PENILAIAN KINERJA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SEJAHTERA NGADILUWIH BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.20/PER/M.KUKM/XI/2008 Moh. Syamsul Adzim Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian empiris terhadap pengukuran kinerja KPRI Sejahtera Ngadiluwih Kabupaten Kediri. KPRI ini adalah koperasi guru sekolah dasar se-Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Dalam mengukur kinerja KPRI ini, digunakan sebuah pedoman berupa Undang-Undang No.20/Per/M.KUKM/XI/2008 yang dibuat oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengungkapkan suatu gejala atau pertanda dan keadaan kinerja Sejahtera Ngadiluwih tahun 2010-2011. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan wawancara, sedangkan untuk metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan rasio permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi serta sebuah aspek manajemen umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja KPRI Sejahtera Ngadiluwih pada tahun 2010 dan 2011 memiliki predikat “CUKUP SEHAT” dengan skor 75,86 dan 73,30. Dari ketujuh aspek yang dinilai, aspek kualitas aktiva produktif dan aspek efisiensi merupakan aspek yang paling bagus kinerjanya dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain karena memperoleh skor maksimal pada setiap rasionya. Sedangkan aspek likuiditas merupakan aspek yang paling buruk. Hal ini terlihat dari skor yang didapat di setiap rasionya yang buruk. Kata Kunci : kinerja, KPRI No.20/Per/M.KUKM/XI/2008.
Sejahtera
Ngadiluwih,
Undang-Undang
Abstract: This research aims to analyze the financial and non financial health that exist in the cooperative Sejahtera Ngadiluwih for two years, 2010-2011. The data used are annual reports, particularly the balance sheet and operating results are obtained directly memalui interview with the cooperative. This study analyzed the explorative Descriptive techniques (qualitative and quantitative). The results showed that the predicate Sejahtera Ngadiluwih healthy enough from 2010 to 2011 with score 75,86 dan 73,30, in accordance with ministerial regulations Number: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 has been determined. Keywords : Performance, Cooperative Sejahtera Ngadiluwih, Number: 20/Per/M.KUKM/XI/2008
regulations
PENDAHULUAN Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan wujud usaha dalam mencapai tujuan nasional. Pembangunan di bidang ekonomi seperti tertuang dalam pasal 33 ayat (1) yang berbunyi “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Penjelasan UndangUndang Dasar 1945 tersebut, bahwa bangunan usaha yang sesuai adalah koperasi. Hal ini diperjelas dengan UU 25 tahun 1992, koperasi merupakan salah satu badan usaha yang berbadan hukum dengan usaha yang beranggotakan orang seorang yang berorientasi menghasilkan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Selain itu, koperasi juga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berorientasi untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam upaya memperkokoh struktur perekonomian nasional dengan demokrasi ekonomi yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat merngumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersamasama untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi anggotanya. Agar dapat bertahan dan mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya, maka koperasi tersebut harus dapat menentukan suatu kebijakan dan strategi yang terus dikembangkan dan ditingkatkan Penelitian ini dilakukan pada KPRI Sejahtera Ngadiluwih. Koperasi ini merupakan koperasi guru sekolah dasar se-Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. KPRI ini terletak di Desa Purwokerto
Kecamatan Ngadiluwih dan sekarang memiliki anggota 350 orang. Dalam rangka mengetahui dan menilai kinerja koperasi dalam proses mencapai tujuannya, diperlukan adanya pengukuran terhadap kinerja koperasi. Laporan keuangan dapat memberi informasi sehubungan dengan kondisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh koperasi tersebut, dari periode tertentu. Dan untuk memperoleh informasi tersebut laporan keuangan haruslah di analisis. Suatu perencanaan dengan melakukan analisis keuangan merupakan kunci sukses bagi pihak manajemen karena segala keputusan yang diambil oleh manajemen koperasi berdasarkan pada kinerja yang dicapai koperasi, dalam hal ini adalah koperasi. Untuk menilai kinerja koperasi, dapat menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Dalam pedoman penilaian ini, ruang lingkup dari Penilaian Kesehatan KSP dan USP. Dalam pedoman ini, ada beberapa rasio yang digunakan dalam menilai kinerja sebuah koperasi, rasio yang digunakan adalah Rasio Permodalan, Rasio Kualitas Aktiva Produktif, Rasio Efisiensi, Rasio Likuiditas, Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan, Rasio Jatidiri Koperasi serta sebuah aspek di luar rasio yang menilai manajemen umum sebuah koperasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul:
“Penilaian Kinerja Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) SEJAHTERA Ngadiluwih Berdasarkan Undang-Undang No.20/Per/M.KUKM/XI/2008 (Periode Pengamatan 2010-2011).” TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang bedasarkan atas asas kekeluargaan. Ciri-ciri Koperasi Berdasarkan definisi koperasi pada UU No. 25 Tahun 1992, maka koperasi Indonesia mempunyai ciriciri seperti berikut: 1) Adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan mempeoleh keuntungan ekonomis. Oleh karena itu koperasi diberi peluang pula untuk bergerak di segala sektor perekonomian, di mana saja, dengan mempertimbangkan kelayakan usaha. 2) Tujuannya harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Oleh karena itu pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien, sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesarbesarnya pada anggota. 3) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh siapapun dan bersifat terbuka, yang berarti
tidak ada pembatasan ataupun diskriminasi dalam bentuk apapun juga. 4) Pengelolaan kopeasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota dan para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Karena pada dasarnya anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. 5) Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha (SHU) dalam koperasi ditentukan berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi, dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas. Artinya, tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar dan tidak semata-mata didasakan atas besarnya modal yang diberikan. 6) Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, memiliki kebebasan yan bertanggung jawab, memiliki otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan keinginan mengelola dii sendiri. Tujuan, Koperasi
Fungsi
dan
Peran
Dalam Bab II, Bagian Kedua, Pasal (3) UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia seperti berikut: “Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Sedangkan di dalam Pasal (4) UU No. 25 Tahun 1992, diuraikan fungsi dan peran koperasi Indonesia seperti berikut: a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b) Berperan serta secara aktif mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Prinsip Koperasi Dalam Bab II, Bagian Kedua, Pasal (5) UU No.25 Tahun 1992 diuaikan bahwa: (1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengelolaan dilakukan secaa demokratis; c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. Kemadirian. (2) Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula pinsip koperasi sebagai berikut: a. Pendidikan perkoperasian; b. Kerjasama antar koperasi. Dalam Penjelasan dari Pasal (5) UU No.25 Tahun 1992 tersebut, diuraikan bahwa prisip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Jenis Koperasi Dalam ketentuan Pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Sedangkan dalam Penjelasan pasal tersebut, mengenai jenis koperasi ini diuraikan seperti antara lain: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produksi, Koperasi pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional antara lain Pegawai Negeri, Anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri. Menurut Sutantya Rahardja (2005:62), penjenisan koperasi jika ditinjau dari bebagai sudut pendekatan maka dapatlah diuraikan sebagai berikut: a. Berdasar pendekatan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal
b.
c.
d.
jenis-jenis koperasi seperti berikut: 1) Koperasi Konsumsi; 2) Koperasi Kredit; dan 3) Kopeasi Produksi. Berdasar pendekatan menurut lapangan usaha dan / atau tempat tinggal para anggotanya, maka dikenal bebeapa jenis koperasi antara lain: 1) Koperasi Desa 2) Koperasi Unit Desa 3) Koperasi Konsumsi 4) Koperasi Pertanian (Koperta) 5) Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit Berdasar pendekatan menurut golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi seperti antara lain: 1) Koperasi Pegawai Negeri (KPN); 2) Koperasi Angkatan Darat (KOPAD); 3) Koperasi Pensiunan Pengawa Negeri; 4) Koperasi Karyawan; 5) dan lain-lainnya. Berdasar pendekatan sifat khusus dari aktivitas dan kepentingan ekonominya, maka dikenal jenis-jenis koperasi seperti antara lain: 1) Koperasi Batik; 2) Bank Koperasi; 3) Koperasi Asuransi; 4) dan sebagainya.
Tingkat Kesehatan Koperasi Yang dimaksud dengan tingkat kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat, dan sangat
tidak sehat. Tingkat kesehatan koperasi adalah mempertahankan kelangsungan usaha dan kelancaran proses koperasi serta menjadi tolok ukur untuk memantau sejauh mana koperasi mampu menjaga agar kelancaran operasi perusahaan atau organisasi tidak terganggu, manajer koperasi juga harus dapat memahami kondisi keuangan koperasi karena pada dasarnya kondisi keuangan mempengaruhi kelangsungan usaha koperasi secara keseluruhan. Mengetahui tingkat kesehatan koperasi dan kondisi keuangan koperasi manajer harus dapat mengambil keputusan untuk menyusun rencana yang lebih baik dan dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang selama ini dilakukan sudah tetap atau belum. Penilaian kinerja pada koperasi sedikit berbeda dengan penilaian kinerja perusahaanperusahaan pada umumnya. Dalam menilai kinerjanya, perusahaan pada umumnya bisa menggunakan analisis rasio keuangan pada umumnya juga. Tetapi dalam menilai kinerja koperasi, koperasi telah memiliki suatu pedoman penilaian kesehatan yang sudah diatur oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Yaitu Undang-undang No: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 dimana dalam penilaian tersebut terdiri dari beberapa aspek penilaian. Yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi.
Kerangka Pikir Aktivitas KPRI ”Sejahtera” Ngadiluwih
Kinerja
Laporan Keuangan KPRI “Sejahtera” Ngadiluwih (Tahun 2010-2011)
Pengukuran Kinerja: a. Rasio Permodalan b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif c. Manajemen d. Rasio Efisiensi e. Rasio Likuiditas f. Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan g. Rasio Jatidiri Koperasi
Hasil penelitian
g. Rasio Jatidiri Koperasi Kesimpulan Gambar 1 Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Ditinjau dari masalah yang diteliti, maka penilitian ini merupakan penelitian deskriptif studi kasus pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih. Sumber dan Jenis Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikelompokan sebagai berikut : Dalam Usman Rianse (2008:212) jenis data menurut derajat sumbernya : 1. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama atau sumber asli
(langsung dari informan). Data primer pada penelitian ini berupa wawancara. Data primer berasal dari sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian dimana objek yang diteliti adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih 2. Data sekunder, merupakan data yang diambil dari sumber kedua atau bukan dari sumber aslinya. Sumber data sekunder dapat berasal dari peneliti sebelumnya, lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan lain sebagainya. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan melalui dokumen-dokumen koperasi yang berisi informasi tentang laporan keuangan yang terdapat pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemerikasaan Pengawas Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih tahun buku 20102011. Jenis data dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subjektif, sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. b. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Data ini diperoleh dari pengukuran langsung
maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif bersifat sama oleh semua orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa wawancara kepada pengurus Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih dan data kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari data keuangan koperasi yang tercantum di dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemerikasaan Pengawas Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih tahun buku 2010-2011 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena data diperlukan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran permasalahan dari objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Teknik pengumpulan data ini adalah dengan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan dan diperoleh dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang: sejarah berdirinya Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih, struktur organisasi, serta laporan keuangan yang ada dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemerikasaan Pengawas
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih tahun buku 20102011. 2. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus, mantan pengurus dan anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sejahtera” Ngadiluwih yang menjadi obyek di dalam penelitian ini. Metode Analisis Data Analisis data adalah sebuah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain yang ada dalam kaitannya dengan masalah penelitian. Sedangkan metode analisis data adalah pembahasan dan penjabaran data yang diperoleh, kemudian masalah yang ada disimpulkan agar didapatkan jawaban yang tepat. Dasar analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP). Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP meliputi penilaian terhadap beberapa aspek, yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan dalam
menganalisis setiap aspek-aspek yang dibutuhkan adalah analisis rasio dengan rasio-rasio yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Rasio Permodalan b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif c. Rasio Efisiensi d. Rasio Likuiditas e. Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan f. Rasio Jatidiri Koperasi Khusus untuk penilaian aspek manajemen, didasarkan atas penilaian hasil jawaban pertanyaan dari komponen manajemen secara keseluruhan. Dimana komposisi pertanyaan sudah terlampir. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Data keuangan dan modal serta cara pengelolaannya pada suatu koperasi merupakan masalah yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup koperasi tersebut. Aktiva yang semakin meningkat menunjukkan adanya perkembangan positif bagi koperasi, jika diimbangi dengan kenaikan SHU dan pendapatan Koperasi agar tujuan Koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya dapat tercapai. Meneliti lebih jauh tentang kondisi keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Sejahtera Ngadiluwih sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan keuangannya akan tampak pada Rasio Permodalan, Rasio Kualitas Aktiva Produktif, Rasio Manajemen, Rasio Efisiensi, Rasio Likuiditas, Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Rasio Jatidiri Koperasi. Analisis Deskriptif Aspek Permodalan
a.
Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset Terjadi kenaikan rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 0,91%. Hal ini disesbabkan oleh adanya perkembangan modal sendiri dan total aset. Untuk modal sendiri pada tahun 2010 berjumlah Rp 1.827.811.290,70 dan berkembang pada tahun 2011 menjadi Rp 2.124.816.144,70. Dan untuk total aset, pada tahun 2010 berjumlah Rp 4.909.468.625,70 dan berkembang pada tahun 2011 menjadi Rp 5.530.495.312,70 b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko Nilai rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko mengalami penurunan, yaitu sebesar 1,26%. Hal ini dikarenakan kenaikan jumlah pinjaman prosentasenya lebih besar daripada kenaikan modal sendiri. Jumlah pinjaman pada tahun 2010 Rp 4.412.475.500 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi Rp 5.290.835.600 atau mengalami kenaikan 19,9%. Sedangkan modal sendiri pada tahun 2010 berjumlah Rp 1.827.811.290,70, namun hanya mengalami kenaikan sebesar 16,2% atau berjumlah Rp 2.124.816.144,70 pada tahun 2011. c.
Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio kecukupan modal sendiri dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan. Yaitu dari 100,66% menjadi 98,04%. Walaupun mengalami penurunan, tetapi pada dasarnya prosentase dari kedua tahun tersebut sangat bagus. Hal ini dikarenakan untuk menjadi koperasi yang sehat rasio kecukupan modal koperasi harus mencapai angka 8% ke atas. Sedangkan dalam dua tahun
terakhir ini, angka prosentase lebih kurang 100%. Aspek Kualitas Aktiva Produktif a.
Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Volume Pijaman Diberikan Rasio pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan dari tahun 2010 sampai tahun 2011 adalah 100%. Hal ini disebabkan oleh pinjaman yang diberikan oleh KPRI Sejahtera hanya untuk anggotanya, sehingga volume pinjaman secara keseluruhan adalah volume pinjaman yang diberikan kepada anggota. Dan dengan adanya kesamaan tersebut menjadikan angka rasio sama, yaitu 100% dengan berapapun volume pinjaman pada anggota. b.
Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Volume Pinjaman KPRI Sejahtera selama tahun 2010 dan 2011 tidak memiliki pinjaman bermasalah. Hal ini disebabkan oleh pinjaman yang diberikan kepada anggota dan pembayaran pinjaman diambil dari potongan gaji. Selain itu, KPRI Sejahtera juga mengasuransikan pinjaman, sehingga apabila terjadi pinjaman yang macet misalkan karena anggota tersebut meninggal, maka pinjaman tersebut diganti oleh pihak asuransi. Sehingga skor yang di dapat maksimal, yaitu 5,00. c.
Rasio Cadangan Risiko terhadap Pinjaman Bermasalah
Tidak terjadi pinjaman bermasalah pada tahun 2010 dan 2011. Sehingga penulis memberikan nilai 100, karena pada prinsipnya semakin sedikit pinjaman bermasalah maka semakin bagus.
d.
Rasio BMPP Calon Anggota, Koperasi Lain dan Anggotanya terhadap Volume Pinjaman Rasio BMPP calon anggota, koperasi lain dan anggotanya terhadap volume pinjaman dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan. Yaitu dari 1,58% menjadi 1,32%. Hal ini dikarenakan volume pinjaman pada tahun 2011 naik menjadi Rp 5.290.835.600 yang sebelumnya pada tahun 2010 sebesar Rp 4.412.475.500. Selain itu, BMPP KPRI Sejahtera pada beberapa tahun terakhir ini sebesar Rp 70.000.000. Termasuk pada tahun 2010 dan 2011. Sehingga, dengan adanya kenaikan volume pinjaman, hal tersebut menjadikan rasio menurun. Aspek Manajemen Penilain aspek manajemen KPRI Sejahtera meliputi lima komponen sebagai berikut : a. Manajemen Umum b. Kelembagaan c. Manajemen Permodalan d. Manajemen Aktiva e. Manajemen Likuiditas Aspek manajemen umum, diperoleh 12 jawaban “ya” dari 12 pertanyaan yang diajukan. Sehingga dari aspek manajemen umum mendapatkan skor 3,00. Aspek kelembagaan, diperoleh 6 jawaban “ya” dari 6 pertanyaan yang diajukan. Sehingga dari aspek kelembagaan mendapatkan skor 3,00. Aspek manajemen permodalan, diperoleh 5 jawaban “ya” dari 5 pertanyaan yang diajukan. Sehingga dari aspek manajemen permodalan mendapatkan skor 3,00. Aspek manajemen aktiva, diperoleh 8 jawaban “ya” dari 10 pertanyaan yang diajukan. Sehingga dari aspek
manajemen permodalan mendapatkan skor 2,40. Aspek manajemen likuiditas, diperoleh 5 jawaban “ya” dari 5 pertanyaan yang diajukan. Sehingga dari aspek manajemen permodalan mendapatkan skor 3,00. Kemudian setiap aspek dijumlahkan skor yang didapat sehingga menghasilkan skor total 14,40. Aspek Efisiensi a.
Rasio Biaya Operasional Pelayanan terhadap Partisipasi Bruto Terjadi kenaikan rasio dari 23,22% menjadi 24,48%. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan biaya operasional pelayanan dari Rp 526.940.525 pada tahun 2010 menjadi Rp 379.152.328 pada tahun 2011 meskipun terjadi penurunan juga pada partisipasi bruto dari Rp 2.269.191.450 pada tahun 2010 menjadi Rp 1.548.196.985 pada tahun 2011. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pada perubahan rasio karena penurunan biaya operasional pelayanan prosentasenya lebih besar dibanding penurunan partisipasi bruto. b. Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Asset Terjadi kenaikan aktiva tetap dan total aset. Pada tahun 2010 aktiva tetap berjumlah Rp 64.651.000 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp 104.303.700. Sedangkan total aset juga mengalami kenaikan, yaitu dari tahun 2010 yang berjumlah Rp 4.909.468.625,70, bertambah menjadi Rp 5.530.495.312,70 pada tahun 2011. Sehingga menghasilkan skor maksimal 4,00. c.
Rasio Efisiensi Pelayanan
Biaya gaji yang dikeluarkan adalah Rp 12.434.472 pada 2010 dan Rp Rp 12.838.321 pada 2011, hal ini karena pengurus KPRI Sejahtera merangkap sebagai karyawan dan mendapatkan tunjangan yang tidak terlalu besar. Sehingga rasio pada tahun 2010 dan 2011 adalah 0,28% dan 0,24%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi pelayanan KPRI Sejahtera baik. Aspek Likuiditas a. Rasio Kas Jumlah kas+bank yang dimiliki oleh KPRI sejahtera lebih rendah daripada kewajiban lancarnya. Sehingga nilai yang diperoleh pada rasio kas adalah 0 b.
Rasio Volume Pinjaman terhadap Dana yang Diterima Terjadi peningkatan rasio volume pinjaman terhadap dana yang diterima sebesar 24,24%. Hal ini terjadi karena ada peningkatan volume pinjaman dari Rp 4.412.475.500 pada tahun 2010 menjadi Rp 5.290.835.600 pada tahun 2011. Namun dana yang diterima mengalami penurunan dari Rp 10.289.569.840 pada tahun 2010 menjadi Rp 7.881.783.982 pada tahun 2011. Aspek Kemandirian Pertumbuhan a.
dan
Rasio Rentabilitas Aset Terjadi penurunan rasio rentabilitas aset. Yaitu dari tahun 2010 yang memiliki rasio 1,75 turun menjadi 1,58%. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan volume SHU sebelum bunga dan pajak sebesar dari Rp 85.953.967,70 pada tahun 2010 menjadi Rp 87.557.497,70 pada tahun 2011. Sedangkan volume total aset
mengalami kenaikan sebesar Rp 621.026.687.
2.269.191.450 menjadi 1.548.196.985 pada tahun 2011.
b.
b.
Rasio Rentabilitas Sendiri
Modal
Rasio rentabilitas modal sendiri dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan. Yaitu dari 4,53% menjadi 4,02%. Penurunan tersebut diakibatkan peningkatan prosentase modal sendiri lebih besar daripada peningkatan prosentase SHU Anggota. Walaupun perkembangan rasio mengalami peningkatan, namun secara umum rasio rentabilitas modal sendiri yang dimiliki KPRI Sejahtera masih sangat kecil. Hal ini bisa dilihat dari kecilnya volume SHU bagian anggota jika dibandingkan dengan modal sendiri yang dimiliki c.
Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan Terdapat peningkatan rasio kemandirian operasional pelayanan sebesar 3,2%. Meskipun pada tahun 2011 mengalami penurunan pada SHU kotor dan Beban Usaha dan Perkoperasian. SHU kotor pada 2010 Rp 1.990.372.435 turun menjadi Rp 1.211.755.497 pada tahun 2011. Dan Beban Usaha dan Perkoperasian Rp 1.904.418.467,30 pada 2010 turun menjadi Rp 1.124.197.999,30 pada tahun 2011. Aspek Jatidiri Koperasi a.
Rasio Partisipasi Bruto Rasio partisipasi bruto pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan meningkatnya volume pinjaman yang pada tahun 2010 sebesar Rp 4.412.475.500 menjadi Rp 5.290.835.600 pada tahun 2011. Namun partisipasi bruto mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2010 Rp
Rasio Promosi Anggota (PEA)
Rp
Ekonomi
Terjadi penurunan rasio promosi ekonomi anggota dari 12,09% menjadi 8,79%. Hal ini disebabkan oleh turunnya nilai PEA dari Rp 170.823.967,70 pada tahun 2010 menjadi Rp 139.167.497,70 pada tahun 2011. Namun hal sebaliknya terjadi pada simpanan pokok dan simpanan wajib, kedua simpanan ini justru mengalami peningkatan dari Rp 1.412.260.000 menjadi Rp 1.582.870.000. Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi Berdasarkan rekapitulasi skor rasio kesehatan koperasi diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Untuk aspek Permodalan tahun 2010 mendapat skor 11,46 dan 2011 mendapat 11,40. 2. Untuk aspek Kualitas Aktiva Produktif tahun 2010 memperoleh skor 25,00 dan 2011 juga memperoleh skor 25,00. 3. Untuk aspek Manajemen tahun 2010 dan 2011 memproleh skor sama yaitu 14,40. 4. Untuk aspek Efisiensi tahun 2010 mendapat skor 10,00 dan 2011 mendapat skor 10,00. 5. Untuk aspek Likuiditas tahun 2010 dan 2011 memporelh skor sama, 1,25. 6. Untuk aspek Kemandirian dan Pertumbuhan tahun 2010 dan 2011 juga mendapatkan skor yang sama, yaitu 5,50. 7. Untuk aspek Jatidiri Koperasi tahun 2010 mendapat skor
8,25 dan 2011 mendapat skor 5,75. Setelah menjumlah skor total untuk masing-masing aspek yang mempengaruhi kesehatan koperasi, seluruh total skor tersebut dijumlahkan dan diperoleh total skor pada tahun 2010 sebesar 75,86 dan pada tahun 2011 sebesar 73,30. Sehingga dapat dikategorikan bahwa KPRI Sejahtera Ngadiluwih mendapatkan predikat Cukup Sehat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penilaian kesehatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Sejahtera Ngadiluwih yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Tingkat kesehatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Sejahtera Ngadiluwih pada tahun 2010-2011 memiliki predikat “CUKUP SEHAT” dengan skor 75,86 pada tahun 2010 dan 73,30 pada tahun 2011. 2. Dari ketujuh aspek yang dinilai, aspek kualitas aktiva produktif dan aspek efisiensi merupakan aspek yang paling bagus kinerjanya dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain karena memperoleh skor maksimal dalam setiap rasionya. 3. Dari ketujuh aspek yang telah dinilai, aspek likuiditas merupakan aspek yang paling buruk kondisinya dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Hal ini terlihat dari skor yang didapat di setiap rasionya yang buruk. Yaitu hanya memperoleh skor pada rasio volume pinjaman
terhadap dana yang diterima, itupun juga tidak maksimal. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka sebagai bahan pertimbangan yang akan dikembangkan ada beberapa saran bagi KPRI Sejahtera Ngaidiluwih maupun kepada peneliti selanjutnya, yaitu: 1. Bagi KPRI Sejahtera Ngadiluwih Dengan adanya Undangundang tentang penilaian kesehatan koperasi, maka diharapkan KPRI Sejahtera Ngadiluwih dapat mengetahui kondisi kesehatan koperasinya. Dengan begitu, jika setelah penilaian diketahui ada beberapa aspek yang tidak sehat di dalam koperasi, maka diharapkan KPRI Sejahtera Ngadiluwih dapat membenahinya dan menjadikannya lebih baik lagi. Dari ketujuh aspek yang telah dinilai, aspek likuiditas koperasi merupakan aspek yang paling perlu mendapatkan pembenahan. Terutama pada keberadaan kas yang perlu diperhatikan lagi. Selain itu, untuk meningkatkan aspek likuiditas juga dapat dilakukan dengan meningkatkan dana yang diterima. Baik itu dengan meningkatkan simpanan, melakukan hutang di bank, menambah hutang jangka panjang dan lain-lain. Untuk memperbaiki aspek lain yang belum mendapatkan skor maksimal, KPRI Sejatehtera Ngadiluwih perlu melakukan beberapa hal. Diantaranya aspek permodalan yang perlu meningkatkan jumlah modal sendiri. Selanjutnya aspek manajemen perlu sedikit perbaikan pada ketersediaan agunan yang selama ini tidak diberlakukan pada setiap pinjaman.
Lalu aspek kemandirian dan pertumbuhan perlu meningkatkan kuantitas SHU yang sangat jauh dari total aset. Peningkatan SHU ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan unit-unit usaha yang dimiliki KPRI, diantaranya unit simpan pinjam dan unit kendaraan bermotor. Dan terakhir pada aspek jatidiri koperasi, untuk mencapai skor lebih baik lagi, perlu meningkatkan partisipasi bruto dari anggota dalam kegiatan keuangan KPRI. Misalnya saja dengan meningkatkan simpanan berjangka anggota. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1945. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1). Jakarta. Anonimous. 1992. Undang-Undang Tahun 1992 No.25: Tentang Perkoperasian. Anonimous. 2008. Undang-Undang Tahun 2008 No.20: Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Jakarta. Anonimous. 2010. Laporan Keuangan Tahunan KPRI Sejahtera Ngadiluwih Tahun 2011. Anonimous. 2011. Laporan Keuangan Tahunan KPRI Sejahtera Ngadiluwih Tahun 2011. Achmad Helmy Djawahir., 2004. Analisis Keuangan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang. Brigham, Eugene F., dan F. Houston, Joel. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh,
terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto, Jakarta: Salemba Empat. Brigham, Eugene F., dan F. Houston, Joel. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesebelas, terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto, Jakarta: Salemba Empat. Evas Dimas. 2012. Pengukuran Kinerja Keuangan pada Koperasi Primkopti Bangkit Usaha Kota Malang. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang. Hanafi, MM dan Abdul, H. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Yogyakarta: UPP YKPN. Ikatan
Akuntan Indonesia.2009. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat
Martono S.U dan D. Agus Harjito. 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Ekonisia. Moelyadi. 2006. Akutansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga, Yogyakarta: Salemba Empat. Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan 1, Edisi Kelima, Jakarta: Literata Lintas Media. R.T.
Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2005. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada.
Rizki Annisa. 2011. Analisa Kinerja Keuangan dalam Mendukung Pencapaian Tujuan Koperasi Wanita Serba Usaha ‘Setia Budi Wanita’ Malang. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang. Subramanyam, K.R. dan Wild. John J. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, terjemahan oleh Yanti Dewi, Jakarta: Salemba Empat Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII Press. Usman Rianse dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi), Bandung: Alfabeta.