Muhammad Alvianur Huda
MIRA (Menanti Rasa & Asa)
Penerbit
Nulis Buku i
M I R A (Menanti Rasa & Asa) Oleh: Muhammad Alvianur Huda Copyright © 2016 by Muhammad Alvianur Huda
Penerbit Nulis Buku www.nulisbuku.com
[email protected]
Desain Sampul: Alvian & Agus
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
ii
MIRA (Menanti Rasa & Asa) Penulis : Muhammad Alvianur Huda Editor : Tika Hartika Penata Letak : Tika Hartika Desain Sampul : Agus dan Alvian Ide Cerita : Muhammad Alvianur Huda Penerbit : Nulis Buku ILP Center Lt. 3-01 Jl. Raya Pasar Minggu No. 39A Pancoran, Daerah Khusus Ibukota Jakarta Email:
[email protected] Website: www.nulisbuku.com Hak cipta dilindungi undang-undang.
iii
Pengantar Penulis Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan novel tentang perjalanan hidup ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses pembuatan novel ini. Sehingga dapat sampai di tangan pembaca. Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki karyanya di kemudian hari. Akhir kata penulis berharap semoga novel ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
iv
Ucapan Terimakasih Terima kasih kepada Allah SWT dan Nulis Buku, yang membukakan jalan dan kesempatan bagi saya untuk menerbitkan buku ini. Kepada mama tercinta, yang tak pernah berhenti menyemangati saya untuk menyelesaikan novel ini. Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Kandangan, yang memberikan saya kesempatan untuk belajar dan bersenang-senang bersama dengan Dosen favorit saya, yaitu Pak Diny Mahdini yang mencerahkan dan penuh inspirasi. Kepada teman teman di komunitas videografer dan fotografer Play Art Production (tempat benih awal kisah ini tumbuh). Mira Anggraini (selaku orang yang disayang dan cintai serta inspirasi cerita ini), Tika Hartika (untuk kesediaannya membaca tulisantulisan saya), Dani, dan Syahnor (untuk hari-hari menyenangkan di Play Art Production). Kepada Agus Masta yang telah berkenan membuat design cover untuk novel ini. Kepada teman-teman Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Kandangan. v
Daftar Isi Pengantar Penulis ..............................................
iv
Daftar Isi ...........................................................
vi
Prolog ...............................................................
1
Pertanyaan ......................................................... 22 Perkenalan ......................................................... 47 Mira ................................................................. 76 Jatuh Hati .......................................................... 96 Tentang Penulis ................................................. 120
vi
PROLOG Awan-awan gelap yang disinari cahaya kemerahan, rumah-rumah yang lampunya masih menyala, menjadi pemandangan subuh kota Kandangan. Namun pemandangan ini tidak ditemui oleh Vian.
122
M
atahari bersinar terang menyelimuti sejuk pusat kota Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Tampak lalu lalang kendaraan, ditata oleh lampu lalu lintas yang silih berganti warna di perempatan itu. Perempatan yang menjadi penghubung antara kota Banjarmasin dengan wilayah Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara dan termasuk kota Kandangan itu sendiri. Tak jauh dari perempatan tersebut, berdiri sebuah wisma yang juga sebagai penginapan sederhana namun elegan. Di tengah nuansa rimbun di sana, terlihat dua orang wanita sedang bersitegang. Yang satu duduk dengan tangan terikat dan yang satunya lagi berdiri di depannya dengan menggenggam sebilah pisau di tangan kanannya. Wanita yang memegang pisau itu berkata “Lo gak perlu tau gue siapa! Sekarang beri tau gue dimana kakak lo berada?”. Tak lama berselang, seorang pria tak jauh dari wanita itu berteriak “Cut!!” sambil melangkah menuju ke arah-nya.
viii
“Kurang dapat suaranya Nova.” sambung pria tersebut. Wanita yang menggenggam pisau bernama Nova itu menyimak baik instruksi dari pria yang merupakan sutradara film yang sedang mereka garap. “Ok semua, satu kali take lagi setelah itu kita break.” katanya. “Siap Vi!!” jawab Dani, salah seorang pemegang kamera yang berdiri di sampingnya. “Nova kali ini harus dapat suaranya ya.” ujar sang sutradara bernama Vian itu dengan nada lebih pelan. Nova hanya mengangguk tanda mengerti. “Ok Dani, stand by?” kata Vian pada pemegang kamera “Adit, stand by?” sambungnya lagi pada pemegang cliperboard. Yang kemudian direspon oleh Adit dengan acungan jempol kanannya. “Take ke 66, kamera stand by... and action!!” ujar Adit yang bertugas memegang cliperboard, memulai shooting film mereka.
ix
Shooting pun dimulai kembali, seperti yang dikatakan sebelumnya oleh Vian, sang sutradara, setelah scene itu selesai dengan benar kemudian mereka break. Sebagian pemain dan crew ada yang sholat, mempersiapkan makan siang, ada juga yang hanya duduk bersantai di teras wisma menikmati kesejukan dari pepohonan rindang di halaman. Ketika break itulah, tersirat suasana kekeluargaan yang begitu hangat antara para pemain dan crew. Mereka tetawa, bercanda, bahkan ada pula yang bercerita tentang kehidupan mereka masingmasing. Entah pengalaman menyenangkan, menegangkan, atau menyedihkan beraneka rupa dan cara diungkapkan. Seolah mereka seperti keluarga besar yang sedang bernostalgia ria. Setelah rangkaian canda tawa sudah dirasa cukup, mereka kembali melakukan shooting untuk scene berikutnya dengan penuh semangat dan kesungguhan. *** Menit demi menit waktu shooting berlalu, scene demi scene pun juga telah dilewati, hingga waktu menunjukkan pukul 17.00 WITA. Vian selaku sutradara pada saat itu memutuskan untuk mengakhiri shooting. Disamping juga scene untuk hari ini telah terselesaikan. x