Makalah Individu HUKUM OPERASI PLASTIK Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah: Fikih Kontemporer Dosen: Eka Suriansyah, M.S.I
Oleh HASAN QOSIM 1202110397
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA JURUSAN SYARI’AH PROGAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH 1434 H / 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah Swt yang telah mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah ini yang berjudul HUKUM OPERASI PLASTIK . Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, dan keluarganya juga para sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan pamrih orang yang benar-benar mengerti dalam bidang ini. Oleh sebab itu, maka penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah FIKIH KONTEPORER ini, yakni Suriansyah, M.S.I. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu dalam penyusunan dan pengumpulan makalah ini. Tanpa bantuan temanteman semua tidak mungkin makalah ini bisa terselasaikan. Dalam menyusun makalah ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam isi, bentuk
maupun susunan kalimatnya . Oleh karena itu kami tetap menerima dan mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca yang menuju ke arah kebaikan dan kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga apa yang penulis usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, amin.
Palangka Raya, September, 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................
1
D. Kegunaan penulisan ..............................................................................
2
E. Metode Penulisan ..................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pngertian Operasi Plastik ......................................................................
3
B. Hukum Operasi Plastik .........................................................................
4
1. Operasi Plastik Untuk Kecantikan ..................................................
4
2. Operasi Plastik Untuk Pengobatan..................................................
7
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................................
11
B. Saran......................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi sosok yang tampan dan cantik sudah tentu menjadi keinginan setiap orang, baik laki-laki atau perempuan. Terutama bagi kaum perempuan. Betapa bahagianya seorang wanita bila ia mempunyai hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, kulit yang halus dan tubuh yang mempesona. Apa lagi apa bila mendengar ada hadis yang menerangkan bahwa “sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai hal-hal yang indah”. Mungkin hadis inilah yang menjadi alasan atau dalil oleh orang-orang yang melakukan berbagai macam cara agar tubuhnya terlihat mempesona. Dalam hal ini mungkin seperti operasi plastik dan sebagainya. Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai operasi plastik dan hukum bagi yang melakukannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud operasi plastik? 2. Bagaimana hukum melakukan operasi plastik? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari diadakannya pembahasan mengenai operasi plastik dan ganti plastik adalah: 1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan operasi plastik. 2. Agar mengetahui bagaimana hukum melakukannya. D. Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan makalah mengenai operasi plastik adalah: 1. Bagi penulis pembahasan ini adalah wahana latihan pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan karya tulis ilmiah. 2. Dengan adanya pembahasan ini tentunya pembaca dan penulis akan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang hukum operasi plastik.
1
2
E. Metode Penulisan Adapun metode penulisan dalam pembuatan makalah ini ialah dengan metode telaah kepustakaan, dengan menggunakan buku-buku perpustakaan sebagai bahan referensi dan pencarian melalui internet yang kemudian penulis simpulkan dalam bentuk makalah.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Opera Plastik Operasi plastik atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang, lepas, atau rusak.1 Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan operasi plastik itu ada dua macam: 1. Untuk mengobati aib yang ada di badan, atau dikarenakan kejadian yang menimpanya seperti kecelakaan, kebakaran atau yang lainya. Maka operasi ini dimaksudkan untuk pengobatan. 2. Untuk mempercantik diri, yaitu dengan mencari bagian badan yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman untuk dilihat orang, kemudian dilakukan operasi agar terlihat cantik sesuai yang ia inginkan. Istilah yang kedua ini adalah untuk kecantikan dan keindahan.2 Pada zaman yang serba janggih ini, hampir segala sesuatu yang kita inginkan dapat dipenuhi, termasuk wajah yang cantik, rupa yang menawan dan tubuh yang indah, walaupun pada asalnya kita tidak mempunyainya. Bahkan diperkirakan, satu dari lima wanita di Seoul melakukan beberapa jenis operasi plastik untuk mempercantik wajahnya. Menurut informasi yang penulis dapatkan beberapa orangtua di Seol ada yang mendorong anak-anaknya untuk melakukan operasi plastik, dan bahkan ada orangtua yang memberikan hadiah kelulusan untuk anaknya berupa operasi kelopak mata.3 Seorang warga Korea mengatakan "Setiap orang ingin menjadi lebih cantik dan lebih cantik, dan beberapa orangtua tidak ingin anaknya
1
Http://klikbrc.klik-brc.com/index.php?option=com_content&view=article&id=100:operasiplastik-bolehkah&catid=19:artikel-kesehatan diakses tanggal 24-09-2013 pukul 09:15 WIB. 2 Ibid. 3 Http://Health.Liputan6.Com/Read/641740/Orang-Korea-Ingin-Punya-Wajah-Sama-DenganOperasi-Plastik diakses tanggal 24-09-2013 pukul 08: 50 WIB.
3
4
termasuk yang jelek,"4 Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa betapa bangganya orangtua di Seol yang dapat memberikan hadiah operasi plastik kepada anaknya agar terlihat cantik. Selain operasi untuk kecantikan dalam dunia kesehatan juga dikenal operasi untuk memperbaiki anggota tubuh yang mengalami cacat, seperti bibir sumbing, luka bakar, luka akibat kecelakaan, dan lain-lain. Operasi semacam ini dapat diartikan sebagai operasi untuk menyembuhkan dan bukan opersai untuk mempercantik diri. Sebagai contoh adalah operasi bibir sumbing yang dilakukan oleh Jalinan Kasih yang bekerja sama dengan Smile Train untuk menyelenggarakan kegiatan dengan tema "Senyum Indonesia" berupa operasi gratis sumbing bibir dan sumbing langit-langit bagi masyarakat tidak mampu.5 B. Hukum Operasi Plastik Dari pembahasan yang telah lalu dapat diketahui bahwa operasi plastik dapat digolongkan menjadi dua bagian. Operasi plastik yang bertujuan untuk mempercantik diri dan operasi plastik untuk pengobatan. Berikut akan penulis paparkan mengenai hukum kedua operasi plastik tersebut. 1. Operasi plastik untuk kecantikan Mungkin ada sebagian orang yang mengatakan bahwa tidak ada ruginya bagi Allah apabila kita mempercantik diri dengan melakukan operasi plastik, bahkan ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa Allah itu mencintai hal-hal yang indah, jadi tidak ada salahnya jika kita melakukan operasi plastik dengan tujuan memperindah atau mempercantik diri kita. Namun benarkan hal yang demikian itu dibolehkan dalam Islam?. Pada dasarnya segala sesuatu perbuatan yang kita lakukan hukumnya adalah boleh, sebagaimana kaidah fikih,
4
Ibid. Http://www.rcti.tv/jk diakses tanggal 24-09-2013 pukul 09:29 WIB
5
5
Artinya: “Hukum dasar segala yang ada itu dibolehkan sampai ada dalil yang menunjukan keharaman.”6 Islam membolehkan berhias atau mempercantik diri selama tidak berlebihlebihan, sampai menjerumus kepada sikap mengubah ciptaan Allah Swt. Sebab mengubah ciptaan Allah dipandang sebagai salah satu ajakan setan.7 Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 119 Allah Swt berfirman,
Artinya: “...Akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata."8 Pada dasarnya tatkala manusia dilahirkan, Allah telah memberi segala sesuatu yang ia butuhkan seperti mata untuk melihat, hidung untuk mencium, lidah untuk merasakan, telinga untuk mendengar, dan lain-lain. Walaupun ada beberapa yang Allah berikan cobaan terhadap dirinya lahir dalam keadaan yang kurang salah satu anggota tubuhnya. Alllah menciptakan semua makhluk ciptaannya termasuk manusia tidaklah dalam keadaan yang sempurna. Yang dimaksud dengan tidak sempurna ialah, sebagai contoh seorang lahir dengan hidung yang pesek, wajah yang kurang cantik dan sebagainya. Dari sekian banyak manusia tersebut, ada beberapa yang rasa syukurnya kurang, sehingga hidung pesek yang telah Allah berikan ia rubah agar terlihat mancung. Merubah agar terlihat mancung inilah yang tidak diperbolehkan dalam Agama Islam.
6
Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet I 2002, h. 135. Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Konteporer, Bandung: Percetakan Angkasa, cet I 2005, h. 127. 8 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2002, h. 89. 7
6
Allah Swt berfirman dalam sebuah hadis qudsi,
Artinya : “Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan lurus (fitrah) semuanya, kemudian setan mendatangi dan menggoda mereka sehingga tenggelam dalam kesesatan dan jauh dari agamanya, dan setan membuat mereka mengharamkan yang aku halalkan dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku yang tidak pernah Aku perintahkan, dan setan memerintah mereka untuk merubah ciptaan-Ku”. (H.R. Muslim)9 Hadis di atas adalah sebuah peringatan bagi kita semua agar tidak merubah ciptaan Allah dan mengharamkan hal-hal yang Allah halalkan, juga sebaliknya agar kita tidak menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan. Melakukan operasi untuk tujuan mempercantik diri adalah sebuah contoh menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. Sebab, itu termasuk dalam hal yang melampaui batas. Padahal Allah Swt sangat membenci orang-orang yang melampaui batas, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Maidah ayat 87,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.10
9
Imam Al-Qurthubi Tafsir Al-Qurthubi bagian I, alih bahasa Ahmad Khotib, cet I Jakarta Selatan: Pustaka Azam, 2009, h. 922. 10 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2002, h. 111.
7
Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa melakukan operasi plastik dengan bertujuan untuk mempercantik diri hukumnya adalah haram. Sebab itu termasuk halhal yang melampau batas. Keharaman seorang yang melakukan operasi plastik dengan tujuan mempercantik diri dapat kita qiyas-kan dengan keharaman seorang yang menyambung rambutnya agar terlihat cantik. Rasulullah Saw bersabda,
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Saw melaknat wanita yang menyambung rambut dan yang minta disambung rambutnya”. (H.R. Bukhari)11 Dari ayat dan beberapa hadis di atas telah jelaslah bahwa hukum bagi seorang yang melakukan operasi plastik dengan tujuan mempercantik diri adalah haram. 2.
Operasi plastik untuk pengobatan Operasi plastik untuk pengobatan berbeda halnya dengan operasi untuk
kecantikan, sebab seorang yang mengalami cacat akibat luka bakar, kecelakaan, atupun cacat bawaan dari lahir seperti bibir sumbing merupakan salah satu penyakit yang perlu diobati. Rasulullah Saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh bukhari dari Abu Hurairah r.a:
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Saw bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan menurunkan obat penyembuh untuknya.(H.R, Bukhari)12
11
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram, alih bahasa Abu Sa’id al-Falahi dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani, 2000, h. 99. 12 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, alih bahasa Amirudin, Jakarta Selatan: Pustaka Azam, Cet I 2008, h. 105.
8
Dan juga hadis yang diriwayatkan imam Tirmidzi
Artinya: “....Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya.”13 Dari dua hadis di atas dapat dipahami bahwa segala penyakit yang ada di dunia ini pasti ada obatnya. Timbul sebuah pertanyaan “Jika seseorang mengalami luka bakar sehingga menyebabkan wajahnya rusak dan tidak ada jalan lain untuk mengembalikan wajahnya seperti semula, bolehkah seseorang melakukan operasi plastik dengan bertujuan untuk mengembailkan bentuk wajahnya seperti semula? Menurut yusuf al-Qardhawi Islam membolehkan operasi terhadap bagian tubuh yang mengalami gangguan fungsional, baik karena bawaan lahir, maupun akibat kecelakaan. Sedangkan operasi plastik pada bagian tubuh yang tidak mengalami gangguan fungsional, hanya bentuknya kurang sempurna atau ingin diperindah, seperti hidung yang pesek kemudian dioperasi sehingga menjadi mancung, hukumnya haram.14 Penulis sangat setuju dengan pendapat al-Qardhawi yang membolehkan seorang melakukan operasi karena mengalami gangguan fungsional, baik karena bawaan lahir, maupun akibat kecelakaan. Berdasarkan sebuah kaidah fikih,
Artinya: “Menolak kemudaratan dan menarik kemaslahatan”.15 Sebuah cacat, baik cacat bawaan lahir maupun cacat akaibat terjadi kecelakkan seperti luka bakar merupakan sebuah kemudaratan. Sebab apabila ia tetap dalam keadaannya, dikhawatirkan ia akan mengeluh dan merasa tidak nyaman 13
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan At-Tirmidzi, alih bahasa Fachrurazi, Jakarta Selatan, cet I 2006, h. 592. 14 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Konteporer, h. 129. 15 Muchlis Usman, kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet III 1999, h. 144.
9
terhadap dirinya sendiri terlebih-lebih terhadap agamanya. Padahal dalam Islam seseorang itu wajib menjaga lima hal yakni memelihara agama (hifdzh al-din), memelihara jiwa (hifzh al-nafs), memelihara akal (hifzh al-‘aql), memelihara keturunan (hifzh al-nasl), dan memelihara harta (hifzh al-maal). Bahkan menurut penulis, apabila ia mempunyai kemauan dan kesanggupan untuk melakukan operasi agar anggota tubuhnya tersebut dapat kembali sebagaimana mestinya maka hukumnya adalah wajib. Wajibnya itu sama halnya dengan kewajiban seseorang untuk melakukan pernikahan apabila ia mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melakukan pernikahan dan dikhawatirkan apabila tidak dilaksanakan pernikahan tersebut akan tergelincir pada perbuatan zina.16 Hal ini berdasarkan sebuah kaidah fikih,
Artinya: “Kemudaratan harus dihilangkan”17 Orang yang mengalami cacat, baik bawaan sejak lahir atau cacat akibat kecelekaan adalah sebuah kemudaratan. Kemudaratan tersebut tidak dapat dihilangkan kecuali dengan jalan melakukan operasi. Oleh sebab itu operasi plastik dengan tujuan mengembailikan wajah sebagaimana asalnya hukumnya boleh sebagaimana kaidah fikih di atas yang menjelaskan bahwa sebuah kemudaratan harus dihilangkan. Dapat penulis tarik kesimpulan bahwa seorang yang mengalami cacat seperti bibir sumbing, luka bakar dan luka akibat kecelakaan merupakan sebuah cobaan yang Allah berikan kepadanya. Sehingga apa bila ia berkeinginan melakukan opesai plastik dengan tujukan untuk memperbaiki anggota tubuh yang cacat tersebut maka dibolehkan, sebab operasi yang demikian dapat diartikan dengan obat.
Bahkan
apabila ia mempunyai kemauan dan kemampuan, disamping dikhawatirkan akan
16
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2008, h. 19. Muchlis Usman, kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, h. 132.
17
10
mengganggu aspek kehidupan dan agamanya maka hukumnya dapat berubah menjadi wajib.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Operasi plastik atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang, lepas, atau rusak. Secara garis besar dalam dunia kedokteran operasi plastik dapat dibedakan menjadi dua bagian. Operasi plastik yang bertujuan untuk merubah penampilan agar terlihat lebih cantik atau tanpan, dan operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengobati bagian anggota tubuh yang mengalami cacat. Dalam Islam hukum melakukan operasi dapat dilihat dari segi maksud dan tujuannya. Apabila operasi yang dimaksudkan bertujuan agar terlihat cantik ataupun tanpan, maka operasi tersebut dapat dikatakan haram, sebab hal tersebut termasuk mempercantik diri dengan berlebihan sampai mengubah apa yang telah Allah ciptakan. Operasi plastik dapat dibenarkan dalam Islam apabila operasi tersebut bertujuan untuk memperbaiki fungsi salah satu anggota tubuh atau mengobati seseorang yang mengalami luka bakar agar bagian tubuh tersebut dapat kembali sebagaimana mestinya. B. Saran Demikianlah yang dapat penulis sajikan mengenai hukum operasi plastik. Namun, sebagai Mahasiswa yang mempunyai daya intelektual yang tinggi alangkah lebih baiknya apabila kita lebih banyak membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut yang mudah-mudahan diberikan kepahaman oleh Allah Swt sehingga kita tidak buta terhadap hukum Allah.
11
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Al-Bani, Muhammad Nashiruddin., Shahih Sunan At-Tirmidzi, alih bahasa Fachrurazi, Jakarta Selatan, cet I 2006. Al-Asqalani, Ibnu Hajar., Fathul Bari, alih bahasa
Amirudin, Jakarta Selatan:
Pustaka Azam, Cet I 2008. Al-Qardhawi, Yusuf., Halal dan Haram, alih bahasa Abu Sa’id al-Falahi dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani, 2000. Al-Qurthubi, Imam., Tafsir Al-Qurthubi bagian I, alih bahasa Ahmad Khotib, cet I Jakarta Selatan: Pustaka Azam, 2009. Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2002. Ghozali, Abdul Rahman., Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2008. Mubarok, Jaih., Kaidah Fiqh, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet I 2002 Syar’i, H. Ahmad dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, Palangka Raya: STAIN Palangka Raya Press, cet I 2007. Usman, Muchlis., kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet III 1999. Yanggo, Huzaimah Tahido., Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Konteporer, Bandung: Percetakan Angkasa, cet I 2005. B. Internet Http://klikbrc.klikbrc.com/index.php?option=com_content&view=article&id=100:op erasi-plastik-bolehkah&catid=19:artikel-kesehatan Http://Health.Liputan6.Com/Read/641740/Orang-Korea-Ingin-Punya-Wajah-SamaDengan-Operasi-Plastik Http://www.rcti.tv/jk