MAJELIS PERWAKILAN KELAS ( MPK ) SMA NEGERI 1 SRAGEN Jalan Perintis Kemerdekaan 16 Telp. ( 0271 ) 891096 Sragen
Naskah Puisi Lomba Seni Antar Pelajar Tingkat SMP/MTs Se-Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2017 Puisi Wajib Kembalikan Indonesia Padaku (Taufik Ismail)
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam 1
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan Indonesia padaku
2
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Puisi Pilihan Membaca Tanda-tanda (Taufik Ismail) Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas tapi kita kini mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari
Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru
Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu 3
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda?
Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani api dan batu Allah Ampunilah dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya. 4
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Doa orang lapar (ws. Rendra)
Kelaparan adalah burung gagak yang licik dan hitam jutaan burung-burung gagak bagai awan yang hitam
Allah ! burung gagak menakutkan dan kelaparan adalah burung gagak selalu menakutkan kelaparan adalah pemberontakan adalah penggerak gaib dari pisau-pisau pembunuhan yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang di bawah wajah laut yang tidur adalah mata air penipuan adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu melihat bagaimana tangannya sendiri 5
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan kelaparan adalah iblis kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Allah ! kelaparan adalah tangan-tangan hitam yang memasukkan segenggam tawas ke dalam perut para miskin
Allah ! kami berlutut mata kami adalah mata Mu ini juga mulut Mu ini juga hati Mu dan ini juga perut Mu perut Mu lapar, ya Allah perut Mu menggenggam tawas dan pecahan-pecahan gelas kaca
Allah ! betapa indahnya sepiring nasi panas semangkuk sop dan segelas kopi hitam
6
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Allah ! kelaparan adalah burung gagak jutaan burung gagak bagai awan yang hitam menghalang pandangku ke sorga Mu
7
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Tanah air mata (Sutardji Calzoum Bachri)
Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami 8
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata
9
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Blues untuk Bonnie
Kota Bostron lusuh dan layu kerna angin santer, udara jelek, dan malam larut yang celaka. Di dalam café itu seorang penyanyi Negro tua bergitar dan bernyanyi. Hampir-hampir tanpa penonton. Cuma tujuh pasang laki dan wanita berdusta dan bercintaan di dalam gelap mengepulkan asap rokok kelabu, seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.
Ia bernyanyi. Suaranya dalam. Lagu dan kata ia kawinkan Lagu beranak seratus makna. Georgia. Georgia yang jauh. Di sana gubug-gubug kaum Negro. Atap-atap yang bocor. Cacing tanah dan pellagra Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.
10
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Orang-orang berhenti bicara. Dalam café tak ada suara. Kecuali angin menggetarkan kaca jendela. Georgia. Dengan mata terpejam si Negro menegur sepi. Dan sepi menjawab dengan sebuah tendangan jitu tepat di perutnya.
Maka dalam blingsatan ia bertingkah bagai gorilla. Gorilla tua yang bongkok meraung-raung. Sembari jari-jari galak di gitarnya mencakar dan mencakar menggaruki rasa gatal di sukmanya.
Georgia. Tak ada lagi tamu baru. Udara di luar jekut. Anginnya tambah santer. Dan di hotel menunggu ranjang yang dingin. 11
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Serentak dilihat muka majikan café jadi kecut lantaran malam yang bangkrut Negro itu menengadah. Lehernya tegang. Matanya kering dan merah menatap ke surga. Dan surga. melemparkan sebuah jala yang menyergap tubuhnya
Bagai ikan hitam ia menggelepar dalam jala Jumpalitan dan sia-sia. Marah terhina dan sia-sia.
Angin bertalu-talu di alun-alun Boston. Bersuit-suit di menara gereja-gereja. Sehingga malam koyak moyak. Si Negro menghentakkan kakinya Menyanyikan kutuk dan serapah. Giginya putih berkilatan 12
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
meringis dalam dendam. Bagai batu lumutan wajahnya kotor, basah dan tua
Maka waktu bagaikan air bah melanda sukmanya yang lelah. Sedang di tengah-tengah itu semua ia rasakan sentakan yang hebat pada kakinya. Kaget hampir-hampir tak percaya ia merasa encok yang pertama menyerang lututnya.
Menuruti adat pertunjukan dengan kalem ia menahan kaget. Pelan-pelan duduk di kursi Seperti guci retak di toko tukang loak. Baru setelah menarik napas panjang ia kembali bernyanyi.
Georgia. 13
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya. Istrinya masih di sana setia tapi merana Anak-anak Negro bermain di selokan tak krasan sekolah. Yang tua-tua jadi pemabuk dan pembual banyak hutangnya. Dan di hari Minggu mereka pergi ke gereja yang khusus untuk Negro Di sana bernyanyi terpesona pada harapan akherat kerna di dunia mereka tak berdaya.
Georgia. Lumpur yang lekat di sepatu. Gubug-gubug yang kurang jendela. Duka dan dunia sama-sama telah tua Sorga dan neraka keduanya usang pula. Dan Georgia? Ya, Tuhan Setelah begitu jauh melarikan diri, masih juga Georgia menguntitnya 14
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
Selamat Pagi Indonesia (Sapardi Djoko Damono)
selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah, di mata para perempuan yang sabar, di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan, merubuhkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman 15
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen
yang megah, biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perempuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil; terasa benar : aku tak lain milikmu
16
Naskah puisi| MPK SMA N 1 Sragen