KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR SISTEM SUNGAI ALOPOHU KABUPATEN GORONTALO PROPINSI GORONTALO Bayu Akbar Krisnamukti Handanaputra1, Heri Suprijanto2, Dian Sisinggih2 1 Mahasiswa Teknik Pengairan, 2 Dosen Teknik Pengairan
[email protected], - ,
[email protected]
ABSTRAK Skripsi ini bertujuan untuk merencanakan bangunan pengendali banjir sepanjang sistem Sungai Alopohu yang diharapkan nantinya dapat mengurangi kerugian akibat banjir yang terjadi di aliran Sungai Alopohu. Adapun manfaatnya adalah diperolehnya suatu usaha penanggulangan banjir yang bisa mengurangi dampak negatif banjir sungai tersebut terhadap wilayah studi khususnya dampak negatif terhadap masyarakat setempat.. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui daerah yang mengalami banjir yaitu Sungai Alopohu, Pohu dan Reksonegoro. Maka direncanakan tanggul pada Sungai Reksonegoro dengan tinggi bervariasi antara 1-2,8 meter dan kemiringan lereng 1:1,5. Pada Sungai Pohu tanggul direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,5 meter dan kemiringan lereng 1:1,5. Pada Sungai Alopohu tanggul direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-4 meter dan kemiringan lereng 1:1,5. Setelah dilakukan upaya pengendalian banjir seperti pembuatan tanggul, maka kapasitas tampungan Sungai Reksonegoro, Pohu, dan Alopohu mampu menampung debit banjir rancangan sampai dengan kala ulang 25 tahun. Untuk analisis stabilitas lereng tanggul di software GeoStudio 2007 digunakan dengan metode Bishop. Dari analisa tersebut didapatkan angka keamanan yang memenuhi persyaratan teknis untuk keamanan tubuh tanggul. Kata kunci : Sistem Sungai Alopohu, Gorontalo, HEC-RAS 4.1.0, stabilitas lereng. ABSTRACT This study aims to design flood control buildings along Alopohu River System in order to minimize losses due to floods. As for the benefit from the study is to obtain a flood mitigation that minimizes the negative impacts of the floods within the study area, particularly negative impact on local communities. Based on HEC-RAS analysis, some existing cross sections was overflowed on Alopohu, Pohu dan Reksonegoro Rivers. The Embankment is chosen to prevent the overflow, with the height varies between 1-2,8 metres on Reksonegoro River, 1-2,5 metres on Pohu River, and 1-4 metres on Alopohu River. The embankment slope factor is designed on 1:1. Based on river simulation in HEC-RAS after the embankment is designed, it was found that the storage capacity of Reksonegoro, Pohu, dan Alopohu River were able to accomodate the designed flood discharge until Q25. SLOPE/W GeoStudio 2007 was used for embankment slope stability analysis with Bishop method to find the safety factors that meet the technical requirements for embankment construction safety. Keywords : Alopohu River System, Gorontalo, HEC-RAS 4.1.0, Slope stability.
1
berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi dimasa lampau melalui pencatatan curah hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder, ARR). Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan (mm/jam), yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam. Intensitas curah hujan secara teoritis menurut Mononobe dapat dirumuskan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1980: 40)
1. PENDAHULUAN Sungai Alopohu terletak di Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo. Banjir yang sering terjadi di Sungai Alopohu merupakan salah satu dampak yang terjadi akibat kerusakan yang terjadi morfologi Sungai Alopohu. Jika hujan turun cukup deras maka aliran sungai ini bisa meluap dan membanjiri atau menggenangi daerah yang terdapat di sekitar sungai tersebut.
2
R t 3 Rt 24 . t T dengan: Rt = intensitas curah hujan dalam T jam (mm/jam) R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari (mm/hari) T = waktu hujan dari awal sampai jam ke T (jam) t = waktu konsentrasi hujan (jam)
Gambar 1. Lokasi Daerah Studi
a. Koefisien Pengaliran Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Berdasarkan analisa tata guna lahan pada daerah aliran sungai tersebut, maka koefisien pengaliran didapatkan sebesar 0,70.
Mengingat arti penting dari daerah yang akan dilindungi tersebut dan maka perlu dilakukan studi dan perencanaan teknis penanggulangan banjir yang disebabkan oleh sungai-sungai tersebut. Alur Sistem Sungai Alopohu yang dimaksud dalam studi ini adalah alur-alur sungai yang bermuara ke Sungai Alopohu yang terdiri dari Sungai Alo, Pulubala, Reksonegoro, dan Pohu. Tujuan dari studi ini adalah merencanakan bangunan pengendali banjir yang diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat banjir yang terjadi di aliran Sungai Alopohu. Adapun manfaatnya adalah dapat diperolehnya suatu usaha penanggulangan banjir yang bisa mengurangi dampak negatif banjir sungai tersebut terhadap wilayah studi dan masyarakat setempat.
b. Hidrograf Banjir Rancangan Satuan Sintetik Nakayasu Untuk memperkirakan debit banjir yang akan terjadi dapat dilakukan analisis Rainfall (Runoff Model) dengan metode HSSNakayasu. Persamaan umum Hidrograf Satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut (Soemarto,1987): A * Ro QP 3,6 * (0,3 * TP T0.3 ) dengan: QP = debit puncak banjir (m3/det), R0 = hujan satuan (mm), TP = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam), T0,3 = waktu yang diperlukan dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak.
2. KAJIAN PUSTAKA Analisa Debit Banjir Rancangan Dalam menentukan debit banjir rancangan, perlu didapatkan harga suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut 2
Qk=U1Ri+U2Ri-1+U3Ri-2+…+UnRi-n+1+Bf dengan : Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k Un = Ordinat hidrograf satuan Ri = Hujan netto (efektif) pada jam ke I Bf = Aliran dasar (base flow)
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai persamaan: t Qa QP TP
2.4
dengan: Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dtk), T = waktu, Qp = debit puncak (m3/dtk).
Analisa Hidrolika Analisa hidrolika diperlukan untuk mengetahui karakteristik maupun profil muka air yang terjadi di saluran rencana pada daerah studi. HEC RAS 4.1 digunakan untuk mempermudah menghitung profil muka air, kecepatan aliran air, maupun bilangan Froude dalam studi ini. Hasil analisa HEC RAS ini dapat digunakan untuk mengetahui daerah yang kapasitas debit atau alirannya terlimpas sehingga terjadi banjir.
Bagian lengkung turun (decreasing limb) Untuk, Qd > 0,3 Qp t TP T0.3
Qd QP 0,3 Untuk, 0,3.Qp > Qd > 0,32Qp t TP 0, 5T0.3 1, 5T0.3
Qd QP 0,3 Untuk, 0,32Qp > Qd t TP 1.5T0.3 2T0.3
Qd QP 0,3 T0.3 = . Tg dengan ketentuan: - untuk daerah pengaliran biasa = 2, - untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5 - untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3.
Tanggul Tanggul merupakan bangunan yang berada diantara aliran sungai yang bertujuan untuk menahan aliran air sungai agar tidak menuju ke wilayah permukiman ataupun lahan yang tidak memerlukan pengaliran air sungai. Dalam hal ini tanggul berfungsi menjaga lingkungan dari limpasan air sungai yang melebihi aliran normal.
Tenggang waktu, Tp = tg + 0,8 tr Untuk: L < 15 km tg = 0,21 L0.7 L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L dengan: L = panjang sungai (km), Tg = waktu konsentrasi (jam), tr = 0,5 tg sampai tg.
Tabel 1. Ketentuan tinggi jagaan dan lebar standar tanggul. No 1 2 3 4 5 6
Debit Banjir Rancangan Jagaan Lebar Mercu (m) (m) (m3/dt) Kurang dari 200 0.6 3 200 - 500 0.8 3 500 - 2000 1 4 2000 - 5000 1.2 5 5000 - 10000 1.5 6 10000 atau lebih 2 7
Sumber : Sosrodarsono, Suyono, 1985:87
Bahan yang sangat cocok untuk pembangunan tanggul adalah tanah dengan karakteristika sebagai berikut (Sosrodarsono, Suyono, 1985: 90) : - Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala gelincir dan longsor. - Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor. - Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah. - Tidak terjadi retak yang membahayakan kestabilan tubuh tanggul.
Dari hasil perhitungan hidrograf satuan akan didapat suatu bentuk satuan hidrograf yang mendekati dengan sifat aliran banjir sungai yang ada, yang selanjutnya hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat dihitung dengan mempergunakan persamaanpersamaan yang ada pada salah satu metode yang sesuai tersebut di atas. Hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Harto, 1993). 3
- Bebas dari bahan-bahan organis, seperti akar-akaran, pohon-pohonan dan rumputrumputan.
3. DATA DAN ANALISA Data Pendukung Kajian Dalam penanganan masalah banjir diperlukan beberapa data-data sekunder yang meliputi: 1. Peta Daerah Aliran Sungai Alopohu 2. Peta Daerah Aliran Sungai Alopohu dan peta lokasi pengukuran yang digunakan dalam kajian ini diperoleh Proyek Pengukuran Sungai Alopohu. 3. Data Curah Hujan 4. Stasiun hujan yang digunakan dalam kajian ini adalah Stasiun Jalaludin. Stasiun Alo Isimu dan Stasiun Pohu Bongomeme tahun 1995-2009. 5. Data Pengukuran Penampang Sungai 6. Data penampang memanjang dan melintang sungai sepanjang 90.2 Km.
Stabilitas Tanggul a. Formasi Garis Depresi Bila tedapat aliran rembesan di dalam tubuh tanggul, maka untuk menganalisa aliran rembesan diperlukan suatu formasi garis depresi dengan menggunakan metode Casagrande. (Sosrodarsono, 1981 :156)
Gambar 2. Garis depresi pada bendungan homogen (sesuai dengan garis parabola) Sumber : Sosrodarsono, 1977:156
Metodologi Adapun langkah-langkah penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut:
b. Analisa Stabilitas Lereng Tanggul Analisa Stabilitas Lereng Tanggul pada studi ini menggunakan program SLOPE/W Geostudio 2007 dengan metode Bishop. Metode Bishop memperkenalkan suatu penyelesaian yang lebih teliti daripada metode irisan yang sederhana. Dalam metode ini, pengaruh gaya - gaya pada sisi tepi tiap irisan diperhitungkan.
Mulai
Data Topografi, Luas DAS, Tata Guna Lahan
Data Hujan Stasiun
Curah Hujan Rerata Daerah
Data Karakteristik Sungai & Geologi
Analisa Profil Aliran Kondisi Eksisting dg Q Rencana (Q25th)
Curah Hujan Rancangan Distribusi Lainnya
Alternatif Kapasitas Tidak Pengendalian Sungai Banjir Mencukupi Ya
Uji Tidak
Frekuensi Ya Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu
Analisa Profil Aliran Kondisi Rencana Tidak Kapasitas Sungai Rencana Ya
Debit Banjir Rancangan Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 4. Diagram alir pengerjaan studi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Curah Hujan Rancangan Untuk perhitungan curah hujan rancangan dipakai metode Log Pearson Type III, dengan alasan bahwa metode ini dapat dipakai untuk semua macam sebaran satu atau tidak ada ketentuan mengenai besarnya harga parameter statistik, yaitu Cs dan Ck.
Gambar 3. Metode irisan Bishop yang disederhanakan: (a) Gaya - gaya yang bekerja pada irisan nomor n, (b) Poligon gaya untuk keseimbangan. Sumber : Das, BM, 1994:191
4
Perhitungan curah hujan rancangan Stasiun Hujan Jalaluddin selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Rekapitulasi Debit Rancangan HSS Nakayasu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel 2. Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III Kala Ulang Tr (tahun)
CH Rancangan Xt (mm)
2 5 10 25 50 100 Sumber : Hasil Perhitungan
83.16 101.68 114.02 129.73 141.58 153.59
Sungai
2 Alo Hulu 234.9 Alo Hilir 256.7 Pulubala hulu 34.4 Pulubala Hilir 42.2 Alo 1 Hilir 245.1 Reksonegoro Hulu 95.3 Reksonegoro Inflow 1 23.8 Reksonegoro Inflow 2 36.9 Reksonegoro Hilir 109.6 Alo 2 Hilir 260.3 Pohu Hulu 163.7 Pohu Hilir 170.0 Alopohu Inflow 5.8
5 283.9 310.6 41.3 50.7 296.1 115.0 28.6 44.7 132.2 314.0 197.6 205.2 6.9
Debit 10 25 316.6 358.1 346.4 392.1 45.9 51.7 56.4 63.7 330.1 373.4 128.2 145.0 31.9 36.0 49.9 56.4 147.3 166.5 349.9 395.5 220.1 248.9 228.7 258.6 7.7 8.7
Banjir 50 389.5 426.6 56.1 69.1 406.1 157.6 39.1 61.4 181.0 429.9 270.6 281.2 9.4
100 421.3 461.5 60.6 74.7 439.2 170.4 42.2 66.5 195.6 464.8 292.5 304.0 10.1
Sumber : Hasil Perhitungan
Hasil Running HEC-RAS Dari hasil running HEC-RAS dapat diketahui diketahui sungai yang mengalami banjir adalah Sungai Reksonegoro, Sungai Pohu dan Sungai Alopohu. Dengan debit kala ulang 25 tahun, hampir di sepanjang penampang aliran sungai Reksonegoro, Pohu, dan Alopohu terjadi luapan. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gambar 6 di mana kapasitas sungai sudah tidak mampu lagi menampung debit banjir dengan kala ulang tersebut.
Perhitungan Debit Banjir Rancangan Sistem Sungai Alopohu terdiri dari beberapa sungai yang bertemu di Sungai Alopohu dan akhirnya bermuara di Danau Limboto. Skema sungai di bawah ini menggambarkan berbagai variasi jangkauan sungai yang saling berhubungan. Pada program HEC-RAS, skema sistem sungai merupakan data awal yang dibutuhkan sebelum data lain dimasukkan.
22 17 7 14
Pulubala
50 47 44 39
23 20 Alo 1 17 15 13 10 11 Alo 2 5 47 9 46 50 4 44 2 43 7 41 12
Reksonegoro
31
17 22
14 16 20 22
Legend
41 39 35 Alo 32 29 26
25 24
Pohu
25
WS Q25th Ground Bank Sta
37 36 34 32 31 29
28 30 32 36 39
Alopohu 27 25 22 20 18 16 14 12 10 8
: Daerah Limpasan Banjir
Gambar 5. Skema Sistem Sungai Alopohu
Gambar 6. Daerah Banjir Sungai Alopohu
Sumber : Analisis HEC-RAS
Sumber : Analisis HEC-RAS
Untuk menentukan besarnya debit banjir rancangan yang akan dijadikan masukan pada program HEC-RAS digunakan metode Nakayasu, rekapitulasi debit banjir rancangan HSS Nakayasu untuk tiap sungai dijelaskan pada Tabel 3 berikut ini:
5
6
pada
Sistem
Rksonegoro S Reksonegoro Legend
28
WS Q25th
36
LOB
24
ROB
22
Ground
30 28
LOB
26
ROB
24 22
20 18
WS Q25th
32
Ground
26
Legend
34
Elevation (m)
Elevation (m)
Alo Sungai Alo 30
20 0
200
400
600
800
18
1000
0
1000
Main Channel Distance (m)
2000
Sumber : Analisis HEC-RAS
Sumber : Analisis HEC-RAS Pohu Sungai Pohu
30
Legend
30
Legend
28
WS Q25th
28
WS Q25th
Elevation (m)
Elevation (m)
5000
Gambar 11. Profil muka air Sungai Reksonegoro dengan Q25th
Ground
26
LOB
24
ROB
22 20 18
Ground
26
LOB
24
ROB
22 20
0
200
400
600
800
18
1000 1200 1400 1600 1800
0
500
Main Channel Distance (m)
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
Gambar 8. Profil muka air Sungai Alo 1 dengan Q25th
Gambar 12. Profil muka air Sungai Pohu dengan Q25th
Sumber : Analisis HEC-RAS
Sumber : Analisis HEC-RAS
Alo S Alo2
Alopohu S Alopohu
28
20
Legend
26
WS Q25th
LOB
22
ROB
20
Ground
14 12
LOB
10
ROB
8 6
18 16
WS Q25th
16
Ground
24
Legend
18
Elevation (m)
Elevation (m)
4000
Gambar 7. Profil muka air Sungai Alo dengan Q25th Alo S Alo1
4 0
100
200
300
400
500
600
700
2
800
Main Channel Distance (m)
0
1000
2000
3000
4000
5000
Main Channel Distance (m)
Gambar 9. Profil muka air Sungai Alo 2 dengan Q25th
Gambar 13. Profil muka air Sungai Alopohu dengan Q25th
Sumber : Analisis HEC-RAS
Sumber : Analisis HEC-RAS
Perencanaan Tanggul Sebelum merencanakan tanggul terlebih dahulu harus diperhatikan dengan teliti situasi sungai, sehingga dalam perencanaan pembuatan tanggul terutama penempatan tanggul akan sesuai dengan situasi sungai sesungguhnya dan juga tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Pulubala S Pulubala
Elevation (m)
3000
Main Channel Distance (m)
30
Legend
28
WS Q25th Ground
26
LOB
24
ROB
22 20 18
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Main Channel Distance (m)
Gambar 10. Profil muka air Sungai Pulubala dengan Q25th
Kondisi Sungai Setelah Direncanakan Tanggul Setelah direncanakan Tanggul di bagianbagian yang mengalami luapan Sungai Reksonegoro, Sungai Pohu dan Sungai Alopohu, dapat diketahui bahwa kapasitas
Sumber : Analisis HEC-RAS
6
tampungan sungai mencukupi untuk aliran debit rancangan dengan kala ulang 25 tahun. .022
.022
Stabilitas Tanggul Sungai Alopohu Patok 20 (Tanpa Gempa) No Kondisi SF SF Kritis Keterangan 1 Hulu Kosong 1.5 3.332 Aman 2 Hulu Banjir 1.5 3.271 Aman 3 Hilir Kosong 1.5 3.185 Aman 4 Hilir Banjir 1.5 3.022 Aman Stabilitas Tanggul Sungai Alopohu Patok 20 (Gempa) No Kondisi SF SF Kritis Keterangan 1 Hulu Kosong 1.2 2.552 Aman 2 Hulu Banjir 1.2 2.297 Aman 3 Hilir Kosong 1.2 2.573 Aman 4 Hilir Banjir 1.2 2.461 Aman
.022
28
Legend
27
Elevation (m)
Tabel 5. Rekapitulasi Safety Factor Tanggul Rencana
WS Q25th
26
Ground
25
Levee
24
Bank Sta
23 22 21
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Station (m)
Gambar 13. Kondisi Sungai Reksonegoro setelah dibangun tanggul pada patok 10 Sumber : Analisis HEC-RAS .022
.022
.022
26
Legend
Elevation (m)
25
Sumber : Analisis Slope W - GeoStudio 2007
WS Q25th
24
Ground
23
Levee
22
Bank Sta
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada kondisi eksisting banyak penampang Sistem Sungai Alopohu terutama pada daerah hilir sudah tidak dapat menampung debit banjir yang terjadi sehingga diperlukan upaya perbaikan untuk mengendalikan luapan air sungai yang akan mengakibatkan banjir. Untuk perencanaan digunakan debit dengan kala ulang 25 tahun. pada debit ini patok di yang mengalami luapan akibat tidak mampunya menampung debit yaitu: a. Sungai Reksonegoro Patok P.1 sampai P.25, P.27, P.29, P.31 sampai P.37,5 b. Sungai Pohu P1 sampai P.24,5 c. Sungai Alopohu Patok P.11 sampai P.17, P.19, P.20, P.22 sampai P.35, P.36 sampai P.45, dan P.49 2. Berdasarkan analisa awal, perencanaan Tanggul direncanakan: a. Pada Sungai Reksonegoro untuk pembuatan tanggul kiri direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,6 meter dan kemiringan talud 1:1,5. Tanggul tertinggi terletak pada patok P.14 dengan tinggi 2,6 meter. Untuk pembuatan tanggul kanan direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,8 meter dan kemiringan talud 1:1,5. Tanggul tertinggi terletak pada patok P.10 dengan tinggi 2,8 meter b. Pada Sungai Pohu untuk pembuatan tanggul kiri direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,5 meter dan
21 20 19
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Station (m)
Gambar 14. Kondisi Sungai Pohu setelah dibangun tanggul pada patok 13 Sumber : Analisis HEC-RAS
Elevation (m)
.022
.022
.022
16
Legend
14
WS Q25th Ground
12
Levee
10
Bank Sta
8 6
0
20
40
60
80
100
120
Station (m)
Gambar 15. Kondisi Sungai Alopohu setelah dibangun tanggul pada patok 20 Sumber : Analisis HEC-RAS
Stabilitas Lereng Tanggul Rencana Beriku perhitungan stabilitas lereng tanggul dengan menggunakan program GeoStudio 2007 yang dalam perhitungannya menggunakan metode Bishop untuk material timbunan tanah homogen dengan parameter tanah seperti yang tersaji dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Parameter Material Tanggul Pohu
Timbunan
No Parameter Material Timbunan 1 g sat 1.929 g/cm³ = 18.918 2 g dry 1.492 g/cm³ = 14.632 3 C 0.321 kg/cm² = 31.479 4 ᶲ 17⁰50'18" ⁰ = 17.8 Sumber : Data Mekanika Tanah
kN/m³ kN/m³ kPa ⁰
Berikut ini ini disajikan rekapitulasi Safety Factor Tanggul Rencana stabilitas pada tanggul pada pada kondisi kosong, banjir, gempa, dan tanpa gempa: 7
kemiringan talud 1:1,5. Tanggul tertinggi terletak pada patok P.13 dengan tinggi 2,5 meter. Untuk pembuatan tanggul kanan direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,5 meter dan kemiringan talud 1:1,5. Tanggul tertinggi terletak pada patok P.13 dengan tinggi 2,5 meter c. Pada Sungai Alopohu untuk pembuatan tanggul kiri direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-3,5 meter dan kemiringan talud 1:1,5. Tanggul tertinggi terletak pada patok P.40 dengan tinggi 3,5 meter. Untuk pembuatan tanggul kanan direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-4 meter dan kemiringan talud 1:1,5. Tinggi tanggul tertinggi terletak pada patok P.20 dengan tinggi 4 meter. 3. Setelah dilakukan upaya pengendalian banjir seperti pembuatan tanggul, maka kapasitas tampungan dari Sungai Reksonegoro, Pohu, dan Alopohu mampu menampung debit sampai dengan kala ulang 25 tahun.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Hydraulic Reference Manual HEC-RAS 4.1.0. California: U.S. Army Corps of Engineers. Chow, Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga. Das, Braja M . 1994. Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga. Harto Br, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Penerbit Gramedia. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Sosrodarsono, Suyono dan K. Takeda. 1977. Bendungan Type Urugan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Sosrodarsono, S. dan M. Tominaga. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
8
LEMBAR PERSETUJUAN KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR SISTEM SUNGAI ALOPOHU KABUPATEN GORONTALO PROPINSI GORONTALO
JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh :
BAYU AKBAR KRISNAMUKTI HANDANAPUTRA NIM. 0710643020 Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Heri Suprijanto, MS. NIP. 19590625 198503 1 003
Dian Sisinggih, ST., MT., PhD. NIP. 19701119 199512 1 001
KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR SISTEM SUNGAI ALOPOHU KABUPATEN GORONTALO PROPINSI GORONTALO
JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh :
BAYU AKBAR KRISNAMUKTI HANDANAPUTRA NIM. 0710643020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014