Mahasiswa Magister Keperawatan UNAIR ‘Sharing’ Ilmu untuk Perawat RSJ Menur UNAIR NEWS –
Mahasiswa program studi Magister Keperawatan
minat jiwa Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga kembali melaksanakan pengabdian masyarakat, Selasa (20/12). Pengmas kali kedua ini dengan berbagi ilmu dalam bentuk Seminar Keperawatan untuk perawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Surabaya. Pengmas sebelumnya perawat RS PHC Surabaya (24/11) lalu.
dilaksanakan
kepada
Seminar ini dibuka oleh Kabid Keperawatan RSJ Menur, Adi Suwito, S.Kep., Ners., S.Psi., yang juga dihadiri oleh Kepala Program Studi Magister Keperawatan FKp UNAIR, Dr. Tintin Sukartini, SKp., M.Kes. Dalam seminar bertema “Peran Perawat Jiwa pada Lansia untuk Hari Tua yang Sejahtera” ini tampil tiga mahasiswa program magister sebagai pembicara yaitu Rustafariningsih, S.Kep., Ners, Henry Wiyono, S.Kep., Ners., dan Sri Widyowati, S.Kep., Ners. Kepala program studi Magister Keperawatan FKp UNAIR, Dr. Tintin Sukartini, SKp., M.Kes, dalam sambutannya memberikan apreasiasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa S2 minat keperawatan jiwa ini. Pasalnya, dalam satu semester ini sudah dua kegiatan yang relatif besar berhasil dilaksanakan. Ketika di RS PHC mahasiswa melatih perawat disana untuk meningkatkan Caring Perawat Melalui Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Psikososial pada Penyakit Kronis di Rumah Sakit. “Ini luar biasa. Padahal peminatnya hanya 19 orang mahasiswa, tetapi dalam satu semester ini sudah dua kegiatan seminar besar yang bisa dilaksanakan,” kata Dr. Tintin, dosen bidang medical bedah FKp UNAIR ini.
PERAWAT RSJ Menur peserta seminar yang disampaikan mahasiswa minat Jiwa Program Magister Keperawatan UNAIR. (Foto: Bambang Bes) Selaku Kaprodi Program Magister, Dr. Tintin berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti hanya karena suatu kewajiban sebagai mahasiswa yang harus melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi setelah lulus nanti hendaknya juga terus melaksanakan pengabdian untuk masyarakat di sekitarnya. Sedangkan Kabid Keperawatan RSJ Menur, Adi Suwito, dalam sambutannya menyatakan terima kasih dengan sharing ilmu dalam seminar ini, sebab dengan acara ini setidaknya para perawat di instansinya ini dapat tambahan ilmu. Ini sangat berharga, katanya, sebab sebagian besar perawat di sini sudah tidak sekolah, dan hanya bekerja saja. ”Teman-teman ini memperoleh tambahan ilmu kalau ada seminar atau mengikuti seminar seperti sekarang ini, karena itu kami berterima kasih sekali kepada mahasiswa UNAIR yang berkontribusi turut menambah pengetahuan, skill, dan mengupdate wawasan terkini sebagai bekal dalam bekerja teman-teman
disini,” kata Adi Suwito. (*) Penulis: Bambang Bes
Memaknai Adegan Absurd Teater Gapus “Ternyata, hari ini sudah tidak ada matahari!” Demikian kalimat pembuka yang dilantangkan salah seorang aktor dalam pementasan Teater Gapus, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, berjudul “Kalamambung”. Kalamambung dibuka dengan musik dramatis yang menggema. Diikuti sorot lampu kemerahan lantas menampakkan sesosok aktor yang berperan sebagai Waktu. Waktu bergerak menyesuaikan tempo musik menuju sebuah properti berbentuk piramida dan kapal. Tak lama, dua aktor lain muncul dari dalam buntalan kain yang sebelumnya digelindingkan Waktu. Kedua aktor mengisi ruang-ruang kosong panggung dengan berbagai mimik dan gestur disertai dialog berat dan filosofis. Sepanjang cerita, penonton disuguhi dengan adegan-adegan absurd. Cerita dimulai ketika aktor satu memperagakan adegan menelepon menggunakan bata, memakan roti berbentuk bata, menggumam pada diri sendiri, sampai pada adegan klimaks di mana aktor dua menghancurkan tumpukan bata dan akhirnya menggelepar. “Kalamambung” diakhiri dengan dialog antara aktor satu dan dua diikuti gerakan serta tarian sebelum lampu padam dan musik berhenti. “Pertunjukan Kalamambung di sini dimaksudkan sebagai sebuah keadaan di mana manusia terlahap oleh waktu, maka manusia boleh memilih antara menjadi budak atau mati. Properti
piramida yang berujung lancip di atas panggung diartikan sebagai konsep ketuhanan, sedangkan perahu adalah waktu yang terus bergulir,” tutur Yusniar selaku sutradara dari Kalamambung.
“Perjamuan” absurd Tak kalah dari pentas pertama, Gapus menyuguhkan pentas absurd kedua bertajuk “Perjamuan” yang hanya mengandalkan properti sederhana perabotan seperti kursi dan meja lengkap dengan hidangan makanan seperti gambaran suasana pesta. Pertunjukan dibuka oleh tiga aktor bernama Doh, Kuh, dan Lah yang saling bergandengan di bawah sorot lampu merah temaram. Ketiganya melakukan tarian sederhana tanpa melepaskan pegangan tangan satu sama lain. Adegan selanjutnya menunjukkan keadaan pesta. Ketiga aktor sedang berembuk tentang bencana yang dilihat Lah melalui mimpi. Doh dan Kuh tidak percaya dan berusaha menghentikan omong kosong Lah yang mulai merusak kesenangan pesta.
Lah secara tiba-tiba menggeser tempat duduk dari lingkar pesta, lalu lampu padam dengan cepat. Perlahan, sorot lampu muncul dan menampakkan ketiga aktor memperagakan ketakutan dan kesakitan melalui bermacam-macam gestur. Selanjutnya, Doh dan Kuh menyerbu Lah sampai mati. Pertunjukan diakhiri dengan adegan Doh dan Kuh yang menggotong Lah di atas pundak menuju meja perjamuan sebelum lampu perlahan meredup dan padam. Sama seperti “Kalamambung”, “Perjamuan” lebih menitikberatkan alur pertunjukan yang absurd. Obrolan-obrolan serta gestur yang ditampilkan kedua pertunjukan ini memerlukan pemaknaan lebih mendalam. Teater Gapus sendiri dikenal sebagai komunitas teater yang lebih menonjolkan pertunjukan surealis daripada realis, sehingga tidak heran bila pementasan ke-118 dan 119 ini memiliki alur yang melampaui batas-batas konvensional panggung realis. “Respon pertama bagi orang awam adalah takjub. Tapi ketika ditanya tentang makna secara keseluruhan, nihil. Mereka yang memang bukan orang teater akan kesulitan mengartikan. Namun beginilah Gapus, tetap berpegang pada pendirian, lebih banyak menyuguhkan pertunjukan secara non-realis,” pungkas Riswan selaku sutradara “Perjamuan” sekaligus Kepala Rumah Tangga Teater Gapus. Kedua pementasan itu diselenggarakan di Ruang Siti Parwati FIB UNAIR, Sabtu (17/12). Pementasan itu menandai Hari Jadi Teater Gapus ke-27. Penulis: Lovita Martafabella Editor: Defrina Sukma S
Sempat Tak Direstui Kuliah, Zumrotus Sholikhah Wisudawan Terbaik Psikologi UNAIR NEWS – Karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini. Salah satu pembentukan karakter itu ada pada iklim sekolah. Topik inilah yang kemudian diteliti oleh Zumrotus Sholikhah, yang kemudian terpilih sebagai wisudawan terbaik tingkat sarjana Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, periode wisuda Desember 2016. Penelitian untuk skripsi itu untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku antisosial pada anak-anak. Persepsi terhadap iklim sekolah yang dimaksud adalah pandangan atau penilaian siswa terhadap kondisi atau budaya di sekolah yang dapat mempengaruhi perilaku siswa. “Kecenderungan perilaku antisosial yang saya maksud adalah potensi seseorang melakukan perilaku yang melanggar norma sosial, baik yang terbuka, yang sembunyi-sembunyi, maupun ketidaktaatan anak terhadap figur otoritas, yaitu orang tua atau guru,” jelas wisudawan peraih IPK 3,62 ini. Menurut cewek yang akrab disapa Ika ini, dari 94 anak usia 9-12 tahun yang ia teliti, menunjukkan secara signifikan terdapat hubungan antara persepsi terhadap iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku antisosial pada anak. ”Arah hubungan kedua variabel adalah negatif. Semakin negatif persepsi terhadap iklim sekolah, semakin tinggi kecenderungan perilaku antisosial anak,” kata mahasiswa asal Gresik ini, seraya mengakui bahwa memilih anak-anak sebagai subjek penelitian bukanlah mudah. Banyak anak-anak yang masih kebingungan mengisi kuesioner saat proses pengambilan data itu.
Sebelum mengisi kuesioner itu, siswa harus mengisi identitas diri. Ternyata, kata Ika, banyak siswa yang mengalami kebingungan dan tidak tahu mengenai pekerjaan orang tuanya. Terkait prestasinya sebagai wisudawan terbaik, Ika mengaku tak ada kiat secara khusus. Ia hanya berusaha semaksimal mungkin dengan iringan doa dari orang tuanya. “Selain itu, saya juga sering bertanya kepada teman dan searching di internet terkait mata kuliah yang belum saya pahami. Lalu berusaha melibatkan Allah di setiap urusan,” katanya. Sempat Tak Direstui Ika menyatakan rasa syukurnya bisa menyelesaikan studinya ini. Ini tak lain karena memori sebelumnya bahwa ia sempat tidak mendapatkan restu dari orang tuanya saat hendak kuliah dulu. Kendalanya karena faktor ekonomi. Selain itu, bekerja setelah lulus SLTA sudah menjadi kebiasaan di keluarganya, sehingga ambisinya untuk bisa kuliah saat itu meredup. Namun, pada saat pendaftaran terakhir masuk perguruan tinggi, anak kedua dari tiga bersaudara ini dipanggil sekolahnya untuk dimintai keterangan soal kondisi keluarganya. Akhirnya sekolah mendaftarkan Ika melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan pengajuan beasiswa Bidikmisi. ”Karena keterbatasan waktu dan tidak ada ambisi untuk kuliah, jujur saat itu saya memilih jurusan agak asal-asalan, dan ternyata saya diterima. Setelah itu saya meyakinkan orang tua dan alhamdulillah pelan-pelan orang tua memperbolehkan saya untuk kuliah,” tutur mahasiswi kelahiran 6 September 1993 ini. Setelah resmi wisuda ini, Ika berharap ilmunya dapat bermanfaat bagi orang lain, serta memperoleh pekerjaan yang layak guna membantu perekonomian keluarga. ”Kalau memungkinkan, saya juga berharap bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain,” pungkasnya. (*)
Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Q. Masruroh
Pentingnya Hitungan Nutrisi untuk Performa Atlet Saat Bertanding UNAIR NEWS – Menjadikan atlet (olahragawan) dalam performa terbaiknya pada saat bertanding, sangat diperlukan pengaturan dan perhitungan asupan nutrisi yang harus dikonsumsi. Ini harus dilakukan baik ketika masih mempersiapan diri, saat bertanding, maupun pasca bertanding. Karena itu di dalam manajemen olahraga prestasi, kehadiran ahli nutrisi atau nutritionis sangat dibutuhkan. Demikian catatan yang dapat disimpulkan dari “Seminar Sport Nutrition Penatalaksanaan Gizi Olahraga pada Atlet untuk Meningkatkan Performa dalam Bertanding”. Seminar itu dilaksanakan oleh Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, di kampus FKM UNAIR, Sabtu (17/12). Tujuh pembicara dihadirkan yaitu Dr. dr. Bambang Purwanto, M.Kes., dosen Fakultas Kedokteran UNAIR dan Tim medis KONI Jatim, Prof. Dr. Hardinsyah MS Guru Besar Ilmu Gizi IPB, Ketua Umum Pergizi Pangan, dan Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI); Dr. dr. Sri Adiningsih, MS., MCN., ahli gizi FKM UNAIR dan ahli gizi KONI Jatim. Juga ada Mury Kuswari, SPd., M.Si., Ketua Umum ANOKI (Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia) dan Kaprodi Gizi Universitas Esa Unggul; Nazhif Gifari, SGz., M.Si., Founder Gizi Kebugaran Indonesia, Albert Juwono, peraih
3 emas dancer sport dalam PON XIX Jabar, dan Edo Nurhakim, S.Gz., C.Mt., C.NNLP., Health and Nutrition Motivator. Dalam menentukan minuman atlet agar meraih hasil maksimal, diakui Bambang Purwanto perlu pengamatan yang jeli. Hal-hal yang harus dipertimbangkan antara lain jenis olahraga anaerob atau bukan. Pada olahraga yang butuh pengaturan nafas dalam intensitas tinggi (anaerob), dibutuhkan suatu minuman yang sifatnya anti-asam alias alkali atau basa. Sebab dalam olahraga ini memicu peningkatan ion H+ (plus) dan produksi laktat dari sel otot menghasilkan asam laktat darah. Dalam air, asam laktat darah akan terdisosiasi (cerai) lagi menghasilkan ion H+. Diperlukan pengikat ion H+ darah, dari bahan yang sifatnya basa atau alkali. Ketika H+ (plus) ketemu OH- (minus) terbentuk air, yang bersifat konstituen darah,” imbuh Bambang.
netral
bagi
Minuman yang beredar di pasaran ditambahkan perasa asam. Menurut penelitian, ternyata banyak yang pH-nya asam. Jadi tidak cocok untuk olahraga anaerob. Alasannya, acid water menyebabkan ion H+ sulit terdisosiasi dari asam laktat. Asam laktat semakin lama berada di dalam darah, pH darah menjadi rendah dan terjadi asidosis. Memang ion H+ ini tidak bersifat radikal, tapi menyebabkan iritasi otot dan membuat frekuensi nafas meningkat hingga tersengal-sengal. Minuman-minuman berasa di pasaran banyak yang tidak memikirkan unsur pH. Yang dipikir hanya water dan ion replacement yang laku jual. Isotonic diakui rasanya kurang enak, sehingga yang dilakukan industri minuman dengan menambahkan perasa asam supaya larutan isotonic-nya enak dikonsumsi. Dosen FK UNAIR ini sudah menguji bersama dua grup mahasiswa. Satu grup diberi minum alkali (grup A), grup satunya diberi acidic water (Grup B). Grup A (alkali) pH-nya diatas 7, sedang grup B (acidic) pH-nya kurang dari 7. Kedua grup lalu diberi minum sama: 400 ml dan diminta lari 800 M dengan batas waktu
antara 8-10 menit (kategori anaerob, karena dibawah 20 menit). Setelah lari dan kadar asam laktatnya diukur, grup A dan B kadar asam laktatnya naik, tetapi kadar asam laktat grup A tak setinggi grup B. Perbedaannya signifikan, Ketika aktivitas lari ini diulang tiga kali, grup A mampu mencatat waktu stabil dan pH darahnya juga konsisten. Sedang grup B pada lari putaran kedua waktunya turun signifikan. ”Jadi ini sangat membantu atlet yang bertanding di cabang olahraga dengan metabolisme anaerob. Kita sering melihat pemain sayap di sepakbola, berlari kencang menggiring bola, tetapi ketika di kotak penalti fokusnya goyah dan tendangannya melenceng,” kata Bambang Purwanto. Kemudian dalam mengganti cairan rehidrasi sebaiknya dalam kondisi panas atau dingin? Disarankan minuman dalam kondisi sejuk sekitar 21 derajat Celcius. Misalnya minuman yang disimpan dalam kotak yang diberi es balok. Bukan air dalam gelas yang diberi es batu. Berapa volume yang harus diminum? Bambang memberi rumus: yaitu berat badan (BB) setelah beraktivitas fisik, dikurangi BB sebelum beraktivitas fisik, dikalikan 1000, lalu ditambah berapa air yang sudah diminum saat beraktivitas fisik, dikurangi volume urine-nya (perkiraan saja), dibagi durasi olahraga dalam ukuran menit. Nanti akan ketemu sekitar 300 ml/10 menit, atau kira-kira satu gelas air mineral. ”Yang juga perlu diperhatikan apakah sudah cukup minum air atau belum? Perhatikan urin-nya. Kalau urin makin gelap warnanya, berarti airnya kurang. Jadi tips saya, pilihlah minumanmu dan jagalah kesehatanmu,” kata Dr. Bambang Purwanto mengakhiri. (*) Penulis: Bambang Bes
Racik Kue Tradisional Penuh Gizi, Oskar Karyantono Lulus Terbaik S-2 FKM UNAIR UNAIR NEWS – Kue Lepa adalah makanan tradisional Rote, Nusa Tenggara Timur. Makanan itu banyak dikonsumsi oleh semua kalangan, terutama anak sekolah. Karena itu kue lepa dapat dengan mudah ditemukan di kantin-kantin sekolah. Namun, kue ini masih memiliki kekurangan, yaitu miskin zat gizi karena bahannya hanya terdiri gula air, kelapa parut dan tepung jagung. Formulasi dengan menambahkan tepung daun kelor, tepung ikan teri, wijen, dan kacang tanah akan membuat kue kaya akan zat gizi, terutama energi, protein dan zink. Hal inilah yang mengilhami Oskar Karyantono, S.Gz., M.Kes, melakukan penelitian tesis bertajuk “Kue Lepa Dengan Berbagai Formulasi Sebagai Alternatif Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah Dasar”. Tesis tersebut menunjang kelulusan Oskar menjadi wisudawan terbaik jenjang S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, dengan IPK 3,94. ”Kami diwanti-wanti dosen dan pembimbing, agar jangan membuat tesis atau penelitian hanya untuk mendapatkan gelar. Jadi penelitian saya harus bermanfaat untuk masyarakat Rote Ndao, sederhana, dan mudah diaplikasikan masyarakat,” kata pria kelahiran Dompu, NTB, 13 Januari 1974 ini. Dalam memulai penelitian, Oskar belajar membuat kue lepa yang baik dan benar. Ia belajar ke beberapa orang ahli membuat kue. Lalu menyiapkan bahan di Laboratorium Gizi FKM sebelum diuji organoleptik ke panelis terbatas untuk memilih beberapa formula terbaik.
“Secara umum tidak ada kendala berarti, karena selama penelitian saya selalu mendapat bantuan dari teman-teman, dosen dan pembimbing saya di FKM UNAIR,” ujarnya. Oskar berharap, kue lepa itu dapat dijadikan alternatif makanan tambahan atau camilan sehat untuk memenuhi gizi anakanak. Oskar juga berencana menemui bupati dan Ketua PKK Kabupaten Rote Ndao untuk mengadvokasi hasil penelitiannya ini. Ia berharap diberi izin dan mendapat fasilitas untuk mensosialisasikan ke anggota PKK dan masyarakat. “Untuk meraih keberhasilan itu tidak bisa hanya dengan berandai-andai. Lakukan kerja nyata! Ilmu itu simpanan, kuncinya adalah pertanyaan, maka bertanyalah. Kemudian Allah memberikan pahala kepada empat orang, orang yang bertanya, yang menjawab, yang mendengar dan orang yang mencintai mereka,” katanya memberikan motivasi. (*) Penulis : Lovita Marta Fabella Editor : Dilan Salsabila
’Airlangga Open Forum’, Mendekatkan Antar-Sivitas di PDD Banyuwangi UNAIR NEWS – PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi dalam rangka membuka jendela aspirasi dan mempererat hubungan antar organisasi mahasiswa dengan pimpinan, maka diselenggarakan kegiatan “Airlangga Open Forum”, yang dilaksanakan Rabu (7/12) pekan lalu, di kampus setempat. Airlangga Open Forum merupakan kegiatan rutin yang diadakan
setiap tahun oleh kampus PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka sarana aspirasi mahasiswa terkait pengembangan organisasi, komunitas minat bakat, pendanaan kampus, sistem administrasi kampus, dan sarana prasarana kampus PDD UNAIr di Banyuwangi. Menurut Zhiana Chairun Nikmah, ketua pelaksana Airlangga Open Forum 2016, kegiatan ini membahas sistem pengembangan kampus secara menyeluruh dengan lebih transparan, menjawab rasa penasaran mahasiswa terkait pengembangan kampus, serta menampung segala bentuk penyampaian aspirasi dari masingmasing perwakilan mahasiswa dengan latar belakang organisasi yang berbeda di PDD Banyuwangi, termasuk himpunan mahasiswa empat program studi, organisasi keluarga mahasiswa, kumpulan organisasi minat dan bakat serta organisasi lainnya yang ada. Ditambahkan
oleh
Hendri
Arya
Fernando,
ketua
Keluarga
Mahasiswa PDD UNAIr Banyuwangi, dengan kegiatan semacam ini maka mahasiswa bisa lebih dekat dengan pimpinan. Mahasiswa juga bisa menyampaikan secara langsung terkait aspirasi dan uneg-uneg yang dihadapi selama setahun terakhir, baik dari segi akademis, sarana prasarana, sistem adminstrasi dan pengembangan kampus. “Jawaban yang didapat juga semakin memuaskan mahasiswa dikarenakan jawaban tersebut langsung diberikan oleh kepala program studi masing-masing, koordinator serta sekretaris koordinator kampus PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi,” kata Hendri. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami, dengan kegiatan semacam ini rasa penasaran kami bisa terjawab dan masalah yang kami hadapi bisa terselesaikan,” imbuh Bintang Aji Pangestu, salah satu peserta kegiatan Airlangga Open Forum. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor : Bambang Bes
‘Hospital Tour’ Prodi Kesehatan Masyarakat di RS Yasmin Banyuwangi UNAIR NEWS – Untuk mendalami sebuah ilmu pengetahuan, tentu tidak cukup hanya dengan penyampaian teori semata. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas akademik dan pemahaman materi, mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat PDD UNAIR Banyuwangi melakukan hospital tour di Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi, Kamis (8/12) pekan lalu. Menurut Diansanto Prayoga SKM.,M.Kes, dosen mata kuliah Administrasi Rumah Sakit dan Puskesmas (ARSPKM) PDD UNAIR Banyuwangi, ini adalah kunjungan ketiga yang dilakukan oleh mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat semester III untuk studi lapangan. Sebelum ini juga melakukan kunjungan ke Dinkes Kabupaten Banyuwangi dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Pasuruan yang terkait materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan kesehatan lingkungan. “Berbeda dengan sebelumnya, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui terkait sistem informasi dan manajemen administrasi yang diterapkan secara online di rumah sakit Yasmin Banyuwangi, salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Banyuwangi yang sempat menjadi fenomenal karena kemajuan teknologi dan sistem manajemennya,” kata Prayogo. Menurut Syifa’ul Lailiyah, dosen mata kuliah ARSPKM semester III, dengan adanya kunjungan semacam ini maka teori yang didapatkan di kelas bisa lebih dipahami. Suasana belajar menjadi nyaman dan tidak membosankan. Selain itu, intensitas untuk lebih memahami dunia kerja juga menjadi semakin besar.
Kunjungan ini memberikan acuan semangat belajar bagi mahasiswa agar kelak menjadi orang sukses seperti yang ada di depan mereka. Diterangkan oleh Saughy, manajer RS Yasmin, kunjungan ini menjadi kebanggaan tersendiri baginya karena telah dipilih sebagai lokasi kunjungan untuk menimba ilmu bagi mahasiswa PDD UNAIR di Banyuwangi. Ia berharap tidak sampai disini saja, tetapi bisa berlanjut untuk kedepannya. Seorang peserta kegiatan, Inriza Yuliandari, memberikan testimoni. Menurutnya, banyak ilmu baru diperoleh dalam kegiatan ini. Misalnya terkait mekanisme kerja sistem apotik online, sistem registrasi, managemen dan administrasi online, garansi kecepatan pelayanan, layanan badut untuk pasien anakanak, dan pemberian souvenir perinatology berupa babybook dan kalender bagi pasien bersalin. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang Bes
foto,