SEJARAH P&vlBEl,/\J/\RAJ\' AT.-QUR' AN or MASA NABJ Jl,fUFIAMMAD SAW Abdul Jalil
1
R.f,VIT/\1.SASI MORAL DALAM PENDID1KA1'�
Don}" Handriawan
19
L'ISAN KA!vlll. Sr.HAGA I BASIS PENGEMBANGAN KRF.ATIVITAS DA(,AM l'ENDJOIKAN ISL/\l'y1
Kholid Mawardi
37
KELUARGA SEl:lAG/\1 LlASAI< PllNDIDIKAN BAGI AN/\K
M. Nor Kholis t\1 Amin ALI RAN PENOll)lKAN !SLAM 'ffiADISIONALIS-TEKSTUALIS Muhyid In
63
NILAI-NILAI PEND!DlKAN !SLAM DALAMTRADISI SUNATAN !'ADA MASYARAKA'T BL:'MIAYU
Novnn Ardy \'(liyani
79
KEPE�UMPINAN DALAM l>f.1'.'DIDIKAN !SLAM Rahman Afan di.
95
MELATIH KECERDASAN !!MOST ANAK USIA DINI Rika Sa'diyeh
117
PARTlSlPASI MAS YARA.KAT DALAM PENDIDIKAN !SLAM
Siswanto
,
135
20 NlLAJ. KEHIDUl'AN �EJ:l/\GAI ALA:I PE!VfBENTUK KARAKTER
PF.SF.lffA D11>1K MET.AUJT DONOENG CERlTARAK.YAT DALAM
PEMBELAJARAN Margaretha Sci Sukarti
4 D.ISANL'\. Vol. 18, "lo. l, Januari • Aprll 2013
145
KEPEMIMPf'lAN UALAM PEl\'DfDTK/\N ISLAl\1
Rahman Afandi Dosen LB Jurusun Tarbiyah STAlN Purwokerto Alamat: .II. A. Yani No. 40 A Purwokerto, Jawa Tengah e-mail : tahman.allmdi40@Gmail,com
Abstract Leadership plays a very important role on the direction, goals, and the success level in reaching the goals that have boon set. Education is one form of organization when; success is largely determined by the level of management and leadership factors, Th is fact shows just how· big a role of leadership in education. therefore, improvement ofmanagemenl systems and leadership in education is a compuilsory. Keywords : leadership, education, contribution. Abstrak Kepemimpinan memegang peranan kunci terhadap arall, tujuan, serta tingkat kebcrhasilan mcra!h tujuan-tuiuan yang telah ditetapkan. Pendidikan merupakan salah satu benruk organisasi dimana tingkat keberhasilannya sangat ditcntukan oleh faklor manajemen dan ,kepemimpinan. Kenyataan h1i men unjukkan betapa besar peran kepemirnpinan dalam pendidikan. Karena itu, perbaikan sistem manajemen dan kepemimpinan dalam pendidikan muUak diperlukan. Kata.kunci : kepemimpinan, pendidikan, peranan, Pendahuluan
Salah satu masalah pendidikan yang muncul dcwasa inf adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain mclalui berbagai pelatihan clan peningkaian kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana ANS.�J--TA Vol.18, No. l, Januari • April 2013
95
Rohman A/and!
pendidikan, serta pcningkatan mum manajemen pendidikan. Namun det:"' kian, bcrbagai indikatormutu pendidik:an bclum menunjukkan peningka... yang merata, Hal serupa, bahkan lebih parah Jagi, mcnimpa instin, instimsi pendidikan yang membawa beadcra lslam, dan pendidik:an ting. dasar sarnpai Perguruan Tmggi (Suparman, 2007). Pada nmumnya 0111 yang dlhasilkan mstitusi pcndidikan Islam dalam kondisl under estin. kalah dalam kompetisi dan terpinggukan. apalagi jika dlkaitkan dcn;,s aspek kesempatan mempemleh pekerjaan, Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faJ-
yang menyebabkan mute pendidikan tidak mengalami peningkatan scee meraia. Pertama, kebijakan
proses pendidikan. Padahal, proses pendidilcan sangar meneutukan o.. pendit!ikan. Kedua; pcnyelenggaraan pendidikan sudah tcrlalu lama menggurc sistcm secara semralistik; schingga sekolab sebagai penyelenggara p,. dikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang.kadang-X3'4 kebijakan yang dikeluarkan tidalc sesuai dengan kondisi sekolah set Dengan dcmikian sekolah kclulangan kemandman, moLivasi. dan im, untuk mengembangkan dan memajukan.Iembaganya termasuk pc · _ mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional, Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang Lua siswa pcnyelenggaraan pcndidikan selama ini sangat minim. Partisipasi m... rakat pada umumnya selama ini lebih banyak bersrfar dukungan dana, ;,,
pada proses pendidikan (pengambilan keputnsan, monitoring, evaluas akumabiliras). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak IDl'lllf"beban untuk mempcrranggungjawabkan hasil pelaksanaan pcndi kepada masyarakaI, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu ;-
96
Kepemlmplnan dalom Pend/di/ion /s/orp
utama yang berkepentmgan dcngan pendidikan. (Suparman, 2007). Jika diperhatlkan, ketiga faktor
A INSANL\ Vol. 18, No. l, Januari - April 2013
97
Rohmon Afondi
daripada laki-laki, Ketimpangan gender dalam sistem manaiernen dan kepemi:=� pendidikan dt atas hanyalah salah satu contoh dan bukaa perm1as....;;;:.• yang utama, Akan tetapi hal.tersebut cukup mcmberikan gambaran
sistem kepemimpinan dalnm pendidikan tidak dibentuk berdasarke; timbangan-penimbangan kual.itas clan kompetensi, tetapi banyak di ruhi oleh kepentingan dan penilaian subyclaif, di antaranyn gcnderangkat dari realita tersebut, pcnulis bermaksud mcrunut bag; scbenamya pemahaman tcrhadap kepemimpinan. Karena itulah ini dimaksudkan.umuk merekonmuksi ulang pemahaman kcpcmr
dalam pcndidikan Islam,
Beberapa KonsepDasar Kepemimpinan I. Definisi Kepcmimpinan Istilah kepemimplnan dalam bahasa Indonesia berakar dsr"pimpin", kemudian ditambahkan sisipan 111 mernbentuk kata "pemimpin" yang daJmn bahasa Inggns berarti leader: Dari � pcmimpm (leader) inilab kemudian rnuncul konsep kepemirnp (leadership). Dcfinisi leader (pcmimpin) sangat beragam. Meng pendapat Richard Hall. WahJosumidjo (2002 : 39) mendefinis pemimpin sebagai; ..... the person who creates the mast effe-L chung« in group performance (orang yang mcmbuat perubahan ling efektif ierhadap pcnampilan suaru kelompok), Ada juga yang nyatakan bahwa: the leader is one who succeeds in gelling other follow him" (pemimpin adalah orang yang berhasil mendapatkan pall) orang lain umuk mcngikutinya). Dengan pcrspcktif yang agak berbeda, James A.F. Stoner seb..,;:amana dikuup Wahjosumidjo (2002 : 39). mendcfinisikan pem sebagai ... .persons others want to follow: Leaders are rhe ones command and the trust and loyalty offollowers the great per who capture the imagination and admiration of those with whom deal.; ", Karena itu dikatakan ......she is a leader in sense thats able to communicate ideas to others in such away as to influen� behavior to reach some goals .....
a
98
A I.NS..,\..\f[,\ VoL 18, No.1, Januari - Apri �
Kepemimpinan-
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, dapai ditarik benang merah asumsi yang rnempcrtemukan masing-masing definisi tentang pemimpin, yaitu :
a, Dalam suatu kelompokselalu mclibatkan interaksi antara dua orang atau lebih;
b. Tcrdapat proses mempengamhi, di mana pengaruh yang sengaja (intentional infiuenee} digunakan olch pimpinan terhadap bawahan. Karena im, dari beberapa dcfinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin (leader) adalah orang yang; memegang otoritas terhadap sekelornpok orang lain (pengikut); meodapat legitimasi untuk mcngatur (memerintah) orang lain yang mcngikutinya: mennliki kemampuan unmk mengadakan perubahan dalam kelompok yang ia pimpin, serta; mampu mengkomumkasikan ide-ide dan perintahnya kcpada orang yang dipimpin, Berangkat dart definisi-definisi tentang "pemimpin" di aras, maka
lahir konsep kepirnpinan, antara lain. Leadership is interpersonal influence exercised in a situation, and directed, trhought the communication process. toward the attainment ofspecified goal or goals.
Derpijak pada dcfinisi di atas, kepemimpinan dapat dnerjemahakan ke dalam istilah: sifat-sifat, peritaku pribadi, pcngamh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antar pcran, kedudukan dari suaru jabatan. administratif. dan berbagai persepsi dan lain-lain
tentang legitimasi pengaruh, Teori kepemimpinan.membicarakan bagaimana scscorangmenjadi pemimpin, ataubagaimana timbulnyaseorang_pcmimpin. Ada beberapa teori tcnrang kepemimpinan. Menurut Adam Ibrahim lndrawijaya (1993 : 132-133) "pada dasamya ada dua teori kepemimpinan, yaitu tcori sifat (trait� theory) dan teori situasiaonal (si1uatio11a/ theory)". Sementara Wursanto {2004 : 197) mcnyatakan ada enam tcori kepcmimpinan, yaitu; teori kclebiban, teori sifat, reori keturunan. teori kharismatik, teori bakat, dan teori sosial. Sedangkan Miftah Toohamcngclompokannya ke dalam: teori sifat, teori kelompok, teori situasional,
.il 1NS1\NIA Vol. 18, No.
l, Januari -April 2013
99
Rahman Afondi
model kepcmimpinan kontijensi, dan reori jalan kccil-tujuan C,,,,.... goal Jheory). 2. Tipe-tipe Kepemimpinan Tipe kepernimpinan sering disebut perilaku kcpcmimpinan ..__ gaya kepcmimpinan (leaderstup' .ttyle). Mcnurut Miftah Toha, g. kcpcmimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan o . seseorang pada saat orang tcrsebut mencoba mempcngaruhi peril; orang Iain (Wul"Sl!nto, 2004 : 49). Oleh karena itu, usaha menselaraskan persepsi di antara yang akan mcmpengaruhi dengan ora11g >.,.. perilakunya akan dipengaruhi mcnjadi amat penting. Duncan menyebutkan ada riga gaya kepcmimpinan, yaitu· otokrasr, demokrasi, dan gaya bebas (rhe lalsserfairo). Wursanto mcnarnbahkan tipc (gaya) paiernallsrik, militcnst dan open leadership, Scmentara Fnndi Tjiptono dan Anastasia Di ..
(2000 I 92) mclcngkapmya dengan ga:,,a kepemimpinan partisipa berorientasi pada tujuan, dan situasional. 01 bawah ini akan diuraikan upe-tipe (gaya-gaya) kepemimpm tersehut di atas dengan maksud memberikan gernbaran yang jelas mengcn,n persamaan dan perbedaannya, agar tidak terjadi ow1rl,rp dalarn memahami g-.iyn kepemimpinan disebabkan pengistllahan yang berbeda, padahal maksud dan luJuunnyo sama. Pertama, kepemrmpinan otokrasi. Kcpcmunpinan otokrasi dlscbu juga kepemimpinan
100
I
� �$:\NI,\ Vol. 18, No. l, Januari - April 2013
Kepemimpinan dalam Pendldikan Islam
tidak mau mcncrima saran dari bawahan, bahkan ia ridak memberi kcscmpatan kepada bawahan unluk memberikan saran, pendapat aiau
ide, (5) keras dalam menghadapi prinsip, (6) [auh dari bawahan, (7) lebih mcnyukai bawahan yang bcrsikap ABS (Asal Bapak Senang), (8) Porintah-perintah dibcrikan secara paksa, (9) pengawasan dilakukan
secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan. Kedua, kepemimpinan dcmokrasi. Gaya atau tipekepemimpinan ini dikenal puladengan istilah kepemimpinan konsultarif'aiau konsensus,
Orang yang menganut pendekatan. ini melibatkan para karyawan yang molaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya, walaupun yang mernbuatkeputusan akhir adalah pernimpin, setelahrnecerima masukan dan rekomcndasi dari anggota tim (Tjiptono dan Anastasia Diana. 2000: 161). Meuurur Adam Ibrahim Indrawijaya (1993: 135) "Gaya
kepemimpinan dcmokratis pada umumnya berasumsi bahwa pendapar orang banyak lebih baik daripada pendapatny.a sendiri dan adanya partisipasi akan mcnimbulkan ranggung jawab bagi pelaksananya", Asumsi lain bahwa partisipasi memberikan kesempatan kcpuda para anggota untuk mengembangkan diri mereka. Keriga: kepemimpinan laissezfaire. Kepemimpinan laissez faire (gaya kepemimpinau yang bebas) adalah, gaya kepemimpinan yang lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok, Dalam gaya ini, seorang pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok, apa yang baik menurul kelompok itulah yang mcnjadi
keputusan. Pelaksanaannya pun tergantung kepada kemauan kclompok (lndrawijaya, 1993 : 136). Pada umumnya tipe laissezfaire dijalankan oleh pemimpin yang tidak mcmpunyai keahlian teknis. Tipc laissez faire mempunyai ciri-ciri untam lain: (I) membcrikan kebebasan sepenuhnya kepada bawahan unmk melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas masing-masing, (2) pimpioan tidak ikut bcrpartisipasi aktif dalam kegiatan kclompok, (3) scmua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan, (4) tidak mampu rnelakukan koordinasi dan pengawasanyang baik, (5J tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan, (6) secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinannya, ia. hanya rnerupakan simbol belaka (Wusanto, 2004 ; 200). Menurut hemat .ii lNSANlA Vol. lS, No. l, Januarl -April 2013
1101 .
Rahman Afondl
penulis, tipe laissezfaire ini bukanlah tipe pemimpin yang sebenarnya, karcna ia tidak brsa mempengaruhi dan menggerakkan bawahan, sehingga tujuan organisasi tidak akan tereapai. Keempat, kepemimpinan partisipatif Kepemirupinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemirnpinan terbuka, bebss atau nondirective. Pemimpin yang menganut pcndekatan ini bauya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan, Ta hanyu sedikit menyaj ikan informasi mengenai suatu pcrmasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota Lim untuk rncngcmbangkan sirategi dan pemecahannya, 'ia hanya rnengarahkan tim ke arah tercapainya konsensus (Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000 ; 162).
Kdi11Ja. kepemimpinan paternalistik. Tipc paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan datam batas-batas kewajaran. Ciri-ciri pemimpin pcnganut paternatistik antara lain: (1) pcmimpin bertindak sebagai ,eorang bapak; (2) memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa, (3) selalu mctubcrikan pcrlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang berlebihan, (4) kepulusan ada di tangan pemimpin, bukan karena ingin bcrtindak sccara otoritcr, tetapi karena kcingman memberikan kemudahan kepada bawahan, Oleh kareua itu para bawahan jarang bahkan sama sekali tidak memberikan saran kepada pimpinan, dan pimpinan jarang bahkan (idak -pen\ah meminta saran dari bawahan, (5) pimpinan menganggap dirinya yang pa I ing mengetahui segala rnacam persoa Ian ( Wursanto, 2004 : 202).
Keenum, kcpemimpinan bcroricntasi pada tujuan. Gaya kcpcmimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasarun. Penganut pendekaian ini memima bawahan (anggota tim) untuk memusatkan pcrhetiannya pada tujuan yang ada. Hanya stratcgi yang dapat menghasilkan kontnbusi nyata dan dapat diukur dalam rnencapai tujuan organisasilah yang dibahas, faktor lainnya yang tidak bcrhubungan dcngan tujuali organisasi diminimumkan (Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000 : 162). Kemjuh. kepemimpinan militeristik, Kcpemimpinan milireristik tidak hanya terdapat di kalangan mi liter saja, tetapi banyak juga terdapat pada instansi sipil (non-militcr), Ciri-ciri .kepemimpinan militcristik
102
I
A lNi>J\NIA Vol. 18, No. 1, Januari • April 2013
Kepm,imp;nan dalam Pendiditan Islam
antara lain: (1) dalam komunikasi lebih banyak mcmpergunakan saluran formal, (2) dalam menaaerakkan bawahan dengan sistem komando/ perintah, baik secara lisan ataupun tulisan, (3) segala SCSU3tu bersifat formal, (4) disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku, (5) komunikasi berlangsung satu arah, hawahan lidak diberikan kesempatan untuk rnemberikan pendapat, (6) pimpinan menghcndaki bawahanpatuh terhadap semua perintah yang diberikannya (\Vursanto, 2004 : 203). Kedelapan, kepemimpinan situasional Gaya kcpcmimpimm ini dikenal juga sebagai kepemimpinan tidak tetap (fiuid) ataukontingensi. Asumsi _yang digunakan dalam gay-.i ini adalah bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang tepat bagi seriap manajer dalam segala kondisi, Oleh k:arena itu gaya kepemrmpinan situasional aJcan rnenerapkan suatu gaya tertentu hcrdasarkan pertimbangan atas faktorfaktor seperti pemimpm, peogikut, dan situasi (dalam arti struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamikakelompok (TjiptonodanAnastasia Diana. 2000 : 162-163). Jika diperhatikan secara seksama, dari tipe-tipc kcpemimpinan yang tel ah diuraikan di atas, terdapat Jcesamaan dalam hal fokus perhatian, di rnana yang mcnjadi pusai perhatiannya adalah perilaku kepemimpinan itu sendiri. Karena itu, dalam menentulam teori mana yang paling sesuai antuk diterapkan dalam scbuah organisasi atau institusi (termasuk institusi peodidikan), menjadi sangat pealing untuk mengetahui parameter yang dijadikan patokan penilaian, Dalam hal ini, menurnt Stogdill, tcrdapar duabelas faktor (indikaror) yang perlu diperhatikan dalam menilai perilaku kepemimpinan, yaitu: a. Representation (perwakilan), pemimpin berbicara dan bertindak sebagai wakil kclompok. b. Reconciliation (tuntutan pcrdamaian), pemirnpin mendamaikan tuntutan konflik dan mengur.mgi ketidakteraturan sistem. c, Tolerance ofuncertainty (toleran terhadap kctidakpastian), pcmimpin harus mampu mernberikan toleransi terhadap ketidak pastian dan penundaan tanpa kekhawariran atau gangguan (11pse1). d. Persuasiveness (keyakinan), pcmimpin. mempergunakan pcrsuasi
dan organisasi sccara cfcktif, serta memperlihatkan keyakinan yang kuat (conviction).
4 INSANTA Vol.18, No. l, Januari • Apn12013
I
103
ll9hman Afondi
•
e. Initiation of Structure (struktur inisiasi), pemimpin harus dengze jclas mendefinisi.kan peranan kepemimpinan dan memberikan kesempatan bawahan mengetahui apa yang diharapkan dari rnereka, E Tolerance offreedom (toleransi kebebasan), pemimpin harus membiatkan bawahan berkesempatan untuk bcrinisiatif, terlibat dalam mengambil keputusan dan berbuat, g. Role assumption (asumsi peranan), pemimpin secara aktif .menggunakan peranan kepemimpinan daripada menyerahkan kepemrmpinan kepada pihak lain. h. Con,;iderarion(konsidcrasi).pemimpinmemperhatikanketenanga.. kesejahteraan dan kontribusi bawahan. i. Productive emphasis (penekanan pada hal-hal yang produktif) pemimpin lebih mementingkan atau menekankan kepada hal-hal yang bersifat produktif. j. Perdictiveaccuracy(ketepatanprediksi),pemimpinmemperlihatkarr wawasan.ke depan dan kecakapan untuk memperkirakan hasil yang akan datang secara tepat, k. Integration (integrasi), pemimpin memelihara.secara akrab jaringan (unit) organisassi dan mengatasi konflik antar anggota, L Superior orientation (orientasi kepada atasan), pemimpin harus memelihara hubungan dengan baik terbadap atasan yang mcmihki pengaruh terhadap pemimpin mereka dan berjuang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi (Tjiptono clan Anastasia Diana, 2000 : 25-2 7). 3. Fungsi Kepemimpinan Uraian di atas membenlcan gambaran betapa pentingnya aspek kepemirnpinan dalam sebuah organisasi, Dalam konsep tradisional, hubungan antara pemimpin lokal (loni master) dan pengikut-pengikurnya (we/l willerl) merupakan Iaktor yang sangat fundamental bagi tcrbenruknya organisasi sosial, di mana "orang kecil" membutuhkan kepemimpinan yang baik dari "orang besar". Para pcngikut mencintai pemimpinnyatidak hanya dengan penghormatan tetapi juga hadiah, Sebaliknya pimpinao roembutuhkan pengikut untuk rueningkatkan kohurmatan atau "pemujaan" (Burke, 200 l : I 08). Aclanya aspek pemujaan
104
I
A, INS.\NIA Vol. 18, No. 1, Januarl • April 2013
Kepemimpman dafom Pendldikrln Islam
dan ketaatan penuh serta unsur magis ini memberikan legitirnasi yang kokoh pada posisi seorang pemimpin. Akan tetapi, konsep uadisional hubungan aatara pernimpin dcngan yang dipimpin pada tahap berikutnya, kctika suatu komunitas sosial memasuki ranah politik, akan menimbulkan apa yang disebut dengan patronase, Patronase dapat didefinisikan .scbagai sisrem politik (organisasi) yang berlandaskan pada hubungan pribadi antara pihak-plhak yang tidak setara, antara pemimpin (patron) dan pengikutnya (clienf). Masing-maisng pihak memiliki sesuaru untuk ditawarkan. Klien menawarkan dukungan politik dan penghonnatan kcpada patron yang di· tampilkan dalam berbagai bcnluk simbolis (sikap kepatuhan, bahasa yang hormar, hadiah dan lainnya), sementara patron menawarkan kebaikan, pekerjaan dan perlindungan kepada kliennya . (Burke, 200 I : 106}. Model kepemimpinan patronase yang demikian tidak produktif jika diterapkan dalam suatu organisasi modem. Scbaliknya dalam dunla organisasi modem, kepemimpinan lebih berperan sebagai limgsi manajemen, Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangar penting untulc mcncapai tujuan organisasi (Wahjosumidjo, 2002 : 15). Fungsi manajemen kepcmimpinan itu sendiri sangat erat terkait dengan definisi "pemimpin", sebagaimana telah diulas scbelurnnya, Dalam hal ini beberapa fungsi manajemen kepemimpinan ini roeIiputi: a) membangkitkan kepercayaan clan Joyalitas bawahan; b) mengkomunikasikan. gagasan-gagasan kepada orang lain; c) .mcmpengaruhi orang lain; d) seorang pemimpin adalah ..orang besar" yang dikagurni dan mempesona serta dibanggakan oleh bawahannya; e) menciptakan perubahan secara efektif di dalarn penampiJan kelompok; f) menggcrak:kan orang lain, sehingga secara sadar orang tersebut mau meJakukan apa yang dikehcndaki pemimpin (Wabjosurnidjo, 2002 : 40). McnurutJamesA.F. Stoner, sebagaimana diln1tip olch wabjosumido, agar suatu kelompok dapat beroperasi sccara efektif, seorangpemimpin hams mempunyai dua fungsi pokok, yaitu: ac Taskrealtedatauproblem sotvingfuncuon. artlnya bahwa pemimpin membcrikan saran dan pemecahan masalah serta dapat membcrikan sumbangan informasi dan pendapat, � 11':S,\NJA Vol. 18, No.1, Januari - April 2013
J
10s
•
b. Group maintenance function atau social function yang mencakup: mernbantu kelornpok agar dapal beroperasi secara lanear; memberikan pcrsctujuan atau melengkapi anggota kelompok lain . Scorang pemimpin yang efektif adalah pernimpin yang mampu menampllkan kedua fungsi tersebut dcngan j elas. Dalam skcma, fungsi kepemimpinan JamesA.F. Stoner dapar diilustrasikan sebagai bcrikut:
• Problem Solving
Gambar I.
Dua macam fungsi pokok kepemimpinan Mengutip pendapat Richard ll. l lall, Wahjo�umidjo (2002 : 42-47) menguraikan ada empal macam tugas penting seorang pcmimpin, yaitu: a. Mcndefinisikan misi dan peranan organisasi (invQlves the definition of the institutional organizational mission and role). b, Mengeiawantahkan tujuan organisasi (the institutional embodiment ofpmposc). c. Mernpertahankan keutuhan organisasi (10 defend the organization
s
imegralion). d. Mengendalikan konftik internal yang tcrjadi di dalam organisasi (the ordering of internal conjliet). Baik fiingsikepemimpinan yang dikemukakan oleh Stoner maupun Hall, keduanya mcnirik bcratkan pada fungsi manajemen. Dalam kerangka fungsi manajemen ini, lcgitimasi scorang pemimpin fidak diukur atau lebih tepatuya tidak bersumber dari kemampuannya mendapatkan simpati atau dukungan dari bawahan, mclainkan lebih pada sejauh mana kemampuan pemimpin dalam mengatur
dan menjalankan tugas-tugasuya .sebagai .seorang pemirupiu serta kemampuan mendelegasikan tugas-tugas tersebul secara tepat kepada bawahannya, 106
,j l N$i\1'tl A Vol. 18, No. 1, Januari -April W13
KepemimpiT!(Jn do/um Pendldikon Islam
Urgcnsi Kepcmimplnan dalam Pendidikan Apa hubungan clan fungsi kepermmpinan dalam pcndidikan?. lnilah sejatinya pertanyaan yang paling mendasar dalam pembahasan ini. Sebagairnana dikernukakan pada bagian scbelumnya, pendidikan adalah suaru proses bcrkcsinambungan yang mengandung unsur-unsur pengajaran. latihan, brmbingan dankepunpinan dcngan cujuan tertenru untuk rnelakukan transformasi ilmu, nilai agama dun bu
2. Pendldiken sebagai Birokrasi Sebagai birokrasi, pendidikan mcmilil
Mcngikuti ciri-ciri birokrasi di atas, dalarn pendidikan terdapat unsur interaksi, lujuan, pembagian tugas, scpcrangkat aturan. hubungan hierarkhis, ranggungjawab dan wewenangserta sistem in semi [ Pendidikan dengan ciri-ciri yang demikian hanya terdapat pada pendidikan yang telah tcrlcmbagakan mcnjadi sebuah institusi yang diatur dengan cara-cara organisasi modem.
4 h'\ISAN!A. Vol. -is, No. 1, Januari • April 2013
I
107
Rahman Afondi
2. Pendidikan sebagai Sistcm Sosial
Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan organisasi yang
•
dinamis dan berkomunikasi secara aktif. Di dalarnnya melibaikan dua orang atau lebib yang saling berkomunikasi untuk rnencapai tujuan Pendidikan sebagai sistem sosial mengandung bebcrapa dimensi,
antara lain: a. Sederetunsur yang terdiri dari: institusi, pcran dao harapan-harapan (tujuan) yang secara bersama-sama membenlllk dimensi normatif atau sosiologis, b. Sederet unsur yang mencakup: individu, kepribadian, dao keperluan watak (need disposuionss, yang secara bersama-sama mclahirkan dimensi kepribadian atau psikologis. c. Perilaku sosial sebagai basil interaksi antara faktor institusi dengan unsur-unsur di dalamnya dengan faktor individu beserta unsurunsurnya (Wahjosumidjo. 2002 : 149). Pendidikan sebagai sebuah sistcm sosial tidak lcpas dari konscp dasartentang sistem sosial yang berasal dari Talcott Parson. Dari konsep dasar sistern sosial ini kemudian pelaksanaan teori sistem sosial yang berkenaan dengan administrasi pendidikan digambarkan oleh Oetzel, Guba, Lipham dan Campbell melalui suatu model perilaku sistem sosial.
lm::b,r:,e:,
Gambar2 Pcndidikan scbagai sistem sosial
10s
I
A lNS,\Nl,\ Vot-18, No. 1, Januari • April 2013
Kepemimpinan do/am Pendidikon Islam
Dalam bagan tersebut, pendidikan dianggap sebagai sebuah institusi yan_g di dalanmya tcrdapat sekumpulan orang-orang yang masingmasing mempunyai Lujuan, mereka terhimpun kc dalam suatu susunan yang rnempunyai rugas dan tanggungjawab, rnerekasallng melcngkapi, saling bekerja samu dan rrremikul tauggung jawab. Pendidikan sebagai, scbuah institusi mcmpunyai peran/harapan, Dalam meraih suaru tujuan, di dalam institusi terdapai.sistem norma, aturan dan.kerenruanketentuan yapg mengatur h ubungan kcrjasama antara orang yang satu dengan yang lain {Wahjosumidjo, 2002 : 149). Faktor manusia di lingkungan institusi pendidikan terdiri dari: kelornpok guru, tenaga adminlstrasi atau staf, dan kelompok siswa, Masing-masing kelompok memiliki pribadi yang berbeda-beda. Mereka memiliki watak, kcpontlngan (interest), sikap, babkan ·juga mcmiliki kekhawatiran yang tidak sama. Akibat perbedaan pribadi ini akan menyebabkan interaksi yang unik dari rnasing-masing orang dengan lingkungannya. Tetapi sepcrti halnya institusi yang memiliki harapan, orang-orang tersebut juga menghcndaki agar keinginan atau harapannya dapai tcrpenuhi oleh organisasi melalui perilaku mereka yang ditampilkan ke dalam organisasi, Dengan dcmikian. ada keterkaitan antara. faktor institusi yang bersifat nonnatif dengan faktor manusia atau individu psikologis. Kcrerkaitan antara keduanya hersifal seimbang, Aninya bahwa harapan atau keinginan institusi pendidikan terpenuhi, demikian pula dengan harapan orang-orang di dalam lingkungan institusi pendidikan tersebut. Sehingga Iahirlah equilibrium antar kepentingan institusi serta kepentingan sumber daya manusia di dalamnya . (Wahjosumidjo, 2002 : 150). Model di atas ju11a menunjukkan hahwa interaksi antara dimensi uonnatif dengan dimcnsi psikologis akan melahirkan perilaku sosial, Dcngan dcmikian, peri laku sosial suatu sekolah tid;ik lain adalah basil dari tercapainya equilibrium antara dimensi normatif, yaitu instirusi pendidikan yang memiliki peran
(Wahjosumidjo, 2002 : 1 S 1 )·
.ill.1N'SANI A Vol. 18, NO. 1, Januarl - April 2013
l
109
Rohman Afandl
Etos kebudayaan (cultural ethos) dengan nilai-nilai sakralitas,
•
duniawi serta nilai operasionalnya yang sangat kuat juga mcnimpa harapan-harapan suam institusi pcndidikan. Nilai-nilai tersebut juga sangat berpengaruh pada watak, kepentingan dan sikap para individu. Dcngan dcmikian, nilai-nilai sosial dan prihadi berpengaruh pada perilaku setiap orang dalam instirusi pcndrdikan, Scrangkaian variabel lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku adalah dimcnsi biologis, Scpcrti tcrlihat pada model di atas, faktor indrvidu dapal dilihat sebagai suatu makhluk organis, dengan suatu sosok yang mcmiliki berbagai macam potensi, seperti: kesehatan fisik, kemampuan mental; dan fisik dan tingkar encrgi yang sangat berpengaruh pada penampilan pcran (role perfarmancei pcmimpin instirusi pcndidikan. I nstitu�i pendidikan merupakan iempat bergabungnya bcrbagai macam orang yang saling berkomuni.kasi untuk mencapai tuj uan, di mana masing-masing mempunyai latar belakang motivasi, tujuan, watak serta kepribadian yang berbeda. Sehingga tidak mcnutup kemungkinan timbul benruran-benruran antar keinginan yang pada gilirannya melahirkan apa yang discbut sebagai konflik, Konflik itu scndirl tcrjadi bcrsumber pada manusia dan perilakunya, di samping pada struktur organisasi dan komunikasi. Di sinilah pendidikan sebagai sistem sosial perlu memiliki pemahaman tentang rnakna konflik yang akan membantu pcmimplnnya dalam memahami, memprediksi dan memecahkan berbagai bentuk konflik yang terjadi (Wabjosumidjo, 2002: 152). 3. Pcndidi.kan scbagai Sistcm Tcrbuka Di samping sebagai sistem sosial yang di dalamnya terkandung berbagai dimensi dan konflik, pendidikan juga dapat dipandang scbagai "sistem terbuka". Disebut demikian karena di dalamnya berkumpul individu-individu yang saling berintcraksi dcngan lingkungannya. Dengan demikian pencliclikan terbuka untuk memperolch masukanmasukan (inpuis), dan kemudian menuansformasikannya sebagai hasil produksi (outputs). Sifat terbuka pcodidi.kan mengandung dua pengertian, pertama, melalrukan betbagai perubaban secara inrernal dcogan maksud untnk menyesuaikan deogan linglrunganoya; kedua, sistem terbuka tcrsebut
110
I
• IKSA.'llA Vol. 18, No. l, Januari • April 2013
Kepemimpinon dalam Pendidikon Islam
tldak hanya bagi lingkungannya melainkan juga dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai sistem terbuka, dalam arti menyesuaikan dengan lingkungannya dcngan cara melakukan berbagai perubahan susunan dan proses dari bagian-bagian yang ada di dalamnya sendiri. Pondidikan selalu menginginkan adanya keseimbangan dan stabilitas antara bagian-bagian yang ada di dalam dan luamya. Keseimbangaa tcrsebur dicapaimelalui proses adaptasi terhadap perobahan-pernbahan lingkungan yang pcnuh arti. Sebagai ilustrasi, pendidikan scbagai sistern terbuka dapat digambarkan olch W. Jack Duncan, sebagaimana dikutip Wahjosumidjo (2002 : 159), sebagai bcrikut:
-
r-------------�"" I
�-
-J8;!!!9.&
• • • •I ••
: -�ti.ft---------
Gambar3 Pendidikan sebagai sistem terbuka Menurut diagram Duncan di atas, pendidikan sebagai slstem terbuka memiliki arti: a. Mcncrima input berupa nilal-nilai (values), sikap, pengaruh kelompok (organisasi lain), teknologi dan scbagainya,
b. Input tersebut diterima oleh organisasi (pendidikan) sesuai dengan kondisi organisasi tcrscbut. A.INSANIA Vol. 18, No. l, Januari -April 2013
I
111
Rahman Afandl
'
c. Input yang diterima sclanjutnya di proses ke dalam organisasi (pendidik.an) dan ditransformasikan dalam bentuk basil berupa jasa atau barang, d. Hasil diterima oleh masyarakat dan organisasi (pendidikan) mencrima umpan baliksebagai input yang baru. Dalam praktcknya, scsuai dcngan diagram di atas institusi pcndidikan: a) selalu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya dengan cam mengadakan pcrubahan internal, seperti kurikulurn, jenis dan jenjang pendidikan, dll; b) Mengadakan kerjasama dengan lingkungan sekitar dengan maksud untuk lebih menyesuaikan program/ produknya dcngan kcbutuhan lingkungan (link and mqtch). Pcndidikan sebagai sistem terbuka lebih menckankan faktor sumber daya manusia dan bagaimana manusia-manusia tersebut berperilaku, Dcngan perilaku-peri laku tersebut ia mcnjalin interaksi dengan lingkungan sosial
di sekitamya (WabjOS\IJ.IDdjo, 200.2 : 160). 4. Pendidikan sebagai Agen Perubahan Agcn perubahan didefmisikan sebagai seseorang atau sckclompok orang yang bertanggung jawab untuk melakukan perubahan ke dalam pola perilaku seseorang atau sisrem sosial tertentu. Dengan dcmi.kian pendidikan sebagai -agen pcrubahan harus sclalu siap untuk berperan rnelaksanakan fungsinya di dalam situasi kerja, karena pcrubahan itu sendiri diperlukan scbagai a lat dalam ran�ka pemecahan masalah yang bertujuan ke arah kondisi atau kcadaan yang l�bihbaik(Wahjosumidjo, 2_002 : 166). Sasaran perubahan yang menjadi misi pendidikan adalah terwujudnya perubahan nilai-nilai sikap, pola perilaku clan pola pikir, skill dan wawasan peserta didikke .arah lebihbaik.
Dengan demikian da_pat dikatakan bahwa pendidikan juga berperan dalam melakukan rckayasa atau perubahan sosial. Sebab, sebagaimana diketahui perubahan sosial memilik.i dua arti, arrisempirdan arti luas, Perubahan sosial dalam arti scmpit merujuk pada perubahan-perubahan struktur. sosial, sedangkan dalam arti Iuas mencakup organisasi-orga-
nisasi politik, perekonomian dan kebudayaan (Burke, 2001 : 196).
112
I
tl. INSANIA Vol. 18, No. l, Januari • Aptil 2013
Ke�mpjnon do/am Pendid1kan ls/om
5. Pendidikan sebagai Proses Pewarisan Kebudayaan Keterknitan antara pcndidikan dengan kebudayaan sangat erat. Pada satu sisi pendidikan dianggap sebagai produk budaya yang dihasilkan rnanusia, Tetapi pada sisi yang lain pendidikan juga dapat dilihat sebagai suatu proses pewarisan budaya atau kebudayaan. Menurul Syafii Mn'arif (1996 : 6), pcndidikan merupakan suatu cara dan sistem unruk mcningkatkan k.ualitas hidup manusia dalam segala aspek kchidupan. Hampir tidak ada kelompok manusia pun yang tidak menggunakan pendidilcan dengan berbaga i benruk dan jenisnya sebagai alat pcmbudayaan, bahkan dalam masyarakat primitif sekalipun. Lebih tcgas Musa Asy'ari (1999 : 87) menyatakan bahwa pendidikan, baik formal maupun non formal adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Sctiap masyarakat mewariskan kebudayaanoya kepada generasi sesudahnya melalui pendidikan dcngan tujuan agar kebudayaan tersebu; tetap hidup dan bcrlccmbang. Sebagai proses pewarisan kcbudayaan, pendidikan mempunyai kepentingan untuk ecrus mclakuknn transformasi scmua aspek kebudayaan dari suaiu generasi ke generasi bcrikumya. Dengan demikian, suaru sistem pendidikan yang mengabaikan aspek kcbudayaan pada hakikatnya telah gagal dalam mcningkatkan kualitas manusia (peserta didiknya). Karena itu Ki Hajar Dewantoro, sebagaimana dikutip oleh Tilaar menyatakan bahwa kebudayaan adalah dasar bagi pendidikan (Tilaar, 1999 : 68). Penman Kepemlmploan dalam Pendidikan Apa peranan kepemimpinan dalam pendidikan?. Pertanyaan Ill dapat dljawab dengan mengaitkan kedua kooscp tersebut (kepemimpinan dan penclidlkan). Berdasarkan lima perspcktif teniang pendidikan di alas, maka fungsi kepemirupinan dcngan sendirinya melekat pada perspektifpcrspektif tersebut, Dalam hal ini, kepcmimpinan berfungsi terhadap pen· didikan dalam kooteks sistcm birokrasi, sistem sosial, sistcm ierbuka, agen perubahan dan pewarisan kebwlayaan. Dalam organisasi atau institusi manapun, terlebih dalam Insurusi pendidikan, kepemimpinan. merupakan kunci kcbcrhasilan. Secara spesifik kepribadian seorang pemimpin benar-benar menjadi pcrhatian yang di-
4 JNS.-\NIA Vol. 18, No. 1. Januari. April 2013
j
113
Rohman Afandi
pimpinnya. Jika disederhanakan, tugas kepemimpinan yang diemban oleh seorang pemimpin dalam institus.i pcndidikan secara garis besar tcrkait dengan kelima perspektif pendidikan di atas, dapat dibcdakan menjadi dua macam, yairu tugas penataan (managerial) clan pemeliharaan (maintenance). Terkair dengnn tugas yang pertama, Peter dan Austin sebagaimana dikuuf olch Edward Sallis (1993 : IS), menyataknn bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan pcrspektif-perspekrlf teneniu agar dapar menjalankan flln1,rsi kepemimpinannya dengan baik. Perspektif-perspckti r yang dimaksud adalah sebagai berikut: I. Vision and symbols, pimpinan pcndidikan (kepala sekolah, rcktor, kyai dan sebagainya) hams mrunpu mcngkomunikasikan nilai-nilai instuus] kepada bawahannya (staf, pendidik, peserta didik) dan kepada komunitas yang lebih luas, 2. Management by Walking About (MBWA), yairu suaru cara bagi pimpinan unruk mcmahami, berkomunikasi, clan mendiskusikan proses yang berkembang dalam lcmbaga dcngan tidak hanya duduk di belnkang meja kerjanya. 3. Visi/or the kids, yaitu pcrhaiian yang sungguh-sungguh kepada scmua anggota peserta didik di lembaga yang dipimpin sebagai primary customer maupun pihak pcngguna jasa lain. 4. Autonomy. experimentations, and support for failure, yaitu memiliki otonoml, suka mcncoba hal-hal baru. dan memberikan dukungan bagi sikap inisiatif dan inovaiif umuk mc:mperbaiki kegagalan. S. Creole a sense of familly, yaitu cara untuk mcnumbuhkan rasa kekeluargaan di antara sesama pendidik, pesena didik, karyawan, dan staf pimpinan lainnya. 6. Sense of the whole, rhytme. passion, intensity, and enthusias, yaitu kesabaran, semangat. intcnsitas, dan antusiasme. Sementara itu, tugas pcmcliharaan yang diemban oleh seorang pc· rnimpin institusi pendidikan terletak pada kemampuan mcnjaga kondisi institusi yang dipimpinnya agar selalu kondusif. Karena itu, di antara tugas yang paling penting adalah bagaimana seorang pcmimpin mampu mengatasi dan meminimalisir potcnsi terjadinya konflik yang rnungkin timbul. Dalam hal ini, terdapat beberapajenis konfiikyang bcrpotensi timbul dalam sebuab institusi (pendidikan), antara lain:
114
I
A JNSA.."IIA Vot 18, No. 1, Januari • April 2013
Kepemfmpinon do/am Pendidikan Islam
I. Konflik peranyangbiasanya bersumber dari empat hal, yaitu: pertama. konflikyang bersumnber dari seorang pcncntu pecan (intra sender role cnnfiirt). Kedua. konflik yang bersumber dari dua atau lebih peneniu peran (inter sender role confiict). Ketiga; konflik yang terjadi karena benturan antara dua peran yang dimiliki seseorang linterrole corfiict). Keempat, konflikyang terjadi antara lcewajihan dan prihadi seseorang. 2. Konllik pribadi ( interpersonal conflict), mencakup: l )kctidak setujuan terhadap kebijaksanaan, pelaksanaan dan rencana; 2) tanggapan emosional 3. Konflik anlar dan dalam lingkungan kclompok (inter group corrflicJ).
Penutup Berdasarkanuraian di atasdapat disimpulkan bahwafungsikepemimpinan dalam pendidikan terletak pada dua aspek kemampuan, yaitu kemumpuan manajerial (managerial) dan pemeliharaan imaintenancej. Keduahal iniharus dim iliki oleh.seorang pemimpin dalam sebuah instirusi pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dcngan baik dalam upaya merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Kcmudian, ada beberapa rekomendasi yang pcdu penulis sampaikan,
yaltu sebagai berikut: 1. Dalam penyelenggaraan pendidikan bcndaknya dilakukan redefimsi kepemimpinan, Dalam arti bahwa ,,aradigma kepernirnpinan lama yang bersifat otoriter diganti dengan konsep kepemimpinan yang
demokratis dalam koridor konsep kepemimpinan, 2. Perlunya peningkatan.pemaharnanbagi para penyelenggara pendidikan tentang konsep kepemimpinan. 3. Pcmahaman tentang konsep kepcmimpinan hendaknya diterapkan dalam pendidikan sebagai sebuah sistem atau organisasi, agar dipemleh out put yang berkualitas. Daftar Pustaka
Indrawijaya, Adam Ibrahim. 1993. Perilaku Organisasi. Bandung : Sioar Baru,
Ahmad Ludjito. "Peran Pendidikan Agama dalam Mewujudkan Manusia A1NSANL'\ Vol. 18, No. 1, Januari • Al)ril 2013
I
11s
Rahman Afondi
Indonesia Seutuhnya". Abdurrahman dkk. 1993, Agama dan Masyaraka: Yogyakarta: IJ\IN Sunan Kalijaga. Ahmad Syafi'i Ma'arif, "Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat", da)am Jurnal Pendidlkun Islam (JPO, no. 2 Th. Fakultas TArhlyah Ull, I Oktober 1996. Eman Suparman, "Manajemen Pcndidikan Masa Dcpan", Seputar Indonesia, Minggu, 23 September 2007. Tjiptono, fandi dan Anastasia Diana. 2000. Total Quality Management. Ce1. I. Yogyakarra : Andi. Iluzacmah Tahido Yanggo. 'Pandangan Islam lentang
Yogyakarta : LESFJ.
Thoha, Miflah. 2003. Kepemimpinan dalam Manqjemen. CcL. I. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Palmer, Joy A (ed.). 2003. SO Pemikir Pendtdtkan, dart Piager Sampai Maso Sckarang. Alih bahasa. Farid Assifa. Cet. I. Yogyakarta : Jendela . Burke, Peter, 2001. Sejarah don Teori Soslal. Terj. Yayasan Obor Indonesia. Cet. I . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Sallis, Edward. 1993. Total Q11ality Management in Education. Philadelphia : McMillan Ltd. Parson, Talcot. 1986. Esei-esei Sosiologi. Alih bahasa. S. Aji. Cet. I. Jakarta : Aksara Persada Press. Wahjcsurnidjo. 2002. Kepemimpinan. Kepalo Sekolah, Tinjauan Teoritik dan.Permasalahannya. Cet. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wursanto, 2004. Dasar-dasar J/11111 Organisasi. Cot. I. Yogyakarta : Andi.
116
I
.t INSl\,'IL>\ Vol. 18, No. 1, lanuarl -Aprll2013