NILAI-NILAI AKHLAK MULIA DALAM KUMPULAN CERPEN ORANG-ORANG TERCINTA DAN SETEGAR KUPU-KUPU TAK BERSAYAP DAN SARAN IMPLEMENTASINYA UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SMP KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
Yulia Andi Pratiwi¹ Heri Suwignyo² Ida Lestari² Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRACT: This research aims to describe noble moral value to God, family, social community, and implementation suggestion short stories collection of OOT and SKTB for character education by literature appreciation learning. This research use qualitative method. Research result noble moral value to God that include faith, piety, and grateful; noble moral value to family that include to the parents and brother/sister; noble moral value to social community that include to friend and someone else; and implementation suggestion that include culturaleducative, emotive, and social reality. Keywords: noble moral value, character education, literature appreciation.
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, masyarakat, dan saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter melalui pembelajaran apresiasi sastra. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Temuan penelitian akhlak mulia kepada Tuhan, yakni, keimanan, ketakwaan, dan kesyukuran; akhlak mulia kepada keluarga, yakni, kepada orang tua dan saudara; akhlak mulia kepada masyarakat, yakni, kepada teman dan orang lain; dan saran implementasi, yakni kulturaledukatif, emotif, dan realita sosial. Kata Kunci : nilai akhlak mulia, pendidikan karakter, apresiasi sastra.
Kehadiran sastra sangat penting dan dapat dijadikan alat kontrol sosial masyarakat. Hadirnya sastra di tengah-tengah kehidupan masyarakat dapat dijadikan sebagai perenungan. Perenungan yang didapatkan setelah membaca sebuah karya sastra untuk dijalankan atau tidak dijalankan dalam kehidupan nyata. Sebuah karya sastra yang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat pembaca, jika di dalamnya mengandung nilai-nilai yang positif. Demikian juga cerpen, akan baik dibaca oleh masyarakat pembaca jika di dalamnya mengandung nilai-nilai yang mampu menjadi suri tauladan bagi pembacanya. Meskipun bentuknya yang relatif pendek, namun banyak nilai-nilai moral yang dapat diambil di dalamnya. Tidak hanya novel yang mengungkap liku-liku kehidupan manusia, cerpen juga ¹ Yulia Andi Pratiwi adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2012 ²Heri Suwignyo adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang ²Ida Lestari adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
mengungkap perjalanan hidup manusia. Seperti yang diungkapkan Sayekti (1995), cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang mengungkap persoalan manusia dengan liku-liku kehidupannya. Oleh sebab itu, dengan memahami cerpen, pembaca dapat memetik manfaat dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Patria, 2010). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter adalah melalui pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra dapat dijadikan sebagai media untuk menumbuhkan nilai-nilai moral. Sesuai dengan definisi apresiasi sastra yaitu kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra, diharapkan peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai moral dan mengambil nilai-nilai yang positif dalam karya sastra tersebut. Mengingat banyak cerpen yang tidak layak untuk di baca oleh anak-anak, maka pemberian saran implementasi dalam pelaksanaan pembelajaran sangat penting untuk diberikan guna dijadikan sebagai pedoman oleh guru/pendidik agar tidak salah dalam memilih cerpen yang akan dijadikan sebagai bahan ajar. Akhlak menurut Syafei (dalam Rahayu, 2010:31) merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan secara spontanitas, bebas dari rekayasa dan kepentingan tertentu. Pengertian akhlak menurut Ghazali (dalam Bakry, 1981:10) adalah “sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi”. Akhlak merupakan suatu ilmu yang menjelaskan pengertian baik dan buruk atau jahat, menerangkan apa yang perlu ada di dalam pergaulan umat manusia, menjelaskan tujuan yang harus dicapai dalam semua tingkah lakunya, dan cara melaksanakan apa yang harus ada itu (Masyhur, 1987:1). Sementara itu, Qaimi (2003:155) menjelaskan bahwa akhlak adalah keyakinan terhadap asas-asas, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, serta ketaatan pada tujuan dan maksud yang ditetapkan agama, seperti kejujuran, kebiasaan menepati janji, amanah, rela berkorban, dan sebagainya. Jadi, disimpulkan bahwa akhlak adalah seluruh perbuatan manusia yang didasarkan kepada budi pekerti, etika, dan moral. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Khan, 2010:1). Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momentum, subjektif, dan eksistensial, rohaniah, dan budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya
sastra (Saryono, 1991: 25—26). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, masyarakat, dan saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra. METODE Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat, perencana, dan pelapor hasil penelitian. Data dalam penelitian ini berupa kutipan yang mencerminkan nilai-nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat. Sementara itu, sumber data adalah kumpulan cerpen Orang-orang Tercinta (OOT) dan Setegar Kupu-kupu Tak Bersayap (SKTB). Nilai akhlak mulia kepada Tuhan terdapat dalam cerpen berjudul Tangan yang Terulur, Gelombang yang Tepat, Sembahyang Jumat di Sekolah, Orang yang Mencari Ilmu, Azanku Memanggil, Hidup yang Bersih, Oseng-oseng Kol dari Sahabat, Doa Sebelum Tidur, Makan yang Kenyang, Kapal Nabi Nuh, Bakiak. Nilai akhlak mulia kepada keluarga terdapat dalam cerpen berjudul Dokter Jahe, Guntur yang Menggelegar, Anak Penyapu Jalanan, Tawakal, Biji Sawi, Air dan Api. Nilai akhlak mulia kepada masyarakat terdapat dalam cerpen berjudul Teman-teman Mimi, Si Nona Keluh, Setegar Kupu-Kupu Tak Bersayap. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi karena prosa fiksi yang dijadikan bahan penelitian berwujud dokumen. Arikunto (2006:158) menjelaskan tentang dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki teks-teks tertulis berupa kumpulan cerita pendek. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan menganalisis sumber data teks cerita pendek, mengidentifikasi dan mengkode data berupa kutipan sesuai dengan aspek kajian peneliti, mengklasifikasikan data berupa kutipan sesuai dengan indikator nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga,dan masyarakat. Menurut Moleong (1988:88) analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Pengorganisasian data dimaksudkan agar mempermudah dalam menganalisis data, dengan memberikan kode pada data yang diperoleh. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan dimulai sejak pengumpulan data sampai penyusunan laporan. Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan jenis data. Pada dasarnya dalam penelitian ini analisis data dilakukan melalui dua tahapan awal, yaitu persiapan dan pengecekan data. Tahap persiapan yang dilakukan penulis adalah dengan mengecek kelengkapan instrumen. Tahap pengecekan data dilakukan peneliti dengan memeriksa data mentah yang telah diperoleh dan memberikan kode terhadap butir yang akan dijadikan data pendukung terhadap analisis yang dilakukan. Langkahlangkah konkret dalam menganalisis data yakni dengan menyeleksi dan menandai hasil analisis bacaan sesuai pemahaman indikator nilai akhlak mulia dengan kode tertentu, menyajikan data yang terdiri atas identifikasi dan klarifikasi seluruh data secara utuh dan menyeluruh berdasarkan rumusan masalah, dan menyimpulkan data dengan cara menafsirkan kembali data yang sudah diidentifikasi dan diklasifikasi.
HASIL Pertama, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada Tuhan, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada Tuhan, terdiri atas tiga macam, yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai kesyukuran. Nilai keimanan ditunjukkan dengan mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Nilai ketakwaan ditunjukkan dengan melakukan kewajiban beribadah dan membiasakan berdoa kepada Tuhan. Nilai kesyukuran ditunjukkan dengan membiasakan memuji kebesaran Tuhan. Kedua, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada keluarga, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada keluarga, terdiri atas dua macam, yakni nilai akhlak mulia kepada orang tua dan nilai akhlak mulia kepada saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang tua ditunjukkan dengan membaktikan diri dengan membantu dan selalu mendoakan dan menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Nilai akhlak mulia kepada saudara ditunjukkan dengan menyayangi saudara yang lebih muda dan menghormati saudara yang lebih tua. Ketiga, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada masyarakat, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada masyarakat, yakni nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain. Nilai akhlak mulia kepada teman ditunjukkan dengan menyayangi teman dan menjalin dan memelihara persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain ditunjukkan dengan menolong teman atau orang lain yang mengalami kesusahan. Keempat, berdasarkan analisis data mengenai saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra, disimpulkan bahwa saran implementasi tersebut terdiri atas tiga macam, yakni bersifat kultural-edukatif, emotif, dan realita sosial. Kultural-edukatif dibedakan menjadi empat jenis, yakni menumbuhkan kebiasaan yang baik, kepedulian, rasa tanggung jawab, dan saling menghormati. Emotif dibedakan menjadi dua jenis, yakni menumbuhkan rasa simpati dan menumbuhkan rasa empati. Cerpen yang bersifat realita sosial akan digemari anak-anak karena peristiwa yang terdapat dalam cerita merupakan peristiwa nyata yang dihadapi seorang anak dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN Nilai Akhlak Mulia kepada Tuhan Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada Tuhan yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas tiga macam, yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai kesyukuran. Sejalan dengan hal tersebut, Masyhur (1897:24—51) menyatakan bahwa akhlak mulia kepada Tuhan mencakup pemahaman antara lain: beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selalu berdzikir kepada Tuhan dan bersyukur atas segala nikmatNya. Perbuatan manusia yang berakhlak mulia didasarkan pada nilai-nilai keagamaan. Agama merupakan wujud hubungan manusia dengan Tuhan. Menurut Masyhur (1987:24) “seseorang yang benar-benar mencintai Tuhan tidak melimpahkan kasihnya kepada selain Tuhan dan hanya Tuhan saja buah tuturnya”. Iman tidak hanya diucapkan melalui lisan semata, tetapi juga dibenarkan melalui perbuatan sehari-hari, seperti perilaku tokoh yang terdapat dalam cerpen
berjudul Tangan yang Terulur dan Gelombang yang Tepat. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Hasan (1979:16) menjelaskan bahwa iman itu terdiri atas tiga macam, yakni hati, ucapan, dan perbuatan. Perwujudan dari hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan selalu menyembah Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang benar, berdoa kepada Tuhan, dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Ketakwaan seseorang kepada Tuhan ditunjukkan dengan selalu beribadah dan berdoa kepada Tuhan. Seseorang yang rajin beribadah kepada Tuhan akan memperkuat dan mempertebal iman dalam dirinya sehingga dalam setiap perbuatannya akan selalu didasari pada ajaran dan aturan agama. Hal tersebut terdapat dalam cerpen berjudul Oseng-Oseng Kol dari Sahabat ditunjukkan oleh perilaku Keling dan ibunya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Idris (dalam Rahayu, 2010) menyatakan bahwa ibadah berfungsi sebagai pupuk yang dapat menyuburkan benih iman. Selain beribadah kepada Tuhan, membiasakan berdoa kepada Tuhan merupakan wujud ketakwaan seseorang kepada Tuhan. Doa dapat memberikan banyak manfaat salah satunya membentangkan tali pegangan bagi manusia, seperti terdapat dalam cerpen berjudul Doa Sebelum Tidur dan Makan yang Kenyang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thoha (dalam Rahayu, 2010:67) yang menyatakan bahwa doa dapat membentangkan tali pegangan bagi manusia, memperkuat semangat berjuang, dan mendatangkan harapan. Kesyukuran dapat ditunjukkan dengan selalu memuji kebesaran Tuhan. Menurut Masyhur (1987:37) bersyukur kepada Tuhan berarti menyebut nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita dan mengagungkanNya. Syukur dapat dilakukan dengan mengucapkan Alhamdulillah. Hal tersebut terdapat dalam cerpen berjudul Kapal Nabi Nuh yang dtunjukkan oleh ucapan Sasangka dan Bakiak yang ditunjukkan oleh ucapan tokoh “aku”. Sejalan dengan hal tersebut, Thoha (dalam Rahayu, 2010) menjelaskan bahwa bersyukur adalah berterima kasih atas segala sesuatu yang diberikan Tuhan, baik dengan ucapan ataupun dengan perbuatan. Nilai Akhlak Mulia kepada Keluarga Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada keluarga yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas dua macam, yakni nilai akhlak mulia kepada orang tua dan nilai akhlak mulia kepada saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang tua ditunjukkan dengan membaktikan diri dengan membantu dan selalu mendoakan dan menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Hal tersebut terdapat dalam cerpen berjudul Dokter Jahe ditunjukkan oleh perilaku Heru, Guntur Menggelegar ditunjukkan oleh perilaku ibu Kiki dan anak-anaknya, dan Tawakal ditunjukkan oleh perilaku tokoh “aku”. Senada dengan hal tersebut, Masyhur (1987:139—140) menyebutkan akhlak mulia kepada orang tua, antara lain: berbakti kepada orang tua dengan membantu, merawat, dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hati orang tua, serta menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan bertanggung jawab. Nilai akhlak mulia kepada saudara ditunjukkan dengan menyayangi saudara yang lebih muda dan menghormati saudara yang lebih tua. Masyhur (1987:139—140) menyebutkan bahwa akhlak mulia kepada saudara, antara lain: mengasihi yang muda (adik) dan menghormati yang tua (kakak), menjaga suasana
kekeluargaan dan kebersamaan. Hal tersebut terdapat dalam cerpen berjudul Biji Sawi ditunjukkan oleh perilaku Hadi dan cerpen berjudul Air dan Api ditunjukkan oleh perilaku seorang kakak kepada adiknya. Menyayangi saudara yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam sebuah keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Suleeman (dalam Rahayu, 2010) yang menjelaskan bahwa kedekatan emosi, tanggung jawab saudara dan konflik antarsaudara, merupakan faktor yang penting dalam interaksi antarmereka. Kedekatan emosi termasuk adanya perasaan ingin berbagi pengalaman, kepercayaan, perhatian, saling melindungi dan perasaan senang dalam hubungan tersebut. Nilai Akhlak Mulia kepada Masyarakat Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada masyarakat yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain. Nilai akhlak mulia kepada teman ditunjukkan dengan menyayangi teman dan menjalin dan memelihara persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain ditunjukkan dengan menolong teman atau orang lain yang mengalami kesusahan. Senada dengan hal tersebut, Masyhur (1987:139—140) menyebutkan akhlak mulia kepada teman/orang lain (masyarakat), antara lain: menjalin memelihara persahabatan secara tulus dan tidak membeda-bedakan, menyayangi teman, menolong teman/orang lain yang sedang mengalami kesusahan. Menyayangi teman terdapat dalam cerpen berjudul Teman-Teman Mimi ditunjukkan oleh perilaku Adit dan kawan-kawan yang menyayangi Mimi. Hal itu membuktikan bahwa mereka menyayangi teman dengan tidak membedabedakannya dan tulus ikhlas. Sejalan dengan hal tersebut, Muqaffa’ (dalam Masyhur, 1987:197) menyatakan bahwa pertemanan yang tulus ikhlas, lebih baik dari semua usaha hidup, ia jadi hiasan di kala miskin, persediaan di kala paceklik, dan menolong untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Menjalin dan memelihara persahabatan terdapat dalam cerpen berjudul Si Nona Keluh dan Setegar Kupu-Kupu Tak Bersayap. Kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa sahabat selalu ada di samping kita dan tempat untuk mencurahkan isi hati. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masyhur (1897:159) bahwa teman atau sahabat ialah orang yang menemani kita atau orang yang biasa bergaul dengan kita. Lebih lanjut, Masyhur (1987:197) menyatakan bahwa orang yang berteman biasanya saling mengisi kebutuhan dan saling melengkapi, seperti dalam pelajaran, pemikiran, pengalaman, keuangan, dan sebagainya. Menolong teman atau orang lain yang sedang mengalami kesusahan terdapat dalam cerpen berjudul Oseng-Oseng Kol dari Sahabat dan Biji Sawi. Kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Bakry (dalam Rahayu, 2010) menyatakan bahwa manusia hidup bermasyarakat tidak dapat lepas dari bantuan dan pertolongan orang lain.
Saran Implementasi Kumpulan Cerpen OOT dan SKTB untuk Pendidikan Karakter Siswa melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra Berdasarkan temuan penelitian mengenai saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra, terdiri atas tiga macam, yakni kultural-edukatif, emotif, dan realita sosial. Kultural-edukatif terdiri atas empat macam, yakni menumbuhkan kebiasaan yang baik, kepedulian, rasa tanggung jawab, dan saling menghormati. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi (dalam Rahayu, 2010) bahwa salah satu hal yang dapat diangkat dari nilai pendidikan misalnya pendidikan budi pekerti (akhlak), wawasan, pembiasaan untuk melakukan sesuatu, pengembangan nilai-nilai tertentu, dan sebagainya. Emotif dibedakan menjadi dua jenis, yakni menumbuhkan rasa simpati dan menumbuhkan rasa empati. Sukardi (dalam Rahayu, 2010) menyatakan bahwa cerita itu salah satunya dapat dilihat dari aspek emosi, setelah membaca cerita tersebut, dalam diri pembaca timbul emosi tertentu terhadap tokoh dalam cerita, misalnya kasihan, kagum, benci, hormat, dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rahmanto (1989:21—22) menyatakan bahwa kepekaan rasa dan emosi sering dikaitkan erat dengan pengajaran sastra. Sastra dengan jelas dapat menghadirkan berbagai situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional. Kumpulan cerpen OOT dan SKTB merupakan cerpen yang bersifat realita sosial. Realita sosial mengandung arti kenyataan-kenyataan sosial di sekitar lingkungan masyarakat tertentu (Apipudin, 2010). Cerpen yang bersifat realita sosial akan digemari anak-anak karena peristiwa yang terdapat dalam cerita merupakan peristiwa nyata yang dihadapi seorang anak dalam kehidupan seharihari mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmanto (1989:31) bahwa siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada Tuhan yang terkandung dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas tiga macam, yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai kesyukuran. Nilai keimanan, yakni mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Nilai ketakwaan, yakni melakukan kewajiban beribadah, membiasakan berdoa kepada Tuhan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Nilai kesyukuran, yakni membiasakan memuji kebesaran Tuhan. Dari kumpulan cerpen OOT dan SKTB diketahui bahwa seseorang yang beriman, bertakwa, dan bersyukur kepada Tuhan akan diberi kemudahan dan ketenangan dalam hidupnya. Nilai akhlak mulia kepada keluarga yang terkandung dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas dua macam, yakni nilai akhlak mulia kepada orang tua dan nilai akhlak mulia kepada saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang tua, yakni membaktikan diri kepada kedua orang tua dengan membantu dan selalu mendoakan, menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan bertanggung
jawab. Nilai akhlak mulia kepada saudara, yakni menyayangi saudara yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua. Dari kumpulan cerpen OOT dan SKTB diketahui bahwa berbakti kepada orang tua dan menyayangi saudara merupakan hal penting untuk dilakukan dalam menjaga keharmonisan sebuah keluarga. Nilai akhlak mulia kepada masyarakat yang terkandung dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain. Nilai akhlak mulia kepada teman, yakni menyayangi teman, menjalin dan memelihara persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain, yakni menolong teman atau orang lain yang sedang mengalami kesusahan. Dari kumpulan cerpen OOT dan SKTB diketahui bahwa rasa solidaritas terhadap orang lain perlu ditumbuhkan pada siswa karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra hendaknya terdiri atas tiga kriteria, yakni kultural-edukatif, emotif, dan realita sosial. Kultural-edukatif, yakni menumbuhkan kebiasaan yang baik, menumbuhkan rasa kepedulian, menumbuhkan rasa tanggung-jawab, dan menumbuhkan rasa saling menghormati. Emotif, yakni menumbuhkan rasa simpati dan menumbuhkan rasa empati. Realita sosial, yakni penggambaran nyata yang dialami anak dalam kehidupannya, tidak bersifat fiktif atau khayal. Saran Berdasarkan simpulan penelitian tentang nilai-nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat pada kumpulan cerpen OOT dan SKTB disampaikan saran-saran sebagai berikut. Guru hendaknya menggunakan cerpen bermuatan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat sebagai bahan apresiasi cerita fiksi sehingga siswa dapat mengambil hikmah atau manfaat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah. Siswa hendaknya dapat mengambil hikmah dari cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat yang telah diapresiasinya. Nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen akan membuat perilakunya menjadi lebih baik, jika mereka menerapkannya dalam kehidupan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat luas. Peneliti lain hendaknya menggunakan cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat untuk kumpulan cerpen yang lebih luas sehingga dapat diperoleh data cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia.
DAFTAR RUJUKAN Apipudin, A. 2010. Konsep Realitas Sosial. (Online), (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2045195-konsep-realitassosial/), diakses 22 April 2012. Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bakry, O. 1981. Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa. Hasan, I. 1979. Pelajaran Keimanan. Surabaya: Al-Ikhlas. Khan, Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Masyhur, K. 1987. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Kalam Mulia. Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Patria, B. 2010. Pembelajaran Sastra dan Penanaman Karakter, (Online), (http://bektipatria.wordpress.com/2010/09/01/sastra-dan-pendidikankarakter/), diakses 03 Februari 2011. Qaimi, A. 2003. Mengajarkan Keberanian dan Kejujuran pada Anak. Bogor: Cahaya. Rahayu, S. 2010. Nilai-nilai Akhlak Mulia dalam Cerita Pendek Anak-anak Kecilkecil Punya Karya. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Saryono, D. 1997. Dasar-dasar Apresiasi Sastra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. Sayekti. 1995. Cerita Pendek Indonesia 1940—1960 Telaah Struktur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.