meninggal bersama saudara perempuannya dalam kecelakaan mobil, dan Fredrica tak pernah mendapatkan orang lain." "Bagaimana perasaan Anda ketika dia tidak pulang-pulang?" "Pam pikir dia mungkin jadi korban orang gila. Saya sendiri tidak tahu harus berpikir apa; saya ngeri setiap kali memikirkannya. Saya tidak mau keluar rumah tanpa Skip setelah gelap. Saya bilang sama dia, pokoknya, kalau hari sudah gelap, kita yang keluar." "Anda pernah mendengar Fredrica menyinggung seseorang bernama Jame Gumb? Atau John Grant?" "Ehmmm... tidak." "Mungkinkah dia punya teman khusus yang tidak Anda kenal? Apakah ada hari-hari tertentu ketika dia tidak kelihatan?" "Tidak. Kalau dia punya pacar, saya pasti tahu. Dia tidak pernah pacaran." "Barangkali dia sengaja merahasiakannya dari Anda." "Untuk apa?"
"Karena takut diejek, mungkin?" "Diejek oleh kami? Maksudnya, karena kejadian dengan si banci di high school?" Wajah Stacy menjadi merah. "Kami tak mungkin mengejeknya. Semuanya begitu baik terhadapnya setelah anak itu meninggal." "Anda pernah bekerja bersama Fredrica, Stacy?" "Saya, dia, Pan: Malavesi, dan Jaronda Askew sama-sama pernah bekerja di Bargain Center waktu liburan musim panas di high school dulu. Kemudian Pam dan saya pergi ke Richards' untuk melamar kerja; baju mereka bagus-bagus. Saya dan Pam diterima, lalu Pam mengajak Fredrica. Ayo, mereka perlu satu orang lagi, dan Fredrica datang, tapi Mrs. Burdine—si manajer merchandising!—dia bilang, 'Begini, Fredrica, kami butuh orang yang, ehm, bisa jadi contoh untuk para pengunjung; mereka datang dan bilang saya ingin penampilan saya seperti dia, dan kau memberi saran apakah baju yang ini atau yang itu cocok atau tidak untuk mereka. Silakan temui saya lagi kalau kau sudah bisa menurunkan berat badan. Tapi sekarang ini, saya minta kau mengerjakan beberapa baju yang perlu dipermak. Kita mulai dari sini dulu, nanti saya bicarakan dengan Mrs. Lippman.' Nada suara Mrs. Burdine selalu manis, tapi ternyata dia brengsek. Sayangnya baru belakangan saya tahu." Jadi, Fredrica mengerjakan jahitan untuk Richards', tempat ada bekerja?" "Dia memang sakit hati, tapi tawaran itu tentu saja tidak ditampiknya. Mrs. Lippman mengerjakan jahitan untuk semua orang, dan dia kewalahan menangani pesanan-pesanan yang masuk, dan Fredrica bekerja untuknya. Setelah Mrs. Lippman berhenti, anaknya tidak mau meneruskan usaha itu. Semuanya diserahkan kepada Fredrica, dan dia terus menjahit untuk semua orang. Dia selalu sibuk. Kadang-kadang dia menemui saya dan Pam, dan kami ke rumah Pam pada waktu makan siang, menonton The Young and the Restless. Dia membawa kerjaan dan menjahit sambil duduk di sofa." "Apakah Fredrica pernah bekerja di toko, mengukur baju, misalnya? Apakah dia bertemu langsung dengan para pelanggan atau para grosir?" "Kadang-kadang saja. Saya tidak masuk setiap hari." "Apakah Mrs. Burdine bekerja setiap hari, barangkali dia tahu?" "Yeah, mungkin." "Pernahkah Fredrica bercerita bahwa dia mengerjakan pesanan untuk perusahaan bernama Mr. Hide di Chicago atau Calumet City, memasang lapisan dalam pada pakaian kulit, misalnya?" "Entahlah, Mrs. Lippman mungkin pernah." "Anda pernah melihat merek Mr. Hide? Apakah merek itu dijual di Richards', atau di salah satu butik?" "Tidak." "Anda tahu di mana Mrs. Lippman sekarang? Saya ingin bicara dengannya." "Dia sudah meninggal. Dia pindah ke Florida dan meninggal di sana, kata Fredrica. Saya tidak kenal Mrs. Lippman. Skip dan saya kadang-kadang menjemput Fredrica di sana kalau dia harus membawa baju banyak. Barangkali Anda mau bicara dengan keluarga Mrs. Lippman. Saya akan menuliskan alamat mereka."
Wawancara ini terasa sangat membosankan, sebab sesungguhnya Starling sudah tak sabar ingin mendapat berita dari Calumet City. Empat puluh menit telah sudah mendarat. Starling bergeser sedikit supaya tidak perlu melihat jam dinding, lalu kembali mencari keterangan. "Stacy, di mana Fredrica biasa membeli baju, di mana dia beli celana training Juno miliknya?"
"Sebagian besar bajunya dia jahit sendiri. Saya rasa celana training itu dibelinya di Richards', waktu celana yang longgar sedang jadi mode. Barangkali dia dapat diskon khusus di Richards', karena mengerjakan jahitan untuk mereka." "Apakah dia pernah membeli baju di toko khusus untuk orang yang kelebihan berat badan?" "Kami mendatangi banyak toko untuk melihat-lihat, seperti orang-orang pada umumnya. Kami pergi ke Personality Plus dan berlalu.” Tim Penyelamatan Sandera seharusnya dia mencari-cari ide, maksudnya model baju yang cocok untuk orang berbadan besar." "Apakah Anda pernah diganggu sewaktu sedang melihat-lihat, atau barangkali Fredrica merasa diperhatikan?" Sejenak Stacy menatap langit-langit, lalu menggelengkan kepala. "Stacy, pernahkah ada waria yang berbelanja di Richards', atau pria membeli baju wanita berukuran besar, pernahkah ada kejadian seperti itu?" "Tidak. Saya dan Skip pernah melihat waria di bar di Columbus." "Apakah Fredrica ikut waktu itu?" "Tidak. Kami, ehm, kami pergi untuk berakhir pekan." "Apakah Anda bisa mencatat semua toko khusus yang Anda datangi bersama Fredrica? Anda masih ingat semuanya?" "Yang di sini saja, atau yang di Columbus juga?" "Di sini dan di Columbus. Termasuk Richards', saya ingin bicara dengan Mrs. Burdine." "Oke. Apakah menyenangkan bekerja sebagai agen FBI?" "Lumayan." "Anda sering bepergian? Maksudnya, ke tempat-tempat yang lebih baik dari ini?" "Kadang-kadang." "Dan setiap hari Anda harus berpenampilan bagus, bukan?"
"Ehm, ya. Kami dituntut berpenampilan rapi." "Bagaimana caranya jadi agen FBI?" "Pertama-tama kita harus masuk college dulu, Stacy." "Biayanya pasti besar." "Yeah, memang. Tapi kadang-kadang ada beasiswa. Anda berminat mendapat informasi lebih lanjut? Saya bisa mengirim brosur-brosur kalau begitu." "Yeah. Saya cuma teringat, Fredrica begitu senang waktu saya dapat pekerjaan ini. Dia betul-betul gembira—dia tidak pernah bekerja kantoran—dia pikir ini semacam batu loncatan. Ini—mengurus arsip dan mendengarkan Barry Manilow sepanjang hari— dia pikir ini pekerjaan hebat. Tahu apa dia, si bodoh itu." Mata Stacy Hubka berkaca-kaca. Ia membuka mata lebar-lebar dan mendongakkan kepala agar tidak perlu menyeka air mata. "Anda bisa menyiapkan daftarnya sekarang?" "Lebih baik saya kerjakan di meja saya. Saya perlu pakai buku telepon." Kepalanya tetap menengadah ketika ia keluar ruangan. Pesawat telepon di meja seakan-akan menggoda Starling. Begitu Stacy Hubka keluar, Starling menelepon ke Washington untuk menanyakan perkembangan terakhir.
Bab Lima Puluh Lima
Pada saat yang sama, di atas ujung selatan Lake Michigan, sebuah pesawat jet berkapasitas dua puluh penumpang dengan tanda pengenal sipil mengurangi kecepatan jelajah maksimum dan mulai mengambil ancang-ancang untuk mendarat di Calumet City, Illinois. Kedua belas anggota Tim Penyelamatan Sandera merasakan pesawat bergerak turun. Beberapa di antara mereka menguap lebar, bukan karena mengantuk, melainkan karena tegang. Komandan tim Joel Randall, yang duduk di bagian depan kabin penumpang, melepaskan headset dan melirik catatannya sebelum berdiri untuk angkat bicara. Ia percaya ia membawahi tim SWAT terbaik di dunia, dan keyakinannya itu mungkin benar. Beberapa anggota timnya belum pernah menjadi sasaran tembakan, tapi berdasarkan berbagai simulasi dan tes, dapat dikatakan mereka yang terbaik di antara yang terbaik. Randall sudah biasa berdiri di dalam pesawat, dan dengan mudah ia menjaga keseimbangan ketika pesawat mereka terguncang-guncang saat hendak mendarat. "Gentlemen, transportasi darat kita disiapkan oleh DEA. Mereka menyediakan mobil boks pengantar bunga dan van tembakan senapan. "Bobby, pastikan masing-masing pengemudi memiliki headset kita, supaya kita tidak keliru bicara dengan orang-orang DEA," ujar Randall. Drug Enforcement Administration menggunakan radio UHF untuk melakukan penyerbuan, sementara FBI memakai radio VHF. Perbedaan ini pernah menimbulkan masalah di masa lalu. Mereka dilengkapi untuk menghadapi hampir semua kemungkinan, baik siang maupun malam: untuk menuruni dinding mereka membawa peralatan panjat tebing; untuk mendengar, mereka punya Wolfs Ear dan VanSleek Farfoon; untuk melihat, mereka menggunakan peralatan pandangan malam. Senjata-senjata mereka yang dilengkapi teropong dan disimpan dalam kotak-kotak besar menyerupai peralatan band.
Operasi ini akan dilaksanakan dengan sangat cermat, dan persenjataan mereka pun mencerminkan hal ini—tak ada senjata yang bisa ditembakkan membabi buta. Semua anggota tim bersiap-siap ketika sirip pada sayap pesawat diturunkan.
Randall mendapat kabar terakhir dari Calumet melalui headset. Ia menutupi mikrofon dan kembali bicara pada timnya. "Oke, kita punya dua alamat. Kita ambil yang paling menjanjikan. Yang satu lagi ditangani SWAT Chicago."
Bandara tempat mereka akan mendarat adalah Lansing Municipal, bandara terdekat ke Calumet, di sebelah tenggara Chicago. Pesawat mereka telah mendapat izin mendarat. Si pilot menghentikannya di samping dua kendaraan dengan mesin menyala di ujung landasan, jauh dari gedung terminal. Sejenak terjadi tegur sapa di samping mobil pengantar bunga. Komandan DEA menghampiri Randall dan menyerahkan sesuatu yang tampak seperti karangan bunga, tapi sebenarnya palu godam seberat enam kilo untuk mendobrak pintu, dengan kepala terbungkus kertas berwarna. Daun-daun hijau terikat pada gagangnya. "Mungkin kalian bisa mengantarkan ini," katanya. "Selamat datang di Chicago."
Bab Lima Puluh Enam
Hari sudah sore ketika Mr. Gumb memutuskan untuk melaksanakan rencananya. Dengan mata berkaca-kaca ia menonton rekaman videonya berulang-ulang. Di layar TV yang kecil, Mom terlihat memanjat tangga luncuran dan... uih... meluncur ke kolam; uih... meluncur ke kolam. Air mata mengaburkan pandangan Jame Gumb, seakan-akan ia sendiri berada di kolam renang. Ia tidak tahan lagi membiarkan Precious disekap di basement, terancam bahaya. Precious menderita, ia tahu itu. Ia tidak yakin ia bisa membunuh makhluk itu sebelum Precious disakiti, tapi ia harus mencobanya. Sekarang juga. Ia menanggalkan pakaian dan mengenakan kimono—ia selalu mengambil kulit dalam keadaan telanjang dan berdarah-darah, seperti bayi yang baru-lahir. Dari lemari obatnya yang lengkap, ia mengambil salep yang digunakannya untuk mengobati Precious ketika anjing itu dicakar kucing. Ia juga mengambil sejumlah Band-Aid kecil dan Q-tips serta "Elizabethan Collar", semacam kerah plastik yang diberikan dokter hewan agar Precious tidak dapat menoleh dan menggigit-gigit bagian tubuhnya yang terasa sakit. Di basement ada lempengan kayu untuk menekan lidah, yang dapat untuk membelat kaki Precious, serta satu tube Sting-Eez untuk mengurangi rasa sakit seandainya makhluk itu mencakar anjingnya sebelum mati. Satu tembakan ke kepala, dan ia cuma mengorbankan rambutnya. Precious lebih berharga daripada rambut. Rambut itu merupakan tumbal, persembahan untuk keselamatan Precious. Perlahan-lahan ia menuruni tangga dan memasuki dapur. Ia melepaskan sandal dan
menuruni tangga basement yang gelap. Ia sengaja berjalan merapat ke tembok, supaya tangganya tidak berderak. Ia tidak menyalakan lampu. Di kaki tangga, ia belok kanan ke ruang kerja. Ia berjalan sambil meraba-raba dalam kegelapan yang akrab baginya dan merasakan lantai berubah di bawah kakinya. Lengan kimononya menyerempet salah satu kandang serangga, dan ia mendengar seekor ngengat mengerik dengan gusar. Ia sampai di lemari, lalu mengambil senter inframerah dan memasang kacamata khususnya. Kini dunia sekelilingnya berpendar hijau. Sejenak ia terdiam, menikmati bunyi gemercik dari aquarium dan suara mendesis dari pipa-pipa uap. Penguasa kegelapan, ratu kegelapan. Ngengat-ngengat yang beterbangan meninggalkan jejak hijau manyala dalam pandangannya. Kepak sayap serangga-serangga itu terasa lembut pada pipinya" Ia memeriksa pistol. Python itu berisi peluru Special lead wad cutters. Peluru tersebut langsung mengembang setelah menembus tulang tengkorak dan menyebabkan kematian seketika. Jika makhluk itu berdiri saat ia menembak, jika ia menembak tepat di ubun-ubun, maka peluru tersebut lebih aman dibandingkan peluru Magnum yang dapat menembus rahang bawah dan mengoyak payudara. Ia melangkah dengan hati-hati, lututnya menekuk, jari kakinya mencengkeram papan-papan lantai. Tanpa bersuara ia melintasi lantai pasir di ruang sumur. Tanpa bersuara, namun tidak terlalu pelan. Ia tak ingin bau badannya cepat tercium oleh anjing kecil di dasar sumur. Ujung sumur tampak berpendar hijau, batu-batu dan semen perekat terlihat jelas, begitu pula urat-urat kayu pada penutup lubang. Arahkan senter dan pandang ke bawah. Itu mereka. Makhluk itu berbaring membungkuk, bagaikan udang raksasa. Mungkin sedang tidur. Precious meringkuk di sampingnya, pasti tidur. Oh, moga-moga belum mati. Kepala makhluk itu tampak jelas. Kalau ditembak di tengkuk, rambutnya bisa diselamatkan. Tapi risikonya terlalu besar. Mr. Gumb membungkuk dan memandang ke bawah. Pistolnya terasa berat di bagian depan, begitu mudah dibidikkan. Ia mengarahkannya dalam berkas cahaya inframerah. Ia membidik bagian kepala tempat rambut menempel pada pelipis. Entah karena mendengar suara atau karena mencium bau, penyebabnya tidak jelas, tapi Precious mendadak bangun dan menyalak-nyalak, melompat-lompat dalam gelap. Catherine Martin cepat-cepat merangkul anjing kecil itu dan menyelimuti diri dengan kasur. Mr. Gumb hanya melihat tonjolan-tonjolan di balik kasur, dan ia tidak tahu mana anjingnya dan mana Catherine. Namun ia sempat melihat Precious melompat. Ia tahu kakinya tidak cedera, dan seketika ia menyadari hal lain: Catherine Baker Martin takkan menyakiti anjing itu. Mr. Gumb merasa lega tak terperikan. Karena mereka sama-sama menyayangi anjing, ia bisa menembak kaki Catherine, lalu ketika Catherine mendekap kakinya, ia akan menembak kepalanya tanpa ragu-ragu. Ia menyalakan lampu, semua lampu di basement, dan mengambil lampu sorot dari gudang. Ia bisa mengendalikan diri dengan baik, bisa berpikir jernih—ketika melintasi ruang kerja, ia ingat untuk menghidupkan kran air di tempat cuci tangan, agar tak ada yang menyumbat pipa. Ketika ia bergegas melewati tangga, siap beraksi, dengan lampu sorot di tangan, bel pintu berdering. Bel pintunya berdering-dering, dan ia sampai terentak untuk mengenali suara itu. Sudah bertahun-tahun ia tidak mendengarnya, bahkan tidak tahu apakah belnya masih berfungsi. Bel itu dipasang di tangga supaya bisa terdengar di atas dan di bawah, sebuah lonceng logam berwarna hitam terselubung debu. Ia menatapnya dan melihat debu beterbangan. Ada orang di pintu depan, menekan tombol tua bertanda SUPERINTENDENT. Mereka akan pergi.
Ia memasang lampu sorot.
Mereka tidak pergi. Makhluk di lubang sumur mengatakan sesuatu yang tidak dihiraukannya. Bel pintu berdering tanpa henti. Lebih baik ke atas dulu dan mengintip keluar. Pistol Pythonnya yang bermoncong panjang tidak bisa diselipkan ke kantong kimono. Ia meletakkannya di atas counter di ruang kerja. Ia sudah mulai menaiki tangga ketika bel berhenti berdering. Ia pun berhenti dan menunggu sejenak. Hening. Ia memutuskan tetap akan melihat ke atas. Ketika ia melintasi dapur, ketukan keras pada pintu belakang membuatnya tersentak kaget. Di dalam lemari di dekat pintu belakang ada senapan. Ia tahu senapannya terisi peluru. Dengan pintu tangga ke basement tertutup rapat, tak ada yang bisa mendengar makhluk di bawah berteriak-teriak, biarpun sekuat tenaga. Ia yakin akan hal itu. pengaman terpasang. Ia membuka pintu sedikit. "Saya menekan bel di depan, tapi tidak ada yang datang," ujar Clarice Starling. "Saya mencari keluarga Mrs. Lippman, apakah Anda bisa membantu saya?" "Mereka tidak tinggal di sini," jawab Mr. Gumb, lalu menutup pintu. Ia sudah hendak menuju tangga ketika pintu digedor lagi, lebih keras dari sebelumnya. Untuk kedua kalinya ia membuka pintu. Wanita muda di luar menunjukkan kartu identitas bertulisan Federal Bureau of Investigation. "Maaf, tapi saya perlu bicara dengan Anda. Saya mencari keluarga Mrs. Lippman. Saya tahu dia pernah tinggal di sini. Saya perlu bantuan Anda." "Mrs. Lippman sudah lama meninggal. Setahu saya, dia tidak punya saudara." "Bagaimana dengan pengacara, atau akuntan? Seseorang yang mungkin menyimpan catatan usahanya? Anda sempat mengenal Mrs. Lippman?" "Sepintas lalu saja. Ada apa?" "Saya menyelidiki kematian Fredrica Bimrnel. Boleh saya tahu nama Anda?" "Saya Jack Gordon." "Anda mengenal Fredrica Bimmel waktu dia bekerja untuk Mrs. Lippman?" "Tidak. Apakah dia besar, gemuk? Barangkali saya pernah melihatnya, saya tidak yakin. Saya tidak bermaksud kasar tadi—saya baru bangun. Mrs. Lippman memang punya pengacara dulu, mungkin kartu namanya masih saya simpan, coba saya lihat sebentar. Silakan masuk dulu. Saya kedinginan dan kucing saya pasti akan kabur kalau pintunya terbuka. Dia akan melesat ke luar sebelum saya bisa mencegahnya." Ia menghampiri meja tulis di pojok dapur dan membuka laci. Starling masuk dan mengeluarkan buku notes dari tas. "Mengerikan sekali," Mr. Gumb berkata sambil menggeledah laci.
"Saya selalu merinding kalau teringat. Apakah pelakunya akan segera ditangkap?" "Belum, tapi kami masih mengusahakannya. Mr. Gordon, Anda mengambil alih rumah ini setelah Mrs. Lippman meninggal?" "Ya." Gumb membungkuk sambil membelakangi Starling. Ia merogoh-rogoh laci lain. "Apakah Anda menemukan catatannya di sini-Catatan bisnis?" "Tidak, tidak ada apa-apa. Apakah FBI sudah menemukan petunjuk? Polisi di sini tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Anda sudah mendapatkan ciri-ciri atau sidik jari si pelaku?" Seekor Ngengat Tengkorak muncul dari lipatan di bagian belakang kimono Mr. Gumb. Serangga itu berhenti di tengah-tengah punggung, kira-kira di atas jantung, dan mengatur posisi sayapnya. Starling menjatuhkan buku notes ke dalam tas. Mister Gumb. Untung saja mantelku tidak terkancing. Cari alasan untuk keluar dari sini, lalu cari telepon. Jangan. Dia tahu aku FBI. Begitu aku pergi, dia akan menghabisi Catherine. Menusuk ginjalnya. Teleponnya. Teleponnya tidak kelihatan. Tidak ada di sini, tanyakan teleponnya. Tunggu sampai tersambung, lalu sergap dia. Paksa dia tiarap di lantai, lalu tunggu polisi. Ya, itu cara terbaik. Dia sedang membalik. "Ini nomornya," ujar Mr. Gumb. Ia memegang sebuah kartu nama. Diambil, jangan? Jangan. "Oke, terima kasih. Mr. Gordon, apakah saya bisa pinjam telepon sebentar?" Ketika Gumb menaruh kartu nama di meja, ngengat di punggungnya terbang. Serangga itu muncul dari belakangnya, melewati kepalanya, lalu hinggap pada lemari di atas tempat cuci piring. Gumb menoleh dan menatapnya. Pandangan Starling terpaku pada wajah pria di hadapannya, dan Gumb segera tahu kedoknya telah terbongkar. Pandangan mereka beradu dan keduanya saling membaca. Mr. Gumb menelengkan kepala. Ia tersenyum "Saya punya telepon cordless di pantry. Sebentar saya ambil dulu." Jangan! Bertindaklah. Starling meraih pistolnya-gerakan yang telah empat ribu kali dilakukannya. Gagang pistol digenggamnya dengan dua tangan moncongnya terarah ke dada Gumb. "Jangan bergerak."
Pria itu mengerutkan bibir. "Nah. Pelan-pelan. Angkat tangan." Giring dia keluar. Manfaatkan meja sebagai penghalang. Giring dia ke depan. Suruh dia tiarap di tengah jalan dan tunjukkan lencana. "Mr. Gub—Mr. Gumb, Anda saya tahan. Saya minta Anda keluar pelan-pelan." Gumb malah melangkah ke arah berlawanan. Kalau saja Gumb merogoh kantong atau meraih ke belakang, kalau saja Starling melihat senjata di tangannya, maka Starling bisa menembak. Tapi Gumb hanya keluar ruangan. Starling mendengarnya bergegas turun ke basement. Ia cepat-cepat mengelilingi meja dan menyusul ke tangga. Gumb tidak kelihatan, tangganya terang benderang dan kosong. Jebakan.
Melangkah ke tangga berarti menjadi sasaran empuk. Dari basement terdengar jeritan yang membuat bulu kuduk berdiri. Starling enggan menuruni tangga. Namun ia harus segera mengambil keputusan. Catherine Martin kembali menjerit. Starling tidak berpikir panjang. Serta-merta ia maju, sebelah tangan pada pagar tangga, tangan yang satu lagi menggenggam pistol. Moncong pistol sedikit di bawah garis pandangan, tangannya berayun dari kiri ke kanan, bergantian membidik dua pintu terbuka yang berhadapan di kaki tangga. Lampu basement menyala. Ia tak bisa melewati satu pintu tanpa membelakangi yang lain. Kalau begitu cepatlah, ke kiri. ke arah jeritan. Memasuki ruang sumur berlantai pasir, menjauhi pintu. Matanya belum pernah terbelalak selebar sekarang. Satu-satunya tempat bersembunyi adalah di balik sumur. Ia bergeser ke samping, menyusuri dinding, kedua tangan menggenggam pistol, lengan terentang lurus ke depan, siap menarik picu. Ia mengelilingi sumur, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Jeritan pelan terdengar dari lubang sumur, disusul suara menyalak seekor anjing. Ia menghampiri sumur, menoleh ke pintu, lalu memandang ke bawah. Melihat gadis di bawah, kembali menoleh, memandang ke bawah lagi. Tugas pertama: tenangkan sandera. "FBI, Anda aman." "Aman TAHI KUCING. Keluarkan aku. KELUARKAN AKU." "Catherine, kau aman. Jangan ribut. Kau tahu di mana dia?" "KELUARKAN AKU, AKU TIDAK PEDULI DI MANA DIA, POKOKNYA KELUARKAN AKU." ”Aku akan mengeluarkanmu. Tapi tenang dulu. Bantulah aku. Jangan ribut, supaya aku bisa mendengar. Coba diamkan anjing itu. Ia pasang kuda-kuda di balik sumur dan mengawasi pintu. Jantungnya berdegup-degup. Embusan napasnya menerbangkan debu dari dinding batu di hadapannya. Ia tak bisa meninggalkan Catherine Martin untuk memanggil bantuan sebelum tahu di mana Gumb berada. Ia maju pelan-pelan dan mengambil posisi di samping pintu. Ia bisa melihat kaki tangga dan sebagian ruang kerja di baliknya. Ia harus menemukan Gumb, atau memastikan orang itu telah kabur, atau ia harus membawa Catherine keluar bersamanya. Hanya itu pilihan yang ada. Ia menengok ke belakang, memandang berkeliling ruang sumur. "Catherine. Catherine. Apakah ada tangga di sini?" "Aku tidak tahu. Waktu siuman, aku sudah di bawah sini. Dia menurunkan ember yang diikat tali." Pada salah satu balok dinding ada kerek kecil. Namun tak ada tali. "Catherine, aku harus mencari sesuatu untuk mengeluarkanmu. Kau bisa jalan?" "Ya. Tapi jangan tinggalkan aku." "Aku akan pergi sebentar saja." "Jangan tinggalkan aku, brengsek, ibuku akan... "
"Diam, Catherine. Kau harus diam supaya aku bisa mendengar. Kalau mau selamat, diam, mengerti?" Kemudian, lebih keras, "Para petugas akan segera menyusul, jadi diamlah. Kami takkan membiarkanmu di bawah sana." Ia harus mendapatkan tali. Di mana ada tali? Ayo cari. Dengan langkah cepat Starling melintas di depan tangga, bergegas ke pintu ruang kerja. Pintulah tempat paling berbahaya. Terburu-buru ia masuk, melangkah bolak-balik di dekat dinding, sampai ia melihat seluruh ruangan. Sosok-sosok familiar tampak mengambang di dalam sejumlah akuarium, Starling terlalu siaga untuk merasa kaget. Ia melangkah maju, melewati deretan akuarium, melewati tempat cuci tangan, kandang serangga. Beberapa ngengat besar beterbangan. Starling tak peduli. Ia mendekati koridor di balik ruang kerja, koridor yang terang benderang. Lemari es di belakangnya mendadak berdengung, dan ia segera berbalik sambil menekuk lutut, jarinya mengencang pada picu, lalu mengendur lagi. Masuk ke koridor. Ia tak pernah diajari cara mengintip. Kepala dan pistol maju berbarengan, tapi rendah. Koridornya kosong. Ada studio yang terang benderang di ujungnya. Ia kembali maju, melewati satu pintu tertutup, dan berhenti di pintu studio. Dinding-dinding dilapisi kayu berwarna terang. Mustahil ia dapat menyelinap masuk tanpa terlihat. Pastikan setiap maneken memang maneken, setiap bayangan hanya bayangan maneken. Gerakan di cermin gerakanmu sendiri. Pintu lemari besar di studio terbuka lebar. Pintu di dinding seberang membuka ke kegelapan. Tak ada tali, tak ada tangga. Tak ada cahaya di balik studio. Starling menutup pintu ke bagian basement yang gelap, mengganjal pegangan pintu dengan kursi, dan menahan kursi dengan mesin jahit. Kalau ia bisa yakin bahwa sasarannya tidak berada di bagian basement ini, ia bisa mengambil risiko naik sebentar untuk mencari telepon. Ia kembali ke koridor, menghampiri pintu tertutup Wng dilewatinya tadi. Ia melintas dan membuka pintu dengan satu gerakan cepat. Pintunya membentur dinding, tak ada siapa-siapa di baliknya. Sebuah kamar mandi tua. Di dalamnya ada tali, pengait. Keluarkan Catherine atau cari telepon? Catherine tak mungkin terkena peluru nyasar di dasar lubang sumur. Tapi jika Starling tewas, riwayat Catherine pun akan tamat. Bawa Catherine mencari telepon. Starling enggan berlama-lama di kamar mandi. Mr. Gumb bisa muncul di pintu dan menyergapnya. Starling memandang ke kiri-kanan, lalu membungkuk untuk memungut tali. Di dalam kamar mandi ada bak besar. Bak itu terisi plesteran berwarna merah-ungu yang sudah mengeras. Sebuah tangan tampak menyembul, gelap dan mengerut. Kuku-kukunya dicat merah muda. Di pergelangan tangan ada arloji. Starling melihat semuanya sekaligus, tali, bak mandi, tangan, arloji. Gerakan jarum detik adalah hal terakhir yang dilihatnya sebelum lampu padam. Jantungnya langsung berdegup-degup keras. Kegelapan membuatnya pening. Ia harus menyentuh sesuatu—pinggiran bak. Kamar mandi. Keluar dari kamar mandi. Kalau Gumb bisa menemukan pintu, ia bisa memberondongkan peluru. Tak ada tempat berlindung. Cepat keluar. Merunduklah dan keluar ke koridor. Semua lampu padam? Ya, semuanya. Kemungkinan besar dipadamkan dari kotak sekering. Di mana kotak sekering? Dekat tangga. Biasanya di dekat tangga. Kalau ya, berarti Gumb akan datang dari arah itu. Tapi dia ada di antara aku dan Catherine. Catherine Martin kembali berteriak-teriak. Tunggu di sini?
Sampai kapan? Barangkali Gumb sudah kabur. Dia tidak tahu pasti apakah bala bantuan akan datang atau tidak. Ya, dia tahu. Tapi tidak lama lagi orang-orang akan mulai mencariku. Paling lambat malam ini. Letak tangga searah dengan teriakan Catherine. Selesaikan sekarang. Ia mulai menyusuri dinding, tanpa suara, sebelah tangan terangkat ke depan, pistol setinggi pinggang. Keluar ke ruang kerja. Rasakan ruang melebar, meluas. Setengah jongkok di tengah ruangan, lengan lurus ke depan, kedua tangan menggenggam pistol, tepat di bawah garis mata. Berhenti, pasang telinga. Kepala, tubuh, dan lengan berputar berbarengan, bagaikan menara meriam. Berhenti, pasang telinga. Dalam kegelapan pekat terdengar desis pipa uap, gemercik air menetes. Bau kambing menusuk hidung. Catherine menjerit-jerit. Mr. Gumb bersandar di dinding. Ia mengenakan kacamata khususnya. Ia tak perlu kuatir tertabrak Starling—mereka dipisahkan meja peralatan. Ia menyorot Starling dengan senter inframerah dari atas ke bawah. Wanita itu terlalu langsing, tak berguna baginya. Tapi ia ingat rambutnya, saat di dapur tadi. Rambutnya indah sekali, dan urusan itu takkan makan waktu lebih dari satu menit. Ia bisa melepaskannya dengan mudah, mengenakannya seperti wig. Kemudian ia akan memandang ke lubang sumur dan berseru, "Kejutan!" Ia senang menonton Starling mengendap-endap menyusuri tempat cuci tangan, perlahan-lahan maju ke arah teriakan, pistolnya siap menembak. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk memburunya, dan Itu pasti menyenangkan— dokter hewan agar Precious tidak dapat menoleh dan menggigit-gigit bagian tubuhnya yang terasa sakit. Di basement ada lempengan kayu untuk menekan lidah, yang dapat untuk membelat kaki Precious, serta satu tube Sting-Eez untuk mengurangi rasa sakit seandainya makhluk itu mencakar anjingnya sebelum mati. Satu tembakan ke kepala, dan ia cuma mengorbankan rambutnya. Precious lebih berharga daripada rambut. Rambut itu merupakan tumbal, persembahan untuk keselamatan Precious. Perlahan-lahan ia menuruni tangga dan memasuki dapur. Ia melepaskan sandal dan menuruni tangga basement yang gelap. Ia sengaja berjalan merapat ke tembok, supaya tangganya tidak berderak. Ia tidak menyalakan lampu. Di kaki tangga, ia belok kanan ke ruang kerja. Ia berjalan sambil meraba-raba dalam kegelapan yang akrab baginya dan merasakan lantai berubah di bawah kakinya. Lengan kimononya menyerempet salah satu kandang serangga, dan ia mendengar seekor ngengat mengerik dengan gusar. Ia sampai di lemari, lalu mengambil senter inframerah dan memasang kacamata khususnya. Kini dunia sekelilingnya berpendar hijau. Sejenak ia terdiam, menikmati bunyi gemercik dari aquarium dan suara mendesis dari pipa-pipa uap. Penguasa kegelapan, ratu kegelapan. Ngengat-ngengat yang beterbangan meninggalkan jejak hijau manyala dalam pandangannya. Kepak
sayap serangga-serangga itu terasa lembut pada pipinya" Satu tembakan ke muka sudah memadai dan sangat mudah pada jarak dua setengah meter. Sekarang. Gumb mengokang pistol sambil mengangkatnya, dan sosok di hadapannya mendadak tampak kabur; pistol di tangannya menyentak dan punggungnya membentur lantai; senternya menyala dan ia melihat langit-langit. Starling tiarap di lantai. Matanya silau karena kilatan cahaya, telinganya berdengungdengung akibat letusan pistol. Ia bergerak dalam gelap selagi keduanya tidak dapat mendengar, menembakkan peluru-peluru, meraba-raba untuk memastikan semua peluru telah keluar, meraih speedloader, memasang peluru baru, meraba-raba lagi, kembali pasang kuda-kuda. Ia telah melepaskan empat tembakan, dua kali dua. Gumb menembak satu kali. Starling menemukan kedua selongsong yang ia tembakkan. Ditaruh di mana? Di kantong speedloader. Ia terbaring bagaikan patung. Haruskah ia bergerak sebelum Gumb bisa mendengar lagi? Revolver yang dikokang menghasilkan suara khas. Starling menembak ke arah bunyi itu tanpa bisa melihat apa pun di balik kilatan cahaya. Ia berharap Gumb kini menembak ke arah yang salah, sehingga ia bisa melepaskan tembakan ke arah kilatan cahaya. Pendengarannya mulai pulih, telinganya masih berdengung-dengung, tapi ia bisa mendengar. Suara apa itu? Kedengarannya seperti siulan. Seperti air mendidih dalam teko, tapi terputus-putus. Seperti bunyi napas. Bunyi napasku? Bukan. Napasnya menerpa lantai dan berbalik ke wajahnya. Hati-hati, jangan hirup debu. jangan sampai bersin. Ya, bunyi napas. Bunyi dari luka di dada. Dadanya kena tembak. Starling pernah belajar cara menambal luka dada. Tempelkan sesuatu, kantong plastik, atau apa saja yang kedap udara, lalu ikat kencang-kencang. Usahakan paru-paru mengembang kembali. Berarti ia berhasil menembak Gumb di dada. Sekarang bagaimana? Tunggu. Biar dia kaku dan berdarah. Tunggu. Pipi Starling terasa perih. Ia tidak menyentuhnya; kalau memang ada darah, ia tak ingin tangannya licin. Sekali lagi terdengar erangan dari lubang sumur. Catherine memanggil, menangis. Starling harus menunggu. Ia tak bisa menjawab Catherine. Ia tak bisa bicara maupun bergerak. Sorot senter Mr. Gumb yang tak kasat mata terarah ke langit-langit. Ia berusaha menggesernya, tapi ternyata tak sanggup, sama halnya ia tak dapat menggerakkan kepala. Seekor ngengat besar dari Malaysia yang terbang di dekat langit-langit bereaksi terhadap cahaya inframerah itu dan turun sambil berputar-putar. Bayangan sayapnya di langit-langit hanya tampak di mata Mr. Gumb. Di tengah bunyi mendesis dalam gelap, Starling mendengar suara Mr. Gumb yang mengerikan, terengah-engah, "Bagaimana... rasanya... jadi... begitu cantik?" Lalu ada bunyi lain. Bunyi berdeguk, bunyi gemeretuk, dan desis tadi berhenti. Starling mengenal bunyi itu. Ia pernah mendengarnya, di rumah sakit ketika ayahnya meninggal. Ia meraba-raba tepi meja dan berdiri. Sambil meraba-raba, ia menuju ke arah suara Catherine, menemukan tangga, dan menaikinya dalam gelap. Rasanya lama sekali. Di laci lemari dapur ada lilin. Dengan bantuan cahaya lilin, ia menemukan kotak sekering di samping tangga, lalu tersentak ketika lampu-lampu menyala. Untuk mencapai kotak
sekering dan memadamkan lampu, Gumb rupanya
meninggalkan basement melalui jalan lain dan turun lagi di belakang Starling. . Starling harus yakin Gumb telah tewas. Ia menunggu sampai matanya terbiasa dengan cahaya lampu sebelum kembali ke. ruang kerja, dan ia tetap waspada. Ia bisa melihat kaki Gumb yang telanjang menyembul dari bawah meja kerja. Pandangan Starling melekat pada tangan di samping pistol, sampai pistol itu ia tendang jauh-jauh. Mata Gumb terbuka. Ia mati, tewas tertembak di sisi kanan dadanya, tergeletak di tengah genangan darah kental. Ia mengenakan beberapa barang dari lemarinya, dan Starling tak sanggup menatapnya lama-lama. Ia menghampiri tempat cuci tangan, menaruh pistolnya, lalu membilas pergelangannya dengan air dingin dan membasuh wajah dengan tangannya yang basah. Tak ada darah. Beberapa ngengat beterbangan mengelilingi lampu. Starling harus melangkahi mayat Gumb untuk memungut pistol orang itu. Di lubang sumur ia berkata, "Catherine, dia sudah mati. Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku akan naik dan menelepon... " "Jangan! KELUARKAN AKU. KELUARKAN AKU. KELUARKAN AKU." "Dengar dulu. Dia sudah mati. Ini pistolnya. Masih ingat pistolnya? Aku akan menelepon polisi dan dinas pemadam kebakaran. Aku tidak berani mengangkatmu tanpa bantuan. Aku kuatir kau jatuh. Begitu selesai menelepon, aku akan turun lagi dan menunggu bersamamu. Oke? Oke. Coba tenangkan anjing itu. Oke? Oke."
Kru stasiun-stasiun televisi setempat tiba segera setelah dinas pemadam kebakaran, mendahului polisi Belvedere. Komandan pemadam kebakaran, yang gusar karena silau akibat lampu-lampu sorot, memerintahkan para peliput keluar dari basement sementara ia menyiapkan kerangka pipa untuk mengangkat Catherine Martin. Seorang petugas turun ke lubang sumur dan membantu memasang kursi penyelamat. Catherine muncul sambil menggendong anjing yang terus didekapnya di dalam ambulans. Pihak rumah sakit tidak mengizinkan anjing itu dibawa masuk. Salah satu petugas pemadam kebakaran disuruh mengantarkannya ke tempat penitipan binatang, namun akhirnya membawanya pulang.
Bab Lima Puluh Tujuh
Sekitar lima puluh orang berkerumun di National Airport di Washington, menunggu penerbangan tengah malam dari Columbus, Ohio. Sebagian besar hendak menjemput sanak saudara dan mereka tampak mengantuk dan mendongkol, dengan ujung baju menyembul dari balik jaket. Ardelia Mapp berdiri di tengah-tengah kerumunan. Ia memperhatikan Starling ketika teman sekamarnya itu turun dari pesawat. Starling tampak pucat, di bawah matanya ada bayangan gelap. Beberapa serbuk mesiu menempel di pipinya. Ia melihat Mapp dan mereka berpelukan. "Hei, jagoan," kata Mapp. "Ada bagasi yang perlu diambil?" Starling menggelengkan kepala. "Jeff menunggu di mobil di luar. Ayo kita pulang." Jack Crawford juga ada di luar. Mobilnya diparkir di belakang van di jalur limusin. Sepanjang malam ia sibuk menjemput saudara-saudara Bella. "Aku...," ia angkat bicara. "Kau tahu apa yang kaukerjakan. Kau berhasil." Ia menyentuh pipi Starling. "Apa ini?" "Sisa mesiu. Kata dokter, serbuk-serbuk ini akan lepas dengan sendirinya dalam beberapa hari—lebih baik begitu daripada dicungkil." Crawford menariknya dan mendekapnya sejenak, sejenak saja, kemudian menjauhkannya dan mencium keningnya. "Kau tahu apa yang telah kaukerjakan," ia berkata sekali lagi. "Pulanglah. Tidurlah. Tidur sampai siang. Besok saja kita bicara." Van pengintaian yang baru terasa nyaman karena dirancang untuk pengintaian jangka panjang. Starling dan Mapp menduduki kursi-kursi besar di belakang. Tanpa Jack Crawford di dalam mobil, Jeff mengemudi sedikit lebih kencang. Perjalanan menuju Quantico pun lancar. Starling duduk dengan mata terpejam. Setelah beberapa kilometer, Mapp menggoyangkan lututnya. Ia telah membuka dua botol Coke. Satu botol diserahkannya pada Starling, lalu ia mengeluarkan sebotol kecil Jack Daniel's dari tas. Masing-masing mereguk Coke, lalu menghirup wiski. Kemudian mereka menutup leher botol dengan ibu jari, mengocok-ngocok botol, dan mengarahkan busanya ke dalam mulut. "Ahhh," ujar Starling. "Awas kalau sampai tumpah di sini," Jeff mewanti-wanti. "Tenang saja, Jeff," kata Mapp. Kepada Starling ia berbisik, "Coba kau lihat Jeff menungguku di took minuman tadi. Dia senewen sekali." Ketika Mapp melihat bahwa pengaruh wiski sudah mulai terasa, ketika Starling merosot sedikit di kursinya, Mapp bertanya, "Bagaimana keadaanmu?"
"Sumpah mati, aku tidak tahu." "Kau tidak perlu kembali ke sana, bukan?" "Mungkin satu hari, minggu depan, tapi moga-moga tidak perlu.
Orang kejaksaan datang dari Columbus untuk bicara dengan kepolisian Belvedere.
Jack Crawford terbangun pagi-pagi di sofa ruang kerjanya dan mendengar dengkur saudara-saudara iparnya yang menginap. Pada detik-detik ini, selagi masih bebas dari beban yang dipikulnya, yang muncul dalam ingatannya bukanlah kematian istrinya, melainkan ucapan terakhir Bella dengan mata jernih dan tenang, "Bagaimana kabar tanamanku di luar?" Ia mengambil sendok gabah Bella dan, masih dengan memakai jubah, keluar ke pekarangan untuk memberi makan burung-burung, seperti yang ia janjikan. Ia meninggalkan pesan untuk saudara-saudara Bella, dan berangkat sebelum matahari terbit. Sejak dulu Crawford cukup akrab dengan ipar-iparnya, dan ia pun bersyukur ada suara-suara yang meramaikan rumahnya, namun kini ia senang bisa pergi ke Quantico. Ia sedang mempelajari pesan-pesan teleks yang masuk semalam, sambil menonton siaran berita pagi di ruang kerjanya, ketika Starling menempelkan hidung ke kaca di pintu. Crawford memindahkan tumpukan laporan dari kursi agar Starling bisa duduk, dan berdua mereka menonton siaran berita sambil membisu. Ini dia. Bagian luar gedung tua Jame Gumb di Belvedere dengan etalasenya yang kosong dan jendela-jendela tertutup terali kokoh. Starling nyaris tidak mengenalinya. "Penjara horor," demikian istilah yang digunakan pembaca siaran berita. Adegan pembuka disusul gambar-gambar yang memperlihatkan lubang sumur dan basement. Kamera-kamera foto tampak memblokir pandangan kamera TV. Petugaspetugas pemadam kebakaran dengan gusar mengusir para wartawan. Ngengat-ngengat beterbangan, mendekati lampu, seekor ngengat tergeletak di lantai, mengepakkan sayap untuk terakhir kali. Catherine Martin menolak tandu dan berjalan sendiri ke ambulans, diselubungi mantel petugas polisi. Anjing kecil yang dipeluknya tampak menyembulkan kepala. Sosok Starling dari samping, bergegas ke sebuah mobil, kepalanya merunduk, tangan terselip dalam kantong mantel. Rekaman itu telah diedit dan sejumlah detail yang terlalu mengerikan telah dibuang.
Ruangan tempat Gumb menyimpan mayat para korbannya di basement hanya terlihat dari jauh. Sejauh ini ditemukan enam jenazah. Dua kali Crawford mendengar Starling mengembuskan napas melalui hidung. Siaran berita diselingi iklan. "Selamat pagi, Starling." "Halo," Starling menyahut, seakan-akan sudah siang. "Semalam pihak kejaksaan sudah mengirim keteranganmu lewat faks. Kau harus menandatangani beberapa copy untuk mereka. Jadi, dari rumah Fredrica Bimmel kau menemui Stacy Hubka, setelah itu kau mendatangi Mrs. Burdine di toko tempat Bimmel pernah bekerja, dan Mrs. Burdine kemudian memberikan alamat lama Mrs. Lippman, bangunan yang kelihatan di TV tadi." Starling mengangguk. "Stacy Hubka beberapa kali ke sana untuk menjemput Fredrica, tapi pacar Stacy yang menyetir dan arah yang diberikannya kurang jelas. Mrs. Burdine yang menyimpan alamatnya."
"Mrs. Burdine tidak menyinggung bahwa ada pria di tempat Mrs. Lippman?" ; "Tidak." Rekaman dari Bethesda Naval Hospital muncul di layar TV. Wajah Senator Ruth Martin terlihat di jendela limusin. "Catherine dapat menjawab pertanyaan semalam, ya. Dia sedang tidur, dia diberi obat penenang. Kami sangat bersyukur. Tidak, seperti saya katakan tadi, dia mengalami shock, tapi dapat diajak bicara. Hanya luka memar, dan satu jarinya patah. Dan dia juga menderita dehidrasi. Terima kasih." Ia memberi isyarat kepada pengemudinya. "Terima kasih. Tidak, dia sempat menyinggung anjing itu semalam, saya belum tahu anjing itu akan diapakan, kami sudah punya dua anjing." Berita itu ditutup dengan kutipan komentar ahli stres yang akan bicara dengan Catherine Baker Martin guna menentukan gangguan emosional yang dialaminya. Crawford mematikan TV. "Bagaimana perasaanmu, Starling?" "Perasaanku seperti beku. Anda juga?" Crawford mengangguk, lalu segera mengalihkan pembicaraan. "Senator Martin menelepon semalam. Dia mau datang untuk menemuimu. Catherine juga, kalau dia sudah pulih." "Aku selalu di rumah." "Krendler juga; dia mau kemari. Dia minta memonya dikembalikan." "Setelah dipikir-pikir, aku tidak selalu di rumah." "Aku punya saran untukmu. Manfaatkan Senator Martin. Biarkan dia menunjukkan rasa terima kasihnya. Lakukan secepatnya. Rasa berutang budi tidak bertahan lama. Mengingat sepak terjangmu selama ini, kau bakal membutuhkan dia." "Ardelia juga bilang begitu." "Teman sekamarmu, Mapp? Aku diberitahu Mapp akan membimbingmu untuk ujian susulan hari Senin. Kabarnya dia satu setengah poin di depan saingan terdekatnya, Stringfellow." "Untuk pidato perpisahan?" "Tapi Stringfellow pasti takkan menyerah—Mapp akan dilewati lagi." "Ardelia tidak mudah dikalahkan." Di antara barang-barang yang memenuhi meja kerja Crawford terdapat burung origami buatan Dr. Lecter. Crawford menggerakkan ekornya naik- turun. Burung itu mematuk-matuk. "Lecter mendadak laku—dia di peringkat pertama daftar orang paling dicari," ujar Crawford. "Tapi untuk sementara kelihatannya dia akan tetap bebas berkeliaran. Kau harus berhati-hati kalau meninggalkan markas." Starling mengangguk. "Sekarang ini dia masih sibuk," kata Crawford, "tapi kalau dia tak lagi sibuk, dia akan mencari hiburan. Satu hal yang perlu kaucamkan: Dia akan menghabisimu
kalau ada kesempatan. Bagi dia, kau tidak berbeda dari orang lain." "Kukira dia takkan berbuat begitu—itu kasar, dan dia juga takkan bisa mengajukan pertanyaan. Lain halnya kalau dia sudah bosan denganku." "Aku cuma minta kau berhati-hati, itu saja. Lapor ke piket setiap kali mau pergi. Jangan sembarangan sebutkan lokasimu lewat telepon. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin memasang alat pelacak pada teleponmu. Percakapanmu takkan dipantau sebelum kau menekan tombol." "Kukira dia takkan mengejarku Mr. Crawford." "Kau tidak dengar apa yang kukatakan?" "Aku dengar, aku dengar." "Bawa keteranganmu ini dan pelajari lagi. Tambahkan yang menurutmu perlu ditambahkan. Hubungi aku kalau kau sudah siap membubuhkan tanda tangan, Starling. Aku bangga padamu. Begitu juga Brigham, dan direktur kita." Pujian itu terdengar kaku, tidak seperti yang diinginkannya. Crawford menyusul ke pintu ruang kerjanya. Starling telah menyusuri koridor yang lengang. Di tengah dukanya yang menggunung, Crawford memanggil, "Starling, ayahmu tersenyum padamu."
Bab Lima Puluh Sembilan
Jame gumb menjadi berita sampai berminggu-minggu setelah ia diturunkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Para wartawan sibuk menelusuri kisahnya, dimulai dengan catatan dari Sacramento County: Ibunya sedang hamil satu bulan ketika gagal mendapat peringkat dalam Miss Sacramento Contest tahun 1948. Nama "Jame" pada akte kelahirannya merupakan salah ketik yang tak pernah diperbaiki. Ketika karier sebagai pemain film tak terwujud, ibunya menjadi pemabuk; Gumb berusia dua tahun ketika dititipkan di panti asuhan oleh pihak Los Angeles County. Paling tidak, dua jurnal ilmiah menjelaskan bahwa masa kecil yang tidak bahagia itulah yang menyebabkan ia membunuh wanita di basement-nya untuk mengambil kulit mereka. Kata-kata gila dan jahat tidak muncul dalam kedua artikel tersebut. Rekaman kontes kecantikan yang ditonton Gumb setelah dewasa merupakan rekaman asli ibunya, tapi wanita dalam film di kolam renang bukanlah ibunya; hal itu terungkap melalui suatu penelitian. Kakek dan neneknya mengambilnya dari panti asuhan yang tidak memuaskan ketika ia berusia sepuluh tahun, dan dua tahun kemudian ia membunuh mereka. Gumb diikutsertakan dalam kursus menjahit oleh Tulare Vocational Rehabilitation ketika ia dirawat di rumah sakit jiwa. Ia menunjukkan bakat besar untuk pekerjaan itu. Catatan mengenai pekerjaan yang pernah dilakukan Gumb tidak lengkap. Para
wartawan menemukan paling tidak dua restoran tempat ia bekerja tanpa tercatat, dan sesekali ia juga menekuni bidang pakaian. Tidak ada bukti bahwa ia melakukan pembunuhan dalam masa itu, namun Benjamin Raspail memberikan keterangan sebaliknya. Gumb diketahui bekerja di toko cenderamata tempat hiasan-hiasan kupu-kupu dibuat ketika ia berkenalan dengan Raspail, dan untuk beberapa waktu, hidupnya dibiayai pemusik tersebut. Saat itulah Gumb menjadi terobsesi dengan ngengat dan kupukupu serta perubahan yang dialami serangga-serangga itu. Setelah ditinggalkan Raspail, Gumb membunuh kekasih Raspail yang baru, Klaus. Ia memenggal kepalanya dan mengambil sebagian kulitnya. Kemudian ia mengunjungi Raspail di daerah Timur. Raspail, yang selalu bergairah jika ditemani orang berlatar belakang kriminal, memperkenalkannya kepada Dr. Lecter. Hal ini terbukti seminggu setelah kematian Gumb, ketika FBI menyita kaset-kaset berisi rekaman sesi-sesi terapi Raspail dengan Dr. Lecter dari sanak saudara si pemusik.
Bertahun-tahun lalu, saat Dr. Lecter dinyatakan tidak waras, kaset-kaset tersebut diserahkan kepada keluarga para korban untuk dimusnahkan. Namun sanak saudara Raspail yang bersengketa menyimpan kaset-kaset itu, dengan harapan dapat dipergunakan untuk menentang wasiatnya. Mereka kehilangan minat mendengarkan rekaman-rekaman awal, yang hanya berisi kenangan Raspail mengenai masa sekolahnya yang menjemukan. Menyusul liputan berita terhadap Jame Gumb, para anggota keluarga memutar rekaman-rekaman yang tersisa. Ketika mereka menghubungi Everett Yow dan mengancam untuk menggunakan rekaman itu guna kembali memperkarakan wasiat Raspail, Yow menelepon Clarice Starling. Rekaman itu antara lain berisi sesi terakhir, di mana Lecter membunuh Raspail. Yang lebih penting lagi, rekaman tersebut mengungkapkan berapa banyak yang diceritakan Raspail kepada Lecter mengenai Jame Gumb: Raspail memberitahu Lecter bahwa Gumb terobsesi dengan ngengat, bahwa Gumb pernah mengambil kulit manusia, bahwa ia membunuh Klaus, bahwa ia bekerja untuk perusahaan barang kulit Mr. Hide di Calumet City, tapi menerima uang dari wanita tua di Belvedere, Ohio, yang memasang lapisan dalam untuk Mr. Hide Inc. Suatu hari Gumb akan merebut semuanya dari wanita tua itu, Raspail meramalkan. "Waktu Lecter mengetahui bahwa korban pertama berasal dari Belvedere dan dikuliti, dia langsung tahu siapa pelakunya," Crawford berkata kepada Starling ketika mereka mendengarkan rekaman itu bersama-sama. "Kalau saja Chilton tidak ikut campur, dia akan menyerahkan Gumb dan tampil seperti jenius." "Dr. Lecter sempat menuliskan komentar dalam berkas bahwa lokasi-lokasi kejadian terlalu acak," ujar Starling. "Dan di Memphis dia bertanya apakah aku bisa menjahit. Apa sebenarnya yang dia inginkan?" "Dia ingin bermain-main," sahut Crawford. "Dari dulu dia suka bermain-main." Rekaman berisi suara Jame. Gumb tak pernah ditemukan, dan kegiatannya dalam
tahun-tahun setelah kematian Raspail diketahui sepotong demi sepotong melalui surat-surat bisnis, bon pembelian bensin, wawancara dengan pemilik-pemilik butik. Ketika Mrs. Lippman meninggal saat berkunjung ke Florida bersama Gumb, Gumb mewarisi semuanya—gedung tua dengan tempat tinggal