PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INSIDEOUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR APRESIASI DONGENG SISWA KELAS VIIC MTSN JUWET NGRONGGOT NGANJUK M. A. Yusuf Ali Azhary 1 Heri Suwignyo2 Muakibatul Hasanah3 E-mail:
[email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar apresiasi dongeng dengan penerapan pembelajaran kooperatif Outside-Inside Circle. Pada penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Data proses dari penelitian ini berupa data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil berupa lembar kerja siswa. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Inside-Outside Circle mampu meningkatkan hasil belajar apresiasi dongeng siswa. Kata kunci: model pembelajaran Inside-Outside Circle, hasil belajar apresiasi dongeng, pembelajaran apresiasi satra. ABSTRACT: The goal of the research is to describe the learning outcome increases of the tales appreciation with cooperative learning application of Outside-Inside Circle. In this research it was used the qualitative approach and it’s kind of research is class action research. The process data of the research is data from observation, interview, and documentation. The result data were students’ work sheets. Of the results of the research it was known that the cooperative learning model application of Inside-Outside Circle can improve the learning outcomes of tales appreciation of the students. Key words: the learning model of Inside-Outside Circle, the learning outcomes of tales appreciation, literatures appreciation learning.
Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode pengajaran sastra yang hendak digunakan sebaiknya didasarkan pada pendekatan yang paling serasi serta mendukung hakikat dan tujuan pengajaran sastra. Tujuan pembelajaran sastra tidak lain agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman bersastra. Aminuddin (2004:62) menyatakan bahwa jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat, karena dengan sastra dapat menciptakan individu-individu yang lebih berkepribadian dan lebih cerdas. Salah satu pembelajaran sastra adalah mengapresiasikan dongeng dengan menghubungkan isi dongeng yang diperdengarkan. Apabila pembelajaran dongeng dilakukan dengan cara yang kurang tepat, maka tujuan pengajaran sastra dalam membentuk individu yang lebih berkepribadian baik dan cerdas tidak akan terlaksana. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk dalam kegiatan pembelajaran apresiasi dongeng yang diperdengarkan masih menggunakan metode 1
M. A. Yusuf Ali Azhary, Mahasiswa Jururusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. Heri Suwignyo, Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang, Pembimbing I. 3 Muakibatul Hasanah, Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang, Pembimbing II. 2
66 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
ceramah dan berdiskusi kelas. Dari hasil pengamatan diketahui metode tersebut tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Dalam model pembelajaran diskusi, siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa rendah. Kurangnya aktvitas siswa dalam pembelajaran mengakibatkan hasil belajar apresiasi dongeng siswa rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini berusaha mencarikan model pembelajaran lain agar pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas, yaitu pembelajaran kooperatif Outside-Inside Circle (IOC). Pemilihan model pembelajaran kooperatif IOC ini karena dalam IOC semua siswa mampu aktif dalam pembelajaran, karena semua siswa akan bertukar informasi dengan semua siswa dalam kelas. Pembelajaran kooperatif model IOC adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua kelompok siswa yang berpasangan membentuk lingkaran. Lingkaran ini ada dua bagian, yaitu lingkaran luar dan lingkaran dalam. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran luar dan dalam berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. Kemudian siswa berada di lingkaran luar diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran dalam bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Pembelajaran kooperatif model IOC adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua kelompok siswa yang berpasangan membentuk lingkaran. Lingkaran ini ada dua bagian, yaitu lingkaran luar dan lingkaran dalam. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran luar dan dalam berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan (Suprijono 2011:97). Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian/penguasaan siswa terhadap materi dalam pembelajaran apresiasi dongeng yang mencakup penguasaan ranah kognitif, baik ketuntasan invidu maupun klasikal. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris ”Apreciation” yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja ”ti appreciate” yang berarti menghargai, menilai, mengerti, dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi (Prihanto 2009). Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi dalam penelitian ini adalah kegiatan merelevansikan isi dongeng dengan situai sekarang. Dalam penelitian ini yang diapresiasi adalah sebuah dongeng yang diperdengarkan. Berdasarkan latar belakang masalah yang disebutkan di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan judul “Penerapan Pembelajaran kooperatif Model Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Apresiasi Dongeng Siswa Kelas VIIC MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk”. Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses peningkatan hasil belajar apresiasi dongeng melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Inside-Outside Circle dalam mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas VIIC MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk, dan (2) mendeskripsikan hasil peningkatan belajar apresiasi dongeng melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Inside-Outside Circle dalam mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas VIIC MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto S., Suhardjono & Supardi (2008:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara 67 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
bersama. Pengertian penelitian kualitatif juga disampaikan oleh Moleong (2006:6) yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami gejala-gejala tentang apa yang sebenarnya dilami oleh subjek penelitian. Misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian dilaksanakan di MTsN Juwet, Jl. Tambangan Nusantara Ngronggot Nganjuk. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober (semester I tahun 2012/2013). Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu pada tiap hari Senin (2 x 35 menit) dan Rabu (3 x 35 menit). Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIc MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk dengan jumlah siswa 24. Observer terdiri dari orang pengamat yaitu. Bapak X (guru bahasa Indonesia) dan teman sejawat yang membantu peneliti merekam proses pembelajaran. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar apresiasi siswa. Lembar observasi terdiri dari lembar penilaian pengelolaan guru dan lembar penilaian aktivitas guru. Lembar observasi digunakan untuk mengamati keseluruhan proses pembelajaran apresiasi dongeng. Catatan lapanan digunakan untuk merekam situasi kelas ketika tindakan dilaksanakan. Rubrik penilaian digunakan untuk menilai hasil belajar apresiasi dongeng siswa. Rubrik penilaian berisi deskripsi beberapa indikator dan nilai sebagai kriteria untuk mengukur kemampuan mengapresiasi dongeng siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng dengan penerapan model pembelajaran IOC. Rubrik penilaian berisi hasil belajar apresiasi dongeng siswa dalam (1) menghubungkan pokok persoalan yang dihadapi tokoh dengan situasi sekarang, (2) menghubungkan peristiwa yang dialami tokoh dengan situasi sekarang, (3) menghubungkan tempat kejadian dalam dongeng dengan situasi sekarang, dan (4) menghubungkan pesan dongeng dengan situasi sekarang. Teknik analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif teknik analisis yang digunakan yaitu: (1) reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, (2) penyajian data, dapat berupa uraian singkat, dan (3) kesimpulan dan verifikasi. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif yakni dicari nilai rata-rata dan persentasenya. Teknik analisis data mengacu pada pendapat Harsiati (dalam Sunismi, 2008:62) yang menyatakan bahwa kegiatan analisis data menggunakan tiga tahap, yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penyimpulan dan verifikasi data. HASIL Data penelitian ini berupa tindakan pembelajaran, baik berupa data proses dan hasil. Data proses berupa data verbal dan tingkah laku subjek yang diteliti yang bersumber dari kegiatan pembelajaran apresiasi dongeng dengan menerapkan model pembelajaran IOC. Data hasil adalah lembar kerja siswa yang berisi hasil belajar dongeng siswa dengan menerapkanmodel pembelajaran IOC. Proses dan hasil tindakan dipaparkan secara berurutan mulai dari siklus I kemudian dilanjutkan siklus II. Siklus I dilakukan setelah kegiatan studi pendahuluan dianalisis dan direfleksi. penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran meliputi lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan dan lembar penilaian pengelolaan guru. Penilaian aktivitas siswa mencakup aspek (1) keaktifan bertanya siswa, (2) keaktifan menjawab siswa, (3) keseriusan siswa dalam pembelajaran, (4) partisipasi siswa dalam kegiatan belajar, dan (5) keantusiasan siswa dalam belajar. Penilaian pengelolaan guru mencakup keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Catatan lapangan mencakup keadaan kelas ketika dilakukan penelitian. Data proses menunjukan bahwa kegiatan siswa dalam siklus I lemah dalam kegiatan bertanya dengan guru dan menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini sesuai dengan persentase 68 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
keaktifan bertanya siswa hanya mencapai 5 siswa dengan persentase 20,83% dan keaktifan menjawab siswa hanya mencapai 8 siswa dengan persentase 33,33% pengamat satu dan dari pengamat dua mencapai 7 siswa dengan persentase 29,16%. Dari 24 siswa yang serius dalam pembelajaran mencapai 15 orang dengan persentase 62,5% pengamat satu, dan 17 siswa dengan persentase 20,83% dari pengamat dua. Selanjutnya, seluruh siswa berpartisipasi dalam pembelajaran dan antusias mengikuti pembelajaran. Dari hasil catatan lapangan siklus I, diketahui bahwa situasi kelas gaduh atau ramai pada saat proses pembelajaran. Guru mampu mengendalikan situasi kelas yang ramai sehingga proses pembelajaran tetap berjalan lancar walaupun masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari lembar pengelolaan pembelajaran guru dapat diketahui dari pengamat I diperoleh nilai 45 dengan persentase nilai 75% sudah termasuk kategori baik dan. Pengamat II memberikan nilai 42 dengan persentase penilaian 70% termasuk kategori cukup baik. Dapat disimpulkan bahwa guru kurang menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I ini termasuk kategori kurang baik. Data hasil menunjukan bahwa hasil belajar apresiasi siswa pada siklus I mengalami peningkatan bila dibandingkan pra tindakan. Dari data penilaian hasil belajar apresiasi dongeng siswa yang termasuk kategori baik adalah pada aspek menghubungkan tempat kejadian dalam dongeng, dari 24 siswa yang mencapai batas minimum adalah 23 siswa dengan persentase dalam siswa 98,3%. peningkatan selanjutnya terletak pada aspek menghubungkan pokok persoalan yang dihadapi tokoh, dari 24 siswa yang mencapai batas minimum adalah 22 siswa dengan persentase 91,6%. Kelemahan siswa dalam menghubungkan isi dongeng terletak pada aspek menghubungkan pesan dongeng. Dari data penilaian hasil belajar siswa diketahui bahwa yang mencapai batas minimum adalah 14 siswa dengan persentase 58,3% dari jumlah 24 siswa. Kelemahan selanjutnya terdapat pada aspek menghubungkan peristiwa yang dialami tokoh dengan situasi sekarang, dari 24 siswa yang mencapai batas minimum 15 siswa dengan persentase 62,5%. Kemampuan merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang pada siklus I meningkat 37,5% dibandingkan kegiatan pra tindakan. Pada kegiatan pra tindakan persentase kelulusan siswa hanya mencapai 16,67% dan siswa yang tuntas 4 siswa dengan nilai rata-rata 61,71%. Pada kegiatan siklus I terjadi peningkatan persentase ketuntasan siswa menjadi 58,33% dan siswa yang tuntas mencapai 14 siswa dengan nilai rata-rata 72,91%.Berdasarkan hasil nilai siklus I, diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar hanya 14 siswa dari 24 siswa, dan persentase ketuntasan belajar siswa dalam kelas adalah 58,33%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolahan. Agar tujuan penelitian ini tercapai maka tindakan I masih perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan II. Perbaikan pada tindakan II yaitu (1) Membuat media audio dongeng dengan suara dari peneliti, (2) menyiapkan rencana atau rancangan pembelajaran silkus II dengan memperhatikan pembagian waktu yang sebaik-baiknya, (3) menambahkan waktu dalam pelaksanaan IOC, dan (4) Mempersiapkan ulang lembar observasi pengelolaan pembelajaran guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar catatan lapangan. Lembar observasi pengelolaan pembelajaran guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar catatan lapangan, dan menyiapkan lembar kerja siswa. Data proses menunjukan bahwa proses pembelajaran dalam siklus II sudah termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan persentase keaktifan bertanya siswa mencapai 17 siswa dengan persentase 70,83% dan keaktifan menjawab siswa hanya mencapai 18 siswa dengan persentase 75% pengamat satu pengamat dua. Selanjutnya, seluruh siswa sudah serius dalam pembelajaran, berpartisipasi dalam pembelajaran, dan antusias mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam siklus II sudah termasuk baik. Dari hasil catatan lapangan siklus I, diketahui bahwa situasi sudah cukup tenang, siswa sudah 69 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
mulai terbiasa dengan pembelajaran moodel IOC. Siswa yang membuat gaduh dan ramai sudah mulai berkurang. Dari lembar penilaian pengelolaan guru dapat diketahui dari pengamat I diperoleh nilai 55 dengan persentase nilai 91,66% sudah termasuk kategori baik dan. Pengamat II memberikan nilai 42 dengan persentase penilaian 86,67% termasuk kategori cukup baik. Dari data penilaian proses pembelajaran pada penelitian ini, dapat disimpulkan proses pembelajaran pada penelitian ini sudah termasuk kategori baik. Data hasil menunjukan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Peningkatan tertinggi terdapat pada aspek menghubungkan peristiwa yang dialami tokoh, yaitu 25%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 62,5% (siklus I) menjadi 87,5% (siklus II). Peningkatan berikutnya terdapat pada aspek menghubungkan pesan dongeng, yaitu 16,7%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 58,3% (siklus I) menjadi 75% (siklus II). Peningkatan terendah terdapat pada aspek menghubungkan tempat kejadian dalam dongeng, yaitu 16,7%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 95,83% (siklus I) menjadi 100% (siklus II). Aspek yang tidak mengalami peningkatan adalah menghubungkan pokok persoalan yang dihadapi tokoh, baik siklus I maupun siklus II sebesar 91.6%. Kemampuan merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang pada siklus II ini mengalami peningkatan. Pada siklus II kemampuan merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang meningkat 33,33 % dibandingkan kegiatan siklus I. Pada kegiatan siklus I persentase kelulusan siswa hanya mencapai 58,33 % dan siswa yang tuntas14 siswa dengan nilai rata-rata 72,91%. Pada kegiatan siklus II persentase ketuntasan siswa sudah mencapai 91,66 % dan siswa yang tuntas mencapai 22 siswa dengan nilai rata-rata 77,86%. Setelah melihat dari hasil tindakan I, yaitu (1) hasil kerja siswa, (2) hasil dari merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang pada dongeng yang diperdengarkan, dan (3) hasil observasi oleh pengamat, serta hasil diskusi dengan dua orang pengamat guru Bhs. Indonesia dan teman sejawat maka dari tindakan I dapat disimpulkan bahwa siklus II berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus ini sudah menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif IOC dalam pembelajaran apresiasi dongeng dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. PEMBAHASAN Proses Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Inside-Outside Circle untuk Meningkatan Hasil Belajar Apresiasi Dongeng Siswa VIIC MTsN Juwet Apresiasi dongeng dalam penelitian ini difokuskan kepada kegiatan merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang. Isi dongeng dibatasi empat aspek, yaitu pokok persoalan yang dihadapi tokoh, peristiwa yang dialami tokoh, tempat kejadian dalam dongeng dan pesan dongeng. Kegiatan siswa menghubungkan isi dongeng dengan situasi sekarang dilakukan dengan cara bertukar informasi melalui model pembelajaran IOC. IOC dilakukan dengan cara pembentukan dua kelompok besar, siswa diatur dalam lingkaran luar lingkaran dalam dan saling berhadapan, anggota lingkaran luar bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran dalam hingga siswa bertemu dengan pasangan asal. Dari kegiatan ini siswa mendapat pengetahuan secara komprehensif tentang isi dongeng yang sudah didengarnya. Model pembelajaran IOC dapat menjadikan siswa yang kurang aktif menjadi aktif (Suprijono 2011:97). Hasil observasi secara langsung dan analisis data yang diperoleh selama pengamatan menunjukan bahwa pada kegiatan siklus I aktivitas siswa dalam pembelajaran rendah. Hal ini dikarenakan kelemahan guru dalam mengawasi siswa ketika dalam menyampaikan dongeng. Kurangnya pengawasan tersebut menyebabkan siswa yang merasa tidak diawasi membuat gaduh dan mengganggu siswa lainnya dalam mendengarkan. Gangguan dari siswa yang membuat gaduh ini berdampak pada hasil informasi awal siswa yang didapat dalam cerita 70 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
dongeng yang diperdengarkan. Kekurangan siswa ini membuat keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah, karena informasi awal tidak ada maka dalam pembelajaran siswa cenderung pasif. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dikarenakan pembagian waktu dalam tiap perputaran lingkaran luar dan dalam kurang. Pada siklus I setiap kegiatan perputaran lingkaran luar dan dalam hanya diberi waktu selama 2 menit. Pembagian waktu selama dua menit kurang memaksimalkan siswa dalam memperoleh informasi tentang dongeng yang diperdengarkan. Selain pembagian waktu yang kurang tepat dan kurangnya pengawasan guru ketika pembacaan dongeng, kelemahan aktivitas siswa juga dikarenakan guru kurang memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan pelaksanaan yang telah direncanakan dalam RPP. Kurangnya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru menjadikan kegiatan IOC kurang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi dongeng. Agar kualitas pembelajaran apresiasi dongeng meningkat, maka perlu adanya perbaikan dari kekurangan pada siklus I. Pertama, dongeng diperdengarkan dengan menggunakan media audio dengan pengisi suara adalah peneliti agar dalam kegiatan mendengarkan dongeng peneliti dapat mengawasi setiap siswa dan mengurangi kegaduhan siswa dalam pembelajaran. Media audio pada penelitian ini hanya bertujuan agar siswa mendapatkan informasi awal dari isi dongeng yang diperdengarkan tanpa adanya gangguan dari siswa yang membuat gaduh. Kedua, penambahan waktu dalam pergerakan lingkaran luar dan dalam. Penambahan waktu ini menjadikan siswa dalam mengumpulkan informasi tentang isi dongeng yang diperdengarkan dengan baik. Pada siklus II alokasi waktu menjadi 3 menit, dari siklus I alokasi waktu bertambah 1 menit. Penambahan 1 menit ini efektif bagi siswa dalam mengumpulkan informasi tentang isi dongeng yang diperdengankan. Ketiga, peneliti dalam melakukan pembelajaran memperhatikan tahap-tahap pembelajaran yang sudah direncanakan agar IOC berjalan dengan baik dan tidak ada kegiatan pembelajaran yang terlewati. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini menjadikan aktivitas siswa meningkat. Keaktifan siswa pada siklus II ini tampak pada keaktifan menjawab dan bertanya siswa. Keaktifan siswa ini disebabkan oleh adanya penerimaan informasi yang sama pada masingmasing siswa, dari penerimaan informasi yang sama ini siswa menjadi aktif bertanya dan menjawab, hal ini dikarenakan siswa sudah mengerti hal yang dibahas dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran IOC dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dongeng. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yang tercipta dengan adanya interaksi positif antara siswa dengan siswa lainnya. Setiap siswa menyampaikan hasil interpretasi dari dongeng yang diperdengarkan dengan siswa lain. Dengan model pembelajaran IOC siswa dapat mengetahui langsung interpretasi siswa lain sehingga dapat mempermudah dalam mengetahui isi dongeng dan merelevansinya. Proses ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2011:54) untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, harus ada lima unsur pokok yang diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perorangan, interaksi promotif, komunikasi antar siswa, dan proses kelompok. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini berpusat pada siswa sehingga siswa bukanlah objek pembelajaran saja, namun juga sebagai subjek pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar perhatian dan konsentrasi siswa lebih terbangun. Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dalam memberikan pemahaman terhadap materi pembelajaran pada khususnya dan keseluruhan kegiatan pembelajaran pada umumnya. Pemberian materi tidak dilakukan dengan cara konvensional, guru lebih menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga perhatian dan konsentrasi siswa dapat meningkat. Penerapan model pembelajaran IOC terbukti dapat meningkatkan perhatian dan 71 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
konsentrasi siswa. Seperti yang dikemukakan Dimyati (2006:4) belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Menghadirkan nuansa pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif model IOC merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang cukup menarik untuk diterapkan (Suprijono, 2011:97). Lebih lanjut Isjoni (2011:61) menyatakan bahwa menciptakan lingkungan kelas yang menarik maka dapat memudahkan siswa dalam memahami materi. Model pembelajaran kooperatif IOC mampu meningkatkan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model lingkaran besar lingkaran kecil mampu meningkat hasil belajar apresiasi dongeng siswa. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Inside-Outside Circle untuk Meningkatan Hasil Belajar Apresiasi Dongeng Siswa VIIC MTsN Juwet Hasil dari penelitian ini sudah menunjukan bahwa penelitian ini sudah berhasil. Penelitian ini dikatakan berhasil sebab indikator keberhasilan penelitian telah tercapai baik dari segi kualitas pembelajaran maupun dari segi kualitas hasil belajar siswa dalam apresiasi dongeng dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif IOC. Indikator keberhasilan tersebut adalah sebanyak 91,66% siswa dapat mencapai batas nilai KKM ≥75% dari nilai hasil belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif IOC untuk meningkatkan hasil belajar apresiasi dongeng dilaksanakan dengan evaluasi secara individu setelah melakukan kegiatan pembelajaran apresiasi dongeng secara klasikal dengan dongeng yang diperdengarkan. Evaluasi tersebut melalui hasil kerja siswa berupa LKS. Persentase nilai rata-rata siswa pada siklus I meningkat menjadi 72,91% dengan persentase ketuntasan kelas 58,33% termasuk dalam kualifikasi cukup baik dan masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 75%. Pada siklus I siswa masih lemah dalam merelevansikan pesan dongeng dengan situasi sekarang. Siswa sudah bisa menemukan pesan dongeng yang didengarnya, namun sebagian besar siswa masih kesulitan dalam menghubungkan pesan dongeng dengan situasi sekarang, siswa cenderung menjawab asalasalan, hal ini dikarenakan ketika waktu untuk mendiskusikan pesan dongeng sedikit siswa kurang maksimal dalam mendiskusikan pesan dongeng. diketahui siklus I belum mencapai tujuan yang diharapkan maka dibutuhkan siklus II. Setelah meneliti kekurangan yang ada dalam pelaksanaan siklus I dan memperbaikinya, maka diadakan siklus II. Dalam siklus II ini kemampuan siswa merelevansikan isi dongeng meningkat menjadi 79,86% dengan persentase ketuntasan kelas 91,66% dengan kategori baik dan sudah lebih baik dari KKM yang ditentukan yaitu 75%. Peneliti dan guru Bhs. Indonesia memutuskan bahwa penelitian ini sudah cukup dan berhasil, karena melihat hasil belajar siswa sudah mencapai ≥75% dari KKM dan ketuntasan dalam kelas sudah mencapai ≥75%. Penelitian ini sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran kooperatif. Tujuan pembelajaran kooperatif yang dicapai adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial (Isjoni 2011:27). Dalam penelitian ini bentuk dari keberhasilan tujuan pembelajaran kooperatif adalah (1) Hasil belajar akademik, yaitu siswa sudah mampu merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang dengan sesuai, (2) penerimaan terhadap individu, yaitu siswa yang berkemampuan akademik tinggi mampu bertukar informasi dengan siswa yang berkemampuan akademik rendah, dan (3) pengembangan keterampilan sosial, yaitu siswa sudah mampu menemukan jawaban dari berdiskusi dan bertukar pendapat dengan teman belajarnya.
72 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengapresiasikan dongeng dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Inside-Outside Circle pada siswa kelas VII-C MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif InsideOutside Circle dapat meningkatkan proses dan hasil belajar apresiasi dongeng. Proses penerapan model pembelajaran kooperatif model Inside-Outside Circle untuk meningkatkan hasil belajar apresiasi dongeng dilakukan dengan cara pembentukan dua kelompok besar, siswa diatur dalam lingkaran luar lingkaran dalam dan saling berhadapan, anggota lingkaran luar bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran dalam hingga siswa bertemu dengan pasangan asal. Dari kegiatan ini siswa mendapat pengetahuan secara komprehensif tentang isi dongeng yang sudah didengarnya. Model pembelajarann IOC dapat menjadikan siswa yang kurang aktif menjadi aktif. Peningkatan kualitas proses pembelajaran apresiasi dongeng dengan penerapan model pembelajaran IOC dapat dilihat dari peningkatan persentase pada tiap-tiap indikator penilaian aktivitas siswa. peningkatan keaktifan bertanya siswa dari siklus I ke siklus II adalah 50,33% pengamat satu dan dua yaitu dari 20,83% dari siklus I menjadi 70,83% pada siklus II. Peningkatan persentase keaktifan menjawab siswa dari siklus I ke siklus II adalah 41,67 pengamat satu dan 45,84% pengamat dua dari 33,33%siklus I menjadi 75% pada siklus II. Peningkatan persentase keseriusan siswa dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II adalah 37,5% pengamat satu dan 21.17 pengamat dua dari 62,5% siklus I menjadi 100% pada siklus II. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar 100% siklusI dan siklusII. Keantusiasan dalam belajar 100% siklus I dan siklus II. Hasil penerapan pembelajaran kooperatif IOC dapat meningkatkan hasil belajar apresiasi dongeng siswa pada aspek menghubungkan (1) pokok persoalan yang dihadapi tokoh, (2) peristiwa yang dialami tokoh, (3) tempat kejadian dalam dongeng, dan (4) pesan dongeng dengan situasi sekarang. Peningkatan tertinggi terdapat pada aspek menghubungkan peristiwa yang dialami tokoh, yaitu 25%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 62,5% (siklus I) menjadi 87,5% (siklus II). Peningkatan berikutnya terdapat pada aspek menghubungkan pesan dongeng, yaitu 16,7%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 58,3% (siklus I) menjadi 75% (siklus II). Peningkatan terendah terdapat pada aspek menghubungkan tempat kejadian dalam dongeng, yaitu 16,7%, peningkatan tersebut terlihat pada hasil yang diperoleh dari 95,83% (siklus I) menjadi 100% (siklus II). Aspek yang tidak mengalami peningkatan adalah menghubungkan pokok persoalan yang dihadapi tokoh, baik siklus I maupun siklus II sebesar 91.6%. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut (1) kepada para guru diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran apresiasi dongeng dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif IOC agar kemampuan mengapresiasikan dongeng siswa meningkat, dan (2) kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dikembangkan lebih lanjut dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif dan fungsional. Daftar Rujukan Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V Sinar Baru Arikunto S, Suhardjono & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Isjoni. 2011. Coperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta Moleong, L. J. 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung Penerbit PT Remaja Rosdakarya. 73 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Sunismi. 2008. Diagnosis Kesulitan-Kesulitan Siswa SMP Dalam Memahami Konsep Bangun-Bangun Segi Empat Dan Remidinya. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi kelima. Malang: Biro Administrasi Akademik Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang
74 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013