MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS
SIX SIGMA
Disusun Oleh:
Alfi Shahril Z
(201110160311195)
Pandu Laksono
(201110160311204)
Hendra Gunawan
(201110160311297)
Fendi Prasetyo
(201110160311396)
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb Puji Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat, dan karunia yang sudah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini kami susun sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kualitas. Sekaligus sebagai media pembelajaran kami, untuk lebih memahami materi yang akan disampaikan pada bangku perkuliahan nanti. Materi ini kami susun terdiri dari topik- topik utama yang merupakan berbagai pemahaman dasar bedasarkan teori dari beberapa sumber reffrensi dan literature yang telah sesuai perkembangan perekonomian dunia seperti sekarang ini. Sehingga makalah ini kiranya sangat diperlukan bagi Mahasiswa guna menambah wawasan yang terkait erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berfokus pada “Six Sigma” Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal pada saat ini maupun yang akan datang dalam kegiatan pembelajaran Manajemen Kualitas. Makalah ini tentunya masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran sangat kami perlukan untuk perbaikan di kemudian hari. Karena penulis menyadari, bahwasannya keterbatasan ilmu merupakan kekurangan yang manusiawi tergantung bagaimana kita menyiasati. Terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. Wb
Malang, 14 Desember 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................... …….. i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 A. Pengertian Six Sigma ................................................................................ 3 B. Metodologi Six Sigma (DMAIC) ............................................................. 6 1. Fase Define (D) ................................................................................... 6 2. Fase Measure (M) ............................................................................... 8 3. Fase Analyse (A) .................................................................................. 9 4. Fase Improve (I) .................................................................................. 9 5. Fase Control (C).................................................................................. 9 C. Tools yang Dipakai Dalam Six Sigma .................................................... 10 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Globalisasi dan kemudahan akses terhadap informasi, perkembangan produk dan jasa yang pesat telah mengubah bagaimana pelanggan bertransaksi dengan sebuah perusahaan. Model bisnis lama sudah tak bisa dijalankan lagi. Situasi kompetisi dewasa ini tidak memberikan sedikitpun ruang bagi perusahaan untuk berbuat salah. Perusahaan harus benar-benar memuaskan pelanggannya dan selalu berupaya mencari cara baru untuk memenuhi
permintaan
pelanggan
melebihi
harapan-harapan
pelanggan. Untuk itulah, selalu diperlukan strategi bisnis handal yang dilandasi filosofi dasar manajemen yang kokoh untuk tampil sebagai barisan terdepan dalam penciptaan nilai (value) kepada pelanggan. Dewasa ini banyak perusahaan lebih memfokuskan diri kepada kepuasan pelangan melalui persaingan dalam hal kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan. Oleh karena itu sudah semestinya perusahaan lebih memperhatikan pengendalian kualitas produksi untuk lebih bisa bersaing dan
menunjang
program
jangka
panjang
perusahaan,
yaitu
mempertahankan pangsa pasar atau bahkan menambah pangsa pasar perusahaan. Kualitas produksi sudah semestinya menjadi prioritas yang paling utama dan penting dilakukan oleh perusahaan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan maupun
standar
yang
telah
ditetapkan oleh
badan
lokal
dan
internasional yang mengelola standarisasi mutu. Untuk mendapatkan kualitas
produksi
yang
dapat
bersaing
dibutuhkan
metode
pengendalian kualitas produk yang berkesinambungan. Ada bebarapa konsep metode pengendalian kualitas produksi diantaranya mulai dari Total Quality Manajement (TQM), Statistical Proces Control (SPC) dan Six Sigma. Dari beberapa konsep pengendalian kualitas produksi yang
1
disebutkan diatas six sigma bisa dikatakan hasil evolusi terakhir dari Quality Improvement yang berkembang sejak tahun 1940-an dan mulai deterapkan oleh Motorola ditahun 1980-an. Aplikasi Six Sigma berfokus pada minimalisasi cacat dan variansi, dimulai dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas atau biasa disebut sebagai Critical to Quality (CTQ) dari suatu proses. Six sigma menganalisa kemampuan proses dan bertujuan menstabilkannya dengan cara mengurangi atau menghilangkan variansi-variansi pada proses. Langkah mengurangi cacat dan variansi dilakukan secara sistematis dengan mendefinisikan (define), mengukur (measure), menganalisa (analyze), memperbaiki (improve) dan mengendalikan (control) yang kemudian disebut sebagai metode DMAIC.
B.
C.
RUMUSAN MASALAH 1.
Apa yang dimaksut dengan Six Sigma ?
2.
Bagaimana konsep metode Six Sigma ?
3.
Bagaimana Aplikasi dan tujuan dari implementasi Six Sigma ?
TUJUAN DAN MANFAAT 1.
Tujuan Untuk mengetahui maksut, tujuan serta konsep dari metode Six Sigma dan bagaimana pengaplikasian serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan sebagai strategi bisnis dalam pengendalian kualitas produk guna menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.
2.
Manfaat Menambah wawasan kepada semua pihak yang membutuhkan dalam hal metode Six Sigma, yang dalam hal ini merupakan salah satu metode pengendalian kualitas produk sebagai bentuk strategi bisnis dalam perusahaan.
2
BAB II PEMBAHASAN A.
PENGERTIAN SIX SIGMA Sigma merupakan symbol standard deviasi pada statistik (Σ atau σ) yang berasal dari huruf Yunani, suatu ukuran untuk menyatakan variasi (variance), atau ketidaktepatan sekelompok item atau proses. Sedangkan six sigma (6 σ) merupakan sebuah metode untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variansi proses yang terjadi, sekaligus mengurangi cacat (produk yang keluar dari spesifikasi) dengan memanfaatkan metode statistik. Secara sederhana six sigma dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai kemungkinan cacat (defect opportunity) paling tidak sebesar 0,00034% atau sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk (defect per million). Semakin tinggi nilai sigma, makin sedikit suatu proses mengalami variasi dan makin sedikit pula kesalahan yang akan dialami. Implementasi Six Sigma berokus pada proses, baik itu pada proses produksi atau jasa. Apabila tercapai, maka Six Sigma akan dapat memastikan bahwa keseluruhan proses produksi berjalan pada efisiensi yang optimal. Tabel : Tingkat Kecacatan pada Sigma Sigma
Presentase kecacatan (Percent defective)
Jumlah cacat per juta (defect per milion)
1 2 3 4 5 6 7
69% 31% 6,7% 0,62% 0,023% 0,00034% 0,0000019%
691.469 308.538 66.807 6.21 233 3,4 0,019
Dari pengertian di atas, maka dapat disederhanakan menjadi satu definisi yang lengkap dan jelas, yaitu: Six Sigma merupakan suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan
3
memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data, dan analisis statistik serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk setiap perusahaan tergantung pada usaha yang dijalankannya, visi dan misi serta strategi perusahaan bersangkutan. Tetapi umumnya dengan penerapan Six Sigma akan ada perbaikan dalam hal-hal berikut ini: 1. Pengurangan biaya 2. Pertumbuhan pangsa pasar 3. Pengurangan waktu siklus 4. Retensi pelanggan atau loyalitas pelanggan 5. Pengurangan kesalahan pada produk atau produk cacat 6. Perubahan budaya kerja 7. Pengembangan produk atau jasa Dalam pelaksanaan Six Sigma tidak dapat dilakukan oleh perorangan, akan tetapi dijalankan oleh suatu tim Six Sigma yang terdiri dari pihakpihak yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan Six Sigma, meliputi: 1.
Executive Leaders Diduduki oleh pimpinan puncak perusahaan yang bertekad untuk mewujudkan Six Sigma, memulai dan memasyarakatkannya siseluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.
2.
Champions Merupakan orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau
kegagalan
pelaksanaan
Six
Sigma.
Mereka
merupakan
pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts berfungsi sebagaimana mestinya. Dapat dikatakan Champions anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan hasil kepada executive leaders sekaligus mendukung tim pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi pemilihan
4
calon-calon anggota black belt, mengidentifikasi wilayah kerja proyek,
menegaskan
sasaran
yang
dikehendaki,
menjamin
terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal dan memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek. 3.
Master black belt Yaitu orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat dan pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan teknik Six Sigma, dan merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspekaspek kunci dari peranan master black belt terletak pada kemampuannya dalam memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa mendominasi proyek/tugas/pekerjaan.
4.
Black Belt Merupakan orang-orang yang berperan sebagai pemimpin proyek
perbaikan
kinerja
perusahaan.
Mereka
dilatih
untuk
menemukan masalah, mencari penyebab beserta penyelesaiannya, bertugas mengubah teori ke dalam tindakan, memilah-milah data dan bertanggung jawa mengaplikasikan Six Sigma. Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki dipilin pribadi, cakap memimpin, menguasai ketrampilan teknis tertentu, mengenal prinsip-prinsip statistika, mampu berkomunikasi dengan jelas, mempunyai motivasi kerja yang memadai. 5.
Green Belt Adalah orang-orang yang membantu black belts berdasarkan keahliannya. Pada umumnya green belts bertugas secara paruh waktu pada bidang tertentu, mengaplikasikan alat-alat six sigma untuk menguji
dan
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan
kritis,
mengumpulkan dan menganalisis data serta melakukan percobaanpercobaan.
5
6.
Yellow Belt Adalah orang-orang yang membantu black belts dan green belts. Meskipun tidak memiliki keahlian tertentu tentang six sigma, akan tetapi mereka dapat membantu kerja black belt dan green belt dalam pengumpulan data, pendefinisian masalah atau mencari sebab akibat dari suatu masalah. Setiap orang yang menjadi bagian dari perusahaan merupakan anggota Yellow Belt.
Ada enam komponen utama dalam konsep Six Sigma, yaitu:
B.
a.
Menutamakan pelayanan kepada pelanggan
b.
Manajemen yang berdasarkan data dan fakta
c.
Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan
d.
Manajemen yang proaktif
e.
Kerjasama tim yang bagus
f.
Selalu mengejar kesempurnaa.
METODOLOGI SIX SIGMA (DMAIC) Terdapat dua macam metodologi dalam Six Sigma. Yang pertama adalah DMAIC, untuk proses yang sudah ada dan yang kedua adalah DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify)/DFSS (Design for Six Sigma) untuk proses yang belum ada. Model pendekatan Six Sigma yang paling umum digunakan sekarang adalah DMAIC (Define – mendefinisikan, Measure – mengukur, Analyze – menganalisis, Improve – memperbaiki, Control – mengendalikan). 1. Fase Define (D) Merupakan fase menentukan masalah dan menetapkan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang dalam hal ini sering disebut dengan “suara pelanggan” (VOC − Voice of Customer). Setelah mendata semua variabel yang dipandang penting oleh pelanggan sebagai VOC, selanjutnya perlu diberikan nilai ukur. Variabel terukur tersebut dinamakan kharakteristik kualitas pengganti atau Critical to Quality
6
(CTQ). Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi proses-proses yang menyertai CTQ tersebut. Untuk lebih memudahkan pendefinisian masalah pada fase ini ada 2 tahap yang dapat digunakan: a.
Project Statement Project Statement adalah suatu pernyataan proyek yang meliputi beberapa komponen berikut: 1)
Busunes Case − berisi pernyataan yang menyatakan latar belakang umum permasalahan yang terjadi
2)
Problem Statement − berisi pernyatan tentang masalah yang akan dibahas
3)
Project Scope − menyatakan objek dan ruang lingkup penelitian.
4)
Goal Stetment − menyatakan tujuan dari penelitian yang dilakukan
5)
Milestone − menyatakan jangka waktu penelitian. Untuk membatu dalam membangun project statement bisa
menggunakan diagram pareto yang merupakan grafik untuk membuat peringkat pada hal-hal yang harus diprioritaskan, yaitu dengan memilih penyebab mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. b.
Peta aliran proses (mapping proces) Peta
aliran
menggambarkan
proses
adalah
langkah-langkah
suatu yang
diagram dilakukan
yang dalam
meningkatkan kualitas proses menggunakan simbol-simbol standar flochart. Proses mapping mempunyai 5 kategori kerja utama, yaitu mengidentifikasi Supplier – Input – Proses – Output − Costumer (SIPOC). Adapun kegunaan dari peta aliran proses adalah sebagai berikut: 1)
Digunakan untuk mengetahui aliran bahan mulai awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
2)
Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu 7
proses. 3)
Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses berlangsung.
4)
Alat
untuk
melakukan
perbaikan-perbaikan
proses,
mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempattempat dimana terjadi ketidakefisienan pekerjaan. 2. Fase Measure (M) Merupakan fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan dan tingkat kinerja. Dalam fase ini, pengukuran yang dilakukan antara lain: a.
Pengukuran baseline kinerja Sebelum dilakukan proses six sigma harus dilakukan pengukuran tingkat kinerja saat ini atau pengukuran baseline kinerja. Ukuran hasil kinerja baseline yang digunakan pada six sigma adalah tingkat DPMO (defect per million opportunity) dan pencapaian tingkat kapabilitas sigma (sigma level). Perhitungan nilai sigma dilakukan untuk mengetahui performa proses saat ini yang akan menjadi tolak ukur dalam menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan. Langkahlangkahnya yaitu: 1)
Menghitung nilai DPMO DPMO merupakan suatu ukuran kegagalan dalam six sigma yang menunjukkan kerusakan suatu produk dalam satu juta barang yang diproduksi. Kriteria DPMO harus didefinisikan dengan teliti. Kerusakan dapat digambarkan dengan tidak bersih, tidak tepat atau tidak sesuai dengan standar. DPMO ditulis dengan persamaan:
Nilai DPMO dari suatu produk menggambarkan rata-rata pengukuran pada proses.
8
2)
Mengobservasi nilai DPMO ke nilai sigma menggunakan tabel konversi sigma. Setelah diperoleh nilai DPMO dan level sigma maka kita dapat mengetahui besarnya baseline kinerja perusahaan saat ini.
b.
Pengukuran tingkat kapabilitas proses (capability proses) Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan output yang berada dalam batas spesifikasi yang diharapkan, yaitu apabila nilai rata-rata dari proses tersebut sama dengan nilai target yang diharapkan dan besarnya rentang batas spesifikasi yang diinginkan perusahaan, yaitu batas spesifikasi atas perusahaan (USL) dan batas spesifikasi bawah perusahaan (LSL) lebih besar dari rentang batas kontrol pada produk yaitu dihasilkan, yaitu garis hasil atas (UCL) dan garis bawah (LCL).
3. Fase Analyse (A) Merupakan fase mencari dan menentukan penyebab dari suatu masalah. Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat dianalisis menggunakan diagram sebab akibat, ichigawa, fishbone dan failure models and effect analysis/FMEA. 4. Fase Improve (I) Merupakan fase meningkatkan proses dan menghilangkan sebabsebab timbulnya cacat. Setelah sumber-sumber penyebab masalah kualitas dapat diidentifikasi, maka dapat dilakukan penetapan rencana tindakan (action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas six sigma. 5. Fase Control (C) Pada
fase
control
hasil-hasil
peningkatan
kualitas
didokumentasikan dan disebarluaskan. Hasil-hasil yang memuaskan dari proyek peningkatan kualitas six sigma harus distandarisasikan, dan selanjutnya dilakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain mengikuti konsep DMAIC.
9
Ada tiga kualifikasi dasar yang harus dipenuhi bila akan menggunakan metode DMAIC, yaitu: 1.
Ada celah antara kinerja sekarang dengan yang diharapkan. Pertamatama perlu ditentukan permasalahan apa yang harus dipecahkan, atau kesempatan apa yang akan diraih. Pada kasus desain proses, ada aktivitas baru yang diluncurkan di mana tidak ada proses yang muncul.
2.
Penyebab masalah tidak dipahami secara benar. Pihak manajemen mungkin hanya mengerti permasalahan secara teoritis, tetapi tidak mengetahui akar penyebab masalah.
3.
Solusi belum ditetapkan. Bila pihak manajemen telah merencanakan perubahan jangka pendek, masih ada waktu untuk menerapkan Six Sigma. Penerapan Six Sigma secara cepat dapat menghemat waktu untuk analisis yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara signifikan telah dijalankan untuk menjembatani celah tersebut, penerapan Six Sigma tidak akan berguna.
C.
TOOLS YANG DIPAKAI DALAM SIX SIGMA Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan juga alat-alat yang digunakan dapat memberi kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran. Alat-alat atau metode-metode tersebut akan diuraikan pada bagian ini. Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu proses yang sistematik untuk memotivasi suatu bisnis agar lebih fokus terhadap pelanggan. QFD ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terlibat dalam penyediaan produk, proses, jasa dan strategi yang akan lebih memuaskan pelanggan. Ini merupakan suatu proses untuk mengerti keinginan pelanggan dan pentingnya keuntungan yang akan diperoleh. Diagram Boxplot adalah suatu alat grafik dasar yang menampilkan pengumpulan, penyebaran, dan pendistribusian dari kumpulan data yang
10
berkesinambungan. Diagram boxplot ini menyediakan hasil ringkasan dari kumpulan data, yaitu nilai tengah dari 50% data, median, dan quartile. Grafik run chart adalh suatu pengukuran kinerja dari suatu proses pada suatu periode waktu yang digunakan untuk mengidentifikasi tren atau pola. Process capability menunjuk kepada kemampuan dari suatu proses untuk memproduksi suatu produk/jasa yang bebas dari penyimpangan (defect) di bawah kendali lingkungan produksi/jasa. Beberapa indikator yang digunakan menunjukkan kinerja keseluruhan dan kinerja potential. Diagram sebab akibat (Fishbone) adalah analisa yang dilakukan dengan memulai pada akibat atau masalah yang timbul kemudian secara terstruktur mencari kemungkinan penyebabnya. Pada umumnya ada enam faktor yang dapat menimbulkan penyimpangan di dalam proses bisnis yaitu 5 M (material, method, machine, measures, mother nature) dan 1 P (people). Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan seperangkat pedoman, proses, dan format untuk mengidentifikasi dan memprioritas masalah penting atau kegagalan. Metode FMEA mempunyai banyak aplikasi dalam lingkungan Six Sigma, dalam hal mencari berbagai masalah bukan hanya dalam proses serta perbaikan kerja, tapi juga dalam aktivitas pengumpulan data, usaha-usaha Voice of Customer, prosedur dan bahkan dalam pelaksanaan inisiatif Six Sigma. Satu-satu prasyarat adalah adanya situasi yang kompleks atau berisiko tinggi dimana perlu diberikannya penekanan khusus untuk menghentikan masalah. Analisa pareto dilakukan dengan menyusun atau mengelompokan data dari yang terbesar sampai terkecil. Diagram Pareto ini membantu di dalam mengidentifikasi suatu penyebab masalah yang paling sering terjadi atau memberikan kontribusi terbesar. Analisa Pareto ini biasanya menggunakan aturan “80/20” yang mengindikasikan bahwa 80% biaya yang timbul di dalam perusahaan disebabkan oleh 20% masalah. Selain tools-tools di atas, terdapat tools lainnya seperti pengujian Tingkat Signifikan Statistik (Chi – Square, t – test, ANOVA) yang mana
11
merupakan teknik yang digunakan para ahli statistik untuk mencari pola atau menguji kecurigaan mereka pada data yang ada. Pada Six Sigma, alatalat ini dapat digunakan untuk: a.
Mengkonfirmasi permasalahan yang terjadi atau adanya perubahan yang berarti pada kinerja proses.
b.
Memeriksa validitas data.
c.
Menentukan jenis pola data atau distribusi dalam sekelompok data kontinu.
d.
Mengembangkan akar penyebab hipotesis berdasarkan pola dan perbedaan yang ada.
e.
Validasi atau tidak menyetujui akar penyebab hipotesis. Analisis korelasi dan regresi menganalisa hubungan antara dua faktor
atau lebih. Bila dua faktor saling berhubungan, berarti perubahan pada satu faktor akan berakibat pada faktor lain. Adapun kegunaan dari Korelasi dan Regresi itu sendiri adalah: 1.
Menguji hipotesa akar masalah dengan melihat apakah ada hubungan antar penyebab yang diduga (X) dan respon atau ouput (Y).
2.
Mengukur dan membandingkan pengaruh berbagai faktor (X) pada hasil (Y).
3.
Memprediksi kinerja sebuah proses, produk, atau jasa dibawah kondisi tertentu.
12
BAB III PENUTUP Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya. Six sigma juga disebut sistem komprehensive - maksudnya adalah strategi, disiplin ilmu, dan alat - untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control ) dan alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto (Pareto Chart), Fish Bone, Sebab akibat dan Histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma. Model pendekatan Six Sigma yang paling umum digunakan sekarang adalah DMAIC, yaitu: 1)
Define, mengkonfirmasikan kesempatan dan mendefinisikan batasan dan tujuan dari suatu proyek. Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan.
2)
Measure, mengumpulkan data untuk membangun suatu “current state” apa yang terjadi secara aktual ditempat kerja dengan proses yang terjadi dilapangan. Pada tahap ini dilakukan untuk memvalidasi, mengukur, menganalisis permasalahan berdasarkan data yang ada.
3)
Analyze, penggunaan data dan tool untuk memahami penyebab yang dapat mempengaruhi hubungan proses, yaitu mengintepretasikan data untuk membangun sebab akibat.
4)
Improve, mengembangkan modifikasi dengan perbaikan yang valid terhadap proses dari sistem.
5)
Control, mengimplementasikan prosedur-prosedur untuk meyakinkan bahwa perbaikan-perbaikan dapat berlangsung lama.
13
DAFTAR PUTAKA Brue, Greg. 2002. Six Sigma for Managers. Jakarta: Canary. Dale, B.G., and Plunkett, J.J. 1990. Managing Quality. Great Britain: Philip Allan. Gaspersz Vincent, Fontana Avanti. 2011. Lean Six Sima for Manufacturing and Service Industries. Bogor: Vinchiristo Publication. Miranda, dan Tunggal, Amin Widjaja. 2002. Six Sigma: Gambaran Umum, Penerapan Proses dan Metode-Metode yang Digunakan untuk Perbaikan: GE MOTOROLA. Jakarta: Harvarindo. Hidayat, Ridwan Asep. 2010. Skripsi: Analisis Masalah Kualitas Produk Air Mineral Pada Perusahaan Air Minum Menggunakan Metode Six Sigma termuat di : http:// Jurnal Six Sixma com. diakses pada: 14 Desember 2014. Wikipedia Bahasa Indonesia. 2013. Metodologi Six Sigma. Termuat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Six_Sigma. Diakses pada: 14 Desember 014.
14